DISUSUN OLEH:
TEGUH WIYONO, S.Pd.I, M.Pd.I
UNIVERSITAS AMIKOM PURWOKERTO
Tujuan materi
Memahami Aqidah
Memahami Syariah/fiqh
Memahami Muamalah
Memahami Rahmat bagi alam semesta
Pengertian Aqidah
Artinya: "Dan apa saya nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-
Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS an-Nahl, 16: 53)
Makna "Lâ ilâha illallâh" yang diyakini oleh orang beraqidah adalah membuang
ketundukan dan penghambaan kepada kekuasaan selain kekuasaan Allah dan
hukum selain hukum-Nya dan perintah selain perintah-Nya. Ia juga berarti
menolak segala bentuk loyalitas selain loyalitas kepada-Nya dan menolak
segala bentuk cinta selain cinta kepada-Nya dan cinta karenaNya.
Prinsip BER-Aqidah
hendaknya kamu tidak mencari Rabb (Tuhan) kepada selain Allah. Allah berfirman:
Artinya:" Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi
segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya
sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah
kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan". (QS al-An'âm, 6: 164)
Makna unsur yang satu "Hendaklah kamu tidak mencari Rabb (Tuhan) kepada selain Allah" adalah menolak
seluruh tuhantuhan palsu yang disembah oleh manusia, baik di zaman dahulu atau sekarang ini, baik di
timur atau di barat, baik dari batu, pohon-pohonan, perak dan emas, ataupun mata hari dan bulan atau
dari golongan jin dan manusia. Ia juga berarti menolak seluruh tuhan-tuhan selain Allah sekaligus
mengumumkan revolusi untuk melawan orang-orang di bumi yang mengaku tuhan dan bersikap sombong
tanpa dasar yang benar, yaitu mereka yang ingin memperbudak hamba-hamba Allah.
Enam Rukun Pokok Kerangka Aqidah
...
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.( An-Nisa [3] : 136)
Unsur-Unsur Aqidah Islam
Tingkat ragu (taklid), yakni orang yang beraqidah hanya karena ikuti-kutan saja,
tidak mempunyai pendirian sendiri.
Tingkat yakin, yakni orang yang beraqidah atau sesuatu dan mampu menunjukkan
bukti, alasan atau dalilnya, tapi belum mampu menemukan atau merasakan
hubungan kuat dan mendalam antara (madlul) dengan data atau bukti (dalil) yang
didapatnya. Sehingga tingkat ini masih mungkin terkecoh dengan sanggahan-
sanggahan yang bersifat rasional dan mendalam.
Tingkat a'inul yakin, orang yang beraqidah atau meyakini sesuatu secara rasional,
ilmiah dan mendalam ia mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul)
dengan data atau bukti (dalil). Tingkat ini tidak akan terkecoh lagi dengan
sanggahan-sangahan yang bcrsifat rasional dan ilmiah.
Tingkat haqqul yakin, yakni orang beraqidah atau meyakini sesuatu, yang di samping
mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan bukti atau data (dalil)
secara rasional, ilmiah dan mendalam, juga mampu menemukan dan merasakannya
melalui pengalaman-pengalamannya dalam pengamalan ajaran agama
Pengertian Syariah
Syariah berasal dari kata syara’a, kata ini menurut ar-Razi dalam
bukunya Mukhtar-us Shihab bisa berarti nahaja (menempuh), awdhaha
(menjelaskan) dan bayyan-al masalik (menunjukkan jalan). Sedangkan
menurut Al-Jurjani syari’ah juga bisa artinya mazhab dan thriqah
mustaqim / jalan yang lurus. Jadi arti kata Syariah secara bahasa
banyak artiny. Ungkapan kata Islamiyyah yang kita bicarakan
maksudnya bukanlah semua arti secara bahasa itu.
Imam al-Qurthubi menyebut bahwa syariah artinya adalah agama yang
ditetapkan oleh Allah swt.untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari
berbagai hukum dan ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu
disebut syariat karena memiliki kesamaan dengan sumber air minum
yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Makanya
menurut ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan agama.
Pengertian Fiqih
Adapun fiqih secara bahasa, kata ini bermakna faham.
Sedangkan dalam istilah syar’i, maka secara mudah bisa
diartikan sebagai pemahaman terhadap syariah diatas. Fikih
juga di dalam bahasa Arab, perkataan fiqh yang ditulis fiqih
atau kadang-kadang fekih setelah diindonesiakan, artinya
paham atau pengertian. Kalau dihubungakan dengan ilmu,
dalam hubungan ini dapat juga dirumuskan (dengan kata
lain),
ilmu fiqih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan
menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat di
dalam al Qur’an ketentuan-ketentuan umum yang terdapat
dalam Sunnah Nabi yang direkam dalm kitab-kitab hadis.
Sejarah Fiqih
Sebagai sebuah disiplin ilmu, memang fiqih sama sekali tidak dikenal di masa
Nabi. Tapi sebagai sebuah realita sejarah, fiqih sudah lahir dan kemudian
berkembang beriringan dengan turunnya wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam kondisi semacam ini tentu saja belum muncul adanya kebutuhan akan
pemetaan akademis antara fiqih dan syariah. Karena selain disiplin ilmu fiqih itu
belum juga dilahirkan, semua jenis ijtihad yang terjadi di zaman nabi ini juga
langsung mendapatkan persetujuan ataupun koreksi dari wahyu. Dan persetujuan
ataupun koreksi itulah yang bisa dipastikan bahwa itu adalah syariah.
Adapun kata fiqih dan atau juga gelar faqih yang muncul di masa-masa awal
Islam, sama sekali tidak bisa dimaknai secara spesifik sebagai disiplin ilmu
tertentu. Misalnya yang terdapat dalam Al Qur’an surat Al Isra ayat 44 atau akhir
ayat 65 dari surat Al An’am. Atau dalam hadits, “Siapa yang dikehendaki
untuknya suatu kebaikan, akan Allah anugerahkan fiqih terhadap agama ini”,
atau dalam hadits “Betapa banyak para pembawa (penghafal dan periwayat)
fiqih, namun bukan seorang faqih”
Jenis-jenis Fiqih
Fiqih ibadah dimulai dari thaharah, sholat, puasa, zakat, haji, aqiqah,
janazah, qurban, makanan dan minuman, dll.
Fiqih ahwaal asysyakhsiyyah terdiri dari nikah, nafaqah, thalaq, ruju’, ila’,
iddah, wasiat, warisan, perwalian, dll
Fiqih muamalah terdiri dari jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, gadai,
pinjaman, syirkah, wadiah, luqathah, waqaf, kafalah, dll.
Fiqih muamalah maliyah ini terkait dengan tata kelola baitul mal (bukan
baitul mal wat tamwil – BMT yang biasa kita temui ya). Baitul mal di sini
adalah perbendaharaan Negara.
Fiqih jinayah dan uqubah, pelanggaran dan hukuman.
Fiqih murofa’ah dan mukhashamah, terkait peradilan dan pengadilan.
Fiqih siyasah, bisa jadi terdiri dari ahkaam dustuuriyyah, juga hukum
internasional dan akan terbuka ijtihad Fiqih lainnya seperti Fiqih sosial
Pengertian Muamalah
Secara bahasa Muamalah berasal dari kata amala yu’amilu
yang artinya bertindak, saling berbuat, dan saling
mengamalkan. Sedangkan menurut istilah Muamalah
adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan
Muamalah juga dapat diartikan sebagai segala aturan
agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia,
dan antara manusia dan alam sekitarnya tanpa
memandang perbedaan.
Menurut Ibnu Abidin, muamalah meliputi
lima hal, yakni
Transaksi kebendaan (Al-Mu’awadlatul amaliyah)
Pemberian kepercayaan (Amanat)
Perkawinan (Munakahat)
UrusanPersengketaan (Gugatan dan peradilan)
Pembagian warisan
Prinsip-Prinsip Muamalah
Muamalah adalah Urusan Duniawi maksudnya adalah urusan muamalah berbeda dengan
ibadah di mana dalam ibadah semua perbuatan dilarang kecuali yang diperintahkan
sedangkan dalam muamalah semua boleh dilakukan kecuali yang dilarang, oleh karena itu
semua bentuk transaksi dan akad muamalah boleh dilakukan oleh manusia asal tidak
bertentangan dengan ketentuan syara’.
Mumalah Harus Didasarkan kepada Persetujuan dan Kerelaan Kedua Belah Pihak artinya
dasar dari bermuamalah adalah kerelaan dari kedua belah pihak bagaimana pun bentuk
akad dan transaksi muamalah selama kedua belah pihak rela dan sepakat serta tidak
melanggar ketentuaan syara’ itu diperbolehkan.
Adat Kebiasaan Dijadikan Dasar Hukum maksudnya dalam bermuamalah setiap daerah atau
kelompok mempunyai kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan bertahun-tahun
yang selanjutnya menjadi adat kebiasaan dalam bermuamalah jika adat dan kebiasaan itu
tidak bertentangan dengan syara’ dan diakui oleh masyarakat maka hal itu sah dijadikan
sebagai dasar hukum.
Tidak Boleh Merugikan Orang Lain dan Diri Sendiri maksudnya tujuan bermuamalah adalah
mencari keuntungan yang tidak merugikan orang lain, maka dari itu dalam bermuamalah
haruslah sama-sama menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat
Islam Rahmatan Lil ‘Alamin
Konsep Islam Rahmatan lil ‘Alamin berasal dari firman
Allah Swt dalam QS. Al-Anbiya’ [21]: 107) yang
menjelaskan tujuan diutusnya Nabi Muhammad Saw untuk
menjadi rahmat bagi semesta alam.