Anda di halaman 1dari 10

HIDUP SUKSES MENURUT SURAH AL-‘ASHR

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,


kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.”
Surat al-‘Ashr ini terdiri dari tiga ayat. Menurut Ibn Abbas, Abdullah bin Zubair
dan Jumhur Ulama, surat ini diturunkan di Mekah. Namun mujahid, Qatadah dan
Muqatil berpendapat bahwa surat ini diturunkan di Madinah sesudah surat al-
Insaayirah.
Jika surat al-‘Ashr ini diamati secara seksama, maka akan kita temui
rumusan konsep hidup manusia sukses di dunia dan di akhirat. Pada surat ini
tergambar tentang problem kehidupan manusia yang tidak mampu memanfaatkan
waktu dan kesempatan dengan seefektif mungkin; begitu juga semua karya
mereka tidak dilandasi oleh motifasi iman; sehingga kehidupan mereka diklaim
oleh Allah SWT sebagai kehidupan yang merugi (Khusr). Kerugian tersebut bisa
berwujud dalam bentuk duniawi ataupun ukhrawi. Bentuk kerugian duniawi
misalnya seseorang yang tidak dapat mempergunakan waktunya dengan baik,
apalagi menyia-nyiakannya, maka kehidupan orang tersebut akan mengalami
banyak kesulitan; dan akan tipislah tercapainya tujuan; atau besar kemungkinan
cita-citanya gagal. egitu pula halnya orang yang terlalu memusatkan perhatiannya
terhadap materi duniawi, sementara ia melupakan kehidupan ukhrawi, kehidupan
seperti inipun akan mendapatkan kerugian besar. Pada prinsipnya sejumlah harta
yang dikumpulkan itu tidak ada manfaatnya--jika tidak digunakan dalam hal-hal
yang positif karena ketika seseorang meninggal dunia maka seluruh harta itu akan
ditinggalkan dengan begitu saja.
Berdasarkan pertimbangan di atas, Allah SWT memberikan peringatan
(tazkirah) yaitu diawalinya surat ini dalam bentuk qasam. Ia menggunakan
muqsam bihnya dengan al-‘ashr; hal ini memberikan isyarat bahwa faktor
waktu/kesempatan dan pemanfaatannya merupakan prasyarat penting yang akan
mengantarkan manusia hidup sukses di dunia dan di akhirat. Allah SWT sangat
sayang kepada hamba-Nya dengan memberikan jalan keluar dalam bentuk
rumusankonsep hidup manusia sukses.

1
Untuk terwujudnya hidup sukses menurut surat ini ada 4 unsur yang harus
dipenuhi, dan kesemua unsur tersebut saling terkait, yaitu:
Unsur pertama: Iman yang mantap.
Persyaratan utama untuk mengarungi kehidupan di dunia ini adalah
adanya pembekalan iman yang mantap yang bersumber dari hati sanubari yang
suci. Iman dalam artian membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan,
dan merealisasikannya dalam bentuk perbuatan-perbuatan positif yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw yang tertuang di dalam Al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah.
Dengan bekal iman, seseorang hanya menyembah kepada Allah Tuhan
Yang Maha Esa; dan dengannya akan muncullah pada pribadi orang tersebut
adanya rasa persamaan, rasa solidaritas sosial yang tinggi, dan rasa penghargaan
atas hak-hak asasi manusia (HAM) sesamanya. Sebab, pada hakikatnya, manusia
tidak ada yang lebih tinggi, dan atau tidak ada yeng lebih hina kecuali orang-
orang yang dimuliakan oleh Allah yaitu orang-orang yang bertakwa.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. 49: 13 yang berbunyi:

“...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu...”. (QS. Al-Hujurat/49: 13).
Di samping itu, iman merupakan dasar dan kunci serta barometer
kehidupan; dari padanya terpencar segala aspek kebaikan. Oleh karena itu, Allah
menyatakan di beberapa ayat Al-Qur'an tentang sesuatu perbuatan baru
mempunyai nilai atau kwalitas, jika pelaksanaannya dilandasi oleh iman.
Sebaliknya, jika perbuatan itu dilandasi oleh unsur kekufuran maka perbuatan
tersebut tidak mempunyai nilai bagaikan abu yang ditiup angin keras (lihat QS.
14: 18) atau bagaikan fatamorgana

“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di


tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya
(ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan
amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.”

2
(QS. Al-Nur/24: 39).
Iman, Ibadah, dan Amal Saleh atau amal kemanusiaan adalah tiga perkara
yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Iman kepada Allah
mendorong manusia untuk beribadah kepadaNya, dan di sisi yang lain mendorong
manusia untuk beramal dan berbuat baik kepada sesama manusia. Keterpaduan dari
perkara-perkara tersebut di atas tercermin dalam Al-Qur’an, surat al-Mu’minun/23 :
1-11, yang berbunyi:

. ‫ والذين هم للزكاة فاعلون‬. ‫ والذين هم عن اللغو معرضون‬. ‫ الذين هم فى صالتهم خاشعون‬. ‫قد أقلح المؤمنون‬
‫ فمن ابتغى وراء ذلك‬. ‫والذين هم لفروجهم حافظون إال على أزواجهم أو ما ملكت أيمانهم فإنهم غير ملومين‬
‫ أولئك هم‬. ‫ والذين هم على صلواتهم يحافظون‬. ‫ والذين هم ألماناتهم وعهدهم راعون‬. ‫فأولئك هم العادون‬
. ‫ الذين يرثون الفردوس هم فيها خالدون‬. ‫الوارثون‬

“Sungguh beruntung (berbahagia) orang-orang yang meriman. Mereka ialah orang


yang khusyu’ di dalam shalatnya, orang-orang yang berpaling (menjauhkan diri)
dari perkara (perkataan dan perbuatan) yang tidak berguna, orang-orang yang
menunaikan zakat, orang-orang yang menjaga kehormatan (kesucian) dirinya kecuali
terhadap isteri-isterinya dan budak-budak yang dimilikinya maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari di balik itu, maka
merekalah orang yang melampau batqas, dan orang-orang yang memeliharan
amanat dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara (dalam arti tetap
menjalankan) shalatnya. Mereka adalah orang-orang yang mewarisi (yakni mewarisi
atau memperoleh nikmat Allah), yaitu mewarisi sorga Firdaus, yang mereka itu kekal
di dalamnya”.

Iman kepada Allah berarti percaya kepada Allah, percaya bahwa Allah ada.
Kita bertanya siapakah Allah? Dia dalah Dzat yang ghaib yang menciptakan segala
sesuatu, yang menjadi sumber, yang merupakan asal, dari segala sesuatu, dan
merupakan tempat kembali. Dia yang mengatur alam semesta, yang memberi rizki
kepada makhluknya, Maha Mengetahui dengan ilmunya yang luas, Maha Kuasa
dengan kekuasaannya yang agung. Dia yang memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada manusia agar menempuh kehidupan ini dengan benar, selamat, dan sejahtera,
dunia dan akhirat. Inilah makna iman kepada Allah.
Setiap manusia, dan setiap makhluk yang diciptakan Allah, niscaya patuh dan
tunduk kepadaNya. Tidak ada anugerah dan karunia yang ditakdirkan Allah lepas dari
padanya, dan tidak ada kesulitan dan penderitaan yang dikehendaki Allah dapat
ditolaknya.

3
Manusia memperoleh iman kepada Allah dan dapat meningkatkan iman
kepada Allah itu melalui tiga cara. Pertama dengan cara mendengarkan atau
membaca ajaran Allah, yakni wahyu Allah yang dibawa oleh Rasul-nya, yang ditulis
di dalam Kitab-Nya. Kitab suci Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah itu ada (wujud),
dan juga mengajarkan petunjuk dan jalan agar manusia selamat dan bahagia di dunia
dan akhirat. Sebagian besar manusia di muka bumi ini beriman kepada Allah karena
“mendengarkan” dan “memahami” ajaran yang dibawa oleh para Rasul itu, yang
disampaikan kepada kita melalui para ulama, yaitu orang-orang yag mewarisi ilmu
para Rasul.
Cara yang kedua ialah dengan penalaran, argumentasi, dan dengan berfikir
tentang asal usul segala sesuatu yang mempunyai wujud di muka bumi, yakni berfikir
tentang keharmonisan tatanan alam semesta. Inilah cara yang dipakai oleh sebagian
orang yang mempunyai akal yang kuat, dan pada sebagian yang lain lagi cara yang
kedua ini memperkuat dan menyuburkan cara yang pertama.
Cara yang ketiga ialah dengan menyucikan hati, mengosongkan hati dari
selain Allah, memperbanyak ibadah dan dzikir kepada Allah sehingga sampai kepada
kedekatan dalam arti yang sesungguhnya, yaitu pengalaman rohani, merasakan
kehadiran Allah di dalam hati. Dengan cara ini maka sebagian dari orang-orang yang
beriman kepada Allah itu amatlah kuat imannya kepada Allah, karena ia merasakan
kehadiran Allah dan mendapat petunjukNya.
Iman kepada Allah itu ada tingkatan-tingkatannya. Ada tingkatan iman orang
awam, ada tingkatan iman orang khawas, dan pada tingkatan yang tinggi, itulah iman
yang sebenar-benarnya kepada Allah, yang membawa kepada kebahagiaan,
kedamaian, dan ketenteraman.
Surat al-Mu’minun ayat 1-11, seperti yang telah disebutkan di atas
menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman kepada Allah, yaitu:
Pertama, orang yang beriman kepada Allah itu senantiasa khusyu’ dalam
melakukan salat. Dalam salat itu ia berkomunikasi dengan Allah, memuji dan berdoa,
agar Allah senantiasa memberikan pertolongan dan perlindungan dalam segala
keadaan dan perbuatannya.
Kedua, orang yang beriman kepada Allah itu menunaikan zakatnya. Ia
menyadari sepenuhnya bahwa pada harta benda atau kekayaan yang diperolehnya itu
ada hak orang lain. Maka ia memberikan sebagian hartanya itu kepada fakir dan
miskin, kepada orang yang memerlukan bantuan, yang hidup dalam kesulitan.
Ketiga, orang yang beriman kepada Allah itu memelihara amanah dan
janjinya. Termasuk dalam kategori amanah ini adalah anak keturunan sebagai amanah

4
Allah yang dititipkan agar diasuh dan dididik dengan baik. Demikian pula dengan
pekerjaan dan jabatan. Keduanya adalah amanah yang diberikan oleh orang atau
lembaga agar dijalankan dengan sebaik-baiknya. Iman melahirkan tanggung jawab,
disiplin, kejujuran, dan keadilan, serta menjauhkan diri dari kezaliman dan
mementingkan diri sendiri (egoistis).
Keempat, orang yang beriman kepada Allah itu memelihara dirinya dari
perbuatan yang tidak berguna. Mereka tidak ragu untuk berpaling dari sesuatu yang
dianggapnya tidak bermanfaat, baik dalam hubungannya dengan Allah swt, atau
dengan sesama manusia.
Kelima, orang yang beriman kepada Allah itu menjaga dirinya dari berbuat
zina. Ia dapat mengalahkan nafsunya dan mengarahkannya kepada kebaikan.
Keenam, orang yang beriman kepada Allah itu memelihara salatnya dalam arti
tetap mengerjakan salat dan tidak pernah melupakannya. Ini berarti bahwa dalam
setiap keadaan ia senantiasa ingat dan memuji kepada Allah.
Demikianlah manifestasi iman kepada Allah, yaitu meningkatnya ibadah
kepada Allah dan meningkatnya amal yang baik yang bermanfaat bagi sesama
manusia.

Unsur Kedua: Amal saleh (Perbuatan atau karya nyata yang positif).
Amal saleh merupakan manisfestasi dari iman yang terpancar dari jiwa
seseorang; atau dengan perkataan lain amal saleh merupakan buah dari iman.
Imanlah yang mendinamisasikan perbuatan seseorang yang dimotifisir oleh
semangat lillahi ta’ala. Di samping itu , iman berfungsi sebagai pengendali gerak
perbuatan seseorang sesuai dengan aturan main yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Sepanjang pengamatan penulis kata “amanu” sering berdampingan dengan
kata “ ’amilu al-Shalihat”; hal ini memberikan isyarat bahwa iman tanpa disertai
dengan amal, itu tidak akan bernilai apa-apa, dan sebaliknya, jika amal tanpa
dilandasi oleh iman, maka amal tersebut tidak berdampak dan tidak bernilai di sisi
Allah SWT.
Adapun jumlah ayat-ayat yang menjelaskan tentang iman dan amal dan
selalu berdampingan di antara keduanya, berkisar sekitar 49 ayat, antara lain: (1).
Al-Baqarah: 25, 82, 277; (2) Ali-Imran: 57. (3)Al-Nisa: 121, 172 (4) Al-Maidah:
10, 96; (5) Al-A’raf: 41; (6) Yunus: 4, 9; (7) Hud: 23; (8) Al-Ra’d: 21; (9)
Ibrahim: 23; (10).
Unsur Ketiga: Saling Berwasiat dalam Kebenaran
Jika unsur yang pertama dan kedua terpencar dan dilaksanakan oleh
masing-masing individu, maka unsur yang ketiga mengajarkan kepada setiap

5
orang agar saling mengingatkan dan berpesan antar sesamanya dalam kebenaran.
Saling isi-mengisi dan saling memberikan informasi dalam hal kebenaran itu
tentunya disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang ada pada masing-masing
individu. Dengan cara ini akan terealisir rasa persatuan dan kesatuan serta
semangat ukhuwah Islamiyah yang dilandasi oleh kebenaran.
Namun, proses untuk menuju jalan kebenaran itu tidaklah mudah, di sana
banyak liku-liku yang mesti dilalui antara lain:
a. Kemampuan pengendalian diri dari masing-masing pihak bervariatif;
b. Kondisi lingkungan, terkadang kurang kondusif;
c. Adanya kesesatan dan kezaliman di masyarakat bersifat fluktuatif.
d. Pemerintah yang berkuasa terkadang adil dan kebanyakan zalim.
Unsur keempat: Saling berwasiat dalam kesabaran
Terwujudnya unsur kesatu, kedua dan ketiga sangat bergantung kepada
kwalitas dan frekwensi ketabahan seseorang tersebut. Sebab, dalam kenyataannya
banyak sekali ganjalan dan kendala menuju hidup sukses; baik yang berasal dari
internal maupun yang datang dari eksternal. Apakah kendala itu berkait dengan
masalah pribadi, atau berhubungan dengan problema masyarakat, bangsa dan
negara; kesemuanya itu akan bisa dipecahkan jika dihadapi dengan penuh
kesabaran dan ketabahan. Al-Qur'an telah menjelaskan secara umum bentuk-
bentuk kendala dalam kehidupan. Misalnya: Firman Allah SWT QS. 2: 155, yang
redaksinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Di samping itu, Allah akan menyediakan balasan yang setimpal kepada
orang yang sabar, misalnya firman Allah:

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan)
surga dan (pakaian) sutera” (QS. Al-Insan/76: 12)
Menurut penelitian penulis, minimal ada 81 ayat yang mendorong orang
untuk bersabar. Akan tetapi, sabar dan kesabaran itu bukan berarti pasif dan statis;
akan tetapi, sabar itu diartikan sebagai upaya terakhir dari seseorang, setelah yang
bersangkutan berusaha maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
tersedia; kemudian ia berani tampil untuk mengambil resiko sebagai langkah
pertanggungjawabannya kepada Allah SWT.

6
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah
Marilah kita bertaqwa kepada Allah, dengan mengabdi dan meningkatkan
ketaatan kita kepada-Nya .Kita semua tentu menyadari bahwa umur kita selama ini
dari hari kehari bukanlah malah bertambah, tetapi malah sebaliknya semakin
berkurang, kurang dan terus berkurang hingga datangnya ajal. Ini berarti kesempatan
kita untuk memperbanyak amal shaleh semakin habis, sedang perbuatan dosa
semakin bertambah terus tanpa ada penyesalan.
Semestinya kita harus pandai memanfaatkan kesempatan sebelum kesempatan
itu habis direnggut maut. Isilah kesempatan itu untuk beramal shaleh, jangan ada di
antara kesempatan yang terbuang percuma, atau berlalu dengan sia-sia. Jangan suka
menunda sesuatu yang berarti membuang-buang waktu.
Ingatlah firman Allah:
َ‫َولِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َأ َج ٌل فَِإ َذا َجا َء َأ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَْأ ِخرُونَ َسا َعةً َواَل يَ ْستَ ْق ِد ُمون‬
Artinya:
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya. Al-a’raf : 34.
Kaum Muslimin yang berbahagia
Mati adalah ketentuan yang pasti yang akan dialami setiap orang. Siapa saja
tak akan mampu menghindari mati, sekalipun ia telah berusaha menghindarinya.
Namun anehnya banyak umat manusia yang melalaikan mati, seolah-olah mati itu
tidak bakal terjadi. Mereka tenggelam dalam kemewahan dunia semesta, tanpa
memperdulikan kehidupan di akhirat yang abadi, sehingga mereka berbuat seenaknya
sendiri dengan menuruti kehendak haw anafsunya. Mereka sudah tidak lagi mengisi
kesempatannya dengan amal shaleh, tetapai justru sebaliknya kesempatan-
kesempatan di warnai dengan berbagai kemaksiatan. Semestinya mereka harus
menyadari, bahwa kematian itu pasti datang, dan kedatangannya tak seorang pun
yang mengerti.bisa saja kematian itu menimpa seseorang yang masih mudah belia,
bahkan sering terjadi seseorang yang diwaktu soreh masih kelihatan sehat tetapi di
pagi harinya ia mati mendadak. Tegasnya kematian pasti datang, dan datangnya tak
terduga-duga sebelumnya. Oleh karena itu marilah kita isi kesempatan kita dengan
amal shaleh untuk mencari keridhaan Allah Swt.
Rasulullah Saw. Telah bersabda:

7
Artinya:
Jagalah lima perkara sebelum tertimpa lima keadaan, jagalah masa
hidupmu sebelum datang masa kematianmu. Jagalah masa sehatmu sebelum
datang masa sakitmu. Pergunakanlah masa luangmu sebelum datang masa
sibukmu. Jagalah masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Jagalah masa
kayamu sebelum datang masa miskinmu.
Dalam hadis ini Rasulullah secara tegas menganjurkan kepada kita agar
benar-benar memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin dengan memperbanyak amal
shaleh. Sebab jika kesempatan itu kita abaikan tentu hilang percuma.
- Pertama, Mumpung masih hidup gunakanlah untuk giat beribadah jangan engakau
tunda-tunda sehingga datang masa kematianmu. Sebab kematian itu menyebabkan
putusnya amal.
- Kedua, Sewaktu badan masih sehat gunakan untuk memperbanyak anal shaleh,
jangan engkau menunda-nunda menunggu datangnya sakit, yang menyebabkan orang
susah beribada.
- Ketiga, Masa luangmu, yaitu masa hidupmu di dunia adalah suatu kesempatan
untuk mengumpulkan bekal yang engakau dapat petik buahnya dikelak hari
kemudian. Kesempatan itu jangan di tunda-tundasehingga datang hari kiamat yang
pada hari itu setiap orang sibuk memikirkan diri sendiri untuk menghadapi hisab
(penelitian amal).
- Keempat, Sewaktu masih mudah berarti sewaktu masih dapat melangkah jauh untuk
berbuat sesuatu, hendaknya diisi dengan amal shaleh, jangan ditunda-tunda sehingga
datang masa tua yang membut seseorang menjadi loyoh/pikun.
- Kelima, Sewaktu masih kaya, hendaklah giat bersedeqah, membantu fakir miskin,
menyantuni anak yatim, berderma untuk kemashlahatan pendidikan dan lain
sebagainya. Gunakanlah kesempatan itu ssebaik mungkin mumpung belum datang
kemiskinan yang dapat menghambat orang untuk giat bersedeqah dengan harta.

Kaum muslimin yang berbahagia


Sesungguhnya dunia ini adalah ladang tempat kita menanam amal, yang
hasinya kita petik di akhirat nanti. Siapa yang berbuat baik di dunia, tentu akan
memperoleh pahala dari sisi Allah, dan siapa yang berbuat jahat, maka Allah akan
membalasnya dengan siksa. Sebagaimana firmannya:
ْ ‫ت َوهُ ْم اَل ي‬
َ‫ُظلَ ُمون‬ ِّ ‫ض بِ ْال َح‬
ٍ ‫ق َولِتُجْ َزى ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ق هَّللا ُ ال َّس َم َوا‬
َ َ‫َو َخل‬
Artinya:

8
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar
dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan
dirugikan. . al-Jastiah: 22.
Semoga dengan ayat-ayat ini, kita semua dapat memanfaatkan kesempatan
untuk memperbanyak amal shaleh, bartaubat kepada Allah, dan berzikir kepadanya.

A. Penutup
Nampaknya, surat Al-‘Ashr yang terdiri dari tiga ayat yang singkat dan
padat ini memberikan gambaran secara umum konsepsi kehidupan manusia yang
pada umumnya berada dalam kerugian. Namun, pada akhirnya Allah SWT
memberikan pandangan tentang manusia yang sukses, yaitu orang yang beriman
dan mengaktualisasikannya dalam bentuk amal nyata; serta saling berwasiat di
antara sesamanya dengan kebenaran dan ketabahan. Konsep inilah yang akan
menjamin manusia sukses dunia dan akhirat.
Semoga Allah SWT selalu memberi kemampuan kepada kita semua agar
tetap berada pada jalur manusia suses di masa-masa mendatang, amien...
Allahu a’lam

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii


ajmaiin
Alhamdulillahirobbil’alamin
Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal
mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun
muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa
tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.
Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa
wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil
kaafiriina.

9
“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa
ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa
shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi,
faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta
Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna
lanakunanna minalkhosiriin.
ROBBANAA LAA TUZIGH QULUBANA BA’DA IDZ HADAITANA
WA HABLANA MIL LADUNGKA ROHMA INNAKA ANTAL
WAHHAAB.
Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira
Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrata
a'yunin, waj'alna lil muttaqiina imaama
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii
ajmaiin
Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina
adzabannar.
Walhamdulillahirobbil’alamin

10

Anda mungkin juga menyukai