BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi adalah seperangkat nilai yang mengendalikan interaksi anatara satu
individu dalam organisasi dengan individu dalam organisasi, atau organisasi lain sebagai
pemasok dan anggota masyarakat yang dilayani. Secara umum Budaya organisasi merupakan
rangkaian dasar dari asumsi-asumsi yang ada. Asumsi tersebut kemudian berkembang di
suatu kelompok menjadi acuan bertingkah laku dalam organisasi. Kebiasaan inilah yang akan
diwariskan kepada generasi penerus sebagai cara pandang, dasar bertindak dalam organsiasi.
1
5) Larissa A. Grunig. Menurut Larissa A. Grunig arti budaya organisasi adalah totalitas
nilai, simbol, makna, asumsi, dan harapan yang mampu mengorganisasikan sebuah
kelompok yang bekerja secara bersama-sama.
6) Lathans (1998). Menurut Lathans pengertian budaya organisasi adalah norma-norma
dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Semua anggota
organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh
lingkungannya.Adapun unsur-unsur dari budaya organisasi adalah sebagai berikut:
1) Pemimpin
2) Asumsi dasar
3) Seperangkat nilai dan kepercayaan dari yang dipercayai
4) Panduan menyelesaikan masalah
5) Berbagai nilai
6) Pewarisan
7) Acuan tingkah laku
8) Citra dan Brand yang khas/khusus
9) Kesesuaian
Budaya dalam organisasi setidaknya memainkan tiga peranan penting, yaitu memberikan
identitas bagi anggotanya dengan meningkatkan komitmen terhadap visi dan misi organisasi
serta memperkuat standar perilaku. Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan
juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi
berbagai tantangan di masa yang akan datang. Kesinambungan organisasi sangat bergantung
pada budaya yang dimiliki. (Susanto :1997) mengemukakan bahwa budaya organisasi dapat
dimanfaatkan sebagai daya saing andalan organisasi dalam menjawab tantangan dan
perubahan. Budaya organisasi pun dapat berfungsi sebagai rantai pengikat dalam proses
menyamakan persepsi atau arah pandang anggota terhadap suatu permasalahan sehingga
akan menjadi satu kekuatan dalam pencapaian tujuan organisasi.
2
Menurut Robbins (dalam Riani : 2011) budaya organisasi memiliki peran atau fungsi dalam
organisasi antara lain:
1) Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada
kepentingan diri individual seseorang.
4) Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang membentuk sikap serta
perilaku karyawan.
Budaya adalah cara melakukan sesuatu yang telah dipelajari dan dibagikan dalam suatu
kelompok tertentu. Misalnya bagaimana cara makan, berpakaian, dan lainnya.
Budaya dibagi menjadi anggotanya dan menjelaskan pembatasan dengan kelompok lain.
Terdapat dua aspek budaya yaiu:
1) Dimensi populer atau aspek yang dapat diamati yang mencerminkan budaya misal
bahasa, orientasi waktu, etika, agama, orientasi jarak dalam berhubungan.
2) Dimensi subyektif, yang mempresentasikan pengaruh internal yang mempengaruhi
bagaimana jalan pikiran orang dan tingkah lakunya. Misalnya nilai-nilai yang berbeda
diantara bangsa yang berbeda.
Dimensi dalam budaya bangsa dalam berorganisasi dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1) Power Distance, terkait kepada solusi-solusi yang berbeda terhadap masalah dasar
dari ketidaksetaraan manusia;
2) Uncertainty Avoidance, terkait dengan tingkat dari stres dalam lingkungan sosial
menghadapi masa depan yang tidak diketahui;
3
3) Individualism versus Collectivism, terkait dengan integrasi dari individu ke dalam
kelompok-kelompok utama;
4) Masculinity versus Feminimity, terkait dengan pembagian dari peran emosi antara
wanita dan laki-laki
5) Long Term versus Short Term Orientation, terkait kepada pilihan dari fokus
untuk usaha manusia: masa depan, saat ini, atau masa lalu
6) Indulgence versus Restraint, terkait kepada gratifikasi dibandingkan kendali dari
kebutuhan dasar manusia untuk menikmati hidup
Budaya yang dianut dalam organisasi tidak terjadi dengan sendirinya, namun melalui
serangkaianya proses. Schein merinci langkah pembentukan budaya organisasi sebagai
berikut:
4
1. Misi dan strategi. Adanya asumsi dan pemahaman akan misi utama, tugas untama
serta fungsi.
2. Tujuan. Tujuan berdasarkan misi utama.
3. Cara-cara. Cara mencapai tujuan melalui struktur organisasi, pembagian tenaga
kerja, sistem penghargaan dan sistem otoritas.
4. Pengukuran. Pengembangan kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk
mengukur kinerja.
5. Koreksi. Menciptakan strategi pembenahan yang tepat sebagai dasar bertindak
lebih lanjut untuk mencapai tujuan.
5
BAB X
KONFLIK
1. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Jadi, konflik secara umum yaitu perilaku
organisasi yang dilakukan dengan cara yang berbeda dari anggota satu dengan anggota lainnya.
6
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih
pihak secara berterusan.
Robbins menjelaskan kalau pandangan konflik dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1) Pandangan Tradisional.
Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif,
merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence,
destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat
komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang-orang, dan
kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
3) Pandangan Interaksionis.
Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya
konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan
serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena
itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara
berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, dan
kreatif.
7
3. KONFLIK DILIHAT DARI FUNGSI
8
a. Ketergantungan yang dikelompokkan
b. Ketergantungan berurutan
9
kebun atau lading. Masih banyak bagi perbedaan sesuai dengan kepentingan masing-
masing individu maupun kelompok.
4) Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Sehingga Membentuk Pribadi-pribadi yang
Berbeda.
Seseorang akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompok/organisasi. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
5) Perubahan-perubahan Nilai yang Cepat dan Mendadak dalam Suatu Organisasi
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya saat manajer ingin rapat dengan pegawai nya dan
sudah menentukan jadwal. Namun pada hari yang sudah ditentukan manajer tidak
dapat melaksanakan rapat dan memberi tahu pegawainya secara mendadak. Disitulah
terjadi konflik antara manajer dan pegawainya.
6) Persaingan Terhadap Sumber Daya yang Langka
Persaingan dalam memperebutkan sumber daya tidak akan menimbulkan konflik bila
sumberdaya yang tersedia secara berlimpah sehingga masing-masing subunit dapat
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhannya. Namun bila sumber daya yang ada
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dari masing-masing subunit, maka masing-
masing subunit berupaya untuk mendapatkan porsi sumberdaya yang langka tersebut
lebih besar dari yang lain maka konflik mulai muncul. Sumber daya yang paling
sering menimbulkan konflik adalah sumberdaya keuangan karena sumber daya
tersebut pada sebagain besar organisasi merupakan sumber daya yang langka. Dan
subunit akan cepat berkembang bila didukung sumber daya keuangan yang memadai.
Konflik yaitu salah satu yang tidak dapat dihindari dan suatu hal yang alamiah dalam
suatu proses interaksi antar tim ataupun organisasi. Konflik pada dasarnya tidak selalu
memberikan pengaruh yang negatif, namun juga dapat pengaruh positif juga. Bahkan
10
kedua pengaruh tersebut ini dapat menciptakan perubahan bagi kehidupan manusia
karena dapat mengubah serta mengembangkan manusia menjadi lebih baik lagi.
1) Pengaruh Negatif
2) Pengaruh Positif
11
b) Meningkatkan Prestasi kerja: dengan adanya konflik bisa membuat orang
yang terimajinasikan oleh konflik merasa mempunyai kekuatan sendiri untuk
membuktikanbahwa ia mampu dan sukses dantidak pantas untuk “dihina”
c) Mengembangkan hubungan kerja yang baik: dengan adanya konflik yang
terjadi membuat orang berpikir untuk mulai mencari alternatif yang lebih baik
misalnya bekerjasama dengan orang lain.
d) Menciptakan Perubahan: Konflik berpengaruh besar terhadap kehidupan
manusia karena suatu konflik yang terjadi dapat mengubah dan
mengembangkan kehidupan manusia. Seperti contoh di Indonesia konflik
menciptakan perubahan kehidupan politik
e) Mampu memahami orang lebih baik: Konflik membuat orang memahami
adanya orang lain yang berbeda pendapat, berbeda pola pikir dan berbeda
karakter. Perbedaan tersebut perlu dimanajemeni dengan hati-hati agar
menghasilkan solusi yang menguntungkan dirinya atau kedua belah pihak.
f) Meningkatkan kreativitas dan cara berpikir yang kritis: Konflik akan
menstimuli orang untuk berpikir kritis terhadap posisi lawan konfliknya dan
posisi dirinya sendiri. Orang harus memahami mengapa lawan konfliknya
mempunyai pendapat yang berbeda dan mempertahankan pendapatnya.
Meningkatnya kreativitas digunakan dalam menyusun strategi dan traktik
untuk menghadapi konflik tersebut.
g) Manajemen konflik dalam menciptakan solusi terbaik: Jika suatu konflik
yang terjadi dimanajemeni dengan baik dapat menghasilkan solusi yang
memuaskan kedua belah pihak yang terlibat. Solusi yang memuaskan akan
menghilangkan perbedaan mengenai objek konflik. Hilangnya perbedaan
membawa keduanya kembali dalam interaksi sosial yang harmonis.
12
1) Konflik Laten (Latent Conflict). Dimana konflik ini adalah tahapan munculnya
faktor penyebab di dalam organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini yaitu
persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas, konflik peran,
persaingan perebutan posisi di dalam organisasi.
2) Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict). Pada tahapan ini salah satu pihak
memandang pihak lain sebagai penghambat atau penghalang pencapaian tujuannya.
3) Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict). Pada tahapan ini perilaku
tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti adanya sabotase,
agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain sebagainya.
4) Resolusi Konflik (Conflict Resolution). Pada tahapan ini konflik yang terjadi
diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan.
5) Konflik Aftermath(conflict aftermath). Jika konflik sudah benar-benar diselesaikan
maka hal tersebut akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya saja
jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka akan dapat menimbulkan konflik baru.
7. SIFAT KONFLIK
Konflik yang terjadi di dalam organisasi ada yang bersifat fungsional dan disfungsional,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
13
d) Konflik dapat digunakan sebagai alat keseimbangan kekuasaan, di mana
dapat menjembatani antara manajemen dengan serikat pekerja.
2) Konflik disfungsional. Merupakan konflik yang menghalangi prestasi anggota
dalam organisasi. Konflik ini siafatnya dapat merusak, bahkan menghalangi
pencapaian tujuan organisasi.
Secara umum konflik dapat dipandang sebagai faktor yang menurunkan prestasi kerja.
Itu artinya ketika sedang terjadi konfllik, maka pihak-pihak yang berkonflik akan
memfokuskan diri dan energinya pada penyelesaian konflik tersebut, sehingga
menghambat prestasi kerjanya.
14
Tingkat
Kondisi Tingkat konflik Karakteristik perilaku Sifat Konflik Prestasi
A Rendah/ dekat Apatis, Stagnasi, Tidak resfonsif, Disfungsional rendah
Kurangnya ide-ide
B Optimal Bersemangat inovatif, Dorongan Fungsional tinggi
untuk berubah mencari solusi
C Tinggi Kacau, Tak ada kerjasama, Disfungsional rendah
tak ada koordinasi
9. PENYELESAIAN KONFLIK
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-
tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-
pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat
konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut
berusaha mengatasi konflik yang muncul.
1. Collaborating: dengan cara ini pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-
sama memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerja sama
secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai
kepentingan pihak lain. Singkatnya, kepentingan kedua pihak tercapai
(menghasilkan win-win solution).
2. Compromising: merupakan gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan
negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan
solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution).
3. Menghindari (Avoidence): Apabila kelompok-kelompok yang sedang bertengkar
datang pada seorang manajer untuk meminta keputusannya, tetapi ternyata bahwa
sang manajer menolak untuk turut campur dalam persoalan tersebut, maka setiap
pihak akan mengalami perasaan tidak puas. Memang perlu diakui bahwa sikap
pura-pura bahwa tidak ada konflik, merupakan seuah bentuk tindakan menghindari.
15
Bentuk lain adalah penolakan (refusal) untuk menghadapi konflik, dengan jalan
mengulur-ulur waktu, dan berulangkali menangguhkan tindakan, “sampai
diperoleh lebih banyak informasi”
16
BAB XI
PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
1. HAKIKAT PERUBAHAN
Pengertian Perubahan Organisasi adalah suatu variasi dari cara-cara yang telah
mapan,yang selama ini berlangsung dalam organisasi dan dipergunakan serta ditaati
oleh anggota organisasi dalam melakukan aktivitasnya dan berbeda dari apa yang
selama ini ada dan telah berlaku dalam organisasi. Selain itu Perubahan organisasi
juga merupakan upaya masyarakat dalam organisasi tersebut, bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan yang sama, dengan melakukan perubahan-perubahan
organisasi dalam berbagai aspek. Atau melakukan berbagai penyesuaian dengan
perkembanagn zaman yang terus berkembang. Agar tujuanya dapat tercapai, dan
dapat bertahan dalam perubahan besar dunia.
Perubahan adalah hal yang pasti akan dilakukan oleh setiap organisasi di dunia ini
untuk menjaga eksistensinya, akibat perubahan zaman. Perubahan atau berubah
secara etimologis dapat bermakna sebagai usaha atau perbuatan untuk membuat
sesuatu berbeda dari sebelumnya. Dalam istilah perubahan organisasi, dikenal juga
istilah serupa yaitu change interventation adalah sebuah rancangan aksi atau tindakan
untuk membuat inovasi dan merubah sesuatu menjadi berbeda. Dan change again
yaitu individu atau kelompok yang bertindak sebagai katalis atau suatu seseorang
yang bertanggung jawab untuk melakukan manajemen dan menentukan prosedur
kerjadalam organisasi, agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
17
sebuah perkembangan, karena suatu organisasi dapat dikatakan berhasil saat
organisasi tersebut berkembang ke arah yang positif, sehingga rakyat yang tergabung
dalam organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya. Dan dalam suatu perkembangan
organisasi memerlukan penyesuaian sistem pada organisasi tersebut dalam mengikuti
perubahan zaman.
2. TIPE-TIPE PERUBAHAN
Adapun dari sisi tripologinya, perubahan organisasi dapat dibagi menjadi tiga bentuk
yaitu:
18
3. PENOLAKAN TERHADAP PERUABAHAN
19