Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN PRODUK EDAMAME (Kedelai Jepang)

DI PT. KENKYO FOOD TECH INDUSTRY

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Ujian Akhir Semester program studi Manajamen
Operasi II

Oleh :

Dewi Kustidjanti

Dewi Sulistyaningsih

Harnoko

Nuri Pembayun

Sofiyanto

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) SEMARANG

2017
PRAKATA

Puji syukur kehadirat atas Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Isi dari makalah ini adalah proses pengembangan produk
Frozen Edamame di PT. Kenkyo Food Tech Industry.

Bersama ini saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen yang telah memberikan saya tugas untuk
penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran
bagi kami untuk penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini nantinya dapat
digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Semarang, 10 Desember 2017

TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B.Rumusan Masalah ...................................................................................2
C.Tujuan Penulisan .....................................................................................2
D.Manfaat Penulisan ...................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
A.Desain Produk Berupa Barang ................................................................3
B.Desain Produk Berupa Suatu Jasa ...........................................................4
C.Pengembangan Produk ( Product Development ) .....................................7
D.Permasalahan Lain dari Desain Produk ..................................................7
BAB III PENUTUP
 A.Kesimpulan .............................................................................................10
B.Saran ........................................................................................................10
Daftar pustaka .....................................................................................................11
 
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini banyak perusahaan dihadapkan kepada produksi barangdan jasa yang sesuai
dengan keinginan kosnsumen yang selalu berubah-ubah. Dimana hal tersebut menimbulkan
suatu masalah baru yang komplek bila suatu perusahaan tidak mampu mengatasinya. Oleh
karena itu diperlukan sebuah sistem atau strategi proses dalam manajemen operasional yang
disebut juga sebagai Strategi transformasi faktor inputs menjadi outputs. Dimana sistem ini lebih
efisien dan efektif Manager operasional bertugas menyusun strategi proses untuk dapat mencapai
sasaran operasional dan organisasi/perusahaan (Tampubolon,2004). Dalam pemasaran, produk
mempunyai arti yang luas, yaitu suatu kesatuan yang ditawarkan pada pasar baik yang berwujud
maupun tidak berwujud. Produk yang berwujud biasa disebut barang (goods) dan produkyang
tidak berwujud biasa disebut jasa (service). Seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan
Armstrong (1993:494) jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak
lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.Proses
produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.

  Sementara itu Robert D. Reid (1989:29) memberikan penjelasan mengenai jasa adalah 
sesuatu yang tidak berwujud, tidakseperti produk yang berwujud Jasa bukan barang fisik, tetapi
sesuatu yang menghadirkan kegiatan atau perbuatan. Kehadirannya ini umumnya dilakukan atas
dasar personal sering berhadap-hadapan langsung antara individu.
BAB II PEMBAHASAN

II.1. PENGERTIAN EDAMAME

Edamame (Jepang) atau Kedelai (Indonesia) bukanlah jenis tanaman kacang-kacangan,


melainkan masuk ke dalam kategori sayuran (vegetable). Di Jepang, negara asal kedelai ini,
edamame termasuk tanaman tropis dan dijadikan sebagai sayuran serta camilan kesehatan.
Begitu juga di Amerika, kedelai ini dikategorikan sebagai healthy food.
Untuk sebagian orang di Indonesia, kedele edamame mungkin masih terdengar asing. Kedele
sayuran ini baru bisa dijumpai di restoran Jepang atau restoran berkelas lainnya untuk disantap
atau dimasak menjadi sup atau lebih dikenal sebagai camilan  kedele edamame yang rasanya
gurih dan lezat
Pada kedelai terdapat senyawa alami mirip estrogen, yang disebut fitoestrogen. Senyawa ini
telah terbukti mampu menghambat pengeroposan tulang (osteoporosis). Wanita Jepang gemar
sekali makan produk olahan kedelai seperti susu kedelai, makanya usia menopause tinggi dan
jarang mengalami keluhan pasca menopause.

https://kiosmakanansehat.wordpress.com/artikel-3/produk-2/ (10 Desember 2017-20:30


WIB)

II.2. PENGEMBANGAN PRODUK (PRODUCT DEVLOPMENT )

Pengembangan produk yang dilakukan oleh PT. Kenkyo pada edamame dibagi menjadi 2
(Dua) jenis produksi yaitu
a. Proses produksi frozen edamame : Didistribusikan dalam bentuk frozen edamame (Ready
To Eat)
b. Proses produksi fresh edamame : Didistribusikan dalam bentuk fresh (mentah) edamame
( Harus melalui proses perebusan)

II.2.A Proses Produksi Edamame Beku (Frozen Edamame)

Proses pembuatan edamame beku diawali dengan penerimaan bahan baku, yang terdiri
dari penimbangan, pembersihan kotoran, grading, pencucian dengan klorin, serta analisa awal
bahan baku. Bahan baku edamame yang baru dipanen kemudian dilakukan proses penimbangan
bahan baku tersebut. Proses penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui serta memastikan berat
dari bahan baku yang masuk. Setelah dilakukan proses penimbangan, dilakukan proses
pembersihan kotoran dari bahan baku. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin blower.
Mesin blower ini terdiri dari 2 buah mesin, yaitu blower 1 dan blower 2. Mesin blower
menggunakan sistem penghembusan dengan udara untuk membersihkan kotoran berupa daun
dan ranting, serta menggunakan enyemprotan dengan air untuk menghilangkan kotoran berupa
debu dan tanah.

Setelah melalui blower, bahan akan masuk ke dalam small conveyor. Di dalam alat
tersebut terdapat aliran air yang akan membasahi bahan, sehingga bahan akan terbebas dari tanah
dan pasir yang menempel. Setelah itu, bahan dimasukkan ke mesin yang akan memisahkan
edamame yang sesuai standar dan yang tidak sesuai standar. Setelah mengalami proses tersebut,
akan dilakukan proses pencucian/washing.

Pencucian dilakukan dengan menggunakan larutan klorin 150 ppm. Tujuan peggunaan
larutan klorin ini adalah untuk mengendalikan jumlah mikroba, sehingga dihasilkan edamame
yang bersih. Setelah pencucian, edamame ditiriskan dengan menggunakan keranjang dan
dimsukkan ke unit grading. Pada tahap grading, setiap 100 kg bahan baku akan diambil sebanyak
500 gram sampel untuk dilakukan analisa mutu yang dilakukan oleh staff QC. Analisa ini
dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan yang diterima dari masing-masing petani. Grading
adalah tahapan poses pemisahan bahan baku edamame berdasarkan kualitasnya. Proses grading
dilakukan berdasarkan lokasi lahan masing-masing bahan. Setelah bahan disortasi, dilakukan
penimbangan degan tujuan untuk mengetahui berat bahan hasil sortasi. Setelah itu, dilakukan
perendaman di dalam bak penampungan yang berisi larutan klorin 175 ppm selama 8 menit.
Tujuan dilakukannya perendaman ini adalah untuk mengurangi jumlah mikroba sebelum
dilakukan proses blanching.

Sebelum dilakukan proses blanching, bahan direndam air tawar terlebih dahulu.
Tujuannya adalah untuk membersihkan bahan dari sisa klorin dan kotoran yang mungkin masih
ada. Setelah itu dilakukan proses blansing.

Proses balnsing terdiri dari 3 macam proses, tergantung jenis prduk mana yang
diinginkan konsumen. Jenisnya adalah :

1. RB (regular blanching) : untuk produk edamame yang diolah terlebih dahulu


sebelum dikonsumsi
2. LB (long blanching) : untuk produk edamame yang bisa langsung dikonsumsi
3. SLB (salt long blanching) : untuk menghasilkan edamame yang memiliki rasa
asin

Setelah mengalami proses blansing, edamame akan masuk ke proses pendinginan I dan
II. Pendinginan I menggunakan suhu 27-300C. sedangkan pendinginan II menggunakan suhu
yang lebih redah, yaitu 120C. tujuan dilakukannya pendinginan I dan II adalh untuk mencegah
terjadinya thermal shock pada produk akibat perbedaan suhu yang terlalu tinggi dan untuk
menurunkan jumlah bakteri pada bahan.

Setelah mengalami proses pendinginan. Bahan akan ditiriskn. Penirisan dilakukan dengan
menggunakan alat vibrator. Tujuan dari proes ini adalah untuk mengurangi jumlah air pada
produk. Prinsip penirisan ini adalah melepaskan air yang melekat pada edamame dengan
menggunakan getaran yang disertai dengan goyangan atau ayakan. Getaran vibrator berfungsi
untuk membantu proses pemerataan edamame sehingga edamame tidak bertumpuk-tumpuk dan
saat pembekuan dapat merata.

Tahap selanjutnya adalah pembekuan. Pembekuan dilakukan dengan menggunakan


mesin IQF (Individual Quick Freezer). Metodenya ialah dengan menggunakan hembusan udara
dingin yang suhunya -290C sampai -340C. Akibat adanya suhu yang sangat rendah dan waktu
yang singkat, akan terbentuk Kristal es yang memiliki tekstur halus dan berukuran kecil. Setelah
edamame keluar dari mesin IQF, edamame ditampung dalam kantong plastic, kemudian
ditimbang dan diikat untuk dimasukkan ke cold storage. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan kualitas produk, menstabilkan suhu, dan sebagai tempat penyimpanan bahan
sebelum dikemas atau sebelum dipasarkan.B

Setelah disimpan dalam penyimpanan beku selama minimal 1 jam, dilakukan sortasi
akhir. Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum produk dikemas. Sortasi akhir dilakukan untuk
mengecek ulang, apakah masih ada produk yang tidak sesuai standar, baik karena efek
penyimpanan suhu rendah atau karena sortasi awal yang kurang sempurna. Setelah itu, produk
yang sesuai standar ditimbang dan kemudian dikemas dengan menggunakn plastic berbahan
dasar polietilen. Maka, jadilah produk edamame beku yang siap dipasarkan dan dikonsumsi.

Penerimaan Bahan dan Perlakuan Awal

Setelah edamame beku diterima, bahan akan dimasukkan atau diletakkan pada mesin
blower sebanyak 2 buah. Edamame akan berjalan melewati blower 1 dan 2 dengan menggunakan
belt conveyor. Tujuan penggunaan blower yaitu untuk membersihkan edamame dari kotoran
ringan dengan menggunakan system penghembusan dengan udara untuk kotoran berupa daun
dan ranting serta penyemprotan dengan air untuk menghilangkan kotoran berupa debu dan tanah.
Kemudian bahan akan masuk kedalam small conveyor yang dengan adanya aliran air akan
membasahi bahan sehingga akan terbebas dari kotoran berupa tanah dan pasir yang menempel.
Selanjutnya bahan akan masuk ke inlet conveyor yang mempunyai 4 size grader. Fungsi mesin
tersebut adalah untuk memisahkan edamame yang sesuai standar dengan yang tidak memnuhi
standar, dengan menggunakan prinsip pengayakan yang digerakkan dengan getaran, sehingga
dihasilkan edamame dengan ukuran yang sama (Adnan, 2017).

Grandson dalam Brennan (2006) menyatakan bahwa seluruh makanan sebelum diproses
harus dibersihkan terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan kontaminan yang
berbahaya. Metodenya bervariasi mulai dari yang kering hingga basah. Metode kering
digambarkan bahwa bahan dimasukkan dalam pipa yang berlubang lalu kemudian diputar,
sehingga kotoran-kotoran yang ada pada edamame dapat keluar melalui lubang tadi. Prinsip
pembersihan tersebut mirip dengan ayakan. Untuk metode basah, Grandson dalam Brennan
(2006) menyontohkan dengan penyemprotan bahan ataupun dengan perendaman.

Grandson dalam Brennan (2006) menyebutkan beberapa kriteria dalam sorting. Kriteria
tersebut diantaranya adalah berat, ukuran, bentuk, densitas dan warna (fotometris).

Pernyataan Adnan (2017) menunjukkan bahwa proses pembersihan berupa gabungan dari
proses yang kering dan basah. Proses tersebut dapat dianggap sebagai proses pencucian karena
proses pencucian memiliki tujuan yang sama yaitu menghilangkan kontaminan yang berbahaya.
Namun Adnan (2017) menyebutkan bahwa setelah proses pembersihan, edamame harus
direndam lagi dalam klorin 150 ppm. Tujuannya adalah untuk mengendalikan jumlah mikroba
sehingga dihasilkan edamame yang bersih. Dengan demikian proses pembersihan pada produksi
edamame beku ini meliputi dua tahapan yaitu pembersihan secara kualitatif dimana kotoran-
kotoran yang terlihat saja yang dibersihkan (dengan menggunkan 2 metode) dan pembersihan
secara kuantitatif dimana penambahan klorin dimaksudkan untuk membunuh mikroba yang tidak
kasat mata.

Proses pemasukan edamame kedalam mesin size grader dapat dikategorikan sebagai
proses sorting. Aspek yang mungkin terlihat dari pernyataan Adnan (2017) mungkin hanya
mengenai ukuran saja. Namun dalam sorting, yang menjadi aspek bukan hanya ukuran saja,
melainkan juga warna, berat, bentuk dan densitas seperti yang telah dinyatakan oleh Grandson
dalam Brennan (2006).

Prasetyo (2010) menyatakan bahwa tahapan grading yang dilakukan dalam proses
pemroduksian edamame beku setelah sorting, mengategorikan edamame yang sudah di-grading
menjadi beberapa kategori. Kategori-kategori tersebut antara lain SQ (Standard Quality), SG
(Second Grade), TG (Third Grade). Bahan baku yang tidak masuk dalam standar dinamakan
afkir. Grading yang dilakukan sendiri menurut Adnan (2017), ada dua cara yaitu dengan
menggunakan meja dan belt conveyor dimana keduanya menggunakan tenaga manusia.

Setelah melalui grading, edamame tersebut akan direndam kembali dalam larutan klorin
sebelum diblansing. Larutab klorin 175 ppm digunakan untuk mengurangi mikroba awal. Hal
tersebut dimungkinkan karena proses grading yang langsung kontak dengan manusia akan
membawa mikroba pada edamame. Bila tidak direndam dalam klorin, dikhawatirkan waktu
untuk blansing akan bertambah dan ditakutkan dapat mengurangi mutu edamame. Adnan (2017)
menyatakan bahwa sebelum diblansing, edamame juga didinginkan.

Proses yang dilakukan berikutnya yaitu Blansing. Menurut Fellows (2000), metode yang
umum digunakan pada blansing, yaitu steam dan hot water blanching, dimana steam blanching
menggunakan uap panas sedangkan hot water blanching menggunakan air yang panas. Blansing
yang dilakukan pada proses produksi edamame beku adalah dengan steam blanching, sesuai
pernyataan Adnan (2017) bahwa prinsip blansing yang digunakan yaitu melewatkan edamame
pada uap panas 100oC sehingga edamame menerima panas secara merata pada seluruh
bagiannya. Mesin yang digunakan ada 2 macam yaitu SABROE dan MYCOM yang berkapasitas
mesin 2 – 2.5 ton.

Lebih lanjut Adnan (2017) menyatakan bahwa proses blansing yang dilakukan ada 3
macam yaitu :

A. RB (Regular Blanching)

Merupakan proses blansing yang menggunakan suhu 100oC selama 2 menit. Proses ini
biasanya ditujukan untuk produk edamame yang diolah terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi.

B. LB (Long Blanching)

Merupakan proses blansing yang menggunakan suhu 100oC selama 2.5 menit. Edamame
yang melalui proses ini memiliki tekstur yang lebih lunak bila dibandingkan dengan RB.
Edamame yang melalui proses ini biasanya dapat langsung dikonsumsi.

C. SLB (Salt Long Blanching)

Merupakan produk edamame yang lebih berasa asin karena adanya perendaman dengan
larutan garam. Prosesnya ada 2 tahap, yang pertama blansing selama 2 menit pada suhu
100oC kemudian masuk pendinginan I dan II, selanjutnya perendaman larutan garam
15% selama 25 atau 45 menit. Tahap kedua blansing lagi selama 30 detik pada suhu
100oC.

Sesuai dengan pernyataan Adnan (2017), proses – proses diatas bergantung dari
kehendak konsumen. Oleh karena itu, proses blansing yang dilakukan untuk proses produksi
edamame, tidak mutlak menggunakan salah satunya. Blansing yang digunakan dapat dipilih satu
diantaranya.

Proses Pendinginan dan Pembekuan

Adnan (2017) menyatakan bahwa setelah mengalami proses blansing, edamame akan
masuk ke proses pendinginan. Proses pendinginan tersebut terdiri dari dua tahapan. Pendinginan
I dilakukan dengan jalan memasukkan edamame yang sudah diblansing ke dalam air biasa
bersuhu 27 – 30oC dengan menggunakan conveyor yang berjalan. Setelah selesai proses
pendinginan I, proses pendinginan berlanjut ke proses pendinginan II yang suhunya 12oC.
Adnan (2017) menyatakan bahwa proses pendinginan berguna agar bahan tidak mengalami
thermal shock karena bahan setelah blansing akan dibekukan.
Jika dilihat dari kegunaannya, pendinginan selain untuk mencegah thermal shock, bias
digunakan sebagai salah satu cara dalam mengawetkan makanan sebagaimana yang dinyatakan
oleh Berk (2009). Kegunaan lainnya yaitu meningkatkan daya tarik konsumen seperti yang
dibahas pada BAB II yang dinyatakan oleh Fellows (2000).

Setelah proses pendinginan, produksi edamame beku dilanjutkan dengan proses penirisan
dengan menggunkan vibrator. Menurut Adnan (2017), kegunaan dari penirisan adalah untuk
mengurangi jumlah air antar bahan sehingga ketika dibekukan tidak terbentuk Kristal antar
bahan.

Bila selesai Penirisan, proses yang dilakukan selanjutnya yaitu pembekuan. Adnan (2017)
menyatakan bahwa proses pembekuan dilakukan dengan mesin IQF yang merupakan satu
kesatuan mulai dari blansing sampai pembekuan. Udara dingin dihembuskan pada edamame
dengan suhu udara ((-29oC) – (-34oC)). Edamame akan dilewatkan dengan menggunakan
conveyor dengan waktu yang singkat.

Pembekuan yang singkat akan menyebabkan Kristal es yang terbentuk kecil-kecil dan
menyebabkan tekstur bahan akan terjaga. Hal tersebut didukung oleh Fellows (2000) yang juga
menyatakan bahwa pembekuan cepat lebih menguntungkan daripada pembekuan lambat.

Dengan selesainya proses diatas maka proses pemroduksian secara umum sudah selesai,
namun proses masih berlanjut dengan pengemasan dan sortasi akhir sehingga edamame beku
siap dipasarkan.

https://lordbroken.wordpress.com/2011/04/03/edamame/ (12 Desember 2017 – 20:15


WIB)

Prose packing frozen edamame

Pada tahap packaging ini, edamame dikeluarkan dari cold storage dan dilakukan
penimbangan terlebih dahulu. Berat edamame tiap kemasan disesuaikan dengan permintaan
konsumen. Setelah ditimbang, edamame di kemas menggunakan corong. Setelah dimasukkan ke
dalam plastik dan di segel (sealer) menggunakan handseale. Kemudian dimasukkan ke dalam
karton dengan kapasitas karton 10-12 kg. Produk yang telah dikemas kemudian di seal
menggunakan lakban dengan rapi dan dilewatkan di mesin metal detector. Mesin metal detector
berfungsi untuk mengetahui adanya kandungan logam dalam suatu produk. Produk yang lolos
pada mesin metal detector akan disimpan kembali ke dalam cold storage I untuk menstabilkan
suhu sebelum dikirim. Pengendalian yang dilakukan pada tahap packaging adalah membersihkan
ruangan packing setiap 30 menit agar tidak ada mikroorganisme atau benda asing yang terikut di
dalam produk yang telah dikemas; dan produk yang telah dikemas dengan kardus, dilewatkan
pada mesin metal detector untuk mengetahui apakah ada logam yang terikut di dalam kemasan.
Proses Stuffing Frozen Edamame

Stuffing merupakan kegiatan memasukkan barang yang siap kirim ke dalam container.
Container yang digunakan yaitu container berkapasitas 20 ton yang dilengkapi dengan
refrigerated container untuk mengawetkan dan menjaga temperatur produk saat di dalam. Suhu
yang digunakan di container maksimal -18 . Cara memasukkan produk ke container yaitu dengan
membuat denah terlebih dahulu, dengan jarak 10 cm dari atap dan 5 cm dari bawah. Tujuannya
agar sirkulasi udara di dalam container tetap lancar selama distribusi.

II.2.B. PROSES PRODUKSI FRESH EDAMAME (MENTAH)

Proses Penerimaan RM (Raw Material)

Proses pembuatan fresh edamame diawali dengan penerimaan bahan baku, yang terdiri
dari penimbangan, pembersihan kotoran, grading, pencucian dengan klorin, serta analisa awal
bahan baku. Bahan baku edamame yang baru dipanen kemudian dilakukan proses penimbangan
bahan baku tersebut. Proses penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui serta memastikan berat
dari bahan baku yang masuk. Setelah dilakukan proses penimbangan, dilakukan proses
pembersihan kotoran dari bahan baku. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin blower.
Mesin blower ini terdiri dari 2 buah mesin, yaitu blower 1 dan blower 2. Mesin blower
menggunakan sistem penghembusan dengan udara untuk membersihkan kotoran berupa daun
dan ranting, serta menggunakan enyemprotan dengan air untuk menghilangkan kotoran berupa
debu dan tanah.

Proses Sortasi Edamam

Setelah melalui blower, bahan akan masuk ke dalam small conveyor. Di dalam alat
tersebut terdapat aliran air yang akan membasahi bahan, sehingga bahan akan terbebas dari tanah
dan pasir yang menempel. Setelah bahan dicuci proses selanjutnya adalah sortasi edamame,
dimana kualitas polong (edamame) dipilih dan dipisahkan sesuai standar yang telah ditentukan
( Polong 123,23 dan tanpa terserang hama penyakit).

Proses Packing Fresh Edamame

Proses packing fresh edamame dilakukan dengan proses timbang edamame (Setelah
melalui proses sortir) yang ditempatkan pada baskom dengan jumlah 1 Kg/Baskom yang
kemudian akan dikemas menjadi 4 kemasan yaitu :

a. Kemasan Wrapping 1 Kg
b. Kemasan PE 1 Kg
c. Kemasan PE 500 Gr
d. Kemasan Curah PE 25 Kg
Proses Stuffing Fresh Edamame

Proses stuffing fresh edamame hanya perlu dilakukan penyimpanan terlebih dahulu
ditempat chiller (Box Container) dengan suhu +/- 5℃ sebelum dilakukan pengiriman barang
menggunakan transportasi Coolbox agar produk tidak rusak dengan suhu ruang.

II.3. PROSES DISTRIBUSI EDAMAME

Prose distribusi edamame dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Distribusi edamame lokal


Distribusi lokal dikembangkan ke outlet-outlet edamame, pusat pertokoan oleh-
oleh, supermarket, restoran, kafe yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia.Sayuran
beku yang telah didapatkan konsumen kemudian banyak diolah para produsen makanan
olahan menjadi berbagai olahan makanan dan minuman seperti susu kedelai edamame,
bakpia edamame, edamame crispy, dan lain sebagainya.

b. Distribusi edamame ekspor


Dalam mendistribusikan produk ke jangkauan internasional, terdapat tahap- tahap
mekanisme ekspor yang PT. Kenkyo lakukan yaitu:
1. PT. Kenkyo menerima pesanan dari buyer berupa dokumen purchase order (RPO)
2. PT.Kenkyo mengecek ketersediaan barang yang akan diexpor dengan
ketersediaan sarana.
3. PT. Kenkyo meminta schedule kapal ke shiping line (perusahaan pelayaran)
kemudian shipping memberikan "Booking Confirmation", berisi konfirmasi
ketersediaan container, space kapal yang sesuai tujuan, dan tempat yang ditunjuk
untuk pengambilan container (depo container).
4. Setelah menerima jadwal pemberangkatan dari shipping line, kemudian PT.
Kenkyo menentukan stuffing yaitu menentukan mobil container atau truck
angkutan yang akan dipakai untuk pemuatan barang ekspor. Dan berkoordinasi
dengan bagian pemasaran dan prosessing.

5. Permohonan pemeriksaan ke karantina untuk mengeluarkan Phytosanitary


Certificate (sertifikat kesehatan tumbuhan yang dikeluarkan oleh institusi
karantina.

6. PT. Kenkyo menghubungi perusahaan pelayaran dan EMKL untuk menyewa


kontainer dan truck. Perusahaan / trucking melakukan pengambilan container
kosong di depo dengan berbekal "Booking Confirmation" dari eksportir yang
dibuat oleh shipping.

7. Pembuatan dokumen oleh PT. Kenkyo yang terdiri dari Invoice, Packing list, PEB
(Pemberitahuan Ekspor Barang), Beneficiary’s Certificate.

8. Proses stuffing yaitu proses pemuatan barang ekspor kedalam kontainer. Selama
proses stuffing terdapat pemeriksaan karantina. Ketika barang telah lulus
pemeriksaan, maka akan dikeluarkan Phytosanitary Certificate kepada pemilik
komoditas atau kuasanya.
BAB III KESIMPULAN

A. SIMPULAN
Untuk menghadapi persaingan bisnis yang dilakukan PT. Kenkyo adalah
meningkatkan kualitas edamame dengan baik, menjaga kestabilan harga dan stock barang
dalam pasar. Dengan menjual 2 macam hasil siap jual ini, yaitu Frozen Edamame dan
Fresh Edamame, diharapkan kualitas mutu produk dapat ditingkatkan. Salah satu
tujuannya untuk mengurangi penumpukan stock di gudang dalam antisipasi sepinya
permintaan produk untuk olahan frozen edamame, maka di jual lah dalam bentuk fresh
edamame. Meskipun produk mempunyai daya simpan yang lama, tetapi akan lebih baik
jika tidak terlalu lama dalam penyimpanannya. Untuk meningkatkan kualitas Frozen
sendiri, ada bebrapa macam varian yaitu :

1. RB (regular blanching) : untuk produk edamame yang diolah terlebih dahulu


sebelum dikonsumsi
2. LB (long blanching) : untuk produk edamame yang bisa langsung dikonsumsi
3. SLB (salt long blanching) : untuk menghasilkan edamame yang memiliki rasa
asin

Sedangkan untuk edamame Fresh, di jual dalam beberapa jenis kemasan sesuai dengan
kelas dan permintaan dari pembeli, yaitu :

1. Kemasan Wrapping 1 Kg
2. Kemasan PE 1 Kg
3. Kemasan PE 500 Gr
4. Kemasan Curah PE 25 Kg

Selain itu, untuk pengawasan mutu dan kualitasnya, maka beberapa bulan sekali
khususnya dalam proses ekspor dilibatkan pula Badan Karantina yang bertanggung jawab
dengan keamanan hasil produksi tersebut, dan juga memang sudah sebuah prosedur yang
berlaku dalam kegiatan ekspor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://lordbroken.wordpress.com/2011/04/03/edamame/
Buku SOP produksi edamame

Anda mungkin juga menyukai