b. Tafsir ayat
3
Jalaluddin As-suyuthi, Asbabun Nuzul; Sebab Turunnya Ayat Al-Quran, (Gema insani, 2008),651-652.
“Katakanlah: Hai orang-orang kafir”; Hai Muhammad, katakanlah kepada orang-
orang kafir yang mengajak kamu untuk menyembah berhala dan batu, “aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah”;kami tidak akan menyembah berhala-
berhala yang kalian sembah ini, sebab kami berlepas diri dari sesembahan kalian
yang tidak memberi manfaat, mudharat maupun guna penyembahnya. Ulama tafsir
berkata, “Kaum Quraisy meminta Muhammad untuk menyembah berhala mereka
selama setahun dan mereka menyembah Tuhan beliau selama setahun. Rasulullah
menjawab, “Kami mohon perlindungan kepada Allah dari mempersekutukan
apapun dengan Allah.” Mereka berkata, “Maka usaplah sebagian berhala kami,
maka kami beriman kepadamu dan menyembah Tuhanmu. Maka turunlah surat ini.
Lalu pagi hari Rasulullah pergi ke Masjidil Haram dimana terdapat orang-orang
besar Quraisy. Beliau berdiri di atas kepala mereka, lalu membacanya kepada
mereka. Maka mereka putus asa kepada beliau. Mereka menyakiti beliau dan para
sahabat. Firman Allah “katakanlah” menunjukkan bahwa beliau langsung
diperintahkan oleh Allah untuk berbuat demikian. Sabda Rasulullah kepada
mereka dengan “Hai orang-orang yang kafir”padahal beliau tahu, bahwa mereka
akan marah jika dikatakan kafir, menunjukkan bahwa beliau dijaga oleh Allah,
sehingga beliau tidak peduli kepada mereka maupun setan mereka.
“Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah”; dan kalian tidak
menyembah Tuhanku Yang Maha Benar yang kami sembah, yaitu Allah semata.
Kami menyembah Tuhan Yang Benar yaitu Allah, sedangkan kalian menyembah
batu dan berhala. Jauh antara menyembah Allah Yang Maha Rahman dan
menyembah berhala. “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah”;ini menguatkan hal sebelumnya, yaitu sikap bara’ah dari menyambah
batu dan memutuskan harapan orang kafir. Seakan-akan Allah berfirman, “Kami
tidak akan menyembah berhala ini saat ini maupun pada masa mendatang. Kami
tidak menyembah apa yang kalian sembah selama kami hidup, kami tidak
menyembah berhala kalian sekarang ini maupun nanti. “Dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang kamu sembah”;kalian pada masa
mendatang tidak akan menyembah Tuhanku Yang Maha Benar yang kami sembah.
“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”;bagi kalian kesyirikan kalian
dan bagi kami tauhid kami. Ini puncak bara’ah dari menyembah berhala dan
pemnatapan menyembha Allah. Ulama tafsir berkata, “Makna ayat dua jumlaj
kalimat adalah berhala dan Tuhan Muhammad adalah Allah Ar-Rahman. Makna
dua kalimat terakhir adalah perbedaan yang sempurna dalam menyembah. Seolah
Allah berfirman, “Sesembahan kita semua tidak satu dan penyembahan kita semua
tidak satu.4
6
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut tafasir tafsir-tafsir pilihan, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2011),846.
Diceritakan dalam Hadis yang diriwayatkan Abu Nu'aim dari Abi Jakfat Ar-
Razai Ar-Rabi' bin Anas dari Anas bin Malik dalam Kitab 'Ad-Dalail, suatu
hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) menderita sakit yang sangat
parah.Maka Allah Ta'ala mengutus dua Malaikat untuk menjenguk beliau. Salah
satu Malaikat duduk di sebelah kepala dan yang satunya duduk di bagian kaki.
Kedua Malaikat itu terlibat dialog."Apa yang kamu lihat terhadap diri Rasulullah?"
tanya Malaikat yang berada di bagian kaki."Beliau kena sihir," jawab Malaikat
yang di bagian kepala. "Siapa gerangan yang menyihirnya?"Jawab Malaikat:
"Labid bin Al-A'sham, seorang Yahudi. Sihirnya berupa ijuk gulungan yang
diletakkan di sumur sebelah sana, pada keluarga si anu, di bawah batu besar. Maka
timbalah air sumur dan angkatlah batu besar itu, kemudian ambil dan bakarlah ijuk
tersebut." Rasulullah SAW memperhatikan dialog tamunya itu. Esok harinya,
beliau memerintahkan 'Amar bin Yasir dan sahabat untuk mendatangi sumur yang
dikatakan Malaikat. Ketika sampai di sumur, terlihat airnya sangat merah seperti
darah. Maka air pun ditimba dan batu besar diangkat. Gulungan ijuk dikeluarkan
kemudian dibakar.Ketika diamati, dalam gulungan ijuk terdapat sebelas buhul pada
seutas tali. Maka terbuktilah apa yang dikatakan Malaikat yang berpura-pura
menjadi tamu dan menjenguk Rasulullah itu. Malaikat menjelma sebagai manusia,
dua insan yang bersaudara.Maka turunlah surah Al-Falaq dan An-Nas. Sehubungan
dengan sakitnya Rasulullah, Beliau diperintahkan Allah Ta'ala membaca kedua
surah tersebut. Setiap satu ayat dibaca, maka lepaslah buhul tali pada gulungan ijuk
yang digunakan untuk menyihir beliau. Maka begitu beliau selesai membaca,
badan pun sehat kembali seperti sedia kala.Demikian asbabun nuzul Surah Al-
Falaq dan An-Naas. Inilah Al-Mu'awwidzatain yang menuntun pembacanya
menuju tempat perlindungan. Surah ini baik untuk diamalkan untuk berlindung dari
godaan setan, jin maupun sihir manusia.7
b. Tafsir ayat Al-Falaq
“Katakalah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh”; yakni
katakanlah hai Muhammad, aku berlindung dan berpegang kepada Allah Tuhan
waktu subun yang darinya malam terbelah dan darinya kegelapan sirna. Ualam
tafsir berkata, “Kenapa subuh secara khusus disebutkan dalam meminta
perlindungan? Sebab tersebarnya cahaya subuh kegelapan yang pekat, bagaikan
datangnya kemudahan setelah kesulitan. Sebagaimana manusia menantikan
7
Jalaluddin As-suyuthi, Asbabun Nuzul; Sebab Turunnya Ayat Al-Quran, (Gema insani, 2008),651-652.
terbitnya subuh, demikian juga orang yang takut pasti akan menantikan datangnya
kesentosaan “dari kejahatan makhluk-Nya”; dari kejahatan seluruh makhluk, dari
manusia,jin,binatang, hewan melata dan segala mahkluk yang berbahaya. “dan
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”; dan dari kejahatan malam
apabila sangat gelap, sebab ketika malam sangat gelap, maka manusia dan jin yang
jahat tersebar.
“dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul”; dan dari kejahatan perempuan-perempuan penyihir yang meniup
beberapa ikatan pada tali untuk menyihir hamba Allah dan memisahkan antara
suami dan istri. Dan dari kejahatan pendengki yang berharap sirnanya nikmat dari
orang lain dan tidak puas dengan apa yang diberikan Allah kepadanya.8
c. Tafsir ayat An-nas
“Katakanlah: aku berlindung”; katakanlah hai Muhammad: Kami berlindung
dan meminta tolong “kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai manusia”;
kepada Pencipta manusia dan Pengatur urusan mereka yang menghidupkan mereka
dan menghidupkan mereka serta menciptakan mereka dari ketiadaan dan memberi
mereka dari bermacam-macam nikmat. “Raja manusia”; Raja seluruh makhluk
dengan segala kekuasaan yang sempurna dan menyeluruh. Allah yang memberi
keputusan kepada mereka, menulis amal perbuatan mereka dan mengatur urusan
mereka. Allah memuliakan dan menghinakan, membuat kaya dan melarat.
“Sembahan manusia”; Yang disembah umat manusia dan tiada tuhan bagi mereka
selain Dia.
“dari kejahatan (bisikan) setan”; dari kejahatan setan yang membuat bisikan
dalam jiwa dan mengganggu manusia untuk berbuat maksiat. “yang biasa
tersembunyi”; dan mundur ketika hamba menyebut nama Tuhannya. Jika hamba
lupa berdzikir kepada Allah, maka dia (setan) kembali menggoda. “yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia”; yang karena buruk sifatnya, ia
membuat banyak bisikan di dalam hati umat manusia. “dari (golongan) jin dan
manusia”; yang mengganggu di hati manusia adalah setan dan jin dan manusia. Ini
senada dengan ayat, “Yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka mereka membisikkan kepada sebahagian aynglain perkataan-
perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).”(Al-an’am:112) ayat ini
8
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut tafasir tafsir-tafsir pilihan, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2011),852-853.
adalah permintaan perlindungan diri dari setan jin dan setan manusia sekaligus.
Jelas bahwa setan manusia lebih jahat dan lebih berbahaya dari setan jin. Sebab
setan jin bersembunyi ketika manusia meminta perlindungan. Sedangkan setan
manusia membuat manusia mau melakukan dosa yang keji dan mendorongnya
melakukan kemungkaran. 9
9
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut tafasir tafsir-tafsir pilihan, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2011),856-858.