Al-Ghazali mengarang banyak buku dalam berbagai disiplin ilmu. Karangan-
karangannya meliputi fiqih, ushul fiqih, ilmu kalam, teologi kaum salaf, bantahan terhadap kaum batiniah, ilmu debat, filsafat dan khususnya yang menjelaskan tentang maksud filsafat serta bantahan terhadap kaum filosof, logika, tasawuf, akhlak dan psikologi.
Berikut buku-buku karangan Al-Ghazali yang membahas berbagai topik yang
berkaitan dengan psikologi :
1. Ihya ‘Ulumuddin, Beirut: Dar al-Ma’rifah (t.t.).
2. Ma’arij al-Quds Fi Madarij Ma’rifat an-Nafs, Cetakan II, Beirut: Dar al-Afaq al- Jadidah, 1975. 3. Kimiya’ as-Sa’adah, ditahkikkan dan diberi komentar oleh Muhammad Abdul Alim, Kairo: Maktabag al-Quran, 1987. 4. Al-Jawahir al-Ghazali Min Rasail al-Imam al-Ghazali, Kairo : Muhyiddin Shabri al- Kurdi, 1934. 5. Maqashid al-Falasifah, ditahkikkan oleh Sulaiman Dunya, Kairo: dar al-Ma’arif, 1961. 6. Mi’yar al-Ilm, Percetakan Ilmu Kurdisan, 1328. 7. Tahafut al-Falafisah, dua jilid, ditahkikkan oleh Sulaiman Dunya, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1980,1981.
Psikologi Menurut Al-Ghazali
Dalam kajian al-Ghazali tentang jiwa ada dua macam pengetahuan atau dua macam psikologi. Pertama, psikologi yang membahas tentang daya jiwa hewan, daya jiwa manusia, daya penggerak, dan daya jiwa sensorik. Al-Ghazali mengikuti jenis psikologi ini dengan mengutip dari Al-Farabi dan Ibnu Sina. Kedua, psikologi yang membahas tentang olah jiwa, perbaikan akhlak, dan terapi akhlak tercela. Di bidang ini, al-Ghazali telah menemukan beberapa cara efektif dalam memperbaiki perilaku manusia, melakukan terapi aib dan penyakit dalam berperilaku. Al-Ghazali menganggap pengetahuan tentang jiwa (ma’rifat an-nafs) adalah jalan untuk mengenal Allah (ma’rifatullah). Al-Ghazali menyebutkan dalam pengantar buku Ma’arij al-Quds Fi Ma0darij Ma’rifat an-Nafs, “Jejak-jejak dimana dapat terlihat keagungan Sang Pemilik kebenaran dan kesempurnaan sifat adalah makrifat jiwa, sebagaimana firman Allah SWT: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. Adz- Dzariyat: 20-21). Rasulullah bersabda, “orang yang paling mengenal dirinya adalah orang yang paling mengenal Tuhannya.” Definisi Jiwa Al-Ghazali mengikuti pendapat dari Ibnu Sina, al-Farabi dan Aristoteles tentang tiga jiwa, yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan dan jiwa manusia. Al-Ghazali mendefinisikan jiwa tumbuh-tumbuhan sebagai kesempurnaan pertama bagi fisik alamiah yang bersifat mekanistik dengan membutuhkan makan, tumbuh, dan berkembang baik. Lalu, Al-Ghazali mendefinisikan jiwa hewan sebagai kesempurnaan pertama bagi fisik alamiah yang bersifat mekanistik, yaitu mempersepsikan hal-hal yang parsial dan bergerak dengan hasrat dan insting. Al-Ghazali juga mendefinisikan jiwa manusia sebagai kesempurnaan pertama bagi fisik alamiah yang bersifat mekanistik yaitu melakukan berbagai aksi berdasarkan akal dan menyimpulkan dengan ide, serta mempersepsi berbagai hal yang bersifat umum. Al-Ghazali berkatan jiwa adalah kesempurnaan pertama bagi fisik alamiah, maksudnya dengan tanpa melalui kesempurnaan yang lain juga tidak bersifat buatan. Adapun yang dimaksud dengan kata aliyin atau mekanistik adalah bahwa jiwa memiliki alat-alat tertentu yang dipakai oleh kesempurnaan tersebut untuk memperoleh kesempurnaan kedua dan kesempurnaan ketiga. Ketiga jiwa ini di dalam manusia tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain dalam menjalankan fungsi-fungsi kemanusiaan yang bersifat fisik dan psikis. Daya-daya Jiwa Hewan 1. Daya Penggerak Daya penggerak yang bersifat aktif dan ada yang bersifat stimulatif. Daya penggerak yang bersifat aktif adalah daya yang bergerak dalam otot dan syaraf untuk melakukan gerakan untuk menarik manfaat dan menolak bahaya. Daya ini diungkapkan melalui kemampuan sedangkan daya stimulatif melalui keinginan. Dalam penggerak stimulatif ada yang menarik manfaat dan juga menolak bahaya. Penggerak stimulatif menarik manfaat adalah daya yang diungkapkan sebagai syahwat yaitu menimbulkan daya aktif untuk menarik apa yang diketahui atau diduga baik. Sedangkan penggeral stimulatif yang menolak bahaya adalah daya yang diungkapkan dengan emosi kemarahan. Kemampuan tidak akan muncul jika keinginan tidak muncul, jika keinginan memantapkan keputusan, maka akan muncul kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh. 2. Daya Persepsi Daya persepsi terbagi menjadi dua, yaitu daya dari luar dan dari dalam. Dari luar adalah panca indera eksternal, misal perabaan, penciuman, pengecapan, penglihatan, dan pendengaran. Kajian ini didasari dengan pendapat Ibnu Sina. Daya Persepsi Luar a. Tentang Perabaan Al-Ghazali berpendapat bahwa indera perabaan adalah daya yang tersebar di seluruh kulit, daging, dan keringat badan. Menurut al-Ghazali indera adalah mata- mata pertama bagi jiwa. Tidak ada satu pun dari kulit yang bebas dari daya perabaan. Al-Ghazali menjelaskan kemungkinan jumlah indera perabaan itu banyak dan tidak hanya satu. Al-Ghazali mengatakan daya perabaan adalah satu jenis untuk empat macam daya. Pertama, daya yang memutuskan kontradiksi antara panas dan dingin. Kedua, daya yang memutuskan kontradiksi antara basah dan kering. Ketiga, daya yang menetapkan kontradiksi antara keras dan lembut. Keempat, daya yang menetapkan kontradiksi antara kasar dan halus. b. Tentang Penciuman Ketika hewan membutuhkan makanan dalam hidupnya tetapi di antara makanan dan minuman itu ada yang sesuai dan juga tidak, maka dengan hikmah Ilahi memberikan indera penciuman agar dapat mengenal bau-bau makanan yang sesuai dengannya. Indera penciuman adalah daya yang berada di bagian depan dan terlihat menonjol dari otak yang tempat nya ada di bagian atas dalam hidung, berfungsi mempersepsi bau-bauan melalui perantara udara. Menurut al-Ghazali indera penciuman pada hewan lebih kuat dan lebih sengit dibanding indera penciuman manusia dan bahwa sesuatu yang pertama kali terbentuk di dalam janin setelah daya perbaan adalah daya penciuman. c. Tentang Pengecapan Indera pengecapan merupakan daya yang berada di syaraf dan terletak di lidah. Indera pengecapan mempersepsi rasa yang bersumber dari makanan di ludah. Al-Ghazali berpendapat bahwa ludah berubah menjadi kualitas rasa. d. Tentang Penglihatan Al-Ghazali berpendapat bahwa penglihatan terjadi karena pantulan gambar yang dilihat membran mata dengan perantara kornea, jika gambar muncul di retina, maka ia terus masuk ke syaraf pusat yang di dalamnya ada ruh, lalu ia menuju ke titik pertemuan dua urat syaraf yang berhubungan dengan kedua mata yang berada di bagian depan otak, sehingga bersatu menjadi satu gambar. Manfaat indera penglihatan bagi hewan adalah ketika hewan bergerak dengan keinginan, dan kadang-kadang bergerak ke tempat yang berbahaya seperti tempat api, puncak gunung, dan pinggir pantai, maka dengan indera penglihatan yang diberikan Tuhan berguna untuk mempersepsikan sehingga dapat menghindari tenpat-tempat yang berbahaya. e. Tentang Pendengaran Manfaat penglihatan adalah dikarenakan segala hal yang berbahaya meupun yang bermanfaat kadang-kadang dikenal dengan suara yang khas. Al-Ghazali mengikuti pendapat Ibnu Sina yang mengatakan bahwa indera pendengaran merupakan syaraf yang tersebar di permukaan dalam dari otak. Menurutnya, pendengaran terjadi akibat pengaruh syaraf terhadap gelombang udara yang ada di bagian dalam otak, atau akibat pengaruh gelombang udara yang memperngaruhi otak yang berasal dari luar. Dapat diketahui bahwa suara tidak memiliki wujud luar, tetapi ia merupakan pengalaman psikis yang terjadi akibat sampinya pengaruh gelombang udara ke alat indera yang ada di gendang telinga, serta perpindahan pengaruh di dalam syaraf pendengaran ke pusat pendengaran yang ada di otak. Daya Persepsi Batin Al-Ghazali membagi daya persepsi batin berdasarkan fungsinya menjadi tiga bagian. Pertama, daya yang mempersepsi tetapi tidak menjaga. Kedua, daya yang menjaga tetapi tidak menyimpan. Ketiga, dayan yang mempersepsi dan bereaksi. Lalu daya yang mempersepsi dibagi menjadi dua. Pertama, daya yang mempersepsi gambar. Kedua, daya yang mempersepsi makna. Sedangkan daya yang menjaga juga dibagi menjadi dua. Pertama, daya yang penyimpan gambar. Kedua menyimpan makna. Al-Ghazali membedakan antara gambar dan makna. Gambar adalah sesuatu yang dipersepsi oleh indera lahir (eksternal), kemudian mengirimnya ke indera batin (internal) untuk dipersepsi. Sedangkan makna adalah sesuatu yang di persepsi oleh indera batin (internal) dari obyek inderawi tanpa perlu di persepsi oleh indera lahir (eksternal). Indera Kolektif Indera kolektif atau fantasi adalah daya dimana semua obyek inderawi yang berasal dari alat indera berkumpul untuk dipersepsi. Al-Ghazali menyebutkan tentang keberadaan indera kolektif yaitu jika ada orang lain atau mendengar perkataan, maka orang yang melihat akan mempersepsi satu orang. Dimatanya tidak terdapat dua orang, maksudnya dua bayangan di dua mata dan dua perkataan di dua telinga. Daya Khayal atau Fantasi Daya khayal atau fantasi adalah daya yang menyimpan semua gambar dari obyek inderawi setelah menghilang dari alat indera. Al-Ghazali berpendapat bahwa proses pembedaan di antara berbagai obyek inderawi terjadi melalui proses daya indera kolektif dan daya khayal secara bersama-sama. Daya Waham Al-Ghazali mengatakan “sesungguhnya daya waham mempersepsi makna-makna parsial yang bersifat non-inderawi dari hal-hal parsial yang bersifat inderawi, semisal kambing mempersepsi permusuhan pada serigala. Permusuhan bukanlah sesuatu yang bersifat inderawi, tetapi daya waham mempersepsinya karena melihat serigala.” Lalu Al- Ghazali mengatakan “ada pendapat yang mengatakan bahwa daya waham adalah pimpinan yang berkuasa terhadap hewan, yaitu suatu kekuasaan yang tidak terpisah seperti hukum akal, tetapi hukum fantasi yang diiringi dengan segala sesuatu yang bersifat parsial dan gambar- gambar inderawi.” Pada diri manusia, daya waham memiliki hukum-hukum tertentu. Al-Ghazali mengatakan, “Daya waham pada manusia memiliki hukum-hukum tertentu, di antaranya memperngaruhi jiwa untuk menolak keberadaan segala sesuatu yang tidak dapat dikhayalkan atau digambarkan di dalam khayalan.” Daya Memori Daya memori adalah daya yang menyimpan semua makna parsial yang ditangkap oleh daya waham. Penisbatan daya memori ke semua makna parsial seperti penisbatan daya konsepsi ke obyek inderawi yang ditangkap oleh indera kolektif, atau daya memori adalah gudang bagi semua makna parsial. Daya Fantasi Menurut pendapat Al-Ghazali, daya fantasi menyusun dan memisahkan gambar- gambar satu sama lain; menyusun dan memisahkan makna-makna parsial satu sama lain; serta mengaitkan makna dengan gambar. Jiwa menggunakan daya fantasi dalam melaksanakan proses penyusunan dan pemisahan sesuai dengan aturan yang ia kehendaki, baik model yang teratur maupun tidak teratur. Hal inilah yang memungkinkan manusia dapat mempelajari berbagai disiplin ilmu dan keahlian. Pusat Daya Sensasi Internal Menurut Al-Ghazali pusat daya sensasi internal atau batin terletak di bagian dalam otak. Al-Ghazali menunjukkan sebagaimana Sang Pencipta dalam mengedepankan persepsi untuk berbagai obyek inderawi dan mengakhirkan persepsi untuk berbagai makna, serta menjadikan daya perantara interaksi pada stimulus inderawi dan makna di bagian tengah. Allah menjadikan daya perantara interaksi antara keduanya di bagiab tengah.1