Anda di halaman 1dari 2

‫بسم ا الرحمن الرحيم‬

MUQODDIMAH

Memuat pada empat pembahasan

Pembahasan pertama yaitu pengertian ilmu tauhid, buah mempelajarinya,


keutamaannya, dan kewajiban mempelajarinya bagi setiap mukallaf (orang yang
terbebani melakukan kewajiban didalam agama islam).
Ketahuilah bahwa ilmu tauhid yaitu ilmu yang dibahas didalamnya mengenai
penetapan aqidah-aqidah agama dengan dalil-dalil keyaqinan. Adapun
buah/keuntungannya yaitu mengrtahui sifat-sifat Allah SWT, para rosulnya, dengan
beberapa dalil pasti, dan kebahagiaan yang abadi.
Ilmu tauhid merupakan asal dan lebih utamanya ilmu agama, karena berhubungan
dengan dzat Allah SWT, dan dzat para rosul-Nya. Semua rosul Allah telah
membawa ajaran tauhid mulai dari nabi Adam AS sampai nabi Muhammad SAW.
Tatkala Syaikh Abu Manshur al-Maturidi dan syaikh Abu Hasan al-As’ari
merupakan ulama’ yang memasyhurkan dalam membukukan beberapa kitab
tentang ilmu tauhid, dan menyertakan dalil-dalil dan petunjuk-petunjuk untuk
menolak ucapan para penentang, maka Syaikh Abu Manshur al-Maturidi dan
syaikh Abu Hasan al-As’ari menjadi masyhur sebagai ulama’ yang ahli dalam
bidang imu tauhid.
Kewajiban mempelajari ilmu tauhid bagi setiap mukallaf baik laki-laki ataupun
perempuan walaupun dengan dalil ijmali (global). Adapun hukum mengetahui dalil
tafshili (terperinci) adalah fardhu kifayah yang mana apabila sebagian dari umat
telah mempelajari/mengetahuinya maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya.
Menurut pendapat yang shohih yakni apabila seseorang taqlid pada selainnya
dalam aqidah agama, dengan beri’tiqod secara mantab dengan ketiadaan rasa
bimbang dan ragu-ragu maka dikatakanlah benar/shohih imannya tersebut, akan
tetapi tetap terbilang orang yang dosa karena meninggalkan dalam
mempelajari/memahami dali-dalilnya jikalau mampu untuk memahaminya dan
apabila tidak mampu maka tidak dihukumi berdosa. Ilmu ini dinamakan sebagai
ilmu tauhid, karena pembahasannya mengenai pengesaan Allah SWT yang menjadi
pokoknya agama.

PEMBAHASAN KE-2
Mengenai hakekat iman dan islam
Ketahuilah bahwasanya iman yaitu sesuatu yang telah Allah SWT bebankan
kepada hamba-hambaNya dan menjadikan karenanya sebagai balasan masuk
didalam surgaNya dan keselamatan dari api neraka.
Pengertian iman yaitu membenarkan segala sesuatu yang telah diketahui
kedatangannya dari nabi Muhammad SAW dengan pasti, yakni mengi’tiqodkan
kebenaran nabi Muhammad SAW dengan i’tiqod yang mantab yang telah beliau
bawa yang datangnya dari Allah SWT. Dan telah diketahui bahwa
kedatangan/diutusnya nabi Muhammad SAW dengan membawa sesuatu yang
datangmya dari Allah SWT secara yaqin serta tunduk dalam hati merupakan
perumpamaan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rosulNya, hari
akhir (hari kiamat), qodho’ dan qodar, diwajibkannya sholat, ibadah-ibadah
islamiyyah seperti (zakat, puasa, haji bagi yang mampu melaksanakannya),
keharaman membunuh sesuatu yang dijaga/dimulyakan dengan menganiayanya,
zina, dan lain sebagainya.
Devinisi islam adalah tunduk dan mengikuti secara batin maupun dhohir pada
segala sesuatu yang telah nabi Muhammad SAW bawa, yang telah diketahui
kedatangannya secara pasti (dhorurot)/secara yaqin. Iman dan islam tidak bias
terpisahkan, yakni setiap orang yang beriman (mukmin) itu islam, dan setiap
muslim itu mukmin. Karena orang yang membenarkan pada Nabi Muhammad
SAW wajib tunduk/mengikuti yang telah beliau bawa, dan orang yang tunduk itu
wajib untuk membenarkannya.
Kemudian pengucapan dua kalimat syahadat itu dijadikan sebagai syarat yang
tetap bagi mukmin untuk melaksanakan hukum-hukum duniawi seperti pernikahan,
mensholati mayit ghoib, mensholati mayit hadhir, dan menguburnya pada kuburan
orang muslim. Apabila tidak bias mengucapkan dua kalimat syahadat karena udhur
seperti orang bisu, atau tidak memungkinkan untuk mengucapkannya dengan
matinya seseorang setelah beriman didalam hatinya, atau menemui ktidakbisaan
mengucapkannya setelah dia beriman didalam hatinya. Maka perumpamaan itu
semua dianggap sebagai mukmin menurut A llah SWT dan selamat diakherat nanti.
Aakan tetapi apabila seseorang mencegah untuk mengucapkannya dengan
menentang setelah ditampakkannya ucapan tersebut kepadanya maka orang
tersebut dihukumi kafir, meminta perlindungan hanyalah kepada Allah SWT, dan
tiadannya ungkapan pembenaran didalam hati yang dihasilkan darinya, yang mana
pencegahan tersebut telah dijadikan oleh syara’ sebagai penafian iman, maka orang
tersebuit dapat dihukumi kafir.

Anda mungkin juga menyukai