KELAS : X TKJ 3
PEMBAHASAN : Penegertian Iman, Ruang Lingkup Iman, Cerminan beriman
kepada Allah
Menurut bahasa iman berasal dari bahasa arab aamana yang berarti percaya. Menurut
Rasulullah SAW seperti yang diriwayatkan oleh ibnu majah, iman didefinisikan dengan
keyakinan dengan hati, ikrar/mengucapkan dengan lisan dan dilakukan atau dibuktikan dengan
perbuatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa beriman kepada Allah berarti
mempercayai dengan sepenuh hati akan keberadaan Allah, mempercayai apapun yang Allah
Kata Asmaul-husna berasal dari bahasa arab. Al-asma berarti nama, dan al-husna berarti baik
jadi Asmaul-husna berarti nama-nama Allah yang terbaik sebagai bukti kesempurnaan-Nya.
1.3 Ruang lingkup Iman
Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi tiga yaitu
Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa Shifat. Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah
dalam Alquran:
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” [QS. Maryam: 65]
َ ص
(2). Dalam firman-Nya (ُطب أر فَا أعبُدأه ( )لعبَادَته َوا أmaka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan TAUHID ULUHIYAH.
1. Tauhid Rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan,
dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah.” [QS. Al- A’raf: 54]
2. Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah. Disebut Tauhid Uluhiyah karena penisbatanya kepada
Allah dan disebut Tauhid Ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun
maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya
yang berhak diibadahi. Allah Taala berfirman:
”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka
seru selain Allah adalah batil” [QS. Luqman: 30]
3. Tauhid Asma wa Shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-
nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu Penetapan dan
Penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia
tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau Sunnah Nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu
yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak
boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-
Nya:
”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” [QS. Asy-Syuura: 11] [Lihat Al-Qaulul Mufiiid I/7-10]
Allah bersifat Al-Quddus/Maha Suci karena Allah SWt adalah Dzat yang suci dari segala
sekutu, Allah bersifat tunggal. Allah sebagai Pencipta itu pasti suci dari segala sifat kekurangan
karena Allah bersifat Maha Sempurna. Dengan demikina apapun yang dilakukan Allah pasti juga
suci.
DALIL AQLI : Allah sebagai sang pencipta pasti suci dari segala kekurangan, tidak mungkin
memiliki sifat yang buruk. Jika sang pencipta memiliki sifat kekurangan maka niscaya dunia
akan hancur, seperti jika Tuhan tidak memiliki sifat maha berkata, maka siapa yang akan
memberitahu kita akan baik buruknya suatu hal, maka itu mmerupakan hal yang mustahil.
PERILAKU YANG DAPAT DITELADANI : Disini kita dapat meneladani, sebagai manusia
kita sebaiknya senantiasa menjaga kesucian diri, akal, perilaku, pakaian dan lingkungan dll
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Agar kita kembalikepada allah dalam
keadan suci seperti saat kita dilahirkan kedunia.
2. AS-SALAM ( Maha Sejahtera )
Sifat As-Salam/Maha Sejahtera berada pada nama Allah karena hanya Allah saja yang
dapat memberikan kesejahteraan pada makhluknya. Jadi segala kesejahteraan yang ada didunia
ini semua bersumber pada Allah SWT.
DALIL AQLI : kita sebagai makhluk pasti menginginkan kesejahteraan dalam hidup ini, kepada
siapalagi kita meminta kesejahteraan jika tidak pada Allah SWT ja
di segala kesejahteraan yang ada di dunia ini pasti milik Allah. Bukti bagi orang yang orang
berusaha keras pasti akan mendapatkan kesejahteran.
PERILAKU YANG DAPAT DITELADANI : Kita sebagai manusia senantiasa selalu berdoa dan
berusaha untuk keselamatan dan kesejahteran. Kita sebagai manusia yang diberi kelebihan harta
alangkah baiknya jika menyisihkan untuk saudara kita yang kurang mampu, ini merupakan
bentuk aplikasi pengamalan dari Asmaul Husna As-Salam.