Anda di halaman 1dari 5

NAMA : INDRA

KELAS : X TKJ 3
PEMBAHASAN : Penegertian Iman, Ruang Lingkup Iman, Cerminan beriman
kepada Allah

MENELADANI SIFAT-SIFAT ALLAH MELALUI ASMA’UL HUSNA

A. Pengertian Iman

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”
(Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

B. Ruang lingkup Iman

Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi tiga yaitu
Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa Shifat. Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah
dalam Alquran:

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” [QS. Maryam: 65]

Perhatikan ayat di atas:

َّ ‫)و أاْل َ أرض ال‬


(1). Dalam firman-Nya (‫س َم َاوات َرب‬ َ (Rabb (yang menguasai) langit dan bumi)
merupakan penetapan TAUHID RUBUBIYAH.

َ ‫ص‬
(2). Dalam firman-Nya (ُ‫طب أر فَا أعبُدأه‬ ‫( )لعبَادَته َوا أ‬maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan TAUHID ULUHIYAH.

(3). Dan dalam firman-Nya (‫سميّا لَهُ ت َ أع َل ُم ه أَل‬


َ ) (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama
dengan Dia?) merupakan penetapan TAUHID ASMA WA SHIFAT.

Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:

1. Tauhid Rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan,
dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah.” [QS. Al- A’raf: 54]

2. Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah. Disebut Tauhid Uluhiyah karena penisbatanya kepada
Allah dan disebut Tauhid Ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun
maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya
yang berhak diibadahi. Allah Taala berfirman:
”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka
seru selain Allah adalah batil” [QS. Luqman: 30]

3. Tauhid Asma wa Shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-
nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu Penetapan dan
Penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia
tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau Sunnah Nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu
yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak
boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-
Nya:

”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” [QS. Asy-Syuura: 11] [Lihat Al-Qaulul Mufiiid I/7-10]

Dinukil dari: https://muslimah.or.id/7017-pembagian-tauhid-dalam-al-quran.html

C. RUANG LINGKUP IMAN


a. Pengertian Iman Kepada Allah dan Asma’ul Husna

Iman menurut bahasa adalah percaya atau membenarkan. Menurut ilmu tauhid iman
adalah kepercayaan yangdiyakini kebenarannya dalam hati, diikrarkan secara lisan dan
dipraktekkan/ direalisasikan dalam perbuatan.

Asmaul Husna menurut bahasa artinya nama-nama yang baik. Menurut istilah ilmu
tauhid yaitu nama-nama yang baik yang hanya dimiliki oleh Allah SWT, sebagai bukti akan
keagungan Allah SWT.

Jadi maksud dari “iman kepada Allah SWT melalui Asmaul Husna” adalah kita meyakini
akan adanya Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kesempurnaan-Nya, Rasa
percaya/yakin ini dapat di tumbuhkan melalui berbagai cara salah satunya melalui Asmaul
Husna.
D. Cerminan perilaku beriman kepada Allah

1. AR-RAHMAN ( Maha Pengasih)

ALLAH memiliki nama Ar-Rahman yang artinya maha pemurah atau pengasih karena
Allah telah melimpahkan Rahmat-Nya kepad seluruh makhluk yang ada di dunia ini tanpa
pandang bulu baik yang beriman, bertqwa, dan yang beramal baik maupun yang berperilaku
durhaka, ingkar, dan berperilaku jahat. Mereka tetap diberi rahmat oleh Allah. Demikian juga
hewan dan tumbuhan mereka juga diberikan Rizqi oleh Allah, yang merupakan bentuk sifat
RAHMAN-Nya Allah.

DALIL NAQLI : SURAT AL-FATIHAH ayat 3

DALIL AQLI : Allah SWT sebagai yang menciptakan makhluk di dunia inipasti memiliki sifat
pemurah atau pengasih pada makhluk ciptaan-Nya. Buktinya kita manusia diberikan nikmat
hidup walu kita sebagai manusia ada yang ingkar.

PERILAKU YANG DAPAT DITELADANI : Allah bersifat Ar-Rahman ( Maha Pengasih,


pemberi kanikmatan yang agung-agung, pengasih dunia ). Penghayatan terhadap nama dan sifat
Allah SWT seperti tersebut hendaknya mendorong setiap orang beriman untuk berusaha agar
senantiasa bersikap dan berperilaku baik kepada sesama manusia baik yang seagama dan lain
agama (tidak pilih-pilih).

2. AR-RAHIM ( Maha Penyayang )

ALLAH SWT memiliki nama Ar-Rahim yang artinya maha penyayang yang selalu
dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman secara tetap atau bersifat kekal yang tidak
hanya diberikan di dunia saja bahkan sampai kealam kubur serta akhirat.

Dunia ini Allah menetapkan hukuman bagi mereka yang bermaksiat (kafir, musyrik) misalnya
hukum rajam bagi pezina, potong tangan bagi pencuri. Di akhirat keadilan Allah tidak dapat
dipermainkan. Mereka akan mendapatkan balasan atas semua perbuatan di dunia ini.

DALIL NAQLI : Surat Al-Fatihah ayat 1


DALIL AQLI : Allah SWT pasti sayang kepada umat-Nya yang iman dan bertaqwa, sehingga
Allah pasati akan memberikan balasan kepada mereka yang taat dan bagi mereka yang tidak taat
Allah tidak akan menyayangi mereka karena sifat Ar-Rohim-Nya Allah hanya diberikan kepada
mereka yang taat. Buktinya nanti di akhirat kelah hanya yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah saja yang dapat masuk surga.

PERILAKU YANG DAPAT DITELADANI : Allah bersifat Ar-Rahim (Maha penyayang,


pemberi kenikmatan yang pedik-pedik, dan penyayang di akhirat). Di alam di alam akhirat kelak
keadilan Allah akan ditegakkan, setiap manusia yang di dunianya betul-betul bertaqwa tentu
akan ditempatkan di surge yang penuh dengan berbagai macam kenikmatan. Sedangkan manusia
yang ketika didunianya durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa tentu akan
ditempatkan di neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. Penghayatannya agar
manusia selalu bertaqwa agar tidak durhaka kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai