Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jauh sebelum Islam datang ditemukan bahwa hampir semua umat manusia mempercayai
adanya tuhan yang mengatur alam raya ini. Meskipun diakui bahwa mereka mempercayai
adanya banyak Tuhan.Keyakinan ini juga merambat masuk ke masyarakat Arab, walaupun jika
mereka ditanya siapa Penguasa dan Pencipta langit dan bumi mereka menjawab ”Allah”, tetapi
pada saat yang sama mereka menyembah berhala.Oleh karena itu mereka tidak dapat disebut
kaum beriman, tetapi kaum yang mempersekutukan Tuhan. Sebagai umat beragama, apapun
agama dan kepercayaannya akan mengenal namanya tuhan . Tuhan adalah dzat yang
menciptakan alam semesta, yang maha kuasa dan mengatur segalanya.tiada sesuatu yang
menyerupainya dan tidak ada tandingannya .
Namun di era globalisasi ini Tuhan serasa didefinisakan secara bias. Tuhan pada era
sekarang ini seakan hanya sebagai kepercayaan saja. Kedisiplinan kepada Tuhan pun bergeser
kepercayaan pada duniawi saja. Oleh karena itu dalam makalah kami akan memaparkan tentang
definisi Tuhan.

BAB II
RUMUSAN MASALAH

2.1 Apa definisi Tuhan ?

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 DEFINISI TUHAN


Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang
Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam. Allah dalam terminologi bahasa Arab pada awalnya berasal dari kata
wilah yang berarti ketundukan, pengagungan, dan ungkapan penghambaan. Ada yang
berpendapat bahwa Allah berasal dari kata “Al” dan “Illah” yang artinya Maha sesembahan.
Jadi, dapat diartikan dari kata ini, Allah adalah Sesembahan yang Tertinggi dari segala sesuatu,
baik yang ada didalam dan bagi yang hidup, kehidupan dan penghidupan.Allah adalah yang patut
dijadikan pengabdian dari segala makhluk atau sesuatu yang lain.

Dalam pandangan Quraish Shihab kata Allah ‫ هللا‬ini terulang dalam al-Quran sebanyak
2.698 kali. Ada yang berpendapat bahwa kata "Allah" disebutkan lebih dari 2679 kali dalam al-
Quran. Sedangkan kata "Tuhan" dalam bahasa Arab adalah Ilah (‫ ) إله‬disebut ulang sebanyak 111
kali dalam bentuk mufrad, ilaha ini dalam bentuk tatsniyah 2 kali dan alihah dalam bentuk jama'
disebut ulang sebanyak 34 kali.

Hal ini juga menjadi refleksi dari tauhid Uluhiyah dimana kita mengesakan Allah dengan
ibadah, dimana tidak menjadi hamba bagi selain-Nya, tidak menyembah malaikat, nabi, wali,
bapak-ibu, kita tidak menyembah kecuali Allah semata. Ibadah kepada Allah berpijak kepada
dua hal, yaitu cinta dan pengagungan. Dengan kecintaan akan memunculkan keinginan untuk
melaksanakan dan pengagungan akan timbul rasa takut dan khawatir akan dicampakkan,
dihinakan dan disiksa-Nya.

Inilah yang membedakan antara istilah “Tuhan (rabb)” dengan “Allah” dimana ada suatu
pengakuan bahwa Allah-lah yang menjadi sesembahan kita satu-satunya dalam peribadatan,
tidak ada yang lain, yang menjadi pembaharuan yang menggilas kejahiliaan kaum yang sombong
dan merasa benar sendiri. Banyak sekali riwayat dan ayat-ayat dalam al-Quran dan sunnah yang
menceritakan bahwa kaum dizaman sebelum Rasulullah dan saat Rasulullah datang itu
mengetahui dan mengakui secara pasti bahwa Allah lah satu-satunya pencipta. Dialah yang
menciptakan langit dan bumi. Dialah yang mengatur segala urusan.

Terdapat dalam firman allah :

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Az- Zukhruf :9)

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka,
niscaya mereka menjawab: “Allah”, Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah )? (Q.S. Az- Zukhruf :87)
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran
terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah,
nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling
terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah
hatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi
atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus
menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan dan Dialah Yang Maha Halus
lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan Yang
Maha Esa. Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di
atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi. Namun, hal ini
tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut. Beberapa teori mencoba
menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (‫)هللا‬
berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan".
Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah
adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab.

Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata bahasa Aram Alāhā. Cendekiawan
muslim kadang-kadang menerjemahkan Allah menjadi "God" dalam bahasa Inggris. Namun,
sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen
bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki bentuk jamak dan
gender (berbeda dengan God yang memiliki bentuk jamak Gods dan bentuk feminin Goddess
dalam bahasa inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan Al-Qur'an. Kata Allāh
selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena ejaan Arab masa lalu
berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif kecil
selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan pronounsiasi tersebut.

Dalam al-quran kata “Tuhan”dipakai untuk sebutan tuhan selain Allah ,seperti menyebut
berhala,hawa nafsu,dan dewa. Namun kata Allah adalah sebutan khusus dan tidak dimiliki oleh
kata lain selain-Nya, karena haya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak
menyandang nama tersebut, selainnya tidak ada,bahkan tidak boleh.Hanya Dia juga yang berhak
memperoleh keagungan dan kesempurnaaan mutlak,sebgaimana tidak ada nama yang lebih agug
dari nama-Nya itu. Bahkan secara tegas Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamai dirinya
Allah. Seperti dalam surah <Thaha ayat 14>.

Kata Tuhan berasal dari kata ilahun terdiri atas tiga huruf: hamzah, lam, ha, sebagai
pecahan dari kata laha –yalihu– laihan, yang berarti Tuhan yang Maha Pelindung, Maha Perkasa.
Ilahun, jamaknya alihatun, bentuk kata kerjanya adalah alaha, yang artinya sama dengan ‘abada,
yaitu ‘mengabdi’. Dengan demikian ilahun artinya sama dengan ma‘budun, ‘yang diabdi’.
Lawannya adalah ‘abdun, ‘yang mengabdi’, atau ‘hamba’, atau ‘budak’.

Dalam kamus besar bahasa Arab Lisan Al-‘Arab karya Ibn Manzhur, kata kata ilahun
masih umum, ketika ditambah dengan lam ma‘rifah maka menjadi Alilahun yang tiada lain
adalah Allah Swt, yaitu zat yang disembah oleh semua selain-Nya, jamaknya alihatun. Dengan
demikian ilahun artinya sama dengan ma‘budun, ‘yang diabdi.18 Quraish Shihab mengatakan
kata Ilah (‫ ) إله‬disebut ulang sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilahaini dalam bentuk
tatsniyah 2 kali dan alihah dalam bentuk jamak disebut ulang sebanyak 34 kali.19Kata ilah
(tanpa dhamir) dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 80 kali.

Selain ilahun, dalam al-Quran juga terdapat kata rabbun yang digunakan untuk menyebut
Tuhan. Kata rabbun terdiri atas dua huruf: ra dan ba, adalah pecahan dari kata tarbiyah, yang
artinya Tuhan yang Maha Pengasuh. Secara harfiah rabbun berarti pembimbing, atau pengendali.
Selain dimaknai Allah, kata rabbun juga digunakan untuk sebutan tuhan selain Allah, seperti
arbaban min dunillah, menjadikan pendeta, pastur, dan Isa al-Masih sebagai tuhan-tuhan selain
Allah. Tuhan (Rabb) adalah bentuk masdar (kata kerja atas kejadian yang dibuat oleh pelaku),
yang berarti “mengembangkan sesuatu dari satu keadaan pada keadaan lain, sampai pada
keadaan yang sempurna”. Jadi Rabb adalah kata masdar yang dipinjam untuk fa’il (pelaku).Kata-
kata al-Rabb tidak disebut sendirian, kecuali untuk Allah yang menjamin kemaslahatan seluruh
makhluk.contoh dari hal ini adalah rabbal ‘alamin yaitu Tuhan pencipta alam semesta.

Kata rabb menunjukkan adanya pemaknaan mengenai tauhid Rububiyah dimana adanya unsur
mengesakan Allah Swt, dalam mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta (Q.S : Az-
Zumar :62 ; Fathir : 3 ; AL-Mulk :1 ; Al-A’raf :54). Menurut Ibnu Qoyyim konsekuensi
Rububiyah adalah adanya perintah dan larangan kepada hamba, membalas yang berbuat baik
dengan kebaikan, serta menghukum yang jahat atas kejahatannya.
Dalam al-Quran kata ilahun juga dipakai untuk menyebut berhala, hawa nafsu,
dewa.Semua istilahtersebut dalam al-Quran menggunakan katailahun, jamaknya alihatun.

a. Allah Swt. menyatakan Dia sebagai ilahun


“… Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai
anak.Semua yang ada di langit dan di bumi hanyalah milik-Nya.Cukuplah Allah
sebagai saksi atas kebenaran keesaan-Nya.” (Qs. An-Nisaa’ 4:171)
b. Allah Swt. menyatakan hawa nafsu yang diikuti orang kafir sebagai ila>hun.
“Wahai Muhammad, apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang kafir yang
menuhankan hawa nafsunya? Apakah kamu punya kekuasaan untuk memberi hidayah
kepada mereka?” (QS. Al-Furqan, 25: 43)

c. Allah Swt. menyatakan sesembahan orang musyrik sebagai ila>hun.


“… Maka Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah itu tidak dapat menolong
mereka sedikit pun ketika datang adzab dari Tuhanmu.Tuhan-tuhan itu justru
menambah kerugian yang sangat besar.” (QS. Hud, 11: 101)
d. Allah Swt. menyatakan para pendeta sebagai rabbun.

“Kaum Yahudi dan Nasrani telah menjadikan pendeta-pendeta mereka, pastur-pastur


mereka, dan Al-Masih bin Maryam sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Padahal
mereka hanya diperintah untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada
tuhan selain Allah.Mahasuci Allah dari semua keyakinan syirik yang mereka buat-
buat.” (Qs. At-Taubah, 9:31)
Kata ilahun dan rabbun sesungguhnya warisan bahasa Arab jahiliyah yang dipertahankan
penggunaannya dalam al-Quran, sebagaimana contoh di atas.Orang-orang Arab sebelum Islam,
memahami makna kata ilahun sebagai dewa atau berhala, dan mereka gunakan dalam
percakapan sehari-hari. Apabila orang Arab Jahiliyah menyebut dewa cinta, maka mereka
mengatakan ilahul hubbi, dan ilahatul h}ubbi untuk menyebut dewi cinta. Kaum penyembah
berhala (animisme), atau aliran kepercayaan di zaman kita sekarang, sebagaimana orang-orang
Arab jahiliyah, menganggap tuhan mereka berjenis kelamin, laki dan perempuan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Sebagai umat beragama, apapun agama dan kepercayaannya pasti akan mengenal
namanya tuhan. Tuhan adalah dzat yang menciptakan alam semesta, Yang Maha Kuasa dan
mengatur segalanya. Tiada sesuatu yang menyerupainya dan tidak ada tandingannya.

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai zat Maha Tinggi Yang
Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat, Maha Tahu, penentu takdir, dan hakim bagi semesta
alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
Yang Maha Esa. Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia.

Menurut ajaran Islam, Tuhan berada dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa
pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am
6:103).

Anda mungkin juga menyukai