Anda di halaman 1dari 4

BAB 3

HUBUNGAN ANTARA JATIDIRI DAN ATRIBUT ALLAH

A. Jatidiri Allah
Definisi analitis-deskriptif, Definisi ini berisi pemaparan dari semua yang diketahui
tentang atribut-atribut Allah dan sifat dari pemaparan ini sangat negatif.
Dalam buku Kuyper “Dictaten Dogmatig”, Allah yang dipersonifikasikan dalam
Hikmat berbibacara tentang hakekat-Nya dalam Ams 8:14, ketika Ia menyebut diri-
Nya tushiyyach, kata Ibrani yang disebut wesen dalam bahasa Belanda.
Alkitab berbicara tentang natur Allah dalam 2 Pet 1:4, akan tetapi ayat ini hampir
tiidak dapat menunjukkan tentang Jatidiri Allah yang hakiki, sebab manusia tidak
pernah menjadi bagian dari esensi ilahi. Berdasarkan ayat ini esensi Allah ditemukan
dalam keberadaan itu sendiri dan merupakan suatu keberadaan yang abstrak. Dan hal
ini telah diinterpretasikan berarti ada pada diri sendiri atau keadaan yang tetap yang
berisi diri sendiri, atau kebebasan yang mutlak. Yoh 4:24, “Allah adalah Roh, dan
barangsiapa menyembah Allah, ia harus menyembah dengan Roh dan kebenaran” ayat
ini dianggap berisi indikasi dari esensi Allah dan paling mendekati definisi yang
dikemukakan oleh Alkitab. Jatidiri Allah diatandai oleh kedalaman, kepenuhan, suatu
varietas, dan suatu kemuliaan yang berada jauh di luar jangkauan pemahaman
manusia, dan Alkitab menjelaskannya sebagai keselarasan yang mulia secara
keseluruhan, tanpa adanya kontradiksi. Hakekat Allah menekankan kesatuan,
kesederhanaan dan keaddaan Allah yang Roh adanya. Kalimat-kalimat dari
Pengakuan Iman Belgia sangatlah istimewa: “Kami semua percaya dengan hati dan
mengaku dengan mulut, bahwa hanya ada satu Jatidiri Rohani yang sederhana, yang
kami sebut Allah”.
B. Kemungkinan untuk mengerti Jatidiri Allah
Aliran Skolastik mengungkapkan tiga pertanyaan yang segala spekulasi berkenaan
dengan Jatidiri Ilahi dapat dikurangi, yaitu An sit Deus? Quid sit Deus? Dan Qualis
sit Deus? Pertanyaan pertama berkenaan dengan eksistensi Allah, yang kedua
berkenaan dengan natur atau esensi-Nya, dan pertanyaan ketiga berkenaan dengan
atribut-atribut-Nya. Pengetahuan akan Allah hanya mungkin, karena Ia telah
meletakkan diri-Nya dalam hubungan-hubungan tertentu dengan makhluk moral-Nya
dan mengungkapkan diri-Nya kepada mereka, dan pengetahuan ini terkondisi secara
manusiawi. Akan tetapi, bagaimanapun juga pengetahuan ini terkondisi secara nyata
dan benar, dan paling tidak merupakan pengetahuan sebagian dari natur Allah yang
absolut. Dr. Orr berkata: “Kita mungkin saja mengenal Allah dalam kedalaman
keberadaan-Nya yang absolut. Akan tetapi, paling tidak kita tahu seberapa jauh Ia
menyatakan diri-Nya dalam hubungan-Nya dengan kita. Tidaklah benar untuk
mengatakan bahwa pengetahuan yang kita ketahui tentang Allah hanyalah suatu
pengetahuan yang relatif saja. Pengetahuan itu sebagian adalah pengetahuan dari
natur yang absolut dari Allah juga. Pernyataan ini kemungkinan dimaksudkan untuk
melindungi ide bahwa pengetahuan kita tentang Allah semata-mata bersifat relatif
terhadap akal pikiran manusia sehingga kita tidak memiliki jaminan sesungguhnya
bahwa pengetahuan itu sesungguhnya berkaitan dengan kenyataan sebagaimana
pengetahuan ada pada Allah.
C. Jatidiri Allah yang diungkapkan dalam atribut-atributnya
Dari kesederhanaan Allah kita ketahui bahwa Allah dan atribu-atribut-Nya adalah
satu. Dalam teologi biasanya dikatakan bahwa atribut-atribut Allah adalah Allah sendiri,
sebagaimana Ia sendiri telah menyatakan diri-Nya kepada kita. Thomas Aquinas mempunyai
maksud yang sama ketika ia mengemukakan bahwa at4ribut-atribut tidaklah mengungkapkan
apakah Allah itu dalam diri-Nya sendiri, diseluruh kedalaman Keberadaan-Nya, tetapi hanya
apakah Dia itu dalam hubungan-Nya dengan makhluk-makhluk-Nya. Atribut-atribut itu
adalah penjelasan yang nyata dari Jatidir Ilahi atau, kulaitas-kualitas yang seiring dalam
Jatidiri Allah. Shedd berpendapat tentang semua itu sebagai deskripsi analitis dan lebih dekat
dari esensi itu. Dalam satu pengertian semuanya itu identik sehingga dapat dikatakan bahwa
kesempurnaan Allah adalah Allah sendiri sebagaimana Ia telah menyatakan diri-Nya kepada
kita. Karena hubungan yang dekata dimana keduanya berdiri satu sama yang lain, dapat
dikatakan bahwa pengetahuan akan atribut-atribut itu membawa juga pengetahuan tentang
esensi Ilahi. Semua itu adalah kualitas-kualitas hakiki Allah, yang selaras dalam Jatidiri-Nya
yang paling mendasar dan juga ada secara bersama-sama dengannya. Kulaitas-kualitas ini
tidak dapat diubah tanpa mengubah Jatidiri Allah yang hakiki. Oleh karena semua itu adalah
kualitas-kualitas hakiki, masing-masing dari semua itu mengungkapkan beberapa aspek
Jatidiri Allah .

BAB 4
NAMA-NAMA ALLAH
A. Nama-Nama Allah secara umum
Alkitab juga membicarakan tentang nama Allah dalam bentuk tunggal: Jangan menyebut
nama Tuhan Allamu dengan sembarangan (Kel 20:7), betapa mulia nama-Mu diseluruh
bumi (Mzm 8:2), seperti nama-Mu, ya Allah, demikianlah kemasyuran-Mu (Mzm 48:11),
nama-Nya masyur di Israel (Mzm 76:2), nama Tuhan adalah menara yang kuat, kesanalah
orang benar berlari dan ia menjadi selamat (Ams 18:10). Dalam ayat-ayat ini, nama itu
berdiri sebagai seluruh manifestasi Allah dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya, atau
hanya untuk pribadi, sehingga nama itu menjadi sinonim dengan Allah.
Nama-nama itu antropomorfis dan menandai tindakan Allah yang merendahkan diri untuk
menemui manusia. Nama-nama itu diberikan oleh Allah sendiri dengan satu jaminan
bahwa nama-nama itu mengandung wahyu dari Jatidiri Ilahi. Hal ini dimungkinkan oleh
fakta bahwa dunia dan semua hubungan-hubungan dengannya dulu dan sekarang
mempunyai arti sebagai wahyu Allah. Oleh karena Dia yang tidak dapat dipahami
sepenuhnya telah menyatakan diri kepada makhluk-Nya, mungkinlah bagi manusia untuk
menyebut nama-Nya sesuai dengan cara dari makhluk ciptaan. Dalam upaya untuk
mebuat diri-Nya dikenal manusia, Allah harus merendahkan diri sampai setara dengan
manusia, agar Ia dapat dipahami oleh kesadaran manusia yang terbatas dan diucapkan
dalam bahasa manusia. Dr. Bavinck mendasarkan pemabgian dari nama-nama Allah
dalam konsep yang luas tentang nama-nama itu, dan membedakan antara nomina propria
(nama diri), nomina essentialia (nama-nama esensial atau sifat), dan nomina personalia
(nama-nama pribadi seperti Bapa, Anak dan Roh Kudus).
B. Nama-nama dalam Perjanjian Lama dan artinya
1. El, Elohim dan Elyon
 El berasal dari kata ul artinya menjadi yang pertama, menjadi tuan, kuat
dan berkuasa.
 Elohim (bentuk tunggalnya adalah Eloah) berasal dari kata alah yang
berarti dilingkupi ketakutan, dan demikian menunjuk kepada Allah
sebagai Dia yang kuat dan berkuasa, atau merupakan obyek dari rasa
takut.
 Nama Elyon diturunkan dari nama alah artinya ke atas, ditinggikan, dan
menunjuk Allah sebagai Dia yang tinggi dan dimuliakan (Kej 14:19-20;
Bil 24:16; Yes 14:14). Nama ini juga dipakai untuk menunjuk kepada
kepada berhala (Mzm 95:3; 96:5), untuk menunjuk manusia (Kej 33:10;
Kel 7:1), dan untuk penguasa (Hak 5:8; Kel 21:6; 22:8-10; Mzm 82:1).
2. Adonai
 Kata Adonai mungkin diturunkan dari dun (din), atau adan artinya
menghakimi, memerintah, dengan demikian menunjuk kepada Allah
sebagai Penguasa yang kuat, kepada siapa semuanya arus berhadapan,
dan kepadanya manusia adalah hamba.
3. Shaddai dan El-Shaddai
 Shaddai diturunkan dari kata shadad berarti penuh kuasa dan menunjuk
kepada Allah sebagai pemilik kuasa di surga dan di bumi.
 Ada juga yang berpendapat bahwa nama ini berasal dari kata shad yang
artinya tuan.
 Nama Shaddai menunjuk kepada Allah sebagai subyek dari semua
kekuatan di alam dan memakai segala sesuatu yang ada alam sebagai alat
atau sarana bagi karya anugerah ilahi.
 Dengan nama inilah Allah datang kepada Abraham, bapa segala orang
beriman (Kel 6:2).
4. Yahweh dan Yahweh Tsebhaoth.
 Nama Yahweh: Allah menyatakan diri-Nya sebagai Aallah anugerah.
 Orang Yahudi mempunyai rasa takut tersendiri dalam menyebut nama ini,
Im 24:16 “Siapa yang menghujat nama Tuhan pastilah ia dihukum mati
dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaat itu. Baik orang asing
maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama Tuhan haruslah
dihukum mati.” Sehingga ketika mereka membaca Kitab Suci mereka
menggantinya dengan nama Adonai atau Eloim.
 Nama ini dianggap paling sakral dan paling diagungkan sebagai Allah
yang tidak mungkin berubah.
Bentuk singkatan dari nama itu, ditemukan dalam nama-nama gabungan
Yah dan Yahu.
1. Qal dan hiphil: dua bentuk tata bahasa Ibrani untuk menunjuk keadaan
tertentu, red. Nama Yahweh sering diperkuat dengan tambahan kata
tsebaoth. Arti nama tsebaoth ini ada tiga pendapat utama, yaitu:
a. Tentara Isarel. Bentuk jamak tsebaoth dipakai untuk menunjuk
penghulu-pengulu tentara Israel, tentaranya secara umum ditunjuk
dengan bentuk tunggal. Tekanan terhadap arti ini, walaupun sedikit
berbeda dalam sudut pandangnya, bahwa di dalam nama ini, istilah
itu menunjuk kepada tentara Israel.
b. Bintang-bintang. Bila bntang-bintang disebut sebagai penghulu
kerajaan surga, bintang-bintang itu tidak pernah menunjuk kepada
penghulu tentara Allah.
c. Malaikat-malaikat. Nama Yehovah Tsebhaoth sering ditemukan
dalam hubungan-hubungan di mana malaikat disebut: 1 Sam 4:4; 2
Sam 6:2; Yes 37:16; Hos 12:4-5; Mzm 80:1,4;89; malaikat-malaikat
berulang kalai dipakai untuk mewakili penghulu-penghulu yang
mengelilingi takhta Allah, Kej 28:12; 32:2; Yos 5:14; 1 Raj 22:9;
Mzm 68:17; 103:21; 148:2; Yes 6:2. Alkitab juga menyebutkan
pembagian atas malaikat-malaikat (Kej 32:2; Ul 32:2; Mzm 68:17).
Yehovah dari para penghulu adalah juga Allah yang penuh
kemuliaan yang dikelilingi oleh penghulu-penghulu malaikat, yang
memerintah langit dan bumi demi untuk umat-Nya dan yang
menerima kemuliaan dari semua makhluk-Nya.
C. Nama-Nama dalam Perjanjian Baru dan Tafsirannya
1. Theos. Nama El, Elohim dan Elyon, dalam bahasa Yunani adalah Theos, yang
merupakan nama paling umum dari Allah. Elyon sering disejajarkan dengan Hupistos
Theos. Nama Shaddai dan El-Shaddai disejajarkan dengan Pantokrator dan Theos
Pantokrator. Pada umumnya Tehos lebih sering muncul dalam genitif yang
menyatakan milik, seperti mou, sou, hemon, humon, sebab di dalam Kristus, Allah
dapat dianggap Allah dari segala umat-Nya atau anak-anak-Nya.
2. Kurios. Perjanjian Baru mengikuti Septuaginta yang menggantikan Adonay dan
menyetarakannya dengan Kurios, yang diturunkan dari kata Kuros yang berarti kuasa.
Nama ini menunjuk kepada Allah juga Kristus sebagai Yang Mahakuasa, Tuhan,
Pemilik, Penguassa yang memiliki kekuasaan resmi dan juga otoritas.
3. Pater. Pater (Bapa), nama ini untuk menunjuk Keilahian, bahkan juga oleh bangsa
kafir dalam agama mereka. Kata itu dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menunjuk
hubungan antara Allah dan Israel. Dalam Perjanjian Baru dalam bagian-bagian lain
kata itu menunjukkan hubungan yang khusus di mana pribadi pertama dari Allah
Tritunggal berelasi dengan Kristus, sebagai Anak Allah, baik dalam pengertian
metafisik atau dalam pengertian sebagai pengantara atau hubungan etis di mana Allah
berdiri bagi orang percaya sebagai anak-anak rohani-Nya

Pertanyaan:

1. Apa yang menjadi sasaran atau tujuan dari Jatidiri Allah?


2. Mengapa ketika membaca Kitab Suci orang Yahudi menggantikan nama
Yahweh dengan Adonai atau Elohim? Bukankah nama-nama itu sama-sama
menunjuk kepada Allah yang sama?

Anda mungkin juga menyukai