Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

1Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku
berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum
kepada bangsa-bangsa. 2Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau
memperdengarkan suaranya di jalan. 3Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya,
tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. 4 Ia sendiri tidak akan menjadi
pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi;
segala pulau mengharapkan pengajarannya.
Dalam kitab Yesaya dari pasal 40-55 yang juga dikenal dengan kitab Deutero
Yesaya adalah kitab yang berasal dari masa pembuangan orang-orang Yehuda di
Babylon, kira-kira tahun 540 sM. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan.
Yesaya memberitakan bahwa tidak lama lagi Allah membebaskan umat-Nya dan
membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai hidup baru.
Tentang penulisan kitab Deutero Yesaya ini, Deutero Yesaya sezaman dengan
Cyrus (Yes 45:1-8) raja Persia yang merebut Babylon dan menawan orang-orang
Yehuda untuk pergi ke tanah air mereka, dan nubuatnya dimulai sebelum
penaklukan Babel tahun 539 sM. Nabi adalah seorang yang ikut di pembuangan.
Kerena itu tempat inilah yang menjadi prioritas tugas pemberitaan nabi Deutero
Yesaya, sekitar Babel dan Palestina. Dengan demikian Kaiser membedakan
antara periode pembuangan di Babel (pasal 40-48) dengan periode kembalinya
Israel ke Palestina (pasal 49-55).[1]
Dalam Deutro Yesaya ini, sangat banyak berbicara mengenai “Hamba Tuhan”.
Empat perikop nyanyian Ebed Yahweh (hamba Tuhan), teristimewa dalam
“Nyanyian-nyanyian Hamba Tuhan” yaitu Yesaya 42:1-4; 49:1-7; 50:4-9; 52:13-
53:12 merupakan bagian penting dan aktual dengan pemberitaan nabi Deutero
Yesaya. Isi nyanyian hamba TUHAN adalah: hamba sebagai utusan Allah, yang
setia bahkan rela menderita untuk tugas penyelamatan bagi umat Israel.
Keselamatan itulah yang ditekankan dalam pemberitaan Deutero Yesaya.
Istilah db,[,“Ebed” (kata benda) berasal dari kata kerja “Eved” yang berfungsi
sebagai alat pekerjaan. Ebed berarti hamba, artinya seorang hamba bekerja
untuk orang lain.[2] Tugas hamba adalah melayani dan melakukan segala
kehendak tuannya. Dalam keagamaan Israel, istilah Ebed menggambarkan
kerendahan diri manusia ciptaan di hadapan Allah. Berarti kata Ebed berbeda
dengan budak. Dalam nyanyian Ebed Yahwe, Allah menyebut hamba dengan
sebutan, hambaKu, yang menunjukkan kedekatan antara hamba dengan Yahweh
(bdk. 41:2; 49:1,2,: 50:4; 53:10-12). Pertanyaan tentang siapakah hamba Tuhan
itu masih merupakan masalah yang belum terjawab sampai sekarang. Ada
beberapa interpretasi, yaitu[3] :
1.      Interpretasi “individuil” atau perorangan. Ada beberapa ahli yang
berpendapat bahwa hamba TUHAN itu ialah seorang pribadi saja, misalnya : raja
Cyrus, atau nabi Yeremia, dst.
2.      Interpretasi “kolektip” atau kelompok. Ada beberapa ahli yang berpendapat
bahwa hamba TUHAN itu adalah personifikasi bangsa Israel.
3.      Interpretasi “sisa Israel”. Ada juga beberapa ahli yang berpendapat bahwa
hamba TUHAN itu adalah sisa Israel yang tetap setia kepada Yahweh juga dalam
masa pembuangan di Babylon.
Menurut Ackroyd, secara tradisi dalam interpretasi Yahudi, hamba Tuhan
digambarkan sebagai Israel.[4] Kemudian diikuti oleh pendapat ahli, bahwa
hamba Tuhan yang dimaksud ialah sisa Israel yang tetap setia.[5] Dalam pasal
42:1-4 ini, hamba Tuhan dipanggil oleh Allah dan kedapadanya diberikan Roh
Allah, untuk menyatakan jP'Þv.mi mispat kepada bangsa-bangsa (ayat 1,3,4).
[6] Dalam perikop ini, Allah memperkenalkan hambaNya sama dengan
pelantikan seorang raja. IstilahjP'Þv.mi mispat berasal dari ruangan pengadilan,
yaitu segala sesuatu yang ditentukan hakim. Tetapi bagi bangsa Israel hukum itu
berasal dari Allah sendiri. Nabi itu percaya dengan pasti bahwa Yahwe yaitu Allah
tidak akan meninggalkan bangsaNya. Yahweh tidak memerintah atas seluruh
semesta alam saja, tetapi juga atas segala bangsa. Inti dari kata mispat adalah
anugerah dan kasih Allah. Jadi, tugas hamba adalah dengan penuh setia
menyatakan mispat tersebut kepada bangsa Israel di Babel dan juga kepada
bangsa-bangsa lain (bersifat universal).
Kebanyakan penafsir modern berpendirian bahwa ayat 1-4 merupakan pokok,
dan ayat 5-9 dilihatnya sebagai pelengkap yang susah tafsirannya. Dalam ayat 1-
4 ini, firman ini menyerupai firman pelantikan seorang raja : sebagaimana Allah
memilih Saul sebagai kepala bangsaNya dan memperkenalkan dia kepada
Samuel, agar diurapi dan dilantik sebagai pemerintah yang sah, demikianlah
hamba Tuhan itu diresmikan di depan saksi-saksi, dan jabatannya ditentukan.[7]
Beberapa penafsir misalnya Koole, berpendapat bahwa ayat 1-9 merupakan satu
bagian karena mempunyai hubungan formal. Bagian pertama kata “lihat” ayat 5-
9 sebenarnya berdiri sendiri, dan tidak ada relasi dengan ayat 1-4 karena kedua
bagian ini menggunakan bahasa yang berbeda. Ayat 5-9 dimulai dengan kalimat
“Aku ini adalah Yahweh” dan dialamatkan kepada orang kedua tunggal : “Aku
telah memanggil engkau dengan maksud penyelamatan, “Aku telah memegang
tanganmu”. Sementara ayat 1-4 ditujukan kepada orang banyak.[8]
Ada tiga tugas penting dari hamba dalam Yesaya 42:1-4, yaitu : Ia menimbulkan
keadilan bagi bangsa-bangsa (ayat 1c); Ia membawa keadilan dalam kebenaran
(3c); sampai ia menegakkan keadilan di bumi (4b).[9] Kita akan membahas ayat
demi ayat agar lebih jelas.
PENAFSIRAN
Ayat 1 “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihanKu, yang kepadanya
Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan
hukum kepada bangsa-bangsa.” Kalimat “Lihat itu hambaKu” nyanyian ini
menunjuk kepada hamba Tuhan. Allah memperkenalkan hambaNya, hampir
sama dengan pelantikan raja Saul (1 Sam 9:15-17). Roh TUHAN juga memenuhi
raja tersebut yaitu “roh hikmat dan penegrtian, roh nasihat dan keperkasaan, roh
pengenalan dan takut akan TUHAN” (Yes 11:2). Allah memperkenalkan
hambaNya dengan perkataan yang menyerupai pelantikan seorang raja; tetapi
dalam pemilihan hamba tidak ditemukan adanya saksi-saksi yang dapat
meresmikan hamba tersebut di dalam jabatannya sebagaimana seorang raja
(bdg. 1 Sam 16:12 dengan II Sam 2:4; 5:3).[10]
Hubungan Allah kepada hambaNya itu diuraikan lebih lanjut dari tiga segi[11] :
a.       Ia memegang hambaNya untuk menguatkannya (bnd Kel 17:12; Mzm
41:13; 63:9; 49:2,5).
b.      Ia memilihnya untuk menjalankan maksudNya, sama seperti Israel
dipilihNya (bnd 41:8).
c.       “JiwaKu berkenan kepadanya”; alasan pemilihan itu hanya terdapat pada
diri TUHAN; jiwa dipakai di sini sebagai ganti diri Aku (demikian terjemahan LAI),
entah sebagai pengalimatan bahasa tinggi, entah sebagai tanda bahwa secara
pribadi Allah menyenanginya.
Hamba dalam perikop ini berdiri antara raja dan nabi, dengan satu jabatan baru,
yakni hamba Tuhan.
 Kata ayci(Ay Yosi diterjemahkan secara harafiah berarti “membawa keluar”
tetapi LAI menuliskan kata yosi tersebut dengan kata “menyatakan”. Saya tidak
tahu pasti peredaksian oleh LAI menggunakan kata tersebut tetapi pengertian
sebenarnya adalah “membawa keluar”. Kata yosi menunjukkan
bahwa mispat yang dibawa oleh hamba itu tidak hanya kepada Israel, tetapi
dibawa ke luar, yaitu kepada bangsa-bangsa lain. Jadi kata yosi tidak hanya
digunakan untuk menghibur orang-orang yang berada di pembuangan saja tetapi
bagi semua bagsa-bangsa.
Ayat 2 “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan
suaranya di jalan.” Kata q[;Þc.yI sa’ak, sering sekali menunjukkan teriakan yang
dapat juga diartikan sebagai penderitaan sebagai seorang hamba Tuhan yang
tidak pernah mengeluh akan penderitaannya. Hal yang dimaksudkan untuk
menjelaskan tentang tugas kehambaan dalam ayat ini jelas tidaklah
mencerminkan tugas seorang hamba untuk berteriak atau dengan suara yang
besar memberitakan firman TUHAN. Hal ini berbeda dengan cara seorang raja
dalam memberitahukan keputusan-keputusannya kepada rakyatnya yaitu
dengan membuat undang-undang dan mengumumkannya di depan masyarakat
umum.[12] Tetapi hamba TUHAN yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah
hamba yang memberitakan mispat kepada orang-orang tidak dengan terpaksa,
dapat kita lihat lebih jelas di dalam uraian tentang ayat yang ke-3.
Ayat 3 “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang
pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan
menyatakan hukum.” Dalam ayat ini, tugas hamba TUHAN adalah
mengurus buluh yang telah dirusak atau patah dengan perawatan yang sungguh-
sungguh dan memelihara sumbu yang suram. Artinya bahwa hamba Tuhan
bekerja untuk memelihara kepercayaan yang teguh kepada Tuhan, dan memberi
harapan bagi orang-orang pada masa pembuangan, serta memberitakan bahwa
Yahweh akan datang untuk memelihara alam semesta ini.[13] Dalam ayat ini
kata tm,Þa/l, Le’emet diartikan dengan suatu kesungguhan. Kata itu
memperlihatkan integritas seorang hamba Tuhan dalam menjalankan tugasnya
yaitu dengan kesungguhan sekaligus solidaritas hamba terhadap umat Tuhan.
“Buluh yang telah rusak” dan “sumbu yang suram”, melambangkan kehancuran
Yerusalem dan Israel yang telah kehilangan kepercayaan. Oleh sebab itulah tugas
seoang hamba TUHAN adalah memulihkan Israel sebagai umat Allah kembali.
Ayat 4 “Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai
ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan
pengajarannya.” Dalam ayat ini, kesetiaan yang telah dijelaskan hamba TUHAN
dalam ayat 3 lebih diperjelas lagi. Kesetian hamba TUHAN itu tidak akan pudar
dan hilang walaupun tantangan dihadapi ia tidak akan mundur sampai tujuannya
tersebut tercapai. Jadi, pernyataan ini memberi kesan bahwa tugas hamba
tersebut diiringi dengan penderitaannya yang sangat menyedihkan.[14] Hamba
walaupun dalam penderitaan dan hambatan yang berat, dia tidak akan gagal
dalam tugasnya karena dia bersandar kepada Yahweh. Jadi hamba TUHAN
adalah orang yang rela menderita dalam memberitakan mispat TUHAN demi
keselamatan Israel dan semua bangsa.
Von Rad sendiri memakai konsep hamba TUHAN di dalam Deotero Yesaya
digambarkan dengan Musa (Kel 18:18). Musa dipanggil menjadi hamba TUHAN
selama 40 tahun. Deutero Yesaya menggambarkan hamba TUHAN sebagai
seorang yang berada di antara Israel dan Yahweh, yang berdiri di tempat orang-
orang berdosa (53:12), bahkan pada akhirnya menderita demi keselamatan
orang lain (Israel).[15]
Penekanan Deutero Yesaya relevan dengan kehidupan Israel di masa
pembuangan Babel yang di mana telah kehilangan kepercayaan kepada Yahweh
sebagai pencipta dan penebus Israel, akibatnya Israel semakin jauh dari Yahweh.
Yahweh ingin memulihkan hubunganNya dengan bangsa Israel tersebut melalui
hambaNya yaitu hamba TUHAN. Ia memanggil hambaNya untuk menghibur dan
mewujudkan keselamatan bagi Israel. Dia yang akan memulihkan Israel yang
telah hancur. Oleh seba itulah diperlukan sebuah pengurbanan, penderitaan dan
solodaritas yang tinggi.
Thema teologi yang telah diuraikan di atas tersebut tujuannya ada dua, yakni :
(1) agar Israel dan bangsa-bangsa lain merasakan damai sejahtera daripada Allah,
mengalami mendamaian yang telah diberikan oleh Yahweh. (2) Yahweh
dipahami sebagai yang satu-satunya pencipta, penyelamat dan yang berkuasa
atas ciptaanNya. Penderitaan hamba tersebut juga merupakan penderitaan Israel
di pembuangan, itulah sebabnya Israel juga dapat disebutkan sebagai hamba
Tuhan. Dengan demikian, makna penderitaan Ebed Yahweh dalam Deutero
Yesaya adalah agar orang lain mengalami damai sejahtera Allah dan mengakui
bahwa Allah adalah satu-satunya TUHAN yang berkuasa atas alam semesta.  
RELEVANSI KONSEP KEHAMBAAN DALAM YESAYA 42:1-4 TERHADAP
PERKEMBANGAN JEMAAT GEREJA MASA KINI
Relevansi kehambaan di dalam Yesaya 42:1-4 ini bagi perkembangan jemaat
gereja pada masa kini adalah bahwa hamba TUHAN adalah wakil Allah untuk
menyatakan firman TUHAN dan membawa terang terhadap manusia. Seorang
hamba haruslah memiliki sebuah kaharisma atau figur sebagai seorang yang
benar-benar mencirikan bahwa dia adalah hamba TUHAN. Hamba TUHAN adalah
orang yang benar-benar telah dipilih Allah, diutus Allah, dan Allah telah
memperlengkapi dia dengan Roh Tuhan untuk melakukan tugas yang telah
diberikan TUHAN kepadanya yaitu menyatakan damai sejahtera dari Allah. Jadi,
tugas kehambaan sebagai hamba TUHAN adalah merupakan sebuah anugerah
dari TUHAN. Gereja harus sungguh-sungguh melakukan tugas penggilan ini
dengan bersandarkan pada pertolongan TUHAN.
Hamba TUHAN itu ditujukan bukan saja adalah tugas seorang nabi (di dalam PL),
seorang pendeta (di dalam gereja), ataupun para majelis-majelis jemaat gereja
saja, tetapi tugas kehambaan TUHAN itu juga ditujukan kepada seluruh umat
manusia. Baiklah kita semua umat manusia mau dan sadar akan tugas
kehambaan TUHAN itu merupakan tanggungjawab kita yaitu melakukannya
dengan tidak ada rasa terpaksa, penuh kesabaran, setia, rela menderita demi
kemuliaan TUHAN, dan taat dalam panggilannya. Orang seperti inilah yang
sedang dibutuhkan oleh gereja masa kini.
PERENUNGAN
Hamba TUHAN merupakan suatu dasar hubungan yang baru antara Allah dengan
manusia. hubungan ini dapat diambil dari bahasa hukum (hukum atau keputusan
hakim, pengajaran atau ketetapan hukum, perjanjian) sama dengan hubungan
antara TUHAN dengan bangsa Israel. Hamba TUHAN itu mirip dengan Musa,
yaitu pengantar peranjian antara Allah dan bangsa Israel (Kel 19:34), hakim dan
pemberi hukum yang utama (Kel 18:16,20; Kel 21:1; Ul  5:2). Namun dalam nats
ini, hamba itu ternyata melebihi Musa di mana jabatannya ditujukan kepada
segala bangsa dan di dalam dirinya TUHAN dapat dikenal oleh manusia.
Orang Yahudi sendiri menyamakan hamba itu dengan Israel di mana Israel adalah
umat pilihan Allah yang akan mengagungkan nama TUHAN di depan segenap
manusia. Hanya Israellah umat yang setia menjadi saksi-saksi Allah di depan
bangsa-bangsa (43:10), seperti penggenapan janji Allah kepada Abraham bahwa
olehnya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej 12:3). Selain itu
banyak orang-orang Israel yang hidup setia kepada hukum Allah dan mati syahid
karena itu. Mereka yakin bahwa kesaksian mereka itu harus kita hormati.[16]
Di lain pihak, para penginjil Perjanjian Baru berpendapat bahwa Yesus Kristuslah
hamba TUHAN yang dilukiskan di dalam Yesaya 42:1-4 ini. Banyak perkataan dan
tindakan Yesus sendiri yang sangat cocok atau sesuai dengan apa yang ada di
dalam Yesaya 42:1-4 ini. Seperti pada saat Yesus dibabtiskan, Allah
melengkapiNya dengan Roh kudus (sesuai dengan Yes 42:1c) dan berfirman :
“AnakKu Engkau” (sesuai dengan Mzm 2:7), “kepadaMu Aku berkenan” (sesuai
dengan Yes 42:1). Selain itu Yesus juga menyebutkan dirinya terang dunia (Yoh
8:12).
Sesuai dengan Kitab Injil inilah umat Kristen juga melihat bahwa Tuhan Yesus
yang merupakan perwujudan yang sebenarnya dari hamba Tuhan itu. Hamba itu
datang untuk memenuhi harapan Tuhan sehingga umat Kristen harus hidup setia
kepada Tuhan, rela berkorban demi kemuliaan Tuhan (sama halnya seperti
Tuhan Yesus), dan mau hidup melayani demi nama hamba TUHAN itu yaitu Yesus
Kristus sang terang dunia.

Introitus : 
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu?
Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu menyertai engkau,
kemanapun engkau pergi (Yosua 1:9)
 
Bacaan : Yohanes 1:10-18.; Khotbah : Yesaya 42:1-9
 
Tema : “Allah berjalan bersama kita.”
 
 
Kata Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih,
Kita sering mendengar kalimat”Hidup itu perjalanan.” Hidup itu perjalanan
berarti hidup itu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dengan segala
tantangannya, contoh: Perjalanan mendaki gunung atau naik kapal. Perjalanan
naik gunung (perjalanan ndarat), ada lobang kecil, lobang besar, jalan terjal,
cuaca yang tidak bersahabat, binatang buas, daerah berbahaya, dll. yang
menghadang untuk mencapai tujuan. Demikian juga perjalanan laut ada waktu
tenang, ada juga waktu yang menakutkan.
 
Dalam perjalanan ada yang mementingka alat perjalanan yang canggih. Bagi
mereka yang mementingkan alat perjalanan yang canggih, maka alat itu
memberikan keamanan dan kenyamanan. Ada yang mementingkan tujuan,
apapun dilakukan supaya sampai ke tujuan dan ada yang mementingkan teman,
maka bersama temannya (ada teman) baru mau melakukan perjalanan, kaena
temannya tersebut memberikan keamanan dan kenyamanan (contohnya, suami-
isteri, yang selalu bersama melakukan perjalanan).
 
Tetapi dari pengalaman, Alat yang canggih belum tentu memberikan keamanan
dan kenyamanan, contoh: Titanic, yang berarti Tuhanpun tidak sanggup
menenggelamkan kapal ini. Hal ini dinyatakan karena kecanggihannya. Kapal
tersebut diperlengkapi alat keamanan yang canggih, mempunyai kolam renang,
gymnasium, restoran kelas atas, memiliki telegram nirkabel muktahir yang
dioperasikan untuk keperluan penumpang dan operasional kapal. Titanic
mempunyai perlengkapan kedap air dan pintu kedap air yang bisa dioperasikan
dari jarak jauh, namun tidak mempunyai sekoci yang dapat menampung seluruh
penumpang (untuk 1.178 orang saja) Kapal ini mampu mengangkut 2.224 orang).
Kapal ini berlanyar meninggalkan Southampton, tal 10 April 1912, tenggelam tgl.
14 April 1912, mematikan 1.514 orang. Ternyata Alat yang canggih tidak
memberikan kenyamanan dan keamanan.
 
Pembahasan Nats Yesaya 42:1-9
Saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan Yesus,
Nats Khotbah Yesaya 42:1-9 yang menjadi nats khotbah kita, menawarrkan
kepada kita bahwa ada teman dalam perjalanan hidup kita yaitu, Allah. Allah
berjalan bersama kita, yang memberikan kenyamanan sejati. Pertama, Allah
memilih hambaNya, yang dipegang, dipilih, Allah berkenan, menaruh RohNya,
yang mempunyai tugas membawa keadilan (menyatakan hukum kepada bangsa-
bangsa)(ayat 1). Dan dalam PB terbukti dalam diri Tuhan Yesus, Mesias diurapi
Roh Kudus, supaya melaksanakan tugas penebusanNya (Yes. 61:1). Yang percaya
kepada Tuhan Yesus akan melanjutkan apa yang telah di mulai Tuhan Yesus, juga
memerlukan pencurahan Roh Kudus, sebagai bukti Allah berjalan bersama orang
percaya. Allah berjalan bersama kita berarti menerima pencurahan Roh Kudus,
sehingga beroleh melayani dengan hikmat, penyataan Allah, dan kuasa yang
diperlukan.
 
Kedua, hamba yang baik (ramah) terhadap yang lemah (ay. 3-6). Bukti orang
yang lemah:
Buluh yang terkulai…sumbu yang pudar nyalanya (ay.3) adalah merupakan bukti
orang yang lemah.
Bukti hamba yang baik/ramah adalah:
Biasanya orang yang bersalah atau orang yang lemah adalah alamat amarah
orang yang kuat, tetapi hamba tersebut sangat baik dan ramah terhadap orang
yang bersalah dan lemah; Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara,
bahkan tidak memperdengarkan suaranya (ay.2).
Ia tidak mematahkan dan memadamkan yang lemah,tetapi menolong dan
menyembuhkannya, member kehidupan (ay. 5), dan dengan maksud
penyelamatan (ay. 6). Berlawanan dengan prajurit yang melumatkan musuhnya
(Yes. 41:15)
Tetap dengan setia ia menyatakan hukum/keadilan(ay.3). keadilan yang
membela orang yang lemah dan tak berdaya.
Ia tetap kasih setianya (tidak akan menjadi pudar, dan tidak akan patah terkulai)
sampai terjadi keadilan di bumi dan pengajarannya dirindukan (ay.4).
Ketiga, hamba yang membuka mata yang buta (ay.7). Dengan kematianNya dan
Kuasa Roh Kudus, hamba (Mesias akan Membebaskan semua orang percaya dari
kegelapan dosa, kesalahan (Rm 5:12), dan kuasa Iblis (I Yoh. 3:8).
Keempat, Aku ini Tuhan, itulah namaKu (ay 8-9), bd. Kel. 20:1-3. Akulah Tuhan
Allahmu…), didasarkan bentuk sebuah perjanjian (antara raja dan rakyatnya).
Dalam perjanjian itu, raja memperkenalkan diri dan menunjuk perbuatan-
perbuatan yang telah dilakukannya untuk mereka (ay.2). Kemudian raja
memberikan hukum-hukum dan rakyat harus hidup sesuai dengan hukum itu.
Tidak memberikan kemulian-Ku kepada yang lain atau kemasyuranku-ku kepada
patung (ay.8). Nubuat menjadi nyata, dan hal baru akan dinyatakan Allah kepada
hambaNya. Sebelum terjadi, hamba mengetahui apa yang akan terjadi
(membaca tanda-tanda zaman).
 
Pengenaan:
 
Saudara-saudara yang terkasih,
Nats Khotbah Yesaya 42:1-9, yang menjadi nats khotbah 01 Januari 2014, Tahun
Baru, dengan tema:”Allah Berjalan Bersama Kita” memberi semangat baru bagi
kita dalam meninggalkan tahun 2013 dan menjalani tahun 2014 karena:
pertama, Allah membuka diri untuk berjalan bersama kita. Kita tidak
membanggakan apa yang kita miliki; pengalaman, karena melalui pengalaman
kita, ada yang kita harapkan hari cerah ternyata hari hujan (bertolak belakang
dengan apa yang kita harapkan). Pengalaman tidak cukup memberikan hikmat
untuk melanjutkan perjalanan yang baik. Harta/investasi, kesehatan, sahabat,
alat yang canggih, kedudukan, pangkat, (semuanya itu fana, tidak dapat
bertahan, sampai waktunya tidak ada lagi harganya atau akan hilang) tidak dapat
diandalkan/dibanggakan menjadi sahabat kita untuk menjalani hidup ini, tetapi
yang benar adalah Allah sendirilah yang menjadi teman hidup kita, sehingga kita
mendapat kekuatan, penghiburan, dan kebijaksanaan dalam perjalanan hidup
kita (bd. Introitus Yos. 1:9).
 
Saudara-saudara yang terkasih,
Kedua, Allah berjalan beserta kita, berarti dalam perjalanan hidup ini, Allah tetap
menyertai kita dengan pencurahan Roh Kudus (pencurahan kuasa) pelayanan.
Orang yang menerima Roh Kudus menjadi hamba Allah (ebed Yahweh). Seorang
hamba Allah melakukan apa yang dikehendaki Allah (sebagai tuan (pemilik) dari
hamba=teologi hamba). Dalam Yesaya 52: 3-6 sikap hamba tersebut adalah
melayani yang lemah dan tak berdaya (buluh yang terkulai…lampu yang pudar
nyalanya). Hal ini telah dilakukan Tuhan Yesus. Seluruh hidupNya melayani orang
yang lemah dan tak berdaya oleh karena kuasa dosa. Dalam ayat 7, dosa
dinyatakan dengan membuka mata yang buta. Buta terhadap kehendak Allah
yang benar, sehingga melakukan apa yang dilarang Tuhan dan tidak melakukan
apa yang diperintahkan Tuhan. Lihatlah disekitar kita, banyak sekali orang orang
yang memilih jalan celaka daripada jalan selamat. Dengan penuh kasih Yesus
melayani orang yang berdosa, demikian juga kita yang telah menerima Roh
Kudus sebagai hamba Allah melayani orang-orang yang lemah dan tak berdaya
oleh karena kuasa dosa, dengan memberitakan Injil (Mat. 28:18-20).
 
Saudara-saudara yang terkasih,
Ketiga, Allah bersama dengan kita, berarti semangat pelayanan kita tidak akan
pernah pudar (semakin lemah) oleh karena tantangan. Tantangan sebagai hamba
Allah ada dua, yaitu: tantangan dari dalam diri kita dan tantangan dari luar diri
kita. Tantangan itu bukan membuat pelayanan menjadi pudar (hamba yang tak
jelas imannya), tetapi tantangan tersebut menjadi peluang bagi kita untuk
bertambah kuat (bd. Pohon yang di atas bukit, kayunya lebih kuat dari pada
pohon yang di lembah. Hal ini terjadi karena pohon yang di atas bukit lebih
banyak menerima angin kuat daripada pohon yang di lembah). Allah sendiri yang
memperlengkapi kita dalam setiap tantangan sehingga kita beroleh pengetahuan
dan kebijaksanaan untuk mengatasinya, sehingga kita boleh bersukacita setiap
saat…Amin.
Dipanggil Untuk Maksud Penyelamatan
 Yesaya 42:1–9
“Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan ….” (Yes.
42:6)
“Ada udang di balik batu.” Pepatah ini digunakan untuk menyindir orang yang
mempunyai maksud tersembunyi. Belum begitu jelas apa maunya dan
bagaimana akhirnya. “Maksud” berarti tujuan yang dikehendaki atau niat dan
kehendak tertentu. Agar niat dan tujuan itu dapat dimengerti dengan jelas, maka
dibutuhkan penegasan atau pernyataan detail.
Allah memiliki maksud di dalam kehidupan tiap orang yang dipilih-Nya. Maksud
Allah kadang tersamar sehingga memerlukan ketajaman hati untuk mengerti
kehendak-Nya. Maksud Allah dinyatakan pada orang tertentu melalui kata-kata
Sabda-Nya atau melalui penglihatan. Yesaya adalah salah satu contoh dari orang
yang dipilih Allah untuk menyampaikan maksud-Nya, yakni menyampaikan kabar
baik perihal Allah yang akan bertindak menyelamatkan umat-Nya. Allah memilih
dan memanggil umat-Nya melalui Sabda-Nya dan pengalaman hidup mereka
masing-masing. Allah memiliki kuasa mutlak untuk menetapkan “siapa” dan
untuk tujuan apa “seseorang ini” dipilih dan dipanggil-Nya. Kepentingan Allah
adalah supaya semua isi bumi ini diselamatkan.
Bagaimana dengan diri kita? Bukankah kita juga dipanggil dan dipilih untuk
maksud penyelamatan-Nya? Yesus Kristus mengingatkan kita tentang maksud
manusia mula-mula diciptakan. Manusia dipercaya untuk ikut berperan dalam
penyelamatan bumi dan ciptaan-Nya. Maksud penyelamatan Allah menjadi
nyata, jelas dan tegas ketika kita bersedia menerima Sabda-Nya.
Kursi Roda (Yesaya 42: 3)
        Pernahkah anda nail kursi roda??? Kursi roda bukanlah sekedar kursi yang
ber- roda, namun lebih dari itu. Kursi roda adalah alat bantu bagi orang yang
mempunyai keterbatasan gerak secara khusus yang tidak bisa berjalan. Tidak
bisa berjalan karena sakit atau cacat jasmani.
        Kita bayangkan, betapa kursi roda itu mau menanggung beban yang ada di
"bahunya". Orang yang berbadan besar atau berbadan kecil, asalkan  "bahunya"
masih muat, maka ia akan membawanya kemana- mana. Jalan halus atau kasar
semua dilaluinya. Sampai alas dudukan menjadi usang karena terlalu sering
digunakan, ia tetap merelakan dirinya dipakai oleh si sakit.
        Kursi roda itu menjadi simbol ketabahan dan kesabaran menanggung beban.
Adakah diantara kita tidak terbeban dalam kehidupan ini?? Semua tentulah
terbeban. Ada yang berat, ada pula yang ringan. Namun orang menyikapi
masalah itu beraneka ragam. Ada yang lebay. ada pula yang masa bodoh. Ada
yang dianggap berat, ada pula yang dipandang ringan/ enteng. ada yang
bertahan dengan bersabar dalam menghadapi permasalahan, ada yang disertai
dengan marah- marah dan caci maki.
        Saudara yang terkasih, kursi roda telah mengingatkan kita untuk bersabar
dalam menanggung beban dengan tetap percaya pada penyertaan Tuhan. karena
Tuhan akan hadir untuk memberikan kekuatan dan pertolongan. Tidak sekali- kali
buluh yang terkulai itu akan dipatahkan, dan tidak sekali- kali pula sumbu yang
pudar akan dipadamkanNya. Dia akan jadikan semuanya indah demi
kemuliaanNya.

Buluh Yang Patah Terkulai Takkan Diputuskan

Sebuah Refleksi Pribadi


Bacaan Alkitab : Yesaya 42 : 1 - 9

Jujur kita harus akui bahwa terkadang di saat kita sedang menghadapi masalah
atau tekanan hidup, selalu saja timbul pikiran bahwa Tuhan tidak peduli lagi akan
keadaan kita. Terlebih ketika kita mulai membandingkan jalan hidup kita dengan
orang lain: koq, saya ini rajin berdoa, rajin beribadah, tidak pernah lalai
membaca Firman Tuhan serta taan melakukannya, justru hidup saya tidak
berubah. Malahan semakin terpuruk. Padahal teman saya yang tergolong orang
yang cuek dengan kehidupan agamanya, koq malah jalan hidupnya mulus, seolah
tanpa masalah.

Ya....saat kita mulai melihat dan membandingkan diri kita dengan orang lain, kita
mulai mempertanyakan kebaikan dan kemurahan Tuhan. Kita
mengatakan : "Kenapa Tuhan memperlakukan saya seperti ini? Tuhan bertindak
tidak adil!".

Saudaraku.........
Terlepas dari bagaimana kondisi hidup anda saat ini, saya mau mengajak anda
untuk tetap "PERCAYA". Ya....saya mau mengajak anda untuk mengamini dan
mengimani bahwa Allah tak pernah meninggalkan setiap orang yang disapaNya
sebagai anak.

Saya sangat terkesan pada pandangan Allah tentang hidup kita sebagaimana
yang tercatat dalam Yesaya 49:15-16........."dapatkah seorang perempuan
melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya.
Sekali pun dia melupakannya, AKU tidak akan melupakan engkau. Lihat, AKU
telah melukiskan engkau di telapak tanganKU".

Mungkin saat ini kondisi anda seperti buluh yang patah terkulai, atau seperti
sumbu yang pudar nyalanya; ya....anda merasa tak mampu berdiri menghadapi
tekanan dan penderitaan hidup yang berat. Ingat, Allah tidak akan pernah
bertindak untuk memutuskannya. TanganNya sendiri yang akan memulihkan
semua kondisi yang terjadi. FirmanNya: "AKU ini Tuhan, telah memanggil engkau
untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; AKU telah
membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia,
menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk
mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-
orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. AKU ini Tuhan, itulah
namaKU; AKU tidak akan memberikan kemuliaanKU kepada yang lain atau
kemashyuranKU kepada patung". Coba anda perhatikan, ketika Tuhan bertindak
memulihkan keadaan anda, maka hal itu juga dimaksudkan untuk mengangkat
saudara menjadi alat untuk menghadirkan SHALOM bagi mereka yang ada dalam
kekurang beruntungan.

Yang jadi persoalan adalah: sikap ketidak-sabaran untuk menanti pemenuhan


janji Tuhan.

Jadi, apapun tekanan hidup yang sedang anda alami, pandanglah itu sebagai cara
Allah untuk menguji tingkat kesabaran anda, sama seperti Allah menguji
kesabaran Abraham atau pun kesabaran Ayub. Namun saat mereka melewati
semua tantangan dan masalah itu, maka Allah melimpahi mereka dengan kasih
dan berkatNya.

Cuma satu hal yang perlu anda ketahui, yakni bahwa Allah tidak bisa
dikendalikan oleh apapun atau oleh siapapun. Dia adalah Allah yang berdaulat
penuh atas hidup kita dan Dia tidak pernah ingkar pada segala janji-janji yang
sudah diucapkanNya; apalagi sampai melupakan umat tebusanNya.

Sebab apa?

Sebab Dia adalah Jehovah Jireh, Allah yang menyediakan dan mempercukupkan


apa yang kita perlukan.

Karena itu, jalani hidup anda dengan tidak bersungut-sungut. Tuhan tahu untuk
menyediakan yang terbaik bagi siapa pun yang disapaNya sebagai anak.

Selamat untuk tetap teguh berkeyakinan. Tuhan Yesus memberkati.

Anda mungkin juga menyukai