Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEOLOGI TENTANNG ALLAH DALAM PERJANJIAN LAMA

DI SUSUN
O
L
E
H

NAMA : DEIVI CHRISTIANY TAHULENDING


NIM : 190101059
KELAS : D
MK : TEOL PERJANJIAN LAMA
DOSEN : MA’AM MARLINE MESTI KUKUS M.TH

INSTITUT AGAMA KRISTEN (IAKN MANADO)


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN 2022

DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan
 Latar Belakang Penelitian
 Tujuan Penelitian
 Metode Penelitian
 Ruang Lingkup Penelitian

Bab II : Pengertian Allah


 El, Elohim dan Elyon
 Adonai
 Shaddai dan El-Shaddai
 Yahweh dan Yahweh Tsebhaoth

Bab III : Pengertian Allah Menurut Tokoh Alkitab


 Zaman Mula-mula
 Bapak Leluhur
 Keluar dari Mesir dan Perjanjian di Sinai
 Israel di Kanaan
 Zaman Babel dan Persia

Bab IV : Konsep Allah dalam Perjanjian Lama berdasarkan Nama-nama Allah

Bab V : Kesimpulan Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian

Sejarah Gereja telah mencatat berbagai macam bentuk ajaran sesat yang hadir dan mencoba
mempengaruhi kehidupan gereja, misalnya pada abad permulaan muncul ajaran sesat seperti
Gnostisisme, Docetisme, Montanisme, Mistisisme dan lain sebagainya. Semua aliran ini dianggap
sesat karena salah dalam mengerti siapa itu Allah.
Bahkan pada akhir-akhir ini muncul sebuah kontroversi yang berkaitan dengan nama Allah
dan banyak pertanyaan yang diajukan mengenai 'Apakah Allah Islam sama dengan Allah
Kristen?' dan argumentasi yang banyak dikemukakan adalah bahwa 'Allah Islam tidak sama
dengan Allah Kristen' alasannya 'Karena ajaran keduanya berbeda!'. Pandangan ini tercermin
dalam buku Dr. Robert Morey yang beredar bahkan dianut belakangan ini di kalangan tertentu di
Indonesia:"Islam claims that Allah is the same God who was revealed in the Bible. This logically
implies in the positive sense that the concept of God set forth in the Quran will correspond in all
points to the concept of God found in the Bible. This also implies in the negative sense that if the
Bible and the Quran have differing views of God, then Islam's claim is false.
Namun definisi Morley ini memiliki kelemahan dasar berfikir yang fatal yang menganggap
masalah-masalah teologi (ilmu sosial) bersifat eksakta dan mencampur adukkan pengertian soal
'identitas' dan 'opini' (meta basis). Dari dasar berfikir atau asumsi ini, maka dihasilkan kesimpulan
bahwa,
a. Bila Allah Islam adalah Tuhan Kristen, maka secara positif konsep keduanya
mengenai Tuhan harusnya sama dalam setiap butirnya, sebaliknya secara negatif
disebut bahwa,
b. Bila Al-Quran dan Alkitab memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhan, maka
klaim Islam adalah salah.
Beberapa masalah diatas merupakan sedikit dari sekian banyak permasalahan yang
muncul berkaitan dengan pribadi Allah itu sendiri, oleh sebab melalui makalah ini penulis
mencoba untuk mengangkat sebuah pembahasan tentang Allah dalam perjanjian lama, karna
untuk mengetahui siapa itu Allah maka kita perlu melihat kembali kedalam alkitab terutama
dalam Perjanjian Lama dimana untuk pertama kalinya Allah menyatakan diri-Nya kepada
Manusia.

B. Tujuan Penelitian

Berbagai masalah yang muncul dalam kekritenan sangatlah penting untuk meneliti tentang Allah,
sehingga:
 Melalui penelitian ini dapat diketahui sejauh mana orang-orang Kristen memahami dan
mengenal siapa itu Allah.
 Memberikan masukan kepada para pembaca khususnya yang salah memahami dan
menafsirkan tentang Allah.
 Memberikan uraian dan masukan bagi para hamba Tuhan yang mungkin selama ini kurang
memberikan pengarahan yang benar, agar kembali kepada ajaran Firman Tuhan.
Hal-hal demikian penting dalam penulisan makalah ini karena dengan demikian bisa menolong
para pembaca untuk lebih ekstra hati-hati dalam membangun kehidpan beriman kepada Tuhan yang
diwarnai oleh berbagai masalah.

C. Metode Penelitian

Penulisan makalah ini penulis mengunakan metode analisa literature yang ada, untuk mendukung
penulisan makalah ini

D. Ruang lingkup Penelitian


Penulisan makalah ini penulis hanya membatasi penelitian hanya didalam Perjanjian Lama.
Sekalipun dalam Perjanjian Baru konsep tentang Allah ada namun penulis merasa bahwa untuk bisa
memahami dan mengerti tentang pribadi Allah maka harus dimulai dari pertama kalinya Allah
menyatakan dirinya kepada manusia yaitu didalam Perjanjian Lama.

BAB II
PENGERTIAN ALLAH

1. El, Elohim dan Elyon

Nama yang paling sederhana yang dengannya Allah disebut dalam Perjanjian Lama adalah
nama El, yang sangat mungkin berasal dari kata ul, yang berarti menjadi yang pertama, menjadi
tuan, dan juga berarti kuat dan berkuasa. Nama Elohim (bentuk tunggalnya adalah Eloah)
mungkin berasal dari akar kata yang sama, atau berasal dari kata alah yang berarti dilingkupi
ketakutan; dan dengan demikian menunjuk kepada Allah sebagai Dia yang kuat dan berkuasa,
atau merupakan objek dari rasa takut. Nama Elohim ini jarang sekali muncul dalam bentuk
tunggal, kecuali dalam puisi.
Bentuk jamak seperti ini dianggap sebagai bentuk insentif dan dengan demikian dapat
memberikan petunjuk akan adanya kuasa yang penuh. Nama Elyon diturunkan dari kata alah juga,
dan nama Elyon ini berarti ke atas, ditinggikan, dan menunjuk Allah sebagai Dia yang tinggi dan
dimuliakan (kej.14:19-20; Bil.24:16; Yes.14:14). Nama ini terutama ditemukan dalam bentuk
puisi. Nama ini belum merupakan sebuah nomina propria dalam arti katanya yang paling sempit,
sebab nama itu juga dipakai untuk menunjukkan kepada berhala (Mzm.95:3; 96:5), untuk
menunjuk manusia (Kej.33:10; Kel.7:1), dan tentang penguasa (Hak.5:8; Kel.21:6; 22:8-10;
Mzm.82:1)

2. Adonai

Nama Adonai ini sangat erat hubungannya dengan nama El, Elohim, atau Elyon. Kata Adonai
mungkin diturunkan dari dun (din), atau adan yang keduanya berarti menghakimi, memerintah,
dan dengan demikian menunjuk kepada Allah sebagai Penguasa yang kuat, kepada siapa
semuanya harus berhadapan, dan kepadanya manusia adalah hamba. Pada zaman dulu Adonai
adalah nama yang biasa dipakai bangsa Israel untuk menyebut Allah. Tetapi kemudian diganti
dengan nama Yehova atau Yahweh. Semua nama yang disebut itu menunjuk kepada Allah
sebagai Dia yang tinggi dan dimuliakan, Allah yang transenden.
Nama-nama yang disebut berikut ini menunjuk kepada kenyataan bahwa Yang Dimuliakan
ini merendahkan diri untuk memasuki hubungan dengan makhluk-Nya.

3. Shaddai dan El-Shaddai

Nama Shaddai diturunkan dari kata shadad yang artinya penuh kuasa, dan menunjuk kepada
Allah sebagai pemilik kuasa di surga dan di bumi. Akan tetapi ada juga orang lain yang
berpendapat bahwa nama ini berasal dari kata shad yang artinya tuan. Nama ini berbeda dengan
Elohim, Allah dari ciptaan dan alam semesta, dalam arti bahwa Shaddai menunjuk kepada Allah
sebagai subjek yang ada di dalam sebagai alat atau sarana bagi karya anugerah ilahi. Walaupun
menekankan kebesaran Allah, nama ini tidak mewakili Allah sebagai objek rasa takut atau
kegentaran, tetapi sebagai sumber berkat dan kedamaian. Dengan nama inilah Allah datang
kepada Abraham, bapa segala orang beriman (Kel.6:2).

4. Yahweh dan Yahweh Tsebhaoth

Terutama dalam nama Yahweh yang perlahan-lahan menggantikan nama-nama yang lain
inilah Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah anugerah. Nama ini sering dianggap nama yang
paling sakral dan paling diagungkan di antara nama-nama yang lain, sebagai Allah yang tidak
mungkin berubah. Orang Yahudi mempunyai rasa takut tersendiri untuk menyebut nama ini,
karena mereka selalu ingat kepada Im.24:16 yang berbunyi: ‘’Siapa yang menghujat nama Tuhan
pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaat itu. Baik orang asing
maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama Tuhan haruslah dihukum mati.
Karena rasa takut itu maka dalam membaca Kitab Suci orang Yahudi menggantinya dengan
Adonai atau Elohim, dan kelompok Massoret walaupun tetap membiarkan konsonan dari kata itu
tetap tidak berubah, mereka memberikan kepada konsonan itu vokalvokal dari kata Elohim atau
Adonai, tetapi biasanya vokal dari kata Adonai yang lebih banyak dipakai7. Asal kata yang
sesungguhnya dari kata ini sebenarnya tidak lagi diketahui. Kitab Pentateuch menghubungkan
nama ini dengan kata kerja bahasa Ibrani hayahyang berarti adalah atau berada (Kel.3:13-14).
Dalam kekuatan ayat tersebut kita dapat berasumsi bahwa nama itu sangat mungkin berasal dari
bentuk yang sudah mati dari kata kerja itu, yaitu hawah. Sejauh menyangkut bentuk, kata itu
dapat dilihat sebagai orang ke tiga imperfekt dari qal atau hiphil. Akan tetapi yang paling
mungkin adalah yang pertama.
Artinya dijelaskan dalam Kel.3:14, yang mengatakan: Aku adalah Aku, atau bisa juga berarti
Aku akan menjadi apa yang Aku akan menjadi. Jika ditafsirkan dengan pengertian seperti itu
maka nama itu menunjuk kepada keadaan Tuhan yang tidak berubah. Namun demikian, yang
menjadi pokok persoalan bukanlah ketidakberubahan Allah dalam keadaan esensiNya, seperti
ketidakberubahan-Nya dalam kaitan dengan hubungan-Nya dengan umat-Nya.
Nama itu mengandung jaminan bahwa Allah akan menjadi milik bagi umat Israel pada jaman
Musa, sama seperti Allah menjadi Allah bagi Bapa leluhur mereka Abraham, Ishak dan Yakub.
Nama itu menekankan kesetiaan perjanjian Allah, dan merupakan nama diri Allah secara par
exellen (KEl.15:3; Maz.83:19; Hos.12:6; Yes.42:8), dan dengan demikian tidak dipakai untuk
siapapun, kecuali untuk nama Allah orang Israel. Sifat ekslusif dari nama itu muncul dari
kenyataan bahwa nama itu tidak pernah muncul dalam bentuk jamak atau dengan awalan. Bentuk
singkatan dari nama itu, terutama ditemukan dalam nama-nama gabungan Yah dan Yahu.
Nama Yahweh sering diperkuat dengan tambahan kata tsebaoth. Agak sulit untuk
menentukan kata tsebhaoth ini, tetapi umumnya sebagai: Malaikat-malaikat. Tafsiran ini lebih
dapat diterima. Nama Yehovah Tsebhaoth sering ditemukan dalam hubungan-hubungandimana
malaikat disebut: 1Sam.4:4; 2Sam.6:2; Yes.37:16; Hos.12:4,5; Mzm.80:1,4;Mzm.89;
Malaikat-malaikat berungkali dipakai untuk mewakili penghulu-penghulu yang mengelilingi tahta
Allah, Kej.28:12; 32:2; Yos.5:14; 1Raj.22:19; Mzm.68:17; 103:21; 148:2;Yes.6:2. Memang benar
bahwa dalam hal ini bentuk tunggalnya lebih sering dipakai, akan tetapi hal ini tidak
menimbulkan keberatan yang serius, karena Alkitab juga menyebutkansejumlah pembagian atas
malaikat-malaikat (Kej.32:3; Ul.33:2; Mzm.68:17).

BAB III
PENGERTIAN ALLAH MENURUT TOKOH ALKITAB

1. Zaman mula-mula

Kejadian 1-11 berasumsi bahwa manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah,dan
mereka mempunyai kesadaran akan Allah. Memang manusia sudah
memberontakterhadap Allah sehingga kehilangan hubungannya yang langsung dengan Allah.
Namun kehilangan itu tidak menghancurkan gambar Allah dalam dirinya atau
membinasakankesadaran itu. Hal itu terbukti dalam praktek keagamaan mereka dengan
perkataan maupun perbuatan (misalnya Kejadian 4:1,3,26). Dalam pasal-pasal itu Allah
dinamakan YHWH . Menurut pengertian yang lazim tentang Keluaran 6, nama itu bukanlah
nama Allah yang dipakai oleh manusia pada masa prasejarah itu, melainkan merupakan
tafsiran teologis oleh penyunting pada kemudian hari. Penyunting tersebut berpendapat bahwa
sekalipun manusia belum mengenal nama YHWH, namun merek sungguh-sungguh
menyembah Dia. Manusia itu mengenal Allah sebagai pencipta dunia, pemberi berkat, hakim
dan pelindung. Mereka memberi respons pada Dia dalam bentuk persembahan,
permohonan danpemberitaan. Kejadian 1 -11 secara tidak langsung memperlihatkan
adanya kesadaran keagamaan pada semua manusia. Hal itu sejajar dengan pengertian bahwa
semua manusia mempunyai kesadaran akhlak, seperti yang dinyatakan dalam Amos 1- 2.
Kejadian 1 -11 juga menunjukkan bahwa Allah memerintah seluruh dunia dan campur tangan
dalam perkara-perkaranya, sesuai dengan pandangan Amos 9:7.
Menurut Perjanjian Lama, hikmat Allah turut berperan dalam penciptaan
dantercermin dalam apa yang diciptakan (Amsal 3:19-20; 8:22-31). Nafas Allah
yangMahakuasa berada di dalam manusia karena ia diciptakan (misalnya Ayub 32:8). Kedua
ideitu merupakan alasan teologis untuk menganggap kebenaran Allah dicerminkan – sampai
batas tertentu - dalam dunia yang diciptakan serta dalam pengalaman, kebudayaan,
pemikirandan agama manusia. Dengan demikian tulisan hikmat menunjukkan bagaimana
iman Israel kepada YHWH mengambil alih hal-hal baik dari kebudayaan lain: nilai-nilainya
diakuisambil dibersihkan dari unsur-unsur pemujaan berhala atau politeisme.
Penciptaan manusia menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26) tampaknya
mendukung pandangan yang sama. Tetapi gagasan itu tidak dikembangkan dalam
PerjanjianLama dan harus diakui bahwa arti "rupa dan gambar Allah" kurang jelas dan masih
banyak diperdebatkan. Yang jelas ialah bahwa - menurut Perjanjian Lama - manusia
diciptakan olehAllah. Perjanjian Lama mempunyai wawasan tentang makna hidup manusia,
tetapi tidakmemakai gagasan "rupa dan gambar Allah" untuk mengungkapkan wawasan itu.
Paling sedikit sesudah zaman Nuh, semua manusia dipandang terikat oleh
perjanjiandengan Allah (Kejadian 6:18; 9:18-17; bandingkan "perjanjian persaudaraan" dalam
Amos1:9). Perjanjian dengan Nuh itu mendasari pemeliharaan hidup di bumi oleh Allah.
Dalambahasa Ibrani, "perjanjian" pada dasarnya berarti pengukuhan suatu hubungan pribadi
denganmembuat komitmen tertentu. Komitmen itu dapat mengikat satu pihak saja atau
dapatmencakup hubungan bersama. Sebelumnya, hubungan Allah dengan manusia
sepertidilukiskan dalam Kejadian 1- 2 tampaknya bersifat perjanjian, dan sering
ditafsirkan demikian. Namun istilah "perjanjian" tidak dipakai oleh penulis dan mungkin
dengan sengajaia tidak mencantumkannya. Alasannya, suatu perjanjian biasanya diadakan
jika hubungan antara kedua pihak membutuhkan dukungan khusus karena kekurangan atau
kelemahan padasatu pihak. Pada masa yang digambarkan dalam Kejadian 1- 2 itu, manusia
belum jatuh kedalam dosa dan hubungan Allah dengan manusia belum membutuhkan
dukungan khusus itu. Dalam Kejadian 3-6 kekurangan manusia mulai nyata, dan setelah air
bah hal itu menjadi semakin jelas, sehingga akhirnya Allah membuat perjanjian dengan
manusia (bandingkanKejadian 8:21).
Namun perjanjian itu tidak bersifat penebusan seperti perjanjian dengan Israel
kemudian. Dalam perjanjian kemudian itu, suatu hubungan timbal balik dinyatakan
denganjelas (walaupun tidak menyelesaikan masalah-masalah yang diterangkan dalam
Kejadian 1-11). Sedangkan manusia yang menerima perjanjian Allah dengan Nuh itu masih
belum menikmati hidup sepenuhnya di hadapan Allah dan mereka cenderung melawan
pewujudantujuan hidup mereka sebagai manusia.

2. Bapa-bapa leluhur

Kejadian 1- 11 menceritakan bagaimana dunia diciptakan dan manusia berpaling


dariAllah. Selanjutnya Kejadian 12 - 50 berbicara tentang karya dan perkataan
Allah berhubungan dengan bapa leluhur Israel, menyangkut rencana khusus yang Ia tentukan
bagimereka. Karena itu dapat dikatakan, pandangan pasal-pasal itu terhadap agama-agama
asingberubah dan pandangan yang inklusif menjadi pandangan yang lebih eksklusif,
Memangdiakui bahwa rencana Allah tersebut dimaksudkan untuk memberi manfaat bagi
seluruhdunia. Lagi pula, para bapa leluhur Israel tampaknya tidak menganggap bahwa
bangsa-bangsa Kanaan sama sekali 'tidak mengenal Allah. Namun mereka
mendirikan sendiri tempat-tempat pemujaan yang mereka pakai; mereka tidak
menggunakan tempat-tempatpemujaan orang Kanaan, walaupun kedua tempat pemujaan itu
sering terletak berdekatan.Sama seperti beberapa bangsa lain di Timur Tengah kuno, Israel
senantiasa yakin bahwaAllah adalah Allah bapa leluhur mereka, yang telah menjalin
hubungan khusus dengan diadan memimpin kehidupan mereka melalui dia.
Allah dalam Kejadian 12 - 50 ini diyakini sama dengan Allah yang kemudian
haridisembah Israel sebagai YHWH, Namun Allah itu juga disebut dengan nama lain, yaitu
'EL,yang sering digabungkan dengan ungkapan lain. Dalam bahasa-bahasa Semit terdapat
katayang seakar dengan 'EL, yaitu 'IL. Sama seperti kata 'IL tersebut, kata 'EL dalam
bahasaIbrani dapat berfungsi sebagai kata benda yang berarti 'ilah' (sama seperti
'ELOHIM,Keluaran 15:2; 20:5) atau menjadi nama pribadi untuk ilah itu. Karena itu kata 'EL
kadang-kadang disalin saja sebagai 'EL (nama), kadang-kadang diterjemahkan 'Allah' atau
'ilah'.
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa dalam beberapa hal ada kesejajaranantara
YHWH dan 'EL yang dipuja orang Kanaan, namun kesejajaran itu
bukanlahpersamaan. Kesejajaran itu tidak berarti bahwa agama Israel sama saja
dengan agamaKanaan. Kedua agama itu juga bukanlah pilihan yang sejajar, seolah-olah
tidak menjadi soalagama mana yang dipilih orang, karena hal itu tergantung pada tempat
tinggalnya. Dari segisejarah perkembangan agama, mungkin agama YHWH dapat dipandang
berasal dari agamaTimur Tengah. Namun itutidak berarti, agama yang pertama dan agama
yang kedua itu samakedudukannya. Malah justru sebaliknya. Agama Kanaan mempunyai
wawasan yang terbatasdan berlaku secara terbatas, namun apa yang Allah mulai melalui
Abraham akan berlaku bagisegala bangsa, termasuk bangsa Kanaan sendiri. Agama yang
memuja YHWH itu tidakmuncul melalui sinkretisme atau proses perkembangan
wawasan-wawasan keagamaan.Menurut Alkitab, Allah yang hidup - yang kemudian hari
dinyatakan sebagai YHWH -menyatakan diri-Nya kepada bapa-bapa leluhur Israel dengan
nama-nama dan bentuk-bentukdewa yang diketahui dalam kerangka kebudayaan mereka.
Jelaslah itu tidak berarti setiapunsur pemujaan bangsa Kanaan kepada 'EL dinilai benar.
Sebaliknya, Allah berkarya dalamsejarah Israel agar Ia dikenal sebagai YHWH yang
menyelamatkan manusia melaluiperjanjian-Nya dengan mereka; dan karya Allah itu bukan
hanya untuk Israel tetapi bertujuanagar bangsa-bangsa yang pada waktu itu memuja
YHWH dengan cara yang kurangsempurna, memakai nama 'EL, nanti akan menyembah
Dia dengan sempurna sebagai satu-satunya Allah. Proses yang dimulai Allah dalam Abraham
pada akhirnya mempunyai maksudyang penting bagi bangsa-bangsa Kanaan justru karena
proses itu mengritik dan menolak agama mereka.

3. Keluaran dari Mesir dan perjanjian di Sinai

Menurut Perjanjian Lama pertanyaan itu kurang tepat karenatak ada agama (termasuk
agama Israel dan agama Kristen) yang menyelamatkan. Agamaadalah respons manusia
kepada Tuhan Allah: Dialah yang menyelamatkan mereka. Dalampenglihatan nabi, bila
bangsa-bangsa asing beralih kepada Israel, mereka tidak akan berkata"Agamamu yang paling
baik" tetapi akan mengakui "Keadilan dan kekuatan hanya ada didalam TUHAN!" (Yesaya
45:14,24).
Bangsa Israel sendiri menolak ilah lain kecuali Allah yang benar (lihat Keluaran20:3).
Mereka mengaku "TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!" (Ulangan 6:4). Pemujaan'EL
tidak bertentangan dengan pengakuan itu, karena merupakan suatu bentuk dari
pemujaanYHVH. Tetapi pemujaan dewa-dewa lain melanggar pengakuan tersebut. Dengan
demikian,suatu agama yang mengakui adanya Allah yang esa dapat berfungsi sebagai titik
tolak bagipara pengikutnya untuk menempuh suatu perjalanan rohani. Dan perjalanan rohani
itu akanberakhir ketika mereka mengaku bahwa Allah telah berkarya dan menyatakan diri
secaramenentukan dalam sejarah Israel yang memuncak dalam Yesus Kristus.
Dalam hal ini kita harus mengerti dengan jelas bahwa titik tolak perjalanan rohanitersebut
tidaklah sama dengan titik akhirnya. Memang kita dapat melihat persamaan antaraagama
Kristen dengan agama lain, misalnya dalam berbicara tentang sifat-sifat Tuhan dankarya-Nya.
Beberapa agama mengakui Allah yang adil dan berbelas kasihan,
yangmenciptakan dunia, yang mengikatkan diri dengan umat-Nya dan yang mengharap
agarumat-Nya memberi respons kepada-Nya dalam doa, ibadat, ketaatan dan keadilan
sosial.Makna khusus agama Israel tidak terletak dalam dirinya sendiri, atau dalam sejumlah
cirikhas yang tidak ditemukan dalam agama-agama lain. Tetapi makna khusus agama
Israelterletak dalam kesaksian yang diberikannya tentang Allah yang hidup dan
menyelamatkan.Hal ini dijelaskan berulang kali dalam Yesaya 40-55. Nabi yang menulis
pasal-pasal itu,dalam konteks pluralisme keagamaan, tidak mengimbau Israel
membandingkan agamamereka dengan agama Babel agar mereka merasa lebih unggul.
Sebaliknya, ia mengarahkanpikiran mereka kepada karya Allah yang menyelamatkan mereka
dalam sejarah dan berkata"Kamu inilah saksi-saksi-Ku" (Yesaya 43:10).

4. Israel di Kanaan

Dalam perkembangan berikutnya, para penduduk Kanaan semakin


memusatkanpemujaan mereka pada Baal, yang menggantikan 'EL sebagai ilah utama.
Perjanjian Lamamenilai pemujaan Baal dan dewa-dewa lain berbeda dengan penilaiannya
terhadap pemujaan'EL. Memang terkadang tampaknya Yhwh dapat dipuja dengan memakai
nama Baal, Kataba'al dalam bahasa Ibrani berarti 'pemilik', sama seperti adon Ctuan'),dan
mungkin pernahdipakai dalam mengakui kekuasaan YHWH (bandingkan Hosea 2:15-16).
Lagi pula, ada ahliyang berpendapat bahwa mungkin sudah terjadi penggabungan konsep 'EL
dan Baal dalampemahaman orang Israel tentang YHWH. Kendati demikian, Perjanjian Lama
tidak pernahmengizinkan pemujaan YHWH dengan menggunakan nama Baal,
Bahkan nama orangseperti ‫ שיא – לעב‬- 'ISY-BA'AL yang berarti "orang Baal"
(1 Tawarikh 8:23) diubahmenjadi ‫ שיא – תשב‬- 'ISY-BOSYET yang berarti "orang
hina" (2 Samuel 2:8). Agama Baaldilihat berpengaruh buruk terhadap agama Israel.
Tempat-tempat pemujaan Baal harusdihancurkan (Ulangan 7 dan 12). Pengaruh Baal atas
agama Israel yang dimulai pada zamanSalomo dinilai sebagai penyimpangan. Dengan
demikian pemujaan YHWH sebagai 'ELditerima, sedangkan pemujaan YHWH sebagai Baal
ditolak. - Israel menerima YHWH dan'EL sebagai Allah yang sama, tetapi harus memilih
antara mengikuti Yhwh atau Baal (l Raja18:21; bandingkan Yosua 24:14-15).
Sewaktu Israel berada di negeri Kanaan, mereka bergumul selama waktu
yangpanjang dengan agama Baal melalui pelayanan para nabi sebelum pembuangan.
Pergumulanitu memiliki ciri-ciri yang sama dengan pergumulan pada zaman keluaran. Agama
Baaldikecam dalam kitab Taurat (misalnya Imamat 18; 20; 01.7; dsb.) dan ciri-cirinya
dilukiskanoleh nabi-nabi seperti Hosea dan Yeremia. Dari bahan tersebut kita ketahui, agama
itubercirikan pemujaan kesuburan. Kegiatannya menjijikkan dan menghancurkan,
meliputipersundalan bakti, pengurbanan anak-anak dan ilmu gaib. Tampaknya pada
saat Israelmemasuki Kanaan kegiatan seperti itu sudah mencapai taraf yang belum terjadi
pada zamanpara bapa leluhur. Sikap yang kurang bermusuhan terhadap agama orang Kanaan
dalamKitab Kejadian selaras dengan kenyataan bahwa "kedurjanaan orang Amori itu belum
genap"(Kejadian 15:16). Tetapi kenajisan yang dilakukan oleh penduduk-penduduk Kanaan
padaabad-abad kemudian demikian hebat "sehingga negeri itu memuntahkan
penduduknya"(Imamat 18:24-28).

5. Zaman Babel dan Persia

Pandangan dalam tulisan-tulisan dari zaman Babel dan mendukung pendapat bahwa sikap
agama Yhudi terhadap agama-agama lain bervariasi sesuai dengan keadaan. Yesaya 40-55
melawan Bel dan Nebo dewa-dewa Babel yang sepadan dengan EL dan Baal. YHWH adalah
Allah: atau BEl dan Nebo adalah ilah-ilah. Kemungkinan bahwa orang Babel memuja YHWH
dengan memakai nama Bel tidak terpikirkan.hanya YHWH yang campur tangan dalam
peristiwa-peristiwa dunia, hanya YHWH yang menyatakan makna peristiw-peristiwa itu.
Babel dan agamanya akan dihukum.
Agaknya sang nabi dengan sengaja menentang dualism agama Babel. Karena itu bagian
ini tampak sebagai bgian perjanjian lama yang paling nasionalisme dan esklutif. Namun
selain mempunyai mkna bagi seluruh dunia, sehingga bagian ini tampak juga sebagai bagian
perjanjian lama yang paling universalis.
BAB IV
KONSEP ALLAH DALAM PERJANJIAN LAMA BERDASARKAN NAMA
ALLAH

pada bab sebelumnya kita sudah melihat nama-nama Allah, dan juga bagaimana para
tokoh –tokoh Alkitab mengerti siapa itu Allah. Pada bab ini maka kkita bisa menemukan
sebuah konsep tentang Allah berdasarkan nama-nama Allah. Karena melalui nama-nama itu
menunjukkan siapa Allah itu.
1. Ellohim. Nama Elohim menyatakan ke-Maha kuasaan dari Allah. Ketika Allah
menciptakan langit dan bumi, kemudian menciptakan manusia maka Allah memakai
nama Elohim. Elohim adalah nama dlam bentuk jamak yang menunjukkan ke-Esa-an
dari Allah yang Trirunggal. Nama Elohim-lah yang dipakai Allah ketika
menjadikanm manusia menurut rupa dan gambar Allah (kej. 1:26).
2. El-Shaddai. El-Shaddai, berarti Allah yang mencukupi segla kebutuhan umat-Nya.
El-Shaddai bahwa Allah yang Maha kuasa akan mencukupkan kita. Dia berjanji akan
menggenapi janji-Nya dengan semputna. Allah Maha Kuasa selalu menggenapi janji-
Nya (kej. 17:1)
3. El-Olam. Berarti Allah yang kekal. Dialah yang mengatur kehidupan manusia dan
memberi hidup yang kekal kepada manusia. El-Olam bahwa Allah yang kekal selalu
memegang trguh semua janji-Nya (1tim. 1:17)
4. Adonai. Berarti Tuhan yang menguasai, memerintah alam semest dan memerintah
umay-Nya (kel. 23:17). Dia menuntut ketaatan dan kesetiaan umat-Nya. Ketika Yesus
bangkit dari antara orang mati, maka Allah menjadikan Dia Tuhan. Yesus Kristus
menjadi “Adonia”, orang percaya harus taat kepada-NYa. Karena Dialah Adonai kita
(kisah. 2:36; Fil. 2:9)
BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah dalam perjanjian lama
dijelaskan melalui nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan sifat dan artribut Allah.
Secara garis besar Perjanjian Lama menunjukkan bahwa Allah yang berdaulat dalam
pegertian sebagai berikut;
Pertama; Allah yang berdaulat adalah Allah yang Esa sebgai pencipta dan pemelihara lam
semesta. Oleh karena itu, sebgai makhluk ciptaan-Nya, kita sudaj seharusnya bersyukur dan
terus bergantung di dalam-Nya karena hanya Dialah sumber hidup yang layak dipercayai
sepenuhnya. “Bergantung/Berserah” itulah beriman.
Kedua Allah yang Berdaulat adalah Allah yang kekl dan tidak bergantung pada apa dn
siapapun. Allah yang berdaulat tentulah Allah yang tidak terbatas/kekal. Allah yang kekal
berarti Allah itu tidak teratrik ruang dn waktu seperti manusia yang sementara/fana/terbatas
adanya.
Ketiga, Allah yang Berdaulat adalah Allah yang Berkuasa mutlak.
Keempat, Allah yang berdaulat adalah Allah yang trinitas, yaiut Tiga pribadi Allah (Allah
BApa, Allah putra dan Allah Roh kudus) didalam ssatu Esensi Allah.
Kelima, Allah yang berdaulat adalah Allah yang transeden (nun jauh disana) dan sekaligus
imanen (yang dekat dengan manusia).
DAFTAR PUSTAKA

Aonim. 1973. Cross


Aonim. 1992. Islamic Invasion, harvest House Publishers.
C.Vriezen 2003. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung MUlia.
Barth, Marie Clarie dan FRommel, M.Th. 2002. Kitab Yesaya 40-55. Jakarta; bpk gunung
mulia
Eleeas, pdt. Dr. indrawan. 2008. Isu masa kini Tentag nama Allah. Jakarta: Gandum Mas.
Goldingngay, john E, dan Wright, Christopother JH. 2007, keesaan Allah dalam perjanjin lama
Jakart: yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF

Anda mungkin juga menyukai