Anda di halaman 1dari 20

Materi Aqidah Akhlak

Tatap Muka-4

TAUHID ULUHIYAH,RUBUBIYAH,ASMA WASIFAAT


DAN ASMAUL HUSNA

Tauhid secara bahasa merupakan mashdar (kata benda dari kata


kerja, ed) dari kata wahhada. Jika dikatakan wahhada syai’a artinya
menjadikan sesuatu itu satu. Sedangkan menurut syariat berarti
mengesakan Allah dalam sesuatu yang merupakan kekhususan bagi-
Nya berupa rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat .

Kata tauhid sendiri merupakan kata yang terdapat dalam hadits-hadits


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin
Jabal radhiyallahu’anhu, “Engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maka
jadikanlah materi dakwah yang kamu sampaikan pertama kali adalah agar
mereka mentauhidkan  Allah”. Demikan juga dalam perkataan sahabat
Nabi, “Rasulullah bertahlil dengan  tauhid”. Dalam ucapan beliau labbaika
Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika, ucapan talbiyah
yang diucapkan ketika memulai ibadah haji. Dengan demikian kata tauhid
adalah kata syar’i dan terdapat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 63).

Pembagian Tauhid dalam Al Qur’an   

Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid


menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat.
Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah dalam Al Qur’an:

‫ ُه‬/ َ‫ ْل َتعْ لَ ُم ل‬/‫ ِه َه‬/‫ َط ِبرْ لِ ِع َبادَ ِت‬/ ‫اص‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ْ ‫دهُ َو‬/ْ /‫ض َو َما َب ْي َن ُه َما َفاعْ ُب‬ /ِ ‫َربُّ ال َّس َم َاوا‬
ً ‫َس ِم ّيا‬
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang
sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).

Perhatikan ayat di atas:


ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬
(1). Dalam firman-Nya (‫ض‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ب ال‬
ُّ ‫)ر‬
َ (Rabb (yang menguasai) langit
dan bumi) merupakan penetapan tauhid rububiyah.

(2). Dalam firman-Nya (ِ‫ه‬8 ِ‫ َط ِب ْر لِ ِع َبا َدت‬8 ‫اص‬ ْ ‫( ) َف‬maka sembahlah Dia dan
ْ ‫دْ هُ َو‬88‫اع ُب‬
berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan
tauhid uluhiyah.

َ ‫( ) َهلْ َت ْعلَ ُم لَ ُه‬Apakah kamu mengetahui ada


(3). Dan dalam firman-Nya ( ً ‫س ِم ّيا‬
seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asma’ wa
shifat.

Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:

1. Tauhid rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal


penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah firman Allah:

َ ‫ك هللا ُ َربُّ ْال َعالَ ِم‬


‫ين‬ َ ‫أَالَ َل ُه ْال َخ ْل ُق َو ْاألَ ْم ُر َت َب‬
َ ‫ار‬
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah”  (Al-
A’raf: 54).

2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut


tauhid uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah dan disebut
tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba).
Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni
bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi.
Allah Ta’ala berfirman:

‫اط ُل‬ َ ‫ك ِبأَنَّ هللاَ ه َُو ْال َح ُّق َوأَنَّ َما َي ْدع‬
ِ ‫ُون ِمن ُدو ِن ِه ْال َب‬ َ ِ‫َذل‬
”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan
sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” (Luqman:
30).

3. Tauhid  asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza


wa Jalla dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya.
Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya
kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah
sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau
sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal
dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat
bagi Allah tidak boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif.
Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

‫ر‬/ُ ‫ُو ال َّسمِي ُع البَصِ ي‬/َ‫ْس َكم ِْثلِ ِه َشيْ ٌء َوه‬


َ ‫لَي‬

”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang


Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”  (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-
Qaulul Mufiiid  I/7-10).

Kemahaesaan Allah dalam sifat-sifatNya mempunyai arti bahwa


Allah penuh Kesempurnaan, tidak ada yang menyamaiNya. Sifat-sufat
Allah sangat banyak dan tidak dapat diperkirakan. Meskipun demikian
dalam Al-Qur;an dapat diketahui 99 nama sifat Allah yang disebut Asma’ul
Husna.

Sifat-sifat Allah terbagi dalam sifat wajib Sifat Mustahil dan sifat Jaiz
.

A. SIFAT WAJIB ALLAH

Sifat wajib Allah adalah sifat yang harus ada pada zat Allah
sebagai kesempurnaan BagiNya dan keberadaanNya tidak
terbilang serta tidak ada yang menyekutukannyaNya.

Sifat-sifatt wajib Allah tidak dapat diserupakan dengan sifat-sfiat mahluk


lainnya. Sifat wajib Allah wajib diyakini dengan akal (wajib aqli) dan
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul (wajib Naqli).

1. WUJUD(Ada) berdasar QS.Al-Hadid : 4


2. QIDAM (Dahulu) berdasarkan Q.S. al-hadi : 57
3. BAQA’ (Kekal ) Berdasarkan Q.S. Al-Qasas : 28
4. MUKHALAFATU LIL HAWADITSI (Berbeda dengan semua makhluknya)
Berdasarkan Q.S.Al-Ikhlas : 1
5. QIYAMUHU BINAFSIH ( Berdiri sendiri tanpa memerlukan yang lain)
Berdasarkan Q.S.Al-Angkabut : 6
6. WAHDANIYAH (Maha Esa/Tunggal) Berdarkan Q.S.An-Nahl : 51
7. QUDRAT (Maha Kuasa) Berdasarkan Q.S.Al-Baqarah : 20
8. IRADAT( Maha Berkehendak) Q.S. Al-Qashah : 68
9. ILMU (Mengetahui) Berdasarkan Al-Mujadilah : 57
10. HAYAT ( Hidup) Berdasarkan Al-Baqarah : 255
11. SAMA’ (Mendengar) Berdasarkan Q.s. An Nisa’ : 148
12. BASHAR (Melihat) Berdasarkan Q.S.Al-Maidah : 71
13. KALAM ( Berkata-kata, Berfirman) Berdasarkan An-Nisa’: 164

Demikian sifat Wajib Allah Allah yang ke-13 dan masih ada 7
sifat wajib terakhir sebagai penguat dari no.7 sampai 13. Ke
Tujuh Sifat itu adalah sbb:

14. QADIRAN ( Mahakuasa) Allah adalah zat yang Maha Kuasa Atas
Segala Sesuatu.
15. MURIDAN(Maha Berkehendak)
16. ALIMAN ( Maha Mengetahui)
17. HAYYAN (Maha Hidup)
18. SAMI’UN ( Maha Mendengar)
19. BASHIRAN ( Maha Melihat)
20. MUTAKALIMAN ( Maha berkata-kata)

B. SIFAT MUSTAHIL ALLAH

1. Adam (Tiada)
2. Huduts ( Ada yang mendahului)
3. Fana (Berakhir)
4. Mumatsaltu Lil Hawaditsi (ada yang menyamai)
5. Ihtiyaju Lighairihi (memerlukan yang lain)
6. Ta’adud ( Berbilang)
7. Aizun (Lemah)
8. Karahah ( Terpaksa)
9. Jahlun (Bodoh)
10. Mautun (mati)
11. Shamamun (tuli)
12. Ama (buta)
13. Bakamun (Bisu)
14. Kaunuhu ‘ajian (dzat yang lemah)
15. Kaunuhu karihan (dzat yang terpaksa)
16. Kaunuhu jahilan (dzat yang sangat bodoh)
17. Mayyitan( Dzat yang mati )
18. Kaunuhu Ashamma (Dzat yang tuli)
19. Kaunuhu A’ma (Dzat yang Buta)
20. Kaunuhu ‘Abkama ( Zat yang Bisu)

C.JAIZ BAGI ALLAH

Sifat jaiz bagi Allah sifat yang mungkin boleh dimiliki dan boleh tidak di
oleh Allah Swt, maksudnya disini boleh melakukannya atau
meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk membuat sesuatu atau
tidak membuatnya. (Q.S. AL-QASHASH : 68)

Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu tauhid


dalam ma’rifat wal itsbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhid fii thalab
wal qasd (tauhid dalam tujuan ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini
maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat termasuk golongan
yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah golongan yang kedua
(Lihat Fathul Majid 18).

Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil


penelitian para ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Sehingga pembagian tersebut bukan termasuk bid’ah karena
memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kaitan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah

Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang


tidak dapat dipisahkan. Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan
tauhid uluhiyah. Maksudnya pengakuan seseorang terhadap
tauhid rububiyah mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid uluhiyah.
Barangsiapa yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhannya yang
menciptakannya dan mengatur segala urusannya, maka dia harus
beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan
tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid rububiyah. Maksudnya,
tauhid rububiyah termasuk bagian dari tauhid uluhiyah. Barangsiapa yang
beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya, pasti dia
meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan penciptanya. Hal ini sebagaimana
perkatan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam:
/‫} الَّ ِذي‬77{ ‫ِين‬ َ ‫م ْاألَ ْق َدم‬/ُ ‫م َو َءا َبآؤُ ُك‬/ْ ‫} أَن ُت‬75{ ‫ون‬
َ ‫الَم‬//‫ ُد ٌّو لِّي إِالَّ َربَّ ْال َع‬/‫م َع‬/ْ ‫} َفإِ َّن ُه‬76{ ‫ُون‬ َ ‫ مَّا ُكن ُت ْم َتعْ ُب ُد‬/‫َقا َل أَ َف َر َء ْي ُتم‬
‫ ُث َّم‬/‫ ُيمِي ُتنِي‬/‫} َوالَّ ِذي‬80{ ‫ِين‬ /ُ ْ‫} َوإِ َذا َم ِرض‬79{ ‫ِين‬
ِ ‫ف‬/ ‫و َي ْش‬/َ /‫ت َف ُه‬ ِ ‫ َو َيسْ ق‬/‫ ه َُو ي ُْط ِع ُم ِني‬/‫} َوالَّ ِذي‬78{ ‫ِين‬ ِ ‫َخلَ َقنِي َفه َُو َي ْهد‬
}82{ ‫ين‬ ِ ‫م ال ِّد‬/َ ‫ َي ْو‬/‫ أَ ْط َم ُع أَن َي ْغف َِر لِي َخطِ ي َئ ِتي‬/‫} َوالَّ ِذي‬81{ ‫ين‬ ِ ‫يُحْ ِي‬
“Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang
selalu kamu sembah (75), kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?
(76), karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku,
kecuali Tuhan semesta alam (77), (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan
aku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku (78), dan Tuhanku,
Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku (79), dan apabila aku
sakit, Dialah Yang menyembuhkanku (80), dan Yang akan mematikan
aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) (81), dan Yang amat
aku inginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat (82)” (Asy-
Syu’araa’: 75-82).

Tauhid rububiyah dan uluhiyah terkadang disebutkan bersamaan, maka


ketika itu maknanya berbeda, karena pada asalnya ketika ada dua kalimat
yang disebutkan secara bersamaan dengan kata sambung menunjukkan
dua hal yang berbeda. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:

ِ ‫} إِلَ ِه ال َّن‬2{ ‫اس‬


}3{ ‫اس‬ ِ ‫} َملِكِ ال َّن‬1{ ‫اس‬ ُ ‫قُ ْل أَع‬
ِ ‫ُوذ ِب َربِّ ال َّن‬
“Katakanlah;” Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan
menguasai) manusia (1). Raja manusia (2). Sesembahan manusia
(3)” (An-Naas: 1-3).

Makna Rabb dalam ayat ini adalah raja yang mengatur manusia,


sedangkan makna Ilaah adalah sesembahan satu-satunya yang berhak
untuk disembah.

Terkadang tauhid uluhiyah atau rububiyah disebut sendiri tanpa


bergandengan. Maka ketika disebutkan salah satunya mencakup makna
keduanya. Contohnya pada ucapan malaikat maut kepada mayit di kubur:
“Siapa Rabbmu?”, yang maknanya adalah: “Siapakah penciptamu dan
sesembahanmu?” Hal ini juga sebagaimanan firman Allah:

ُ ‫ َر ُّب َنا هللا‬/‫ ِب َغي ِْر َح ٍّق إِآلَّ أَن َيقُولُوا‬/‫ار ِهم‬ ُ َ ‫الَّذ‬
ِ ‫ِين أ ْخ ِرجُوا مِن ِد َي‬
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka
tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: ”Tuhan (Rabb)
kami hanyalah Allah” (Al-Hajj: 40).
‫قُ ْل أَ َغي َْر هللاِ أَ ْبغِي َر ًّبا‬

“Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah”  (Al-An’am:


164).

/‫ هللا ُ ُث َّم اسْ َت َقامُوا‬/‫ِين َقالُوا َر ُّب َنا‬


َ ‫إِنَّ الَّذ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah”


kemudian mereka istiqamah” (Fushshilat: 30). Penyebutan rububiyah
dalam ayat-ayat di atas mengandung makna uluhiyah  ( Lihat Al Irsyad ilaa
Shahihil I’tiqad 27-28).

Isi Al-Qur’an Semuanya Tentang Tauhid

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa isi Al-Qur’an


semuanya adalah tentang tauhid. Maksudnya karena isi Al-Qur’an
menjelaskan hal-hal berikut:

1. Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-


Nya, dan perkataan-Nya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al
khabari (termasuk di dalamnya tauhid rububiyah dan asma’ wa
shifat).
2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak
mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iraadi at
thalabi  (tauhid uluhiyah).
3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan
menjauhi larangan. Hal-hal tersebut merupakan huquuqut tauhid wa
mukammilatuhu (hak-hak tauhid dan penyempurna tauhid).
4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan
kemuliaan di dunia dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini
termasuk jazaa’ut tauhid (balasan bagi ahli tauhid).
5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di
dunia dan balasan azab di akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang
menyelisihi hukum tauhid.

Dengan demikian, Al-Qur’an seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya


dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu
syirik, tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi mereka
(Lihat  Fathul Majid 19).
ASMHUL HUSNA ( Nama-nama Allah yang baik)

Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang baik atau indah.


Nama-nama itu bukan hanya nma yang dapat dijadikan jalan untuk
mermakrifat kepada Allah. (Q.S. Al’Araf : 180).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berpendapat bahwa mengetahui,


mempercayai, dan menetapkan hakikat sifat-sifat Allah dalam hati adalah
langkah menuju Allah. Hal seperti dalam hadis nabi Muhammad Saw yang
diriwayatkan oleh IMAM BUKHARI DAN MUSLIM, TIRMIZI DAN IBNU
MAJAH yang berasal dari Abu Hurairah r.a Rasululullah saw bersabda :

“Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan Nama,Barangsiapa


menghafalnya ia masuk surga. Sesungguhnya Allah itu Maha Ganjil dan
Cinta sekali pada yang ganjil.(H.R.jamaah).Berdasarkan hadit tersebut
jumlah nama Allah yang baik itu 99 nama yaitu sbb :
Yang Memiliki Mutlak sifat
1 Ar Rahman
ُ‫الرَّ حْ َمن‬ Pemurah

Yang Memiliki Mutlak sifat


2 Ar Rahiim
‫الرَّ حِي ُم‬ Penyayang

Yang Memiliki Mutlak sifat


3 Al Malik
ُ ِ‫ْال َمل‬
‫ك‬ Merajai/Memerintah

Yang Memiliki Mutlak sifat


4 Al Quddus
ُ‫ْالقُ ُّدوس‬ Suci

Yang Memiliki Mutlak sifat


5 As Salaam
‫ال َّسالَ ُم‬ Memberi Kesejahteraan

Yang Memiliki Mutlak sifat


6 Al Mu’min
ُ‫ْالم ُْؤمِن‬ Memberi Keamanan

Yang Memiliki Mutlak sifat


7 Al Muhaimin
ُ‫ْال ُم َه ْيمِن‬ Pemelihara

8 Al ‘Aziiz Yang Memiliki Mutlak


Kegagahan
‫ْال َع ِزي ُز‬
Yang Memiliki Mutlak sifat
9 Al Jabbar
‫ْال َجبَّا ُر‬ Perkasa

Yang Memiliki Mutlak sifat


10 Al Mutakabbir Megah,
‫ْال ُم َت َك ِّب ُر‬ Yang Memiliki Kebesaran

Yang Memiliki Mutlak sifat


11 Al Khaliq
‫ْال َخال ُِق‬ Pencipta

Yang Memiliki Mutlak sifat


Yang Melepaskan
12 Al Baari’
ِ ‫ْال َب‬
‫ئ‬
ُ ‫ار‬ (Membuat, Membentuk,
Menyeimbangkan)

Yang Memiliki Mutlak sifat


Yang
13 Al Mushawwir
َ ‫ْالم‬
‫ُصوِّ ُر‬ Membentuk Rupa
(makhluknya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


14 Al Ghaffaar
‫ْال َغ َّفا ُر‬ Pengampun

Yang Memiliki Mutlak sifat


15 Al Qahhaar
‫ْال َقهَّا ُر‬ Memaksa

Yang Memiliki Mutlak sifat


16 Al Wahhaab
ُ‫ْال َوهَّاب‬ Pemberi Karunia

Yang Memiliki Mutlak sifat


17 Ar Razzaaq
ُ ‫الرَّ َّز‬
‫اق‬ Pemberi Rejeki
Yang Memiliki Mutlak sifat
18 Al Fattaah
‫ْال َف َّتا ُح‬ Pembuka Rahmat

Yang Memiliki Mutlak sifat


19 Al ‘Aliim Mengetahui (Memiliki
‫اَ ْل َعلِ ْي ُم‬ Ilmu)

Yang Memiliki Mutlak sifat


Yang
20 Al Qaabidh
ُ‫ْال َق ِابض‬ Menyempitkan
(makhluknya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


Yang
21 Al Baasith
ُ ِ‫ْالبَاس‬
‫ط‬ Melapangkan
(makhluknya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


Yang
22 Al Khaafidh
ُ‫ْال َخافِض‬ Merendahkan
(makhluknya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


Yang
23 Ar Raafi’
‫الرَّ ا ِف ُع‬ Meninggikan
(makhluknya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


24 Al Mu’izz Yang
‫ْال ُمع ُِّز‬ Memuliakan (makhluknya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


25 Al Mudzil Yang Menghinakan
‫ال ُم ِذ ُّل‬ (makhluknya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


26 Al Samii’
‫ال َّسمِي ُع‬ Maha Mendengar
Yang Memiliki Mutlak sifat
27 Al Bashiir
‫ْالبَصِ ي ُر‬ Maha Melihat

Yang Memiliki Mutlak sifat


28 Al Hakam
‫ْال َح َك ُم‬ Maha Menetapkan

Yang Memiliki Mutlak sifat


29 Al ‘Adl
‫ْال َع ْد ُل‬ Maha Adil

Yang Memiliki Mutlak sifat


30 Al Lathiif
ُ‫اللَّطِ يف‬ Maha Lembut

Yang Memiliki Mutlak sifat


31 Al Khabiir
‫ْال َخ ِبي ُر‬ Maha Mengetahui Rahasia

Yang Memiliki Mutlak sifat


32 Al Haliim
‫ْال َحلِي ُم‬ Maha Penyantun

Yang Memiliki Mutlak sifat


33 Al ‘Azhiim
‫ْال َعظِ ي ُم‬ Maha Agung

Yang Memiliki Mutlak sifat


34 Al Ghafuur
‫ْال َغفُو ُر‬ Maha Pengampun

Yang Memiliki Mutlak sifat


Maha
35 As Syakuur
‫ال َّش ُكو ُر‬ Pembalas Budi
(Menghargai)

Yang Memiliki Mutlak sifat


36 Al ‘Aliy
ُّ‫ْال َعلِي‬ Maha Tinggi
Yang Memiliki Mutlak sifat
37 Al Kabiir
‫ْال َك ِبي ُر‬ Maha Besar

Yang Memiliki Mutlak sifat


38 Al Hafizh
/ُ ‫ْال َحف‬
‫ِيظ‬ Maha Menjaga

Yang Memiliki Mutlak sifat


39 Al Muqiit
‫ُقيت‬ Maha Pemberi Kecukupan
ِ ‫الم‬
Yang Memiliki Mutlak sifat
40 Al Hasiib Maha
ُ‫ْالحسِ يب‬ Membuat Perhitungan

Yang Memiliki Mutlak sifat


41 Al Jaliil
‫ْال َجلِي ُل‬ Maha Mulia

Yang Memiliki Mutlak sifat


42 Al Kariim
‫ْال َك ِري ُم‬ Maha Pemurah

Yang Memiliki Mutlak sifat


43 Ar Raqiib
ُ‫الرَّ قِيب‬ Maha Mengawasi

Yang Memiliki Mutlak sifat


44 Al Mujiib
ُ‫ْال ُم ِجيب‬ Maha Mengabulkan

Yang Memiliki Mutlak sifat


45 Al Waasi’
‫ْال َواسِ ُع‬ Maha Luas

Yang Memiliki Mutlak sifat


46 Al Hakiim
‫ْال َحكِي ُم‬ Maha Bijaksana

47 Al Waduud Yang Memiliki Mutlak sifat


Maha Pencinta
‫ْال َو ُدو ُد‬
Yang Memiliki Mutlak sifat
48 Al Majiid
‫ْال َم ِجي ُد‬ Maha Mulia

Yang Memiliki Mutlak sifat


49 Al Baa’its
ُ ِ‫ْالبَاع‬
‫ث‬ Maha Membangkitkan

Yang Memiliki Mutlak sifat


50 As Syahiid
‫ال َّش ِهي ُد‬ Maha Menyaksikan

Yang Memiliki Mutlak sifat


51 Al Haqq
‫ْال َح ُّق‬ Maha Benar

Yang Memiliki Mutlak sifat


52 Al Wakiil
‫ْال َوكِي ُل‬ Maha Memelihara

Yang Memiliki Mutlak sifat


53 Al Qawiyyu
ُّ‫ْال َق ِوي‬ Maha Kuat

Yang Memiliki Mutlak sifat


54 Al Matiin
ُ‫ْال َمتِين‬ Maha Kokoh

Yang Memiliki Mutlak sifat


55 Al Waliyy
ُّ‫ْال َولِي‬ Maha Melindungi

Yang Memiliki Mutlak sifat


56 Al Hamiid
‫ْال َحمِي ُد‬ Maha Terpuji

57 Al Mushii Yang Memiliki Mutlak sifat


Maha Mengkalkulasi
‫ْالمُحْ صِ ي‬
Yang Memiliki Mutlak sifat
58 Al Mubdi’
ُ ‫ْال ُم ْب ِد‬
‫ئ‬ Maha Memulai

Yang Memiliki Mutlak sifat


Maha
59 Al Mu’iid
‫ْال ُمعِي ُد‬ Mengembalikan
Kehidupan

Yang Memiliki Mutlak sifat


60 Al Muhyii
‫ْالمُحْ ِيي‬ Maha Menghidupkan

Yang Memiliki Mutlak sifat


61 Al Mumiitu
ُ ‫اَ ْل ُمم‬
‫ِيت‬ Maha Mematikan

Yang Memiliki Mutlak sifat


62 Al Hayyu
ُّ‫ْال َحي‬ Maha Hidup

Yang Memiliki Mutlak sifat


63 Al Qayyuum
‫ْال َقيُّو ُم‬ Maha Mandiri

Yang Memiliki Mutlak sifat


64 Al Waajid
‫ْال َوا ِج ُد‬ Maha Penemu

Yang Memiliki Mutlak sifat


65 Al Maajid
‫ْال َما ِج ُد‬ Maha Mulia

Yang Memiliki Mutlak sifat


66 Al Wahiid
‫ْالوا ِح ُد‬ Maha Tunggal
Yang Memiliki Mutlak sifat
67 Al ‘Ahad
‫اَالَ َح ُد‬ Maha Esa

Yang Memiliki Mutlak sifat


Maha
68 As Shamad
‫ص َم ُد‬
َّ ‫ال‬ Dibutuhkan, Tempat
Meminta

Yang Memiliki Mutlak sifat


Maha
69 Al Qaadir
‫ْال َقا ِد ُر‬ Menentukan, Maha
Menyeimbangkan

Yang Memiliki Mutlak sifat


70 Al Muqtadir
‫ْال ُم ْق َت ِد ُر‬ Maha Berkuasa

Yang Memiliki Mutlak sifat


71 Al Muqaddim
‫ْال ُم َق ِّد ُم‬ Maha Mendahulukan

Yang Memiliki Mutlak sifat


72 Al Mu’akkhir
‫ْالم َُؤ ِّخ ُر‬ Maha Mengakhirkan

Yang Memiliki Mutlak sifat


73 Al Awwal
‫األو ُل‬
َّ Maha Awal

Yang Memiliki Mutlak sifat


74 Al Aakhir
‫اآل ِخ ُر‬ Maha Akhir

Yang Memiliki Mutlak sifat


75 Az Zhaahir
َّ
‫الظا ِه ُر‬ Maha Nyata

Yang Memiliki Mutlak sifat


76 Al Baathin
ُ‫ْالبَاطِ ن‬ Maha Ghaib
Yang Memiliki Mutlak sifat
77 Al Waali
‫ْال َوالِي‬ Maha Memerintah

Yang Memiliki Mutlak sifat


78 Al Muta’aalii
‫ْال ُم َت َعالِي‬ Maha Tinggi

Yang Memiliki Mutlak sifat


79 Al Barri
ُّ‫ْال َبر‬ Maha Penderma

Yang Memiliki Mutlak sifat


80 At Tawwaab
ُ‫ال َّت َواب‬ Maha Penerima Tobat

Yang Memiliki Mutlak sifat


81 Al Muntaqim
‫ْال ُم ْن َتقِ ُم‬ Maha Penuntut Balas

Yang Memiliki Mutlak sifat


82 Al Afuww
ُّ‫العفُو‬
َ Maha Pemaaf

Yang Memiliki Mutlak sifat


83 Ar Ra`uuf
ُ‫الرَّ ؤُ وف‬ Maha Pengasih

Yang Memiliki Mutlak sifat


84 Malikul Mulk Penguasa Kerajaan
ِ‫ ْالم ُْلك‬ ‫ك‬
ُ ِ‫َمال‬ (Semesta)

ْ ‫ُذ‬ Yang Memiliki Mutlak sifat


Dzul Jalaali ‫وال َجالَ ِل‬
85 Pemilik
Wal Ikraam
Kebesaran dan Kemuliaan
ْ ‫َو‬
‫اإلك َر ِام‬

Yang Memiliki Mutlak sifat


86 Al Muqsith
ُ ِ‫ْال ُم ْقس‬
‫ط‬ Maha Adil
Yang Memiliki Mutlak sifat
87 Al Jamii’
‫ْال َجا ِم ُع‬ Maha Mengumpulkan

Yang Memiliki Mutlak sifat


88 Al Ghaniyy
ُّ‫ْال َغنِي‬ Maha Berkecukupan

Yang Memiliki Mutlak sifat


89 Al Mughnii
‫ْالم ُْغنِي‬ Maha Memberi Kekayaan

Yang Memiliki Mutlak sifat


90 Al Maani
‫اَ ْل َما ِن ُع‬ Maha Mencegah

Yang Memiliki Mutlak sifat


91 Ad Dhaar
َّ‫الضَّار‬ Maha Memberi Derita

Yang Memiliki Mutlak sifat


92 An Nafii’
‫ال َّنا ِف ُع‬ Maha Memberi Manfaat

Yang Memiliki Mutlak sifat


Maha Bercahaya
93 An Nuur
‫ال ُّنو ُر‬ (Menerangi, Memberi
Cahaya)

Yang Memiliki Mutlak sifat


94 Al Haadii
‫ْال َهادِي‬ Maha Pemberi Petunjuk

Yang Memiliki Mutlak sifat


95 Al Baadii
‫ْال َبدِي ُع‬ Maha Pencipta

Yang Memiliki Mutlak sifat


96 Al Baaqii
‫اَ ْل َباقِي‬ Maha Kekal
Yang Memiliki Mutlak sifat
97 Al Waarits
ِ ‫ْال َو‬
ُ ‫ار‬
‫ث‬ Maha Pewaris

Yang Memiliki Mutlak sifat


98 Ar Rasyiid
‫الرَّ شِ ي ُد‬ Maha Pandai

Yang Memiliki Mutlak sifat


99 As Shabuur
‫صبُو ُر‬
َّ ‫ال‬ Maha Sabar

Demikianlah materi tatap muka ke- 4 ini. Adapun untuk tugas minggu ini

1. Hafalkan Sifat-sifat wajib dan Mustahil bagi Allah swt.


Disetor hari kamis jam 9 kirim rekaman video sedang membaca
dengan mata tertutup kain hitam Yang jelas sdr-sdr benar jujur
menghafalnya untuk pahala. Jika merekam sendiri atau ada yang
bantu Pastikan tidak ada suara yang membantu.Sebelum merekam
pastikan anda berpakaian rapi seperti anda-anda kuliah…

2. Hafalkan Asmaul Husna silakan bagi yang sudah hafal setor setiap
hari Kamis jam 9 dengan rekaman yang sama jika belum hafal setor
hari kamis depan batas waktu hafalan sampai UTS.Namun semakin
cepat anda menyetor semakin cepat penilaian saya rekab.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai