Anda di halaman 1dari 12

BERFIKIR DIVERGEN DAN KONVERGEN

BERPIKIR DIVERGEN DAN KONVERGEN

Istilah berpikir divergen dan berpikir konvergen pertama kali diajukan oleh
Guilford (Suharman, 2005). Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban
yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal ujian pada
umumnya. Sementara berpikir divergen adalah proses berpikir yang
berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak.

Pada waktu seseorang memusatkan pikirannya untuk menemukan penyelesaian tertentu dari suatu masalah maka ia
sedang berpikir konvergen, dan apabila ia sedang mencari beberapa kemungkinan penyelesaian ia sedang berpikir divergent.
Keterampilan berpikir divergen membuka peluang siswa untuk berpikir keatif. Kraeativitas sangat diperlukan dalam kehidupan
global, tanpa kreativitas sulit bangsa kita untuk bersaing dengan banagsa-bangsa lain dalam segala hal di era globalisasi
sekarang. Menurut Suharnan (2005) berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk
digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahkan masalah yang kreatif. Namun ini belum merupakan
jaminan bahwa seseorang akan menjadi kreatif secara aktual atau kreatif-produktif. Sebab untuk menjadi orang kreatifproduktif masih diperlukan potensi yang bersumber dari karakteristik kepribadian dan lingkungan yang kondusif.
Kriteria Berpikir Divergen
Munandar (2004) dan Suharnan (2005) menjelaskan bahwa berpikir divergensebagai operasi mental yang menuntut penggunaan
kemampuan berpikir kreatif, meliputi kelancaran, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dan kolaborasi. Artinya seseorang
dikatakan berpikir divergen dalam memecahkan masalah jika memenuhi empat kriteria sebagai berikut: kelancaran berpikir,
keluwesan, originalitas, dan elaborasi.
Keempat kriteria tersebut diuaraikan sebagai berikut: (a) kelancaran seseorangmenghasilkan gagasan yang banyak; (b) keluwesan
berpikir adalah kemampuanseseorang menghasilkan gagasan yang terdiri dari kategori-kategori yang berbeda-beda atau kemampuan
memandang sesuatu objek, situasi atau masalah dari berbagai sudut pandang; (c) originlitas atau sering disebut berpikir
tidak lazimadalah bentuk keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang lainatau tidak sama dengan pemikiran
orang pada umumnya; (d) elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.
Dalam pembelajaran matematika yang dapat menumbuhkan pola pikir yang logis, kritis dan kreatif dapat dilakukan
pendekatan-pendekatan seperti Problem solving, problem possing, Cooperative learning atau Open ended problem dan
sebagainya. Dalam tulisan ini hanya disajikan sekilas tentang Open ended approch merupakan salah satu cara mendidik siswa terampil
berpikir divergen sehingga dimungkinkan siswa dapat berpikir kritis dan kreatif.

Berpikir Kreatif
Oleh: Rudy Kustijono

Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan pekerjaan yang asli, tetapi yang
sesuai dan bermanfaat (Berk, 2005). Kebanyakan psikolog setuju bahwa tidak ada
pemikiran yang semua dapat meningkatkan kreativitas: orang kreatif hanya dalam
bidang tertentu, sebagai contoh, John Irving di dalam menulis fiksi. Bagaimanapun,
untuk dapat kreatif, 'penemuan' harus diusahakan. Satu penumpahan tinta
kebetulan sehingga menghasilkan suatu desain roman bukanlah kreatif kecuali jika
seniman mengenali potensi dari 'kecelakaan' atau menggunakan teknik
penumpahan dengan sengaja untuk menciptakan karya-karya baru (Weisberg,
1993). Seperti kita sudah menyebutkan sebelumnya, meski kita sering mengaitkan
seni-seni dengan kreativitas, tetapi setiap hal dapat didekati denan cara yang
kreatif.
Berpikir kritis banyak dipikirkan di otak kiri, sedang berpikir kreatif lebih
banyak di otak sebelah kanan, mereka kedua-duanya melibatkan " berpikir."
Biasanya kita sebut sebagai HOTS " higher-order thinking skills " yang
terkonsentrasi pada tiga kompetensi kognitif tertinggi dari Taksonomi Bloom, yaitu
analisis, sintesis, dan evaluasi yang perlu dikuasai siswa di kelas. Berpikir kritis
sering dikaitkan dengan berpikir kreatif.
The Liang Gie (2003) memberikan batasan, bahwa berpikir kreatif adalah satu
rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk
menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide,
keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan. Pengertian ini menunjukkan
bahwa berpikir kreatif ditandai dengan penciptaan sesuatu yang baru dari hasil
berbagai gagasan, keterangan, konsep, pengalaman, maupun pengetahuan yang
ada dalam pikirannya.
Berpikir kreatif
melibatkan
menciptakan
sesuatu
yang
baru
atau
asli.Berpikir kreatif melibatkan keterampilan fleksibilitas, keaslian, kelancaran,
elaborasi, curah pendapat (brainstorming), modifikasi, perumpamaan (imagery),
berpikir asosiatif, mendaftar atribut, berpikir berkenaan dengan metafora,
membuat hubungan. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk merangsang
keingintahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir divergen.
Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubunganhubunan yang terus-menerus, sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau

sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan


sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosiasi gagasan-gagasan membentuk
gagasan-gagasan baru, jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan
yang sudah mapan dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini
menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan
suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan
ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu gagasan baru.
gagasan baru tersebut merupakan gabungan gagasan-gagasan sebelumnya yang
belum pernah diwujudkan. Pengertian ini lebih memfokuskan pada proses individu
untuk memunculkan gagasan baru yang merupakan gabungan gagasan-gagasan
sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran. Pengertian
bepikir kreatif ini ditandai adanya gagasan baru yang dimunculkan sebagai hasil
dari proses berpikir tersebut.
Berpikir kreatif merupakan suatu aktivitas mental yang memperhatikan keaslian
dan wawasan (ide). Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to
reason) dalam suau cara yang terorganisasi. Berpikir kritis juga merupakan suatu
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematik kualitas pemikiran diri sendiri
dan orang lain. Berpikir dengan kritis dan kreatif memungkinkan siswa mempelajari
masalah secara sistematik, mempertemukan banyak sekali tantangan dalam suatu
cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan
merancang/mendesain solusi-solusi yang asli.
Peneliti-peneliti sudah mempelajari proses-proses teori, faktor-faktor
kepribadian, pola-pola dan latar belakang motivasional pengaaman untuk
menjelaskan kreativitas tetapi untuk sungguh memahami kreativitas, kita harus
memasukkan lingkungan sosial juga. Keduanya intrapersonal (pengamatan,
kepribadian) dan faktor sosial mendukung kreativitas (Simonton, 2000). Teresa
Amabile (1996) mengusulkan tiga model komponen dari kreativitas. Individu atau
kelompok-kelompok kreatif harus mempunyai:
Domain keterampilan relevan meliputi bakat-bakat dan kemampuankemampuan berharga untuk bekerja di dalam daerah itu. Satu contoh keterampilan
Michelangelo dalam membentuk batu, yang dikembangkan karena ia menyesuaikan
diri sebagai anak dari keluarga pemahat batu.
2.
Kreativitas proses-proses yang relevan meliputi kebiasaan-kebiasaan
pekerjaan dan ciri kepribadian seperti Richard Branson yang secara teratur mulai
hari kerja nya pada 04.30 dan tidak membedakan antara pekerjaan dan permainan
dan kebiasaan John Irving yang bekerja sepuluh jam perhari untuk menulis dan
menulis kembali dan menulis kembali sampai ia menyempurnakan kisah-kisah nya.
3.
Motivasi tugas dari dalam (intrinsik) atau kedalaman keingintahuan dan
daya tarik yang mendalam dengan tugas. Aspek dari kreativitas ini dapat sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial, dan dengan dukungan otonomi pendukung,
1.

kecurigaan; rangsangan keingintahuan, harapan khayalan dan menyediakan


tantangan.
Faktor sosial lain yang mempengaruhi kreativitas adalah apakah wilayah itu siap
dan berkeinginan mengakui adanya sumbangan yang kreatif (Nakamura dan
Csikszentmihalyi, 2001). Contoh-contoh dalam sejarah tentang terobosan-terobosan
kreatif yang ditolak pada waktu itu (eg. teori dari Galileo matahari adalah pusat dari
sistim tata surya) dan persaingan-persaingan antara pencipta-pencipta yang
masing-masing mendorong tepi-tepi kreativitas (persaingan produktif dan ramah
antara Picasso dan Matisse).
Langkah praktis berikut, yang diadaptasikan dari Fleith (2000) dan Sattler
(1992), menguraikan beberapa kemungkinan lain untuk mendorong kreativitas.
Terimalah dan dorong pemikiran divergen
Contoh:
Selama diskusi kelas, minta siapapun menyarankan cara atau gagasan yang
berbeda.
2.
Kuatkan usaha pada penyelesaian-penyelesaian msalah yang tidak biasa,
sekali pun produk akhir belum sempurna.
3.
Berikan aneka pilihan topik untuk proyek-proyek atau presentasi (yang
ditulis, lisan, visual atau grafik, menggunakan teknologi).
Maklumi berselisih paham
Contoh:
1.

Minta murid untuk memahami perbedaan pendapat.


2.
Pastikan para murid tidak membiasakan diri hanya menerima satu bagian
dari kelas atau karena diistimewakan dan diberi penghargaan.
Dorong para murid untuk mempercayai keputusan mereka sendiri
Contoh:
1.

Ketika murid bertanya yang anda pikir mereka dapat menjawabnya sendiri,
kembangkan dengan cara lain atau memperluas pertanyaan tersebut dan
kembalikan kepada para murid untuk menjawabnya sendiri.
2.
Tetapkan tugas tanpa adanya jawaban atau hasil-hasil yang pasti benar atau
salah.
Tekankan bahwa setiap orang adalah mampu berkreasi dalam
beberapawilayah
Contoh:
1.

Hindari gambaran bahwa prestasi dari para seniman atau para pencipta
seolah-olah mereka mereka berkemampuan melebihi manusia biasa.
2.
Kenali usaha-usaha kreatif pada setiap pekerjaan murid. Buat suatu komentar
yang terpisah untuk keaslian di umpan balik tugas.
1.

Sediakan waktu, ruang dan bahan-bahan untuk mendukung tugas-tugas


kreatif
Contoh:
Kumpulkan bahan-bahan untuk gambar yang dapat dibuat dari potonganpotongan kertas, manik-manik, batu-batu dan lain-lain.
2.
Buat suatu ruangan di mana anak-anak dapat bekerja untuk tugas-tugas
yang diberikan, dan meninggalkan mereka bebas mengembangkan kreasinya.
3.
Manfaatkan saat-saat yang mengesankan (darmawisata, liput berita, liburan)
dengan peluang untuk berkreasi (menggambar, menulis, atau bermusik).
Berikan dorongan untuk pemikiran kreatif
Contoh:
1.

Berikan suatu sesi pengungkapan pendapat kelas kapan pun.


2.
Berikan kesempatan mengusulkan penyelesaian-penyelesaian yang tidak
biasa untuk permasalahan kelas.
3.
Dorong murid untuk menunda (tidak tergesa-gesa) memutuskan usul tertentu
dalam memecahkan suatu masalah sampai semua berbagai kemungkinan telah
dipertimbangkan.
Sebagai tambahan dalam usaha mengembangkan kreativitas melalui interaksiinteraksi sehari-hari dengan para murid, para guru dapat mencoba pengungkapan
pendapat. Ajaran dasar bramstorrninal adalah memisahkan proses penciptaan
gagasan-gagasan dari proses mengevaluasi mereka karena evaluasi sering kali
menghalangi kelancaran dan fleksibilitas (Osborn, 1993). Evaluasi, diskusi dan kritik
ditunda sampai semua usul mungkin telah dibuat. Dengan cara ini, satu gagasan
mengilhami yang lain; orang-orang tidak menahan penyelesaian-penyelesaian
kreatif berpotensi ke luar dari ketakutannya terhadap kritikan. John Baer (1997: 43)
memberi aturan-aturan ini dalam pengungkapan pendapat:
1.
Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan.
2.
Hindari kepemilikan dari gagasan-gagasan. Ketika orang-orang merasa
bahwa satu gagasan adalah milik mereka, ego-ego kadang-kadang menghalangi
pemikiran kreatif. Mereka nampaknya akan lebih bertahan pada gagasan-gagasan
kritis, dan mereka kurang bersedia untuk membiarkan gagasan mereka
dimodifikasi.
3.
Hindari membonceng gagasan-gagasan yang sudah diungkapkan. Ini berarti
telah menyetujui unsur-unsur dari gagasan-gagasan telah ada, atau untuk membuat
modifikasi-modifikasi sedikit gagasan-gagasan telah diusulkan.
4.
Dorong gagasan-gagasan liar. Gagasan-gagasan yang mustahil, yang tidak
dapat dilaksanakan secara total boleh dikemukakan seseorang untuk berpikir
tentang yang lain, gagasan-gagasan lebih mungkin, lebih dapat dikerjakan.
Dalam riset yang terbaru diungkapan pendapat oleh Brown,V.R. dan Paulus,
P.B. (2002),' Making menggolongkan pengungkapan pendapat lebih efektif: Pujian;
rekomendasi dari satu perspektif memori yang asosiatif', Arah Yang Ada
di Psychological Science, 11, pp208-212. topik-topik yang berbeda bisa dicakup,
ditutup di dalam suatu bab, lalu meninggalkan daftar dan kembali kemudiannya
1.

untuk mengevaluasi gagasan-gagasan. Pengungkapan pendapat bisa merupakan


suatu aktivitas sangat menyenangkan seperti di banyak pikiran sehat tidak ada
yang benar atau salah. ini merupakan suatu irama seperti 'bermain' dengan semua
gagasan yang mungkin, pemilihan, menolak dan menggerakkan gagasan-gagasan
di sekeliling sampai keseluruhan yang diorganisir Mempertanyakan efektivitas
gagasan-gagasan yang sudah ada bisa merupakan suatu pengalaman sangat
kreatif.
Saduran bebas dari buku: Psycology in Education - Anita Woolfolk, Malcolm Hughes, Vivienne Walkup (Person
Education Limited: Longman-2008).

BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF MENURUT PARA AHLI


Leave a reply

Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Berpikir kritis dapat dipandang sebagai
kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki.
Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan.
Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif.
Evans (1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus
(kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan
sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosasi ide-ide membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah
mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk
menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru.
Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan (Infinite Innovation Ltd, 2001). Pengertian ini lebih
menfokuskan pada proses individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih
dalam pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut.
Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk
membangun ide atau gagasan yang baru.
Dalam memandang kaitan antara berpikir kreatif dan berpikir kritis terdapat dua pandangan. Pertama memandang berpikir kreatif bersifat intuitif yang
berbeda dengan berpikir kritis (analitis) yang didasarkan pada logika, dan kedua memandang berpikir kreatif merupakan kombinasi berpikir yang
analitis dan intuitif. Berpikir yang intuitif artinya berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan (feelings) yang tibatiba (insight) tanpa berdasar fakta-fakta yang umum. Pandangan pertama cenderung dipengaruhi oleh pandangan terhadap dikotomi otak kanan dan
otak kiri yang mempunyai fungsi berbeda, sedang pandangan kedua melihat dua belahan otak bekerja secara sinergis bersama-sama yang tidak
terpisah.
Johnson (2002) tampaknya lebih menekankan pada pandangan pertama. Johnson menjelaskan bahwa berpikir kritis mengorganisasikan proses yang
digunakan dalam aktifitas mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, meyakinkan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan
ilmiah. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to reason) dalam suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kreatif merupakan suatu
aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif sebagai lawan dari berpikir destruktif, melibatkan pencarian
kesempatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas mengorganisasikan proses, seperti berpikir kritis. Berpikir
kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan
baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan. Pengertian ini membedakan dengan tegas berpikir
kreatif dan berpikir kritis.
De Bono (dalam Barak dan Doppelt, 2000) membedakan antara 2 tipe berpikir, yaitu berpikir lateral dan berpikir vertikal. Berpikir lateral mengacu pada
penemuan petunjuk-petunjuk baru dalam mencari ide-ide, sedang berpikir vertikal berhadapan dengan perkembangan ide-ide dan pemeriksaannya
terhadap suatu kriteria objektif. Pemikiran vertikal adalah selektif dan berurutan yang bergerak hanya jika terdapat suatu petunjuk dalam gerakannya.

Pemikiran lateral adalah generatif yang dapat meloncat dan bergerak agar dapat membangun suatu petunjuk baru. Pemikiran lateral tidak harus benar
pada setiap langkah dan tidak menggunakan kategori-kategori, klasifikasi atau label-label yang tetap. Pemikiran vertikal memilih pendekatanpendekatan yang sangat menjanjikan pada suatu masalah selama pemikiran lateral membangun banyak alternatif pendekatan. Berpikir kreatif
merupakan suatu sintesis antara berpikir lateral dan vertikal yang saling melengkapi. Pengertian ini menyebutkan bahwa dalam berpikir kreatif
melibatkan berpikir logis ataupun analitis sekaligus intuitif, seperti pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif.
Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Bishop (dalam Pehkonen, 1997) menjelaskan bahwa
seseorang memerlukan 2 model berpikir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat intuitif dan berpikir analitik
yang bersifat logis. Pandangan ini lebih melihat berpikir kreatif sebagai suatu pemikiran yang intuitif daripada yang logis. Pengertian ini menunjukkan
bahwa berpikir kreatif tidak didasarkan pada pemikiran yang logis tetapi lebih sebagai pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga, dan di luar
kebiasaan.
Pehkonen (1997) memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi
masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktik pemecahan masalah, maka pemikiran divergen yang intuitif
menghasilkan banyak ide. Hal ini akan berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Pengertian ini menjelaskan bahwa berpikir kreatif
memperhatikan berpikir logis maupun intuitif untuk menghasilkan ide-ide. Pandangan ini lebih mengarah pada pandangan kedua dalam pengertian
berpikir kreatif.

Ciri-Ciri Berpikir Kreatif


Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi terhadap orang-orang yang berpikir kreatif telah menghasilkan beberapa
kriteria
atau
ciri-ciri
orang
yang
kreatif.
Menurut Denny dan Davis (1982) dalam penelitian terhadap para penulis dan arsitek yang kreatif melalui identifikasi oleh anggota
profesi mereka menghasilkan bahwa orang yang mempunyai kreatifitas yang tinggi itu cenderung memiliki ciri-ciri : fleksibel, tidak
konvensional, eksentrik (aneh), bersemangat, bebas, berpusat pada diri sendiri, bekerja keras, berdedikasi dan inteligen.

Woolfolk dan Nicolich (1984) menjelaskan bahwa orang yang berpikir kreatif menunjukkan ciri-ciri adanya sikap kreativitas dalam
arti luas, termasuk tujuannya, nilainya, serta sejumlah sifat kepribadian yang mendukung orang untuk berpikir bebas, fleksibel, dan
imajinatif.

Berpikir Kreatif
(sumber : psychologymania.com)

Menurut Mc. Kinnon (Yellon, 1977), orang-orang yang kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Memandang dirinya berbeda dan lebih sering melukiskan dari mereka sebagai berdaya cipta, tak tergantung, bersifat
individualis.

Lebih terbuka dalam pengalaman dan perasaan.

Secara relatif tidak tertarik pada detail kecil, tetapi lebih tertarik pada arti dan implikasi, memiliki fleksibel kognitif,
ketrampilan verbal, berminat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bertindak tepat, mempunyai keingintahuan
intelektual yang besar.

Lebih tertarik secara mendalam menyerap pengalaman daripada mempertimbangkan.

Lebih bersifat intuitif.

Mulyono Gandadipura (1983) merangkum hasil penelitian para ahli terhadap orang-orang yang ahli berbagai bidang, antara lain :
penulis, seniman, arsitek, ahli matematik, peneliti, menyimpulkan bahwa orang-orang yang berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :

Bebas dalam berpikir dan bertindak.

Tidak menyukai kegiatan yang menuntut konformitas (kesesuaian).

Tidak mudah dipengaruhi pendapat umum bila yakin bahwa pendapatnya benar.

Kecenderungan kurang dokmatis dan lebih realistis.

Mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasar akal (irrasional).

Mengakui hal-hal yang rumit dan baru.

Mengakui humor dan memiliki good sense of humor.

Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritik dan estetis.

Sedangkan S.C. Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi yaitu :

Memiliki dorongan ingin tahu yang besar.

Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

Bebas dalam menyatakan pendapat.

Menonjol dalam salah satu bidang seni.

Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.

Tidak mudah terpengaruh orang lain.

Daya imajinasi kuat.

Memiliki tingkat orisionalitas yang tinggi.

Dapat bekerja sendiri.

Senang mencoba hal-hal yang baru.

Guilford, ahli yang banyak berkecimpung dalam penelitian penelitian tentang inteligensi menjelaskan kemampuan orang yang
kreatif melalui beberapa ciri :

Adanya kelancaran, kesigapan, dan kemampuan menghasilkan banyak gagasan.

Adanya fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai pendekatan dalam mengatasi masalah.

Adanya keaslian, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan yang asli.

Adanya pengembangan, yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail dan terinci.

Adanya perumusan kembali, yaitu kemampuan untuk merumuskan pengertian dengan cara dan dari sudut pandang yang
berbeda.

KESIMPULAN
Dengan memperhatikan beberapa pendapat dan hasil penelitian para ahli penelitian tersebut tentang ciri-ciri yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif, nampak bahwa perbedaan itu timbul karena adanya perbedaan subyek yang menjadi sasaran
penelitiannya sehingga ciri-ciri yang cukup menonjol sebagai ciri pokok berpikir kreatif yaitu :

Ciri kelancaran (fluency)

Ciri fleksibelitas (flekxibility)

Ciri keaslian (organilaty)


Kelancaran adalah dapat menghasilkan banyak ide atau konsep yang relevan dengan masalah yang dipecahkan dalam waktu yang
singkat. Fleksibilitas (keluwesan) menunjukkan bahwa individu dapat memunculkan hal-hal baru yang unik atau tidak biasa. Jadi
indivdu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif adalah individu yang dapat menghasilkan ide-ide baru yang berbeda dan asli.

SUMBER REFERENSI :
Riani, Asri Laksmi., dkk. 2005. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Surakarta : UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Berpikir Divergen dan Konvergen


FEBRUARI 24, 2011 8 KOMENTAR

2 Votes

Oleh Abdul Halim Fathani

TIDAK sedikit mahasiswa yang studi di perguruan tinggi tingkat akhir yang mengalami kebingungan. Seperti, ketika mencoba mencari permasalahan/ide yang akan dijadikan
tulisan dalam bentuk skripsi. Kebanyakan mahasiswa bolak-balik berkunjung dari kampus satu ke kampus lain yang memiliki program studi yang sama dengan yang ia tekuni
selama kuliah. Tempat yang ia jadikan sasaran adalah ingin melihat skripsi yang ada di perpustakaan. Kebanyakan mahasiswa, berpendapat dengan metode inilah sehingga
mereka dapat menemukan bahan/permasalahan yang dapat diajukan ke pihak jurusan/fakultas untuk dijadikan bahan penulisan skripsinya.

Salahkah metode berpikir yang diterapkan mahasiswa ini? Dalam proses berpikir, banyak metode/model yang dapat digunakan untuk menemukan ide. Tetapi akan lebih baik
jika metode yang kita gunakan merupakan metode yang cerdas sehingga akan dapat membuahkan hasil yang benar-benar optimal. Berikut akan diuraikan metode berpikir
yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi mahasiswa ketika setiap kali melakukan proses berpikir, terutama untuk menggali ide/mencari permasalahan, yaitu berpikir metode
Divergen dan Konvergen.

Proses melahirkan ide dengan cara berpikir divergen berarti membiarkan pikiran kita untuk bergerak ke mana-mana secara simultan. Kita dituntut untuk mengeluarkan apa pun
yang muncul di otak kita. Munculnya satu ide akan dapat memicu timbulnya ide yang lain. Sebanyak dan sejelek apapun ide yang muncul tetap kita tampung, dan alangkah
lebih baiknya ditulis di atas kertas atau dicatat di laptop pada file tersendiri, dan juga bisa ditulis di bagian pesan tersimpan di handphone. Dengan demikian, ide tersebut tidak
menguap, sehingga masih dapat diingat dan dapat dikembangkan.

Proses berpikir divergen merupakan proses berpikir yang paling mudah muncul pada seseorang yang tidak terlalu memperhatikan baik-buruknya suatu nilai (acak-abstrak)
sehingga dapat dengan mudah melompat dari satu ide ke yang lain. Atau dengan kata lain gambaran berpikir divergen adalah melingkar-lingkar seperti cakar ayam (squiggle).

Ketika melahirkan sebuah ide, dituntut untuk mampu melihat dunia di sekeliling kita secara menyeluruh. Dengan langkah inilah proses kreatif dalam berpikir semakin tajam
sehingga ide yang dimunculkan pun semakin bervariatif. Kunci utama dalam metode berpikir divergen ini adalah menghilangkan penilaian. Karena jika penilaian masih
menghantui kita, maka akan sulit untuk dapat menjalankan proses berpikir divergen secara efektif.

Langkah selanjutnya setelah kita dapat melahirkan ide-ide, maka biarkanlah ide-ide itu mengalami inkubasi. Yakni biarkan ide itu mengendap sementara waktu di benak kita.
Berhentilah untuk melakukan proses berpikir, dan silahkan melakukan aktivitas lainnya yang lebih santai. Ketika kita melakukan aktivitas santai, maka akan muncul sekilas
wawasan atau reaksi yang kemudian dapat kita lanjutkan pada proses berpikir berikutnya yakni berpikir secara konvergen, dengan pikiran yang lebih jernih.

Setelah kita melakukan proses berpikir secara divergen dengan mengumpulkan semua ide yang kita keluarkan, maka selanjutnya adalah menyaring/menyeleksi atau ide
tersebut, kita sempitkan menjadi beberapa ide saja yang terbaik. Kita dituntut mampu untuk memilih ide mana yang paling menarik, paling praktis, paling sesuai, paling unik,
atau lainnya yang sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Lalu, langkah terakhir tetapkan secara bijak satu ide yang akan kita gunakan.

Mempersempit fokus dari beberapa ide besar inilah yang dinamakan dengan proses berpikir Konvergen. Model ini paling mudah untuk para pemikir bujur sangkar yang
senang pada segala sesuatu yang terdefinisi dengan jelas. Allah swt melengkapi kepada setiap manusia dengan alat berpikir yang biasa kita sebut dengan otak. Otak terbagi
menjadi dua bagian otak kiri dan otak kanan.

Dari uraian di atas bahwa berpikir divergen adalah membiarkan otak kita bebas bergerak ke segala arah untuk mencari ide-ide yang nantinya kita tampung. Hal ini sesuai
dengan fungsi pada otak kiri. Sedangkan berpikir secara konvergen adalah mempersempit ide dengan menyeleksi ide-ide mana yang terbaik, dan hal ini sesuai dengan fungsi
dari otak kanan. Dengan kata lain berpikir divergen dan konvergen adalah bagaimana cara kita untuk menggunakan otak kiri dan otak kanan secara seimbang.[ahf]

https://masthoni.wordpress.com/2011/02/24/berpikir-divergen-dan-konvergen/

Konvergen dan Divergen


14.14 Penulisan

Oleh: Firdaus Putra A.

Seberkas cahaya yang terpantul dan fokus pada satu titik kita kenali sebagai cahaya konvergen.
Sedangkan yang terpantul dan bias atau menyebar ke segala arah, berpola divergen. Pola berfikir juga
mirip dengan itu. Bilamana ia fokus hanya pada satu titik (perspektif) maka ia berpola konvergen.
Sebaliknya, bila ia menyebar (meluas) dan multi perspektif, maka divergen.

Dalam tradisi penulisan ilmiah, pola berfikir konvergen lebih umum digunakan daripada divergen. Pola
berfikir konvergen ini bisa berangkat dari deduksi pun induksi. Yang pertama yakni berangkat dari sebuah
teori dan dalam rangka menguji teori. Sedangkan yang kedua, berangkat dari lapangan (realitas)
kemudian diteorikan. Potensi divergenitas dapat muncul dalam kerangka induksi. Namun biasanya,
mengingat penelusuran lapangan juga berangkat dari kerangka teori yang ketat, potensi itu menjadi kecil.

Pada sisi lain, pola berfikir divergen lebih sering dijumpai dalam dunia sastra. Sebagai contoh sederhana,
lihatlah novel Saman dan Larung karangan Ayu Utami, Supernova milik Dewi Lestari, dan semacamnya.
Berbagai macam perspektif muncul dalam satu tulisan.

Pola berfikir konvergen membutuhkan sistematisasi yang ketat. Misal, ia harus runtut dari masalah umum
ke khusus atau sebaliknya, dari khusus ke umum. Sistematisasi ini yang pada gilirannya menggiring kita
untuk membuat kesimpulan yang ketat juga.

Sedangkan pola berfikir divergen membutuhkan kemampuan analisis lintas disiplin. Ia tak harus runtut
dari umum ke khusus atau khusus ke umum. Yang ia perlukan adalah multi perspektif. Biasanya pola
berfikir divergen juga muncul pada aktivitas-aktivitas kreatif pada seni, arsitektur, desain grafis dan lainlain.

Mengingat pola berfikir konvergen merupakan cara berfikir yang sistematis, maka ia lebih cenderung
tertutup. Artinya, di dalam pola ini terdapat koridor yang harus dilalui. Bilamana tidak, kesimpulan yang
disusun memungkinkan tidak valid. Berbeda dengan itu, divergen lebih cenderung terbuka. Artinya, ia
membuka peluang bagi banyak koridor untuk dilewati.

Baik pola berfikir konvergen pun divergen, keduanya dibutuhkan oleh manusia. Pada titik-titik tertentu kita
akan menggunakan pola konvergen. Dan sangat mungkin, pada titik yang lain kita berpola divergen.

Yang perlu kita jauhi adalah menisbahkan bahwa pola berfikir satu lebih penting daripada yang lain;
bahwa konvergen lebih penting dari divergen atau sebaliknya. Baik konvergen atau divergen keduanya
setara. []

DIVERGEN DAN KONVERGEN (Part 2)

Manusia memiliki dua pola pikir yang fundamental, yaitu secara divergen dan konvergen. Pola pikir konvergen ini dapat diartikan sebagai pola pikir terfokus atau
spesifik, sementara pola pikir divergen diartikan sebagai pola pikir yang menyebar atau menjauh. Untuk lebih memahami kedua pola pikir ini, maka akan saya jelaskan
melalui
contoh
sederhana
berikut:
Pemicu pola pikir konvergen adalah pertanyaan yang spesifik atau tertutup. Misalkan, menanyakan warna buah, menanyakan nama hewan, menanyakan agama,
menanyakan hasil pengurangan atau penjumlahan atau perkalian atau pembagian dan pertanyaan lain yang spesifik. Kemudian sebaliknya untuk pemicu pola pikir
divergen, maka pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan yang tidak jelas, atau samar-samar. Misalkan, menanyakan bagaimana cara menaikkan layangan,
bagaimana cara membuat sebuah lukisan, bagaimana cara memperoleh pasar untuk sebuah usaha, dan lain sebagainya. Dari contoh diatas maka pemikiran konvergen
dikaitkan dengan fokus dan mengarah pada jawaban tertentu. Terpusat pada sasaran akhir merupakan keinginan dasar dari jenis cara berpikir ini. Disisi lain, pemikiran
divergen
dikaitkan
dengan
eksplorasi
dan
kreativitas,
terbuka
dan
bergerak
menjauh.
Untuk orang yang bersentuhan dengan dunia pendidikan, dunia kerja pada bidang science dan engineering, maka pola pikir konvergen akan sangat dihargai. Karena
pola pikir ini akan terbentuk dengan sendirinya dan tanpa disadari oleh orang tersebut. Sedangkan, orang yang cenderung memiliki pola pikir divergen akan kurang
dihargai dalam dunia ini, karena dapat dinilai sebagai orang yang "ngawur". Secara umum, manusia tidak bisa menjalankan kedua pola pikir ini sekaligus secara
bersamaan. Akan tetapi, manusia yang memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri, diikuti pemahaman terhadap lingkungan sekitarnya, akan dapat melakukan
kontrol terhadap dua pola pikir ini. Tidak selamanya, orang yang berkecimpung dalam dunia science harus berpikir yang pasti dan tidak memikirkan pola
pengembangan kedepan atas masalah yang dihadapinya. Dan sebaliknya, tidak selamanya orang yang bekerja di lingkungan yang menuntut inovasi harus berpikir
ngelantur terlalu jauh dan tidak memikirkan segi real-nya.
Diposkan oleh Muhammad Wendy Taufiq Hidayahdi 02.46
Label: belajar, divergen, e-learning, gratis, kampus, konvergen, pemikiran, tugas, tutorial,wendy, wendyartstudio

Anda mungkin juga menyukai