Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Dosen Pengampu : Ninik Indrawati, M.Pd.I

(EVALUASI DAN INSTRUMEN TES)

Muchammad Hazmi Assilmi

Rini Isfa Salsabila

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

Institut KH Abdul Chalim

Pendahuluan

Dalam proses evaluasi pembelajaran atau penilaian proses dan hasil belajar, guru sering
menggunakan instrumen tertentu, baik tes maupun non-tes (observasi, wawancara, skala sikap,
angket, dan lain- lain). Instrumen ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam
rangka mengetahui keefektifan proses pembelajaran di sekolah. Mengingat begitu pentingnya
suatu instrumen dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, maka suatu instrumen harus memiliki
syarat-syarat tertentu sekaligus menunjukkan karakteristik instrumen. Dalam praktik di sekolah,
sering kali guru membuat instrumen tanpa mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada guru yang
membuat instrumen, seperti soal-soal ulangan atau ujian akhir semester, langsung mengambil
dari buku sumber. Padahal kita tahu banyak buku sumber yang tidak sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan. Apa jadinya bila soal yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang
disampaikan. Ada juga guru yang menggunakan soal-soal lama yang belum diketahui
kualitasnya. Hal ini semua sebagai akibat dari kekurang pahaman guru terhadap suatu instrumen
evaluasi yang baik.

Pemahaman tentang instrumen ini menjadi penting karena dalam praktik evaluasi dan
penilaian, pada umumnya guru selalu mendasarkan pada proses pengukuran. Dalam pengukuran
tentu harus ada alat ukur (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes. Alat ukur
tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang
memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai
dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel perilaku tertentu. Adapun karakteristik
instrumen evaluasi yang baik adalah valid, reliabel, relevan, representatif, praktis. deskriminatif,
spesifik, dan proporsional.

A. Valid, artinya suatu instrumen dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang
hendak diukur secara tepat.
B. Reliabel, artinya suatu instrumen dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai
hasil yang taat asas (consistent).
C. Relevan, artinya instrumen yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan.
D. Representatif, artinya materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang
disampaikan.
E. Praktis, artinya mudah digunakan. Jika instrumen itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar
digunakan, berarti tidak praktis.
F. Deskriminatif, artinya instrumen itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat
menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apa pun.
G. Spesifik, artinya suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang
dievaluasi.
H. Proporsional, artinya suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional
antara sulit, sedang, dan mudah. Begitu juga ketika menentukan jenis instrumen, baik tes
maupun non-tes.

Pembahasan

Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya
adalah tes. Istilah tes tidak hanya popular di lingkungan persekolahan, tetapi juga di luar sekolah
bahkan di masyarakat umum. Kita sering mendengar istilah tes kesehatan, tes olahraga, tes
makanan, tes kendaraan, dan lain-lain. Di sekolah juga sering kita dengar istilah pretes, postes,
tes formatif, tes sumatif, dan sebagainya. Di sekolah tes ini serig juga disebut dengan tes prestasi
belajar. Tes ini banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam bidang
kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penggunaan
tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan
itu sendiri. Artinya, tes mempunyai makna tersendiri dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran.

Istilah "tes" berasal dari bahasa Prancis, yaitu "testum", berarti piring yang digunakan
untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi dalam psikologi dan pendidikan. Dilihat dari cara
penyusunannya, tes dibagi dua jenis, yaitu tes buatan guru (teacher made test) dan tes yang
dibakukan (standarized test). Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dibagi menjadi
empat jenis, yaitu tes inteligensia umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes
kepribadian. Tes juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tes kemampuan (power test) dan tes
kecepatan (speed test).

Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes
tersebut. Tes ini biasanya digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum
(sumatif). Tes baku adalah tes yang dikaji berulang-ulang kepada sekelompok besar peserta
didik, dan item-itemnya relevan serta mempunyai daya beda yang tinggi. Disamping itu, tes baku
telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat usia dan kelasnya.
Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil test adalah tes yang menuntut jawaban
dari peserta didik dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada yang bersifat formal dan ada pula yang
bersifat nonformal. Tes yang bersifat formal meliputi jumlah testi yang cukup besar yang
diselenggarakan oleh suatu panitia resmi yang diangkat oleh Pemerintah Tes formal mempunyai
tujuan yang lebih luas dan didasarkan atas standar tertentu yang berlaku umum, sedangkan tes
nonformal berlaku untuk tujuan tertentu dan lingkungan terbatas yang diselenggarakan langsung
oleh pihak pelaksana dalam situasi setengah resmi tanpa melalui institusi resmi. Tes tertulis ada
dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).

A. Pengembangan Tes Bentuk Uraian


Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang
sulit diukur oleh bentuk objektit. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik
untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya
sendiri dalam bentuk. teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Bentuk uraian
sering juga disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi
oleh faktor subjektivitas guru. Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka
tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted
respons items) dan uraian bebas (extended respons items). Namun depdikbud
menyebutnya dengan istilah lain yaitu Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian
Non Objektif (BUNO).
1. Bentuk Uraian Objektif (BUO)
Bentuk uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan
yang relatif lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif.
Sekalipun pemeriksa berbeda, tetapi dapat menghasilkan skor yang relatif
sama. Soal bentuk ini memiliki kunci jawaban yang pasti, sehingga jawaban
benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah 0.

Contoh:
Indikator: Menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan
ukurannya.
Soal:
Sebuah bak penampung air berbentuk balok berukuran panjang 100 cm, lebar
70 cm dan tinggi 60 cm. Berapa liter isi bak penampung mampu menyimpan
air?
Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Objek

Langkah Kriteria Jawaban Skor


1 Rumus isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2 = 100 cm x 70 cm x 60 cm 1
3 420.000 cm3 1
4 Isi balok dalam litter: 1
420.000
1000
5 = 420 liter 1
Skor maksimum 5
2. Bentuk Uraian Non-Objektif (BUNO).
Bentuk soal seperti ini memiliki rumusan jawaban yang sama dengan
rumusan jawaban uraian bebas, yaitu menuntut peserta didik untuk mengingat
dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan) gagasan-gagasan
pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga
dalam penskorannya sangat memungkinkan adanya unsur subjektivitas.
Bentuk uraian bebas dapat digunakan untuk menilai hasil belajar yang bersifat
kompleks, seperti kemampuan menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-
ide. memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi, merekayasa
bentuk-bentuk orisinal (seperti mendesain sebuah eksperimen), dan menilai
arti atau makna suatu ide. Dalam penskoran soal bentuk uraian nonobjektif,
skor dijabarkan dalam rentang. Besarnya rentang skor ditetapkan oleh
kompleksitas jawaban, seperti 0-2, 0-4,0-6,0-8, 0-10 dan lain-lain.

Contoh:
Indikator: Menjelaskan alasan yang membuat kita harus bangga sebagai
Indonesia.
Soal: Jelaskan alasan yang membuat kita perlu bangga sebagai bangsa
Indonesia!
Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Non - Objektif

Kriteria Jawaban Rentang Skor


Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam 0-2
Indonesia.
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air 0-2
Indonesia (pemandangan alam, geografis, dsb).
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman 0-3
budaya, suku, adat istiadat tetapi dapat bersatu.
Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan 0-2
masyarakat Indonesia.
Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam 9
Indonesia
3. Metode Pengoreksian Soal Bentuk Uraian
Untuk mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode,
yaitu metode per nomor (whole method), metode per lembar (separated
method), dan metode bersilang (cross method).
a. Metode per nomor. Disni guru mengoreksi hasil jawaban peserta didik
untuk setiap nomor. Misalnya, guru mengoreksi nomor satu untuk
seluruh peserta didik, kemudian nomor dua untuk seluruh peserta
didik, dan seterusnya. Dan pelaksanaannya terlalu berat dan memakan
waktu banyak.
b. Metode per lembar. Disini guru mengoreksi setiap lembar jawaban
peserta didik mulai dari nomor satu sampai dengan nomor terakhir.
Kelebihannya adalah tidak memakan waktu banyak. Dan
kekurangannya guru sering member skor yang berbeda atas dua
jawaban yang sama kualitasnya, atau sebaliknya.
c. Metode bersilang. Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan
jalan menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor
lain. Kelemahannya akan membutuhkan waktu dan tenaga yang
banyak. Namun dapat mengurangi faktor subjektif.

B. Pengembangan Tes Bentuk Objektif


Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara I atau 0. Disebut tes objektif
karena penilaiannya objektif. Siapa pun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya
akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta
didik untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah
disediakan, memberikan jawaban singkat dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan
yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang
menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal,
pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu
benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat.
Sebagaimana dikemukakan Witherington (1952) bahwa, "Ada banyak jenis tes baru,
tetapi empat jenis yang paling umum digunakan, benar-salah, pilihan ganda,
penyelesaian, pencocokan".
1. Benar-Salah (True-False, or Yes-No)
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal
benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membedakan antara pendapat dan fakta. Kelemahan yang paling mencolok
dari tes ini adalah sangat mudahnya ditebak tanpa diketahui oleh korektor.
2. Pilihan Ganda
Soal tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan
pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum
sempurna yang sering disebut stem, sedangkan pilihan jawaban itu mungkin
berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan sering disebut option. Pilihan
jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya
disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan
pengecoh (distractor atau decoy atau fails), tetapi memungkinkan seseorang
memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.
3. Menjodohkan (Matching)
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-
ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda
terdiri atas stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu
option, yang dianggap paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri
atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada
dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan
persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah
pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah persoalan. Bentuk soal
menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan
kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Makin banyak hubungan antara premis dengan respons dibuat, maka makin
baik soal yang disajikan.
4. Jawaban Singkat (Short answer) dan Melengkapi (Completion)
Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut berupa suatu kalimat bertanya
yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase, nama, tempat, nama
tokoh, lambang, dan lain-lain.
C. Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata katanya sendiri sesuai dengan
pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk seperti berikut:
1. Seorang guru menilai seorang peserta didik.
2. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
3. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
4. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.

Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan.
Dengan kata lain, soal tersebut berupa suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan
singkat, berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain.

D. Pengembangan Tes Perbuatan (Performance Test)


Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh Stigins (1994)
mengemukakan "tes tindakan adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta
untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar
yang didemontrasikan." Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan
dan ditanyakan. Misalnya, praktikkan bagaimana cara mengetik 10 jari dengan baik dan
benar.
Untuk melihat bagaimana cara menggunakan komputer dengan baik dan benar,
guru harus menyuruh peserta didik untuk mempraktikkan atau mendemonstrasikan
penggunaan komputer yang sesungguhnya sesuai dengan prosedur yang baik dan benar.
Begitu juga untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah dapat melakukan jalan
cepat, maka cara yang paling tepat adalah melakukan tes tindakan dengan menyuruh
peserta didik mempraktikkan langsung gerakan jalan cepat. Untuk mengetahui apakah
peserta didik sudah dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris, maka guru harus
menyuruh peserta didik melakukan komunikasi dalam bahasa Inggris. Dalam
pelaksanaannya, tes tindakan dapat dilakukan dalam situasi sebenarnya atau situasi yang
dimanipulasi. Alat yang dapat digunakan dalam tes tindakan adalah lembar pengamatan
dan portofolio.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis instrument tes dalam
evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2, yaitu bentuk tes objektif dan subjektif. Macam-macam
dari tes bentuk objektif dibagi menjadi 4, yaitu: 1) Pilihan ganda, 2) bentuk pilihan benar salah,
3) menjodohkan, dan 4) isian singkat. Sedangkan macam-macam tes subjektif ada satu yaitu tes
uraian (esay). Tes uraian dibagi menjadi 2, yaitu: uraian terbatas dan uraian bebas.

Penggunaan instrument tes baik objektif dan subjektif merupakan alat evaluasi atau
prosedur yang dipakai dalam rangka kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa pada materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui
kemampuan mengingat dan merangkai kata pada siswa.

Daftar Pustaka

Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya : Bandung, 2009

Anda mungkin juga menyukai