PERKEMBANGAN EMOSI
Disusun Oleh :
Kelompok 4 :
1. De EnovaniSitompul(4203131043)
2. Debora Pakpahan(4203331010)
3. Muhammad Khairul ArfanSaragih (4203131054)
4. Sella Adriani Purba (4201131023)
5. Sopia Silalahi(4203131077)
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya
alam ciptaan-Nya.
Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
laporan Mini Riset sebagai tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik (PPD). Dalam
laporan ini kami mencoba untuk meneliti mengenai Perkembangan Emosi anak Usia Sekolah
Menengah yang dilakukan oleh para Kepala Sekolah, Guru Bidang Study, PKS III, serta Para
Orang tua siswa.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya laporan kami ini, khususnya kepada dosen pembimbing yang telah
sabar mengajari dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga memahami jika makalah ini
tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
karya-karya kami dilain waktu.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB II
GAMBARAN UMUM
Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang
berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan
gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri
individu (Sujiono, 2005). Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi
merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afekti. Yang dimaksud
warna efektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
(menghayati) suatu situasi tertentu contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain.
Sedangkan menurut Goleman Bahasa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran.
Pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk
bertindak (Syamsu, 2008).
B. Bentuk-Bentuk Emosi
Menurut Goleman (2009), bentuk-bentuk emosi pada seseorang adalah sebagai berikut:
1. Amarah, yaitu: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,
tersinggung, bermusuhan, hingga tindakan kekerasan dan kebencian patologis.
2. Kesedihan, yaitu: pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan, ditolak, dan
depresi berat.
3. Rasa takut, yaitu: takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panik.
4. Kenikmatan, yaitu: bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang
sekali dan manis.
5. Cinta, yaitu: persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat.
6. Terkejut, yaitu: terpana dan takjub.
7. Jengkel, yaitu: hina, jijik, muak, benci.
8. Malu, yaitu rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah
dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak
dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
c. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan
emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain.
D. Ciri-Ciri Emosi
Ada beberapa ciri-ciri emosi. Ciri-ciri yang membedakan emosi dengan bagian yang lain
kehidupan mental menurut Paul Ekman dan Seymour Epstein (Goleman, 2000), sebagaimana
dijelaskan berikut ini.
Ciri-ciri emosi yang pertama adalah respon yang cepat tetapi ceroboh. Pikiran emosional
jauh lebih cepat dari pikiran rasional, langsung melompat bertindak tanpa
mempertimbangkan bahkan sekejap pun apa yang dilakukannya. Tindakan yang muncul dari
pikiran emosional membawa rasa kepastian yang sangat kuat, hasil samping dari cara
pandang akan segala sesuatu yang sederhana dan sempit yang dapat sangat mengerikan bagi
pikiran rasional.
Pikiran rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mendata dan menanggapi
daripada waktu yang dibutuhkan oleh pikiran emosional, maka dorongan pertama dalam
situasi emosional adalah dorongan hati bukan dorongan kepala. Mengenai urusan respon
cepat, perasaan agaknya mendahului atau berjalan serempak dengan pikiran. Reaksi
emosional gerak cepat ini lebih menonjol dalam situasi situasi yang mendesak yang
membutuhkan tindakan penyelamatan diri.
Logika pikiran emosional itu bersifat asosiatif, menganggap bahwa unsure-unsur yang
melambangkan suatu realitas, atau memicu kenangan terhadap realitas itu. Ada banyak segi
dimana akal emosional itu mirip perilaku kanak-kanak, semakin mirip kanak-kanak semakin
kuatlah tumbuhnya emosi tersebut. Cara mirip kanak-kanak ini adalah bersifat menegaskan
diri, dengan menekan atau mengabaikan ingatan atau fakta yang akan menggoyahkan
keyakinan dan memanfaatkan ingatan serta fakta yang mendukung.
Apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau
yang mengandung muatan emosi, akal emosional menanggapinya dengan memicu perasaan-
perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diikat itu. Akal emosional bereaksi terhadap
keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau. Akal emosional akan
memanfaatkan akal rasional agar tujuannya tercapai.
Bekerjanya akal emosional itu untuk sebagian besar ditentukan oleh keadaan, ditekan
oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat tersebut. Setiap perasaan mempunyai
repeator pikiran, reaksi, bahkan ingatannya sendiri-sendiri dalam mekanika emosi. Repeator
itu ditentukan oleh keadaan paling menonjol dalam momen-momen dengan intensitas emosi
yang tinggi.
E. Faktor Perkembangan Emosi
Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri anak
akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada
kepribadian anak. Misalnya: Rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari
lingkungan.
2. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka gunakan untuk
marah.Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain: Belajar dengan
coba-coba, anak belajar dengan coba-coba untuk mengepresikan emosinya dalam bentuk
prilaku yang memberi penguasan sedikit.
Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain,
anak bereaksi dengn emosi dan metode yang sama dengan orang-orang diamati.Belajar
dengan mempersamakan diri anak meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh
rangsangannya yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang
ditiru.Disini anak yang meniru emosi orang yang dikagumi.
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.Dengan
pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi terhadap rangsangan yang biasanya
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional
terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Dengan metode atau cara ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi
mosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi.Pengondisian terjadi dengan mudah dan
cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar, mengenal betapa tidak
rasionalnya reaksi mereka.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah
penelitian. Subjek dalam mini riset ini adalah 20 orang dari setiap Kepala Sekolah, Wali
Kelas, Guru Bidang Study, PKS III, serta Orang Tua murid Sekolah Menengah.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah hal yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun sosial (Sugiyono,2013). Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah
peryataan dan jawaban berupa ‘ya’ atau ‘tidak’. Setiap responden dapat mengisi sesuai
dengan yang pernah dilakukannya.
BAB IV
PEMBAHASAN
3.1 Upaya yang dilakukan guru bidang studi membantu perkembangan emosi siswa
usia sekolah menengah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Membawa masalah pribadi ke lingkungan sekolah - 16
2 Menyikapi perilaku siswa yang menjengkelkan dengan 16 -
cara yang positif
3 Berusaha untuk tidak memicu/memancing emosi negatif 16 -
di dalam kelas
4 Berusaha untuk menjadi guru yang disiplin 16 -
5 Membanding-bandingkan antar siswa - 16
6 Membuat anak merasa takut, tidak nyaman, tertindas - 16
atau merasa di kecilkan didalam kelas
7 Memarahi siswa jika tidak bisa mengerjakan soal 1 15
8 Memberikan pengarahan kepada siswa untuk dapat 16 -
mengendalikan diri
9 Mendiskusikan dampak emosi yang tidak terkendali 16 -
10 Mengarahkan siswa bersikap terbuka 16 -
Jadi, dari data hasil jawaban yang tertera pada kuisioner tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada 16 orang guru bidang studi yang tidak membawa masalah pribadi ke lingkungan
sekolah
2. Ada 16 orang guru bidang studi Menyikapi perilaku siswa yang menjengkelkan
dengan cara yang positif
3. Ada 16 orang guru bidang studi Berusaha untuk tidak memicu/memancing emosi
negatif di dalam kelas
4. Ada 16 orang guru Berusaha untuk menjadi guru yang disiplin
5. Ada 16 orang guru bidang studi tidak Membanding-bandingkan antar siswa
6. Ada 16 orang guru bidang studi tidak Membuat anak merasa takut, tidak nyaman,
tertindas atau merasa di kecilkan didalam kelas
7. Ada 1 orang guru bidang studi Memarahi siswa jika tidak bisa mengerjakan soal dan
ada 15 orang guru bidang studi tidak memarahi siswa jika tidak bisa mengerjakan soal
8. Ada 16 orang guru bidang studi Memberikan pengarahan kepada siswa untuk dapat
mengendalikan diri
9. Ada 16 orang guru bidang studi Mendiskusikan dampak emosi yang tidak terkendali
10. Ada 16 orang guru bidang studi Mengarahkan siswa bersikap terbuka
3.2 Upaya yang dilakukan Wali Kelas Membantu Perkembangan Emosi Siswa Usia
Sekolah Menengah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Memotivasi siswa dengan menyikapi setiap masalah yang 19 1
dihadapi
2 Pada saat tertentu, menempatkan diri sebagai sahabat siswa 20 -
3 Memberikan ilustrasi tentang dampak negatif dari emosi 17 3
yang tidak terkendali
4 Meminimalisir konflik dalam kelas 20 -
5 Tidak bersikap otoriter 19 1
6 Mendiskusikan tayangan video tentang pengendalian emosi 16 4
7 Bekerjasama dengan orangtua membantu perkembangan 18 2
emosi siswa
, dari data hasil jawaban yang tertera pada kuisioner tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada 19 orang wali kelas yang memotivasi siswa dengan menyikapi setiap masalah yang
dihadapi dan ada 1 orang wali kelas yang tidak memotivasi siswa dengan menyikapi
setiap masalah yang dihadapi.
2. Ada 20 orang wali kelas yang menempatkan diri sebagai sahabat bagi siswanya.
3. Ada 17 orang wali kelas yang memberikan ilustrasi tentang dampak negatif dari emosi
yang tidak terkendali bagi siswanya dan ada 3 orang wali kelas yang tidak memberikan
ilustrasi tentang dampak negatif dari emosi yang tidak terkendali bagi siswanya.
4. Ada 20 orang wali kelas yang meminimalisir konflik dalam kelas dan tidak ada wali
kelas yang tidak meminimalisir konflik di dalam kelas.
5. Ada 19 orang wali kelas yang tidak bersikap otoriter dan ada 1 orang wal kelas yang
bersikap otoriter.
6. Ada 16 orang wali kelas yang mendiskusikan tayangan video tentang pengendalian
emosi dan ada 4 orang wali kelas yang tidak mendiskusikan tayangan video tentang
pengendalian emosi.
7. Ada 18 orang wali kelas yang bekerjasama dengan orangtua unuk membantu
perkembangan emosi siswa dan ada 2 orang wali kelas yang tidak bekerjasama dengan
orangtua unuk membantu perkembangan emosi siswa.
3.4 Upaya yang dilakukan PKS III Membantu Perkembangan Emosi Siswa Usia
Sekolah Menengah
No Pernyataan Ya Tidak
Jadi, dari data hasil jawaban yang tertera pada kuisioner tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada 18 orang PKS III yang menjadi figur yang diidolakan siswa dan ada 2 orang PKS
III yang tidak menjadi figure yang diidolakan di sekolah
2. Ada 18 orang PKS III yang mengususlkan mengkoordinir penyelenggaraan semiran
dengan tema”Cara Mengendalikan Emosi Di Usia Remaja”dan 2 orang PKS III yang
tidakmengususlkan mengkoordinir penyelenggaraan semiran dengan tema”Cara
Mengendalikan Emosi Di Usia Remaja”.
3. Ada 20 orang PKS III yang memotivasi siswa dengan cara mengendalikan emosi yang
tidak terkendali.
4. Ada 12 PKS III yang mengajukan ekstrakulikuler manajemen EQ dan 8 orang PKS III
yang tidak mengajukan ekstrakulikuler manajemen EQ.
5. Ada 17 orang PKS III yang menjadi pembina upacara dengan materi “tips
mengendalikan emosi” dan 3 orang PKS III yang tidak menjadi pembina upacara
dengan materi “tips mengendalikan emosi”
6. Ada 20 orang PKS III yang mengajukan pembuatan ekstrakurikuler yang
berhubungan dengan penyaluran bakat siswa.
3.5 Upaya yang dilakukan Orangtua Membantu Perkembangan Emosi Remaja Usia
Sekolah Menengah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Menjadi model mengendalikan emosi dalam keluarga 15 5
2 Meminimalisir jumlah anggota keluarga di dalam rumah 13 7
3 Menjaga keharmonisan rumah tangga 20 -
4 Menanamkan budaya demokrasi dilingkungan keluarga 19 1
5 Berdomisili dilingkungan yang kondusif untuk perkembangan 12 8
emosi
6 Memberi kepercayaan jika anak merasa takut 16 4
7 Mendiskusikan dampak menjadi anak yang pengecut 19 1
8 Bersikap tenang menghadapi anak yang tempramen 11 9
9 Menghargai potensi anak 20 -
10 Menjadi sahabat bagi anak 19 1
11 Mendiskusikan dampak dari kesalahan yang berulang 19 1
12 Menciptakan suasana keluarga yang harmonis 20 -
13 Melatih anak mengungkapkan perasaan yang sedang dialami 18 2
14 Menjadi pendengar yang baik 15 5
15 Memberi keyakinan kepada anak atas potensi yang dimiliki 19 1
Jadi, dari data hasil jawaban yang tertera pada kuisioner tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada 15 orangtua siswa yang yang menjadi model mengendalikan emosi dalam
keluarga dan ada 5 orngtua siswa yang tidak menjadi model mengendalikan emosi
dalam keluarga.
2. Ada 13 orangtua siswa yang menurutnya meminimalisir jumlah anggota dapat
mengedalikan emosi anak, dan ada 7 orangtua yang berpendapat bahwa
meminimalisir jumlah anggota tidak berpengaruh pada emosi anak.
3. Ada 20 orangtua siswa menjaga keharmonisan rumah tangga dapat membantu
perkembangan emosi anak.
4. Ada 19 orangtua siswa yang menanamkan budaya demokrasi dilingkungan keluarga
untuk membantu perkembangan emosi remaja, dan 1 orang tua yang tidak
menanamkan budaya demokrasi pada anaknya.
5. Ada 12 orangtua siswa yang berdomisili dilingkungan kondusif untuk perkembangan
emosi anak, dan 8 orang tua yang menganggap banhwa berdomisili dilingkungan
yang kondusif dapat membantu perkembangan emosi anak.
6. Ada 16 orangtua yang memberikan kepercayaan kepada anaknya jika anak merasa
takut, dan ada 4 orang tua yang tidak memberikan kepercayaan pada anaknya jika
merasa takut.
7. Ada 19 orangtua yang mendiskusikan dampak menjadi anak yang pengecut, dan ada 1
orangtua yang tidak mendiskusikan dampak yang terjadi menjadi anak yang pengecut.
8. Ada 11 orangtua siswa yang bersikap tenang menghadapi anka yang tempramen, dan
ada 9 orang tua yang tidak bersikap tenang mengahdapi anka yang tempramen.
9. Ada 20 orangtua yang menghrgai potensi anak.
10. Ada 19 orangtua yang menjadi sahabat bagi anak, dan ada 1 orangtua yang tidak
menjadi sahabat bagi anak.
11. Ada 19 orangtua yang mendiskusikan dampak dari kesalahan yang berulang, dan ada
1 orang tua yang tidak mendiskusikan apa dampak dari kesalahan yang berulang.
12. Ada 20 orangtua yang berusaha untuk menciptakan suasana yang harmonis.
13. Ada 18 orangtua yang elatih anak mengungkapkan perasaan yang sedang diaalami
anak, dan ada 2 orangtua yang tidak melatih anak untuk mengungkapkan perasaan
yang sedang dialaminya.
14. Ada 15 orang tua yang berusaha untuk menjadi pendengar yang baik, dan ada 5
orangtua yang tidak menjadi pendengar yang baik untuk anak.
15. Ada 19 orang tua yang memberi keyakinan kepada anak atas potensi yang dimiliki
anak, dan ada 1 orangtua yang tidak memberi keyakinan kepada anak atas potensi
yang dimilikinya.
3.4 Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah Membantu Perkembangan Emosi Siswa
Usia Sekolah Menengah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Memberikan tips dalam mengendalikan emosi ke arah yang positif 12 -
pada saat upacara bendera
2 Mengontrol emosi dalam bersikap dan bertindak 12 -
3 Mengundang alumni untuk memberikan wacana tentang cara 8 4
mengendalikan emosi
4 Menyetujui penyelenggaraan seminar dengan tema Cara 7 5
Mengendalikan Emosi di usia remaja
5 Memfasilitasi kegiatan yang diajukan PKS III untuk membuat 7 5
kegiatan Yang berhubungan dengan perkembangan emosi
6 Memfasilitasi semua kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan 8 4
sekolah
7 Memajang baliho “Tips Mengendalikan Emosi di Lingkungan 7 5
Sekolah”
Jadi, dari data hasil jawaban yang tertera pada kuisioner tersebut, dapat disimpulkan bahwa :