Anda di halaman 1dari 43

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

BAB VI

PEMERIKSAAN UJI SLUMP

6.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari pemeriksaan uji slump adalah untuk
menentukan ukuran derajat kekentalan adukan beton segar,
sehingga dapat diketahui kemudahan untuk dikerjakan.

6.2 Dasar Teori


Cara uji slump beton bertujuan untuk menyediakan
langkah kerja bagi para pengguna untuk menentukan slump
dari beton semen hidrolis plastis. Hasil dari uji slump beton
digunakan dalam pekerjaan, perencanaan campuran beton
danpengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.
Pengujian slump dilakukan dengan menggunakan kerucut
Abrams. Kerucut Abrams, yaitu cetakan berbentuk kerucut
terpancung dengan diameter bawah 203 ± 3,2 mm, diameter
atas 102 ± 3,2 mm dan tinggi 305 ± 3,2 mm. Bagian atas dan
bawahnya terbuka.
Sebetulnya, cara uji ini merupakan suatu teknik untuk
memantau homogenitasdan workability adukan beton segar
dengan suatu kekentalan tertentu yang dinyatakan dengan satu
nilai slump. Dalam kondisi laboratorium, dengan material
beton yang terkendali secara ketat, nilai slump umumnya
meningkat sebanding dengan nilai kadar air campuran beton,
dengan demikian berbanding terbalik dengan kekuatan beton.
Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan harus hati-hati,
karenabanyak faktor yang berpengaruh terhadap perubahan
adukan beton pada pencapaian nilai slump yang ditentukan,
sehingga hasil slump yang diperoleh di lapangan tidak sesuai
dengan kekuatan beton yang diharapkan.

Universitas Islam Sultan Agung 1


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Gambar 6.1 Kerucut Abrams

Mengenai Cara Uji Slump Beton, mengacu pada “Standar


Nasional Indonesia” (SNI 1971:2008). Berikut penggunaan slump untuk
beton :

1. Konsistensi dari beton harus diperiksa dengan pemeriksaan slump.


2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batasan-batasan yang disyaratkan dalam SNI-1971-
2008 tentang Cara Uji Beton dan“American Society for Testing and
Materials” (ASTM C143 dan ASTM C231), pada saat yang sama pada
percobaan silinder.
3. Beton dengan mutu kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan
hasilakhir yang bebas keropos, ataupun berongga-rongga (honey-comb).
Kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump, bila
dipakai pompabeton, slump harus 100 mm sampai dengan 150 mm.

Nilai toleransi terhadap slump yang didasarkan dari nilai slump


maksimum yang diharapkan dalam campuran beton dan tertulis dalam
spesifikasinya tercantum dalam tabel 6.1.

Universitas Islam Sultan Agung 2


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Tabel 6.1 Batas Toleransi Nilai Slump

Nilai Slump Maksimum Tertulis Dalam Spesifikasi[ Toleransi


inci (mm) ]
[ inci (mm) ]
3 (76) atau lebih kecil 0-15 (0-38)
Lebih besar dari 3 (76) 0-2,5 (0-63)
Nilai Slump Maksimum Tidak Tertulis Dalam Spesifikasi
Lebih kecil dari atau sama dengan 2 (50) ± 0,5 (13)
2 – 4 (50-100) ± 1,0 (25)
Lebih besar dari 4 (100) ± 1,5 (38)
(Sumber : SNI 1971:2008)

Tabel 6.2 Syarat Workability

No Elemen Struktur Slump maks (cm) Slump min (cm)


1 Plat pondasi, pondasi telapak bertulang 12,5 5,0
2 Pondasi telapak tidak bertulang, kaison
9,0 2,5
dan konstruksi dibawah tanah
3 Plat [lantai], balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
4 Jalan beton bertulang 7,5 5,0
5 Pembetonan massal 7,5 2,5
(Sumber : SNI 1971:2008)

6.3 Peralatan dan Bahan

A. Peralatan

a. Kerucut Abrams, yaitu cetakan berbentuk kerucut terpancung


dengandiameter bawah 203 ± 3,2 mm, diameter atas 102 ± 3,2 mm
dan tinggi 305 ± 3,2 mm. Bagian atas dan bawahnya terbuka.

b. Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjangnya 600 mm,


ujung daritongkat baja ini dibulatkan.

Universitas Islam Sultan Agung 3


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

c. Pelat baja yang kedap air, digunakan sebagai alas.

d. Sekop.

B. Bahan
a. Adukan beton segar yang diambil dari adukan.

6.4 Cara Kerja

a. Periksa dan bersihkan peralatan yang akan digunakan.

b. Masukkan beton segar dalam cetakan sampai penuh dalam 3 lapis, tiap
lapis berisi ± 1/3 isi cetakan, tiap lapis dipadatkan dengan tongkat baja
sebanyak 25 kali tumbukan secara semasa dengan arah vertical.

c. Setelah penuh, ratakan permukaan beton segar dalam cetakan.

d. Diamkan selama 30 detik sambil membersihkan semua kelebihan beton


segardi sekitar cetakan.

e. Angkat cetakan perlahan-lahan pada arah vertical.

f. Tempatkan kerucut Abrams pada posisi terbalik di samping adukan.

g. Taruh tongkat baja di atas kerucut dalam posisi horizontal.

h. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan beda tinggi cetakan


dengan tinggi rata-rata benda uji.

i. Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan


benda uji silinder beton, jika belum tercapai slump yang diinginkan,
tambahkan sisa air dan lakukan pengadukan kembali.

Universitas Islam Sultan Agung 4


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

6.5 Data yang Diperoleh

Tabel 6.3 Hasil Pengukuran dari Uji Slump

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI FAKULTAS


TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ISLAM
SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
Tertinggi Hasil Slump Terendah
Pengukuran (cm) (cm) (cm)
I 15 11 7,5
2 15 7,5 7,5
(Sumber : Data Primer Penelitian 2023)
Gambar 6.2 Hasil pengukuran uji slump

6.6 Contoh Analisa Data Percobaan


Berdasarkan percobaan uji slump , diperoleh :
 Hasil Slump 1 = 11 cm

 Hasil Slump 2 = 7,5 cm

Dari data tersebut diperoleh persamaan


:

Universitas Islam Sultan Agung 5


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑙𝑢𝑚𝑝 1 + ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑙𝑢𝑚𝑝 2


𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2

Sehingga :
 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑙𝑢𝑚𝑝 1+ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑙𝑢𝑚𝑝 2
Slump rata-rata = 2
11+7,5
 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 1 =
2
= 9,25

Setelah melakukan percobaan uji slump, diketahui bahwa :


Tabel 6.4 Hasil Rata-Rata dari Uji Slump

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
Hasil Slump 1 Hasil Slump 2 Rata-rata
Kode Pengukuran (cm) (cm) (cm)
1 I 11 7,5 9,25

Tabel 6.5 Hasil Pengukuran dari Uji Slump flow

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI FAKULTAS


TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ISLAM
SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
Tertinggi Hasil Slump Terendah
Kode Pengukuran (cm) (cm) (cm)
1a I 85 60 55
2a 1 85 60 55
(Sumber : Data Primer Penelitian 2023)

Universitas Islam Sultan Agung 6


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

6.7 Contoh Analisa Data Percobaan


Berdasarkan percobaan uji slump 1, diperoleh :
 Hasil Slump flow 1 = 60 cm

 Hasil Slump flow 2 = 60 cm


Dari data tersebut diperoleh persamaan
:

𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝐹𝑙𝑜𝑤 1 + 𝐻𝑎𝑖𝑙 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝐹𝑙𝑜𝑤 2


𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2

Sehingga :
 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝐹𝑙𝑜𝑤 1+𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝐹𝑙𝑜𝑤 2
𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2
60+60
 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 60

6.8 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan uji slump, diketahui bahwa :
Tabel 6.6 Hasil Pengukuran dari Uji Slump Flow

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN


KONSTRUKSI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
Hasil Slump Hasil Slump
Rata-rata
Kode flow 1 flow 2
Pengukuran
(cm)
(cm) (cm)
1 I 60 60 60
(Sumber : Data Primer Penelitian 2023)

Universitas Islam Sultan Agung 7


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Nilai slump yang diperoleh dari percobaan slump sebesar 9,25 cm


dan slump flow sebesar 60 cm. Jadi, nilai slump tersebut memenuhi syarat
workability dan dapat dipakai dalam pekerjaan pondasi telapak tidak
bertulang, kaison, konstruksi dibawah tanah dan pembetonan massal sesuai
dengan tabel 6.3 dan 6.5.

6.9 Saran

Nilai rata-rata slump yang diperoleh dari percobaan ini sudah


memenuhi dari persyaratan PBI 1971, sehingga adonan beton ini cocok
digunakan untuk pekerjaan seperti pondasi telapak tidak bertulang, kaison,
konstruksi dibawah tanah dan pembetonan massal yang sesuai dengan tabel
6.3 dan 6.5.

Universitas Islam Sultan Agung 8


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

BAB VII
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME BETON

7.1 Tujuan Percobaan

Menentukan berat volume beton berbentuk balok atau silinder yang


didefinisikan sebagai perbandingan antara berat benda uji dengan volumenya.

7.2 Dasar Teori

7.2.1 Silinder
Beton yang dibuat dengan agregat normal disebut dengan
beton normal yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m3 (SK.SNI.T-
15- 1990:1) kekuatan tekannya sekitar 15-40 MPa.
Dalam buku pedoman praktikum Teknologi Bahan Kontruksi,
Berat isi beton adalah berat beton per satuan isi.

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 = 𝑤1− 𝑤2


𝑣

W1 = Berat silinder

W2 = Berat silinder +

Benda V= Volume

7.2.2 Balok
Beton harus diuji dengan ketentuan pengujian kekuatan
masing-masing mutu beton yang dicor haruslah dari satu contoh uji per
hari atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 120 m3 beton
atau tidak kurang dari satu contoh uji untuk setiap 500 m2 di luasan
permukaan lantai atau dinding hingga penyelidikan untuk hasil uji
kuat tekan beton yang rendah. Teknisi pengujian lapangan yang
memenuhi kualifikasi harus melakukan pengujian beton segar di

Universitas Islam Sultan Agung 9


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)
lokasi konstruksi.

Universitas Islam Sultan Agung 10


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Contoh-contoh uji silinder yang diperlukan disiapkan dan dicatat


seluruh beton pada saat menyiapkan uji untuk pengujian kuat tekan
dan kuat lentur. Teknisi laboratorium yang mempunyai kualifikasi
harus melakukan semua pengujian laboratorium yang diisyaratkan.
Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total 5289 cm 3
hingga frekuensi pengujian yang diisyaratkan oleh penguji kekuatan
masing-masing mutu beton yang dicor dari satu contoh uji per hari
hanya akan menghasilkan jumlah uji kekuatan beton kurang dari 5
untuk sesuatu mutu beton, maka contoh uji harus diambil paling
sedikit 5 adukan secara acak atau dari masing-masing adukan
bilamana jumlah adukan yang digunakan kurang dari 5. Jika volume
total dari suatu mutu beton yang digunakan kurang dari 40 m3, maka
pengujian kuat tekan tidak perlu dilakukan bila bukti terpenuhi. Kuat
tekan diserahkan dan disetujui oleh pengawas lapangan dalam SNI 03-
2847-2002.

7.3 Peralatan dan Bahan

A. Peralatan
1) Timbangan dengan ketelitian 0.1,

2) Tongkat pemadat dengan diameter 6 mm, panjang 60 cm,

3) Perata,

4) Silinder besi diameter 15 cm, tinggi 30 cm,

5) Cetakan berbentuk balok 13500 cm3,

6) Cetakan berbentuk kubus 15x15x15cm,

Universitas Islam Sultan Agung 11


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

7) Timbangan.

Gambar 7.1 Cetakan Benda Uji Silinder dan Balok

Gambar 7.2 Timbangan


B. Bahan
1. Contoh beton segar sesuai kapasitas takaran.
2. Benda uji beton.

7.4 Prosedur Praktikum

a. Silinder
1)
Timbangan dan catat berat takaran (w1),
2)
Isi takaran dengan benda uji 3 lapis,
3)
Tiap lapis dipadatkan 25 x tusukan secara merata. Ratakan benda
uji dengan perat, 4) Tentukan berat benda uji (w2).

Universitas Islam Sultan Agung 12


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

b. Balok
Letakkan benda uji beton berbentuk Balok yang akan ditimbang
pada timbangan yang telah disediakan. Timbang benda uji tersebut
kemudian perhatikan dan catat hasil timbangan yang telah didapat.
Sebelum menimbang benda uji tersebut, pastikan timbangan tersebut
dalam keadaan nol. Ukur benda uji tersebut dan catat hasil
pengukurannya untuk mencari volume beton tersebut. Cara
inidilakukan pada beton segar.
c. Kubus
Cetakan kubus, terbuat dari besi baja. Cetakan tersebut terdiri
atas dan bagian dasar yang dapat dilekatkan maupun dilepas dengan
sekerup. Perhatian harus diberikan dengan sungguh-sungguh agar pada
waktu pencetakan tidak terjadi pengeluaran air dari tempat sambungan
tersebut. Sebelum dipakai, bagian dalam cetakan diberi oli agar beton
yang dicetak tidak melekat pada cetakan (memudahkan pada saat
melepas cetakan).

7.5 Hasil Praktikum

Tabel 7.1 Hasil Pengukuran Berat Beton Segar

Berat Cetakan Berat Cetakan + Benda Uji Berat Benda Uji


No Kode
(kg)(W1) (kg)(W2) (kg)(W3)
1 S1 12,48 24,82 12,34
2 S2 10,82 23,92 13,1
3 S3 10,24 23,34 12,92
4 S4 10,62 23,20 12,58
5 S5 10,64 23,82 13,18
6 S6 11,42 24,78 13,36
7 S7 11,92 24,9 13,02
8 S8 12,30 24,82 12,50

Universitas Islam Sultan Agung 13


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)
9 S9 12,58 24,80 12,22

Universitas Islam Sultan Agung 14


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

10 B1 6,70 37,68 30,98


11 B2 6,47 37,74 31

Analisa Hasil Praktikum

a. Volume silinder = ¼ π d² t
= 0,25 x 3,14 x 15 x 15 x 30
= 5298,75 cm³
= 0,00529875 m³
b. Volume balok = p.l.t
= 60 x 15 x 15
= 13500 cm3
= 0,0135 m³

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖


c. Berat Volume Beton (BV) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖

1) Beton Segar

Silinder I = 5298,75
12,34𝑘𝑔
cm3 = 0,00239 kg/cm³
13,10 𝑘𝑔
Silinder II = 5298,75 cm3 = 0,00247 kg/cm³
12,92𝑘𝑔
Silinder III = 5298,75 cm3 = 0,00244 kg/cm³
Silinder IV = 5298,75
12,58 𝑘𝑔
cm3 = 0,00237 kg/cm³
13,18 𝑘𝑔
Silinder V = 5298,75 cm3 = 0,00249 kg/cm³
13,36 𝑘𝑔
Silinder VI = 5298,75 cm3 = 0,00252 kg/cm³
13,02 𝑘𝑔
Silinder VII = 5298,75 cm3 = 0,00246 kg/cm³
12,50 𝑘𝑔
Silinder VIII = 5298,75 cm3 = 0,00235 kg/cm³
12,22 𝑘𝑔
Silinder IX = 5298,75 cm3 = 0,00230 kg/cm³
30,98 𝐾𝑔
Balok I = 13500 cm3 = 0,00229 kg/ cm³
37,74 𝑘𝑔
Balok II = 13500 cm3 = 0,00230 kg/cm³

Universitas Islam Sultan Agung 15


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Tabel 7.2 Berat Volume Beton Segar

Berat Berat Cetakan Berat Benda Berat


Volume
No Cetakan + Benda Uji Uji Volume
(cm³)
(kg)(W1) (kg)(W2) (kg)(W3) (kg/cm³)

1 12,48 24,82 12,34 5298,75 0,00239


2 10,82 23,92 13,10 5298,75 0,00247
3 10,42 23,34 12,92 5298,75 0,00244
4 10,62 23,20 12,58 5298,75 0,00237
5 10,64 23,82 13,18 5298,75 0,00249
6 11,42 24,78 13,36 5298,75 0,00252
7 11,92 24,90 13,02 5298,75 0,00246
8 12,30 24,82 12,50 5298,75 0,00235
9 12.58 24,80 12,22 5298,75 0,00230
10 6,70 37,82 30,98 13500 0,00229
11 6,74 37,74 31 13500 0,00230

7.6 Kesimpulan

a. Silinder obat
• Beton segar

Berat volume beton rata-rata (silinder) = 0,00242 kg/cm³

b. Balok obat
• Beton segar

Berat volume beton rata-rata (balok) = 0,00229 kg/cm³

Universitas Islam Sultan Agung 16


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

7.7 Saran

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan ini dapat diberikan saran
yang diharapkan dapat bermanfaat, antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan perhitungan yang teliti dan mengikuti data.
b. Melaksanakan praktikum dengan sungguh-sungguh.
c. Mengikuti prosedur pemeriksaan berat volume beton.

Universitas Islam Sultan Agung 17


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

BAB VIII

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN KUAT BELAH BETON

a. KUAT TEKAN BETON


8.a.1 Tujuan percobaan

Mencari kekuatan tekan beton karakteristik benda uji beton


berbentuk silinder yang dibuat di laboratorium.

8.a.2 Dasar Teori

Untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah mengeras yang telah
disyaratkan, dilakukan pengujian kuat tekan beton. Prosedur pengujian kuat
tekan mengacu pada “Standard Test Method for Compressive of Cylindrical
Concrete”. Kuat tekan beton bergantung pada faktor air semen, gradasi
batuan, bentuk batuan, ukuran maksimum batuan, cara pengerjaan
(campuran, pengangkutan, pemadatan dan perawatan) dan umur beton
(Tjokrodimuljo, 1996).

Beton dapat mencapai kuat tekan 80 MPa atau lebih, bergantung


pada perbandingan air, semen dan tingkat pemadatannya. Disamping
dipengaruhi oleh perbandingan air dan semen, kuat tekan beton juga
dipengaruhi oleh faktor lainnya, yaitu jenis semen, kualitas agregat, efisiensi
perawatan, umur beton dan bahan admixture (Murdock dan K.M. Brook,
1991).
Berikut persyaratan benda uji yang dirawat di laboratorium sesuai
dengan “Standar Nasional Indonesia” (SNI 1974:2011) adalah sebagai
berikut :
1. Contoh untuk uji kuat tekan harus diambil menurut SNI 03-2492-
2011, “Metode pengujian dan pengambilan contoh untuk campuran
beton segar”.
2. Benda uji silinder yang digunakan untuk uji kuat tekan harus dibentuk
dan dirawat di laboratorium menurut SNI 03-2493-2011, “Metode
pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan” dan diuji menurut

Universitas Islam Sultan Agung 18


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)
SNI 03-4810-2011, “Metode pengujian kuat tekan beton”.

Universitas Islam Sultan Agung 19


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

3. Kuat tekan suatu mutu beton dapat dikategorikan memenuhi syarat


jika dua hal berikut dipenuhi :

a. Setiap nilai rata-rata dari minimal tiga uji kuat tekan yang
berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari
rencana ƒcʹ.
b. Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-
rata dari dua hasil uji contoh silinder mempunyai nilai di bawah
ƒcʹ melebihi dari 3,5 MPa.
4. Jika salah satu persyaratan di atas tidak terpenuhi, maka harus diambil
langkah-langkah untuk meningkatkan hasil uji kuat tekan rata-rata
pada pengecoran berikutnya.
Menurut “Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1989” (PBI,
1989), besarnya kuat tekan beton dapat dihitung menggunakan rumus:

ƒcʹ = 𝑃

Dimana, ƒcʹ = kuat tekan beton


P = Beban tekan maksimum
A = luas permukaan benda uji

Sesuai dengan “Standar Nasional Indonesia” (SNI 1974:2011), nilai


deviasi standar dapat diperoleh jika fasilitas produksi beton mempunyai
catatan hasil uji. Data hasil uji yang akan dijadikan sebagai data acuan untuk
perhitungan deviasi standar harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mewakili jenis material, prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang
serupa dengan yang diharapkan dan perubahan-perubahan pada material
ataupun proporsi campuran dalam data pengujian tidak perlu dibuat
lebih ketat dari yang digunakan pada pekerjaan yang akandilakukan
b. Mewakili beton yang diperlukan untuk memenuhi kekuatan yang
disyaratkan atau kuat tekan ƒcʹ pada kisaran 7 MPa dari yang
ditentukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan

Universitas Islam Sultan Agung 20


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

c. Terdiri dari sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau


dua kelompok pengujian berurutan yang jumlahnya sekurang-
kurangnya 30 contoh pengujian.
Setelah deviasi standar ditetapkan, kuat tekan sebagai dasar
pemilihan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari
persamaan- persamaan berikut :

ƒʹcr = ƒʹc - 1,64 (s) ƒʹcr= ƒʹc +


2,33 (s) – 3,5

dimana, ƒʹcr = kuat tekan rata-rata

ƒʹc = kuat tekan tiap beton

s = standar deviasi

Tabel 8.a.1 Tabel Konversi Beton

Umur Beton (hari) Perbandingan Kuat Tekan


3 0,46
7 0,70
14 0,88
21 0,96
28 1,00

8.a.3 Peralatan dan Bahan


A. Peralatan
a. Mesin penguji kuat tekan beton (Compression Tention Strength
Machine).

Universitas Islam Sultan Agung 21


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Gambar 8.a.1 Compression Tention Strength Machine

B. Bahan
a. Benda uji beton berbentuk silinder yang dibuat di
laboratorium..

Gambar 8.a.2 Benda Uji Silinder

8.a.4 Cara Kerja


a. Ambil benda uji dari tempat perawatan setelah menjalani kondisi
SSD (Saturated Surface Dry), kemudian timbang.
b. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.

Universitas Islam Sultan Agung 22


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Gambar 8.a.3 Memasukkan Benda Uji pada Mesin


c. Jalankan mesin tekan, tekanan harus dinaikkan secara berangsur-
angsur.

Gambar 8.a.4 Pengujian Kuat Tekan dengan Mesin

d. Lakukan proses A, B dan C sesuai dengan jumlah benda uji yang


telah ditetapkan kekuatan tekan.

Universitas Islam Sultan Agung 23


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

8.a.5 Hasil Praktikum

Tabel 8.a.2 Kuat Tekan Beton

Jenis Kuat Tekan Konversi Kuat


Benda Beton 7 Hari Tekan 28 Hari
No Kode
Uji
(Silinder) (Mpa) (kN)

1 S1 √ 27,089 478,705 38,698


2 S2 √ 25,461 449,931 36,373
3 S3 √ 24,901 440,040 35,573
4 S4 √ 26,213 463,230 37,447
5 S5 √ 29,047 513,206 41,498
6 S6 √ 27,796 491,199 39,709
7 S7 √ 21,318 376,711 30,454

8.a.6 Analisa Hasil Praktikum

8.6.1 Pemeriksaan Kuat Tekan Beton


a. Benda Uji Silinder Beton Obat

Keterangan :

ƒcʹ = kuat tekan benda uji silinder umur 7 hari (MPa).

P = beban maksimum (kg).

A = luas silinder (cm2).

0,83 = faktor konversi benda uji silinder ke bentuk kubus.

ƒʹcr = konversi dari silinder ke bentuk kubus (MPa).

Universitas Islam Sultan Agung 24


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

 Beton S5 7 hari:

 Beban maksimum (P) = 513,206 kN


= 52332,44 kg
 Luas silinder (A) = ¼ x π x d2

= ¼ × 3,14 × 152

= 176,625 cm2

 Kuat tekan beton benda uji silinder


𝑃
(ƒcʹ) ƒcʹ =
𝐴
52332,44
= 176,625
= 296,291238499 kg/cm2
= 2962912,38499 kg/m2
= 29,63 Mpa
Load (kN)

Gambar 8.a.5 Grafik Kuat Tekan Benda Uji Silinder 1

Universitas Islam Sultan Agung 25


Universitas Islam Sultan Agung

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)


Load (kN) Load (kN) Load (kN)

100,000
200,000
300,000
400,000
500,000

100,000
200,000
300,000
400,000
500,000

100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
Gambar 8.a.8 Grafik Kuat Tekan Tekan Benda Uji Silinder 4

Gambar 8.a.7 Grafik Kuat Tekan Tekan Benda Uji Silinder 3


0

0
0.050 0.050 0.050

Gambar 8.a.6 Grafik Kuat Tekan Benda Uji Silinder 2


0.850 0.900 0.700
1.650 1.750 1.350
2.450 2.600 2.000
3.450 2.650

4
GRAFIK KUAT TEKAN SILINDER

3
GRAFIK KUAT TEKAN SILINDER

2
GRAFIK KUAT TEKAN SILINDER
3.250
4.050 4.300 3.300
4.850 5.150 3.950
5.650 6.000 4.600
6.450 6.850 5.250
7.250 7.700 5.900
8.050 8.550 6.550
8.850 9.400 7.200
10.250 7.850
9.650
Time (sec)

Time (sec)

Time (sec)
11.100 8.500
10.450
11.950 9.150
11.250
12.800 9.800
12.050
13.650 10.450
12.850
14.500 11.100
13.650
15.350 11.750
14.450
16.200 12.400
15.250 17.050 13.050
16.050 17.900 13.700
16.850 18.750 14.350
17.650 19.600 15.000
18.450 20.450 15.650
19.250 21.300 16.300
20.050 22.150 16.950
20.850 23.000 17.600
21.650 23.850 18.250
89
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)
GRAFIK KUAT TEKAN SILINDER
600,000 5
500,000
Load (kN)

400,000
300,000
200,000
100,000
0
16.050
16.850
17.650
18.450
19.250
20.050
20.850
21.650
10.450
11.250
12.050
12.850
13.650
14.450
15.250
0.050
0.850
1.650
2.450
3.250
4.050
4.850
5.650
6.450
7.250
8.050
8.850
9.650

Time (sec)
Gambar 8.a.9 Grafik Kuat Tekan Tekan Benda Uj i ilin der 5
S
GRAFIK KUAT TEKAN SILINDER
600,000 6
500,000
Load (kN)

400,000
300,000
200,000
100,000
0
14.750
15.450

16.850
17.550
18.250
18.950
16.150

19.650
10.550
11.250
11.950
12.650
13.350
14.050
0.050
0.750
1.450
2.150
2.850
3.550
4.250
4.950
5.650
6.350
7.050
7.750
8.450
9.150
9.850

Time (sec)
Gambar 8.a.10 Grafik Kuat Tekan Tekan Benda U ji ilinder 6
S
GRAFIK KUAT TEKAN SILINDER
400,000 7
350,000
300,000
Load (kN)

250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0

17.900
18.750
19.600
20.450
21.300
22.150
23.000
23.850
10.250
11.100
11.950
12.800
13.650
14.500
15.350
16.200
17.050
0.050
0.900
1.750
2.600
3.450
4.300
5.150
6.000
6.850
7.700
8.550
9.400
Time (sec)
Gambar 8.a.11 Grafik Kuat Tekan Tekan Benda Uji Silinder 7
Universitas Islam Sultan Agung 90
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

8.a.7 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dan menganalisa hasil percobaan
di atas, maka diperoleh hasil percobaan sebagai berikut :
 Dari hasil percobaan kuat tekan beton umur 7 hari sesuai dengan
“Standar Nasional Indonesia,” (SNI 03-1974-2011), mutu beton S1 obat
masuk dalam kuat tekan beton ƒcʹ = 29,63 Mpa.
8.a.8 Saran
Dalam percobaan ini, peneliti memberikan saran dan masukan
diantaranya yaitu sebagai berikut :
 Ketelitian dalam penelitian sangat diperlukan mulai dari persiapan,
pembuatan hingga pengujian sampelnya.
 Memperbanyak benda uji per variasi pada penelitian selanjutnya agar
data yang didapatkan lebih akurat.
b. KUAT BELAH BETON
8.b.1 Tujuan Percobaan
Metode pengujian kuat tarik belah beton ini adalah untuk dijadikan
acuan dalam melakukan pengujian untuk menentukan kuat tarik belah benda
uji silinder beton.
8.b.2 Dasar Teori
Fernando Carneiro, berkebangsaan Brazilia menerangkan bahwa
beton merupakan bahan yang getas dan tidak mampu menahan tegangan
listrik yang tinggi, yang mana sangat penting artinya dalam peninjauan
masalah retakan, geser, dan dari beton yang tidak dianjurkan karena kurang
realibel, karena permasalahan misalignment, konsentrasi tegangan dan alat
pemegang benda uji khusus untuk tarik. Dengan pertimbangan tersebut,
maka umumnya dilakukan benda tarik tak langsung (Fernando Carneiro,
Brazil).
Untuk pengujian kuat tarik belah silinder (tensile splitting cylinder
test), benda uji silinder diletakkan pada alat uji dalam posisi rebah. Beban
vertikal diberikan sepanjang selimut silinder berangsur-angsur dinaikkan
pembebanannya hingga dicapai nilai maksimum dan terbelah oleh karena
beban tarik horizontal.

Universitas Islam Sultan Agung 91


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)
Semakin besar nilai kuat tekan maka nilai kuat tarik belah yang

Universitas Islam Sultan Agung 92


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

dihasilkan semakin besar pula. Hubungan kuat tekan dan kuat tarik belah

beton berkisar 0,52-0,55√𝑓′𝑐 dan nilai perbandingan kuat tarik belah


berkisar 8,78-11,59% dari kuat tekan beton.
Untuk uji kuat tarik belah menggunakan peralatan dengan ketentuan
dari “Standar Nasional Indonesia, 2002” (SNI 03-2491-2002), dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Mesin uji tekan yang digunakan untuk uji kuat tarik belah harus
memenuhi persyaratan yang berlaku pada uji kuat tekan untuk benda uji
beton dan juga harus memenuhi persyaratan kecepatan pembebanan
sesuai dengan “Standar Nasional Indonesia, 2002” (SNI 03-2491-2002
Pasal 6).
2. Pelat penekan tambahan diperlukan apabila benda uji lebih panjang dari
ukuran meja penekan dari mesin uji tekan, pelat penekan tambahan
tersebut harus dipasangkan pada meja penekan bagian bawah maupun
bagian atas dan harus terbuat dari baja yang mempunyai tingkat
kerataan permukaan tidak boleh lebih dari 0,01 mm dengan ukuran
panjang lebih panjang dari benda uji, lebar tidak boleh kurang dari 50
mm dan ketebalannya tidak boleh kurang dari tebal meja penekan.
3. Peralatan bantu penandaan garis tengah kedua sisi benda uji digunakan
untuk menggambarkan tanda garis tengah pada kedua sisi benda uji
yang terletak pada suatu bidang datar yang melalui garis sumbu benda
uji.
Kuat tarik dihitung berdasarkan formula “Method for Determination
of Tensile Splitting, 1983” (British Standard Institution, 1983) sebagaimana
terlihat dalam :

𝟐𝑷
f1 =
𝝅𝑳𝒅

Dimana,
f1 = kuat tarik belah
P = beban benda uji

Universitas Islam Sultan Agung 93


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)
maksimum L = Panjang benda uji

Universitas Islam Sultan Agung 94


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

d = diameter benda uji


8.b.3 Peralatan dan Bahan
A. Peralatan
a. Compression Strength Macine.

Gambar 8.b.1 Compression Strength Macine


b. Pelat atau batang penekan tambahan.

Gambar 8.b.2 Pelat atau batang penekan tambahan

c. Bantalan bantu pembebanan.


B. Bahan
a. Beton berbentuk silinder ukuran 15x30 cm yang di buat di
laboratorium.

Universitas Islam Sultan Agung 95


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Gambar 8.b.3 Beton Silinder

8.b.4 Cara Kerja


a. Ambil benda uji dari tempat perawatan dan timbang.
b. Lapislah benda uji dengan lapisan perata beban bila diperlukan.

Gambar 8.b.4 Lapisan pada Benda Uji


c. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara mendatar sejajar
terhadap permukaan mesin tekan.

Gambar 8.b.5 Benda Uji pada Mesin Tekan

d. Jalankan mesin tekan, tekanan dinaikkan berangsur-angsur.

Universitas Islam Sultan Agung 96


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

e. Lakukan sampai benda uji menjadi belah atau hancur.

Gambar 8.b.6 Retakan pada Benda Uji

8.b.5 Data yang Diperoleh


Berikut data yang diperoleh dari percobaan kuat tarik belah beton
silinder yang telah diuji kuat tarik belah di laboratorium teknologi bahan
konstruksi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, yang ditunjukkan
dalam tabel 9.1.
Tabel 8.b.1 Kuat Tarik Belah Silinder

No Kode Kuat Tarik Belah (Mpa)

1 S8 2,748
2 S9 2,998

8.b.6 Contoh Analisa Data Percobaan

F’sp= 2P
πLd

Keterangan :
Fsp = kuat tarik belah
P = beban benda uji maksimum
(kg) d = diameter benda uji (cm)
L = panjang benda uji (cm)

Universitas Islam Sultan Agung 97


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

 Beban benda uji maksimum (P) = 2,998 MPa


= 211,920 kN
= 21.609,82 kg
 Diameter (d) = 15 cm
 Panjang (L) = 30 cm
2P
 Kuat tarik belah (f1) =
πLd
2 𝑥 21.609,82
=
3,14 𝑥 30 𝑥 15
43.219,64
=
1413
= 30,59 kg/cm2
Tabel 8.b.2 Hasil Perhitungan Kuat Tarik Belah

Kuat Tarik Belah Kuat Tarik Belah Kuat Tarik Kuat Tarik Belah
No Kode
(Mpa) (kN) Belah (kg) (kg/cm2)

1 S8 2,748 194,710 19.854,89 28,10


2 S9 2,998 211,920 21.609,82 30,59
Rata-rata 29,345

250,000 GRAFIK KUAT BELAH SILINDER 8

200,000

150,000
Load (kN)

100,000

50,000

0
0.050
1.600
3.150
4.700
6.250
7.800
9.350

12.450

15.550

18.650
20.200

23.300

26.400

29.500
31.050

34.150

37.250

40.350

45.000

48.100
10.900

14.000

17.100

21.750

24.850

27.950

32.600

35.700

38.800

41.900
43.450

46.550

49.650

Time (sec)

Gambar 8.b.7 Grafik Kuat Belah Benda Uji Silinder 8

Universitas Islam Sultan Agung 98


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

GRAFIK KUAT BELAH SILINDER


250,000 9
200,000
Load (kN)

150,000

100,000

50,000

0
12.300
14.750
17.200

24.550
27.000
29.450
31.900

41.700
44.150
46.600
49.050

58.850
61.300
0.050
2.500
4.950
7.400
9.850

19.650
22.100

34.350
36.800
39.250

51.500
53.950
56.400

63.750
66.200
68.650
Time (sec)

Gambar 8.b.8 Grafik Kuat Belah Benda Uji Silinder 9

8.b.7 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dan menganalisa hasil percobaan di
atas, maka diperoleh hasil percobaan sebagai berikut :
 Beton atau benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm, diperoleh tegangan belah (f1) sebesar : 29,345 kg/cm2.
8.b.8 Saran
Dalam percobaan ini, peneliti memberikan saran dan masukan diantara
yaitu sebagai berikut :
 Ketelitian dalam penelitian sangat diperlukan mulai dari persiapan,
pembuatan hingga pengujian sampelnya.
 Memperbanyak benda uji per variasi pada penelitian selanjutnya
agar data yang didapatkan lebih akurat

Universitas Islam Sultan Agung 99


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

BAB IX
PEMERIKSAAN KUAT TEKAN LENTUR
1.1 Tujuan Percobaan
Metode pengujian kuat tekan lentur beton ini adalah untuk dijadikan
acuan dalam melakukan pengujian untuk menentukan kuat tekan lentur benda uji
balok beton, Untuk mendapatkan nilai beban maksimum yang mampu dipikul
balok sampai hancur dengan jumlah dan luas tulangan yang berbeda.

9.2 Dasar Teori


Lentur pada balok merupakan akibat dari adanya regangan yang timbul
karena adanya beban luar (Nawy, 1990). Kekuatan tarik di dalam lentur yang di
kenal dengan modulus runtuh (modulus of rupture) merupakan sifat yang
penting dalam menentukan retak dan lendutan balok. Saat terjadi momen lentur
positif, regangan tekan akan terjadi pada bagian bawah balok. Oleh karena itu
balok dirancang harus mampu menahan gaya desak dan tarik. Perancangan
balok beton bertulang harus direncanakan dengan baik sehingga semua
materialnya (beton dan baja tulangan) mencapai kapasitasnya sebelum runtuh.
Gaya tekan pada balok beton bertulang rangkap atau ganda ditahan secara
bersama-sama oleh beton (Cc) dan tulangan tekan (Ts), berbeda ada balok beton
bertulangan tunggal, semua gaya tekan ditahan hanya oleh beton (Cc)
Rumus-rumus perhitungan yang digunakan adalah:
Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak
titik perletakan bagian tengah), maka kuat lentur beton dihitung menurut
persamaan sebagai
berikut.

α= P.L
b.h²

Universitas Islam Sultan Agung 100


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Untuk uji kuat tarik belah menggunakan peralatan dengan ketentuan dari
“Standar Nasional Indonesia, 2002” (SNI 4431-2011), dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Hidupkan mesin uji tekan beton yang telah dipersiapkan, tunggu kira- kira 30
detik.
b) Letakkan benda uji pada tumpuan dan atur benda uji sehingga siap untuk
pengujian.
c) Atur pembebanannya untuk menghindari terjadi benturan.
d) Atur katup-katup pada kedudukan pembebanan dan kecepatan pembebanan
pada kedudukan yang tepat sehingga jarum skala bergerak secara perlahan-
lahan dan kecepatannya 8 kg/cm2 -10 kg/cm2 tiap menit.
e) Kurangi kecepatan pembebanan pada saat-saat menjelang patah yang ditandai
dengan kecepatan gerak jarum pada skala beban agak lambat, sehingga tidak
terjadi kejut.
f) Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang menyebabkan
patahnya benda uji, pada formulir uji seperti contoh pada lampiran.
g) Ambil benda uji yang telah selesai diuji, yang dapat dilakukan dengan
menurunkan plat perletakan benda uji atau menaikkan alat pembebanannya.
h) Ukur dan catat lebar dan tinggi tampang lintang patah dengan ketelitian 0,25
mm sedikitnya pada 3 tempat dan ambil harga rata- ratanya.
i) Ukur dan catat jarak antara tampang lintang patah dari tumpuan luar terdekat
pada 4 tempat di bagian tarik pada arah bentang dan ambil harga rata-ratanya.

Universitas Islam Sultan Agung 101


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

9.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan

Gambar 9.1 Compression Strength Macine

b. Bahan
1. Beton berbentuk balok ukuran 15x15x60 cm yang di buat di
laboratorium.

Gambar 9.2 Beton Balok

Universitas Islam Sultan Agung 102


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

9.4 Cara Kerja


a. Ambil benda uji dari tempat perawatan dan timbang. Letakkan benda uji
pada mesin tekan secara mendatar sejajar terhadap permukaan mesin
tekan.

Gambar 9.3 Benda Uji pada Mesin Tekan

b. Jalankan mesin tekan, tekanan dinaikkan berangsur-angsur.

c. Lakukan sampai benda uji menjadi belah atau hancur.

Gambar 9.4 Retakan pada Benda Uji

Universitas Islam Sultan Agung 103


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

9.5 Data yang Diperoleh


Berikut data yang diperoleh dari percobaan kuat tarik belah beton
silinder yang telah diuji kuat tarik belah di laboratorium teknologi bahan
konstruksi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, yang ditunjukkan
dalam tabel 9.5

Tabel 9.5 Kuat Tekan Lentur Balok

No Kode Kuat Tarik Belah (Mpa)

1 B1 4,007
2 B2 3,385

9.6 Contoh Analisa Data Percobaan

σl = P.L
b.h²

Σl = kuat lentur benda uji ( MPa)


P = beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji
(pembacaan dalam ton sampai 3 angka di belakang
koma)
L = jarak (bentang) antara dua garis perletakan (cm)
b = lebar tampang lintang patah arah horizontal
(cm) h = lebar tampang lintang patah arah vertikal (cm)
a = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar
yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sudut dari bentang (cm)

Universitas Islam Sultan Agung 104


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

a) Balok 1
 Beban benda uji maksimum (P) = 4,007 MPa
= 30,049 kN
= 3064,145 kg
 Lebar tampang lintang horizontal (b) = 15 cm
 Lebar tampang lintang vertical (h) = 15 cm
 Panjang (L) = 45 cm
P.L
Kuat tekan lentur (f1) = σl =
b.h²
3064,145 𝑥 45
=
15 𝑥 15²
137886,525
=
3375
= 40,855 kg/cm2

b) Balok 2

 Beban benda uji maksimum (P) = 3,385 MPa


= 25,389 kN
= 2588,92 kg
 Lebar tampang lintang horizontal (b) = 15 cm
 Lebar tampang lintang vertical (h) = 15 cm
 Panjang (L) = 45 cm
P.L
Kuat tekan lentur (f1) = σl =
b.h²
2588,92 𝑥 45
=
15 𝑥 15²
116.501,4
=
3375
= 34,519 kg/cm2

Universitas Islam Sultan Agung 105


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi (Kelompok 11)

Tabel 9.4 Hasil Perhitungan Kuat Tarik Belah

Kuat Tarik Belah Kuat Tarik Belah Kuat Tarik Kuat Tarik Belah
No Kode
(Mpa) (kN) Belah (kg) (kg/cm2)

1 B1 4,007 30,049 3064,145 40,855


2 B2 3,385 25,389 2588,957 34,52
Rata-rata 37,6875

9.7 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dan menganalisa hasil percobaan di
atas, maka diperoleh hasil percobaan diantaranya sebagai berikut :
 Beton atau benda uji berbentuk balok dengan panjang 15 cm, lebar 15
cm, dan tinggi 45 cm, diperoleh kuat tekan lentur (σl) sebesar : 37,6875
kg/cm2.
9.8 Saran
Dalam percobaan ini, peneliti memberikan saran dan masukan
diantara yaitu sebagai berikut :
 Ketelitian dalam penelitian sangat diperlukan mulai dari persiapan,
pembuatan hingga pengujian sampelnya.
 Memperbanyak benda uji per variasi pada penelitian selanjutnya
agar data yang didapatkan lebih akurat.

Universitas Islam Sultan Agung 106

Anda mungkin juga menyukai