Anda di halaman 1dari 48

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

BAB 1
SYARAT-SYARAT UMUM

PERSYARATAN UMUM
1.1. Peraturan dan Standar-standar
Peraturan dan standar-standar yang dipergunakan harus merupakan
peraturan dan standar yang berlaku di Indonesia, antara lain :
a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SK SNI
T-15-1991-03
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 71) NI-2
c. Standar Industri Indonesia, SII 0013-81, SII 0052-80, SII 0136-84
d. Standar Mutu Bahan Bangunan di Indonesia
e. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBBI-1982 NI-3)
f. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung,
SKBI-1.3.53.1987
g. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5)
h. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8)
i. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
j. Peraturan Bangunan Nasional 1978
k. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983
l. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh direksi.
Dalam persyaratan ini, direksi adalah orang yang ditunjuk oleh pemilik
proyek untuk bertindak sebagai pengawas untuk kepentingan pelaksanaan
kontrak pekerjaan.

1.2. Peraturan dan Standar lain


Peraturan dan standar lain dapat dipergunakan bila disebutkan secara
eksplisit di dalam syarat-syarat ini, gambar pelaksanaan, atau setelah
mendapat persetujuan tertulis dari direksi.

Pekerjaan Struktur 1
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

1.3. Perhatian Kontraktor pada Gambar-gambar Kontraktor lain


Kontraktor sesuai petunjuk direksi harus memperhatikan gambar-gambar
lain yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga
kepentingan semua pihak dapat dilindungi.

1.4. Pagar Sementara


Kontraktor harus menyediakan semua pagar-pagar sementara yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

1.5. Iklan
Kontraktor tidak diperbolehkan untuk menempelkan gambar apapun yang
dapat dianggap sebagai iklan pada tempat kerjanya tanpa seijin direksi.

1.6. Perlengkapan Keselamatan Kerja.


Kontraktor harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan keselamatan
kerja maupun perlengkapan-perlengkapan pertolongan pertama.

1.7. Laporan Kemajuan Kerja


Kontraktor harus membuat laporan kerja mingguan pada tiap-tiap
permulaan minggu atau hari lain sesuai dengan petunjuk direksi.

1.8. Kamar Kecil


Kontraktor harus menyediakan dan memelihara kamar kecil untuk pekerja-
pekerjanya, sesuai dengan syarat-syarat kesehatan yang layak.
Kontraktor harus membongkar kamar kecil tersebut bila telah tidak
diperlukan lagi.

1.9. Penyimpanan Bahan yang Mudah Terbakar


Kontraktor harus menyimpan semua bahan yang mudah terbakar seaman
mungkin, sesuai petunjuk direksi.

Pekerjaan Struktur 2
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

BAHAN
Pasokan Bahan
Semua bahan sebelum dikerjakan/digunakan harus ditunjukkan kepada direksi,
lengkap dengan ketentukan/persyaratan pabrik yang bersangkutan untuk
mendapat persetujuan tertulis direksi.
Jika dipandang perlu untuk mengadakan penukaran/penggantian maka bahan-
bahan pengganti harus telah mendapat persetujuan tertulis direksi.

Penggantian Pemasok Bahan


Tempat asal/merek pabrik bahan yang digunakan tidak dapat diganti tanpa
persetujuan direksi.

Bahan yang Ditolak


Bahan yang ditolak harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, maksimum
24 jam setelah direksi mengeluarkan perintah tertulis.

Kerusakan Bahan yang Disimpan


Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya,
baik sebelum atau selama pelaksanaan.

TANAH
Laporan Penyelidikan Tanah
Bila diminta direksi dapat memberikan photo copy penyelidikan tanah yang
telah dilakukan kepada pemborong untuk dipergunakan sebagai dasar
perencanaan pelaksanaan pekerjaan.

Keadaan Tanah yang Tidak Sesuai


Kontraktor wajib untuk segera melaporkan kepada direksi bila dalam pelaksnaan
pekerjaan, kontraktor menemukan keadaan yang menurut pendapatnya tidak
sesuai daengan keadaan yang dapat diharapkan dari hasil penyelidikan tanah
yang telah dilakukan.

Pekerjaan Struktur 3
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

TOLERANSI PENGUKURAN
Kontraktor harus melakukan pengukuran-pengukuran yang cermat dengan
peralatan-peralatan yang memadai untuk mencapai persyaratan toleransi yang
ditentukan.

METODE PELAKSANAAN
Metode Pelaksanaan yang Diatur
Kontraktor harus mengikuti metode pelaksanaan yang diatur dalam syarat-
syarat ini.

Metode Pelaksanaan Lain


Metode pelaksanaan lain dari yang ada dalam syarat-syarat ini, atau metode
yang tidak disebutkan dalam syarat-syarat ini dapat digunakan setelah terlebih
dahulu diajukan dan disetujui secara tertulis oleh direksi.

GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN / ”SHOP DRAWING”


Gambar Detail Pelaksanaan Sesuai Keadaan Lapangan
Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk
memperjelas detail-detail khusus yang diperlukan pada saat pelaksanaan di
lapangan.

Data-data yang Penting


Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe tipe bahan,
keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus.

Persetujuan
Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan
tertulis dari direksi.

Pekerjaan Struktur 4
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Perbedaan-perbedaan
Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya,
kontraktor harus melaporkan kepada direksi sebelum pekerjaan dimulai.
Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal terdapat
kelainan/perbedaan seperti tersebut di atas.

GANGGUAN LINGKUNGAN DAN KERUSAKAN-KERUSAKAN


Gangguan Lingkungan
Kontraktor harus dengan segala cara menjaga agar gangguan lingkungan yang
terjadi adalah seminimal mungkin.

Kerusakan Bangunan Sekeliling


Kontraktor harus bertanggung jawab akan kerusakan-kerusakan yang mungkin
terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan ini pada bangunan-bangunan maupun
“property” lain sekeliling tempat pekerjaan.

Perkuatan Sementara dan Perbaikan


Bila dalam pelaksanaan pekerjaan, kontraktor memperkirakan akan terjadi
kerusakan-kerusakan tertentu pada bangunan maupun “property” lain, sebelum
memulai pekerjaan, kontraktor wajib untuk membicarakan cara-cara
menghindari maupun usul-usul perbaikannya kepada direksi.

Kerusakan Pekerjaan Lain


Kontraktor harus melakukan segala usaha agar tidak terjadi kerusakan pada
struktur ataupun pekerjaan lain yang telah selesai dibuat.
Untuk menghindari segala kemungkinan kerusakan, kontraktor harus
menyampaikan usul urut-urutan pelaksanaan pekerjaan untuk disetujui direksi.

Tangggung Jawab Penuh Kontraktor


Persetujuan direksi sesuai dengan ayat 7.3. dan 7.4. diatas tidak membebaskan
tanggung jawab kontraktor terhadap kerusakan yang terjadi dan masalah

Pekerjaan Struktur 5
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

keselamatan kerja , meskipun pelaksanaan pekerjaan dilakukan sesuai dengan


usul yang telah disetujui direksi.

PENGENDALIAN PEKERJAAN
Tenaga Ahli
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman. Apabila dipandang perlu, kontraktor dapat diminta untuk
mendapatkan nasihat dari tenaga ahli atas beban biaya kontraktor sendiri.

Tanggung Jawab Penuh Kontraktor


Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas dan pencapaian jadwal
waktu, pelaksanaan struktur. Adanya atau hadirnya direksi di lapangan tidak
mengurangi tanggung jawab kontraktor.

Pekerjaan Struktur 6
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. PEMBERSIHAN LOKASI PROYEK


Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih
dan rata.

2. PENGUKURAN KEMBALI LOKASI PROYEK


2.1.Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-
keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-
batas tanah dengan alat-alat yang sudah diperiksa kebenarannya.
2.2.Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-
alat waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat
dipertanggungjawabkan.
2.3.Kontraktor harus menyediakan theodolith/waterpass beserta petugas
yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan perencanaan
selama pelaksanaan proyek.
Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh direksi.

3. PAPAN DASAR PELAKSANAAN


3.1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau meranti
5/7, tertancap di tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau
diubah-ubah, berjarak maksimum 2 m satu sama lain.
3.2. Papan patok ukur dibuat dari kayu meranti, dengan ukuran tebal 2 cm’,
lebar 20 cm’, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya
(waterpass).
3.3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya,
kecuali dikehendaki lain oleh direksi.

Pekerjaan Struktur 7
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4. PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK BEKERJA


4.1. Air untuk bekerja harus disediakan kontraktor dapat dengan membuat
sumur pompa di lokasi proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih,
bebas dari debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia
lainnya yang merusak. Selesai proyek, sumur tersebut harus dicabut
sampai semua komponen untuk membuat sumur keluar dari dalam
tanah.
4.2. Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor.

5. PENYEDIAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN


Selama pembangunan berlangsung, kontraktor wajib menyediakan tabung
alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) kapasitas 15 kg minimal 2 tabung
ex. CHUBB / setara lengkap dengan isinya. Hal ini dimaksudkan untuk
persiapan menghadapi bahaya kebakaran.

6. DRAINASE LOKASI PROYEK


6.1. Kontraktor wajib memeriksa drainase lokasi proyek yang ada,
memperbaiki drainase tersebut bila rusak, atau membuat baru sesuai
kebutuhan kontraktor.
6.2. Dengan mempertimbangkan keadaan kontur tanah yang ada di tapak,
kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada.
6.3. Arah aliran ditujukan ke daerah/permukaan yang terendah atau ke
saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembuangan.

7. KANTOR KONTRAKTOR DAN LOS KERJA


7.1. Ukuran luas kantor kontraktor los kerja serta tempat simpan bahan,
disesuaikan dengan kebutuhan kontraktor dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam
kebakaran.

Pekerjaan Struktur 8
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

7.2. Khusus untuk tempat simpan bahan-bahan seperti : pasir, kerikil harus
dibuatkan kotak simpan yang dipagari dinding papan yang cukup rapat,
sehingga masing-masing bahan tidak tercampur.

Pekerjaan Struktur 9
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

BAB III
SYARAT-SYARAT PEKERJAAN TIANG TEKAN

A. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN TIANG TEKAN


1. UMUM
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan tiang pancang dengan
sistem “jack-in”.
Semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam Persyaratan Umum Pekerjaan Struktur , Persyaratan Pekerjaan Beton
Struktural, syarat-syarat dalam bagian ini dan persyaratan Khusus yang ada
pada syarat-syarat ini.
Penggunaan tiang tekan (“jacked-in pile”) siap pakai harus dikonsultasikan
kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan tertulis.

TOLERANSI UKURAN TIANG TEKAN


Penampang tiang tekan tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dari 6 mm, dari
penampang yang tertulis dalam gambar untuk konstruksi.
Semua sisi tiang tekan tidak boleh melengkung lebih dari 6 mm untuk setiap 3 m
panjang tiang.
Titik berat setiap penampang tidak boleh berbeda lebih dari 12 mm terhadap
garis lurus yang ditarik dari pusat kedua ujung tiang tekan.

TULANGAN
Tulangan memanjang tiang tekan tidak boleh disambung.

ACUAN
Kontraktor harus menyatakan dengan jelas dalam dokumen penawaran yang
diajukan, bila akan menggunakan tiang tekan yang telah dicor sebagai acuan.
Bila tiang tekan yang telah dicor dipakai sebagai acuan, maka untuk
menghindari lekatan antara tiang tekan yang satu dengan yang lainnya, harus

Pekerjaan Struktur 10
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

digunakan lapisan pemisah sesuai dengan Persyaratan Khusus rencana dan


syarat-syarat ini atau cara-cara lain yang disetujui secara tertulis oleh direksi.
Kepala tiang tekan harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang, berbentuk
bujur sangkar dengan potongan pada keempat sudutnya sebesar 25 mm
sepanjang 300 mm.
Acuan tidak boleh bocor dan harus cukup kuat untuk menahan beban–beban
yang terjadi karena pengecoran dan pemadatan beton. Acuan harus berada
dalam keadaan bersih pada saat pengecoran akan dilakukan.
Acuan hanya boleh dibongkar setelah beton berumur paling sedikit 12 jam
setelah mendapat persetujuan tertulis direksi. Pembongkaran harus dilakukan
dengan hati-hati sehingga tidak terjadi kerusakan apapun pada beton.
Agar pada saat melepaskan acuan tidak terjadi kerusakan-kerusakan pada tiang
tekan, sebelum dilakukan pengecoran, bekisting harus dilapisi dengan “form
release agent”.
Penggunaan “form release agent” harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya.

BETON
Pengecoran beton harus dilakukan dengan memperhatikan kemungkinan
terjadinya pengaruh-pengaruh yang jelek dari cuaca yang panas (“hot weather
concreting”).
Pemadatan beton harus dilakukan dengan jarum penggetar (“vibrator”) yang
dapat bergetar minimal 150 Hertz. Jarum penggetar tidak boleh ditempelkan
pada tulangan dan tidak boleh dioperasikan kurang dari 75 mm dari dinding
acuan.
Kontraktor harus melakukan segala usaha agar tidak terjadi segregasi pada saat
pemadatan.
Segera setelah pemadatan selesai dilakukan, beton harus dilindungi terhadap
pengaruh-pengaruh buruk dari cuaca, termasuk angin dan hujan.
Beton harus dipelihara selama 7 hari pertama setelah pengecoran. Bila
temperatur terlalu tinggi, beton harus disiram terus menerus secara merata
selama masa pemeliharaan.

Pekerjaan Struktur 11
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Pemeliharaan beton disarankan dengan menggunakan “membrane curing”.


Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan segera setelah terlihat suatu lapisan
film air pada permukaan beton.
Penggunaan “curing compound” harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya.
Bila pemeliharaan dengan cara “membrane curing” tidak dapat dilakukan,
kontraktor dapat menggunakan cara lain, setelah merundingkan cara yang akan
digunakan tersebut dengan direksi.
Kontraktor baru dapat melakukan pemeliharaan dengan cara yang diusulkannya
setelah mendapat persetujuan tertulis dari direksi.

PEMBERIAN TANDA PADA TIANG TEKAN


Segera setelah tiang tekan dicor dan dipadatkan, pada sisi tiang tekan yang
dapat terlihat dengan mudah, harus diberikan tanda yang menyatakan nomor
tiang, tanggal pengecoran dan panjang tiang dengan jelas, sedemikian rupa
sehingga tidak dapat terhapus.
Sebelum ditekankan, tiang tekan harus diberi tanda tiap 500 mm dari kepala
tiang tekan sampai ujung tiang tekan.

PENANGANAN DAN PENYIMPANAN TIANG TEKAN


Cara dan urutan pengangkatan, penanganan, pemindahan dan penyimpanan
tiang tekan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kerusakan.
Bila tidak ditentukan lain maka cara pengangkatan hanya dapat dilakukan
seperti disyaratkan dalam Persyaratan Khusus.

PEMANCANGAN
Tiang tekan tidak boleh ditekankan sebelum beton mencapai kekuatan tekan
yang sama dengan tegangan tekan karakteristik yang disyaratkan dalam
Persyaratan Khusus.
Setiap saat pada saat penekanan, tiang tekan harus disanggah dengan baik
sehingga tidak berubah dari posisi yang telah ditentukan serta tidak terjadi

Pekerjaan Struktur 12
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

kemungkinan tekuk. Penyanggahan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga


tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan.
Alat tekan yang akan dipergunakan harus mempunyai kapasitas dan efisiensi,
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dan terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan tertulis dari direksi sebelum digunakan.
Panjang tiang tekan yang akan ditekankan harus mendapatkan persetujuan
direksi, sesuai dengan keadaan tanah setempat.
Setiap tiang tekan harus ditekan terus menerus sampai penetrasi atau
kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali direksi menyetujui bahwa
penghentian pemancangan terjadi karena hal-hal yang di luar kekuasaan
kontraktor.
Kontraktor harus membuat catatan penekanan (tambahan tekanan tiap
pemasukan 250 mm) sesuai dengan petunjuk direksi.
Bila terjadi karakteristik penekanan yang berbeda dengan karakteristik yang
diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan tanah maupun penekanan-
penekanan sebelumnya kontraktor harus segera memberitahukan direksi untuk
meminta petunuknya.
Urut-urutan penekanan harus diatur sedemikian rupa sehingga pengaruh yang
jelek dari “heave” dan desakan tanah ke samping dapat dibatasi sekecil
mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus dikonsultasikan dan disetujui secara
tertulis oleh direksi.
Toleransi posisi horisontal pondasi tiang pada level poer tidak boleh melebihi 50
mm pada segala arah.
Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi kemiringan 1 : 75.

PENYAMBUNGAN TIANG TEKAN


Penyambungan tiang tekan dilakukan dengan pemberian plat baja yang
dijangkarkan

Pekerjaan Struktur 13
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

B. PERSYARATAN KHUSUS PEKERJAAN TIANG TEKAN


1. UMUM
Semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam Persyaratan Umum Pekerjaan Struktur, Persyaratan Umum Pekerjaan
Beton Struktur dan syarat-syarat dalam bagian ini dan syarat-syarat yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan.
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara gambar pelaksanaan dengan syarat-
syarat khusus ini, kontraktor harus mengkonsultasikan hal tersebut kepada
direksi sebelum memulai pekerjaan.
Untuk penentuan daya dukung tiang tekan, pada permulaan pelaksanaan
pekerjaan pemancangan kontraktor harus melakukan percobaan pembebanan
sesuai dengan syarat-syarat ini.
Bila dalam pelaksanaan penekanan selanjutnya terdapat keragu-raguan
terhadap daya dukung tiang tekan, maka atas petunjuk direksi kontraktor harus
melakukan percobaan pembebanan tambahan sesuai dengan syarat-syarat ini.

SPESIFIKASI TIANG
Mutu beton = K-500
Ukuran tiang = 25 x 25 cm2
Panjang tiang = Lihat gambar
Mutu baja tulangan = BJTP 24

SPESIFIKASI ALAT PEMANCANG


Sistem = Jack-In
Peralatan pemancang dicek melalui direksi.
Data kalibrasi alat pemancang harus diserahkan pada direksi mksimum 3 (tiga)
hari sebelum pekerjaan dimulai.

SPESIFIKASI BEBAN
Beban ijin = lihat gambar
Faktor keamanan = 2 (dua)

Pekerjaan Struktur 14
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

PENGANGKATAN TIANG
Pengangkatan dengan 2 (dua) titik = 1/5 L pada masing-masing sisi.
Pengangkatan dengan 1 (satu) titik = 1/3 L dari salah satu sisi.

Pekerjaan Struktur 15
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

BAB IV
PEKERJAAN TANAH

1. PEMOTONGAN DAN PEMINDAHAN TANAH


1.1. Pekerjaan pemotongan (penggalian) tanah baru dapat dimulai setelah
pekerjaan pengukuran  disetujui  oleh  direksi.
1.2. Pemotongan  (penggalian) mencakup pemindahan  tanah  serta batu-
batuan dan bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaannya.
1.3. Sebelum  pekerjaan pemotongan dan pemindahan  (pengurugan) tanah
dilakukan, tanah yang akan digali atau diurug  harus dibersihkan  dari
sisa-sisa akar dan pepohonan serta sampah-sampah organik lain.
1.4. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan  kembali,
serta puing-puing dan sampah-sampah  harus disingkirkan dari
lapangan pekerjaan.
1.5. Apabila   material  urugan  mengandung  batu-batu,   tidak dibenarkan
batu-batu yang besar bersarang  menjadi  satu. Semua rongga harus
diisi dengan batu-batu kecil dan  tanah yang dipadatkan.
1.6. Jika material galian tidak cukup, material tambahan  untuk urugan harus
didatangkan dari tempat lain, tanpa  tambahan biaya.
1.7. Semua  bagian/daerah  urugan  dan  timbunan  harus  diatur berlapis
sedemikian, sehingga dicapai suatu lapisan  setebal 15 cm dalam
keadaan padat. Tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan
berikutnya diurug.
1.8. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus  dipadatkan dengan
alat pemadat/compactor "vibrator type" yang  disetujui oleh pengawas.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan  tidak
kurang dari 85 % dari kepadatan maksimum  hasil laboratorium.
Kontraktor harus melaksanakan penelitian kepadatan  maksimum
terhadap kadar air optimum (percobaan proctor),  minimal satu kali untuk
setiap jenis tanah yang dijumpai di lapangan. Penelitian harus mengikuti
prosedur yang umum dipakai yaitu ASTM D-1557-70. Contoh  tanah

Pekerjaan Struktur 16
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

tersebut harus disimpan dalam  tabung  gelas atau plastik untuk bukti
penunjukkan/referensi dan  diberi label yang berisikan nomor contoh,
kepadatan kering maksimum dan kadar air optimumnya.

2. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN UNTUK PERBAIKAN TANAH


2.1. Pekerjaan  galian  harus dilakukan  sesuai  dengan  gambar
perencanaan.
2.2. Tanah yang berasal dari pekerjaan galian setelah  mencapai jumlah
tertentu sesuai dengan petunjuk pengawas/direksi  harus dikeluarkan
dari halaman pekerjaan, kecuali tanah galian tersebut  dapat  digunakan
untuk pekerjaan lansekap  yang tidak disyaratkan untuk mempunyai
daya dukung tertentu.
2.3. Material yang dipakai untuk pengurugan adalah pasir  urug. Kontraktor
harus memberikan contoh pasir urug  yang  akan dipakai untuk disetujui
dan disimpan oleh Direksi.
Material  yang tidak sesuai dengan contoh  yang  diberikan kepada
Direksi dapat ditolak dan harus segera dikeluarkan  dari halaman
pekerjaan.
2.4. Sebelum  pengurugan perbaikan tanah dilakukan, tanah  asal harus
dipadatkan dengan alat pemadat/compactor  "vibrator type" yang
disetujui oleh direksi.
2.5. Pengurugan  dilakukan secara berlapis demikian  rupa,  sehingga
dicapai lapisan padat setebal 30 cm. Tiap  lapisan harus dipadatkan
sebelum lapisan berikutnya diurug.

3. PEKERJAAN GALIAN PONDASI DAN URUGAN BAWAH PONDASI /


LANTAI
3.1. Penggalian  tanah  harus dilakukan sesuai  dengan  gambar-gambar
perencanaan pondasi dan harus cukup  lebar  untuk memperoleh
medan kerja yang baik bagi para pekerja,  sehingga  pekerjaan dapat
langsung dengan lancar, dan  tanah galian tidak mudah longsor kembali.

Pekerjaan Struktur 17
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Semua  bekas akar pohon dan tanah yang terdapat di  bagian pondasi
yang akan dilaksanakan harus dibuang.
3.2. Apabila  kedalaman  penggalian telah mencapai  batas  yang ditentukan,
maka permukaan dasar lubang galian  diratakan dan dipadatkan
sebelum diurug sirtu atau pasir urug  untuk perbaikan tanah.
3.3. Untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan  pondasi harus  disediakan
pompa air atau pompa lumpur yang  jika diperlukan dapat bekerja terus
menerus.
3.4. Kontraktor  wajib  mengambil  langkah-langkah   pengamanan terhadap
bangunan lain yang berada dekat  dengan  lubang galian  yaitu dengan
memberikan penunjang sementara  pada bangunan tersebut sehingga
dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
3.5. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan  galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari  halaman
pekerjaan pada setiap  saat yang dianggap perlu  dan  atas petunjuk
pengawas, kecuali  tanah  galian tersebut  dapat digunakan untuk
pekerjaan  lansekap yang tidak mensyaratkan daya dukung tanah
tertentu.
3.6. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka di bagian atas dari
urugan di bawah plat-plat beton bertulang, beton rabat dan pondasi
dangkal harus terdiri dari urugan  pasir padat setebal minimum 10 cm
(setelah disirami, diratakan dan dipadatkan).
3.7. Pengurugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah pondasi, poer
dan sloof dicor. Untuk pengurugan ini diijinkan memakai tanah bekas
galian. Urug kembali ini harus dipadatkan, dan sebelum diurug kembali
papan bekisting bekas cetakan plat pondasi maupun sloof harus
dikeluarkan terlebih dahulu.

Pekerjaan Struktur 18
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

BAB V
PEKERJAAN BETON STRUKTURAL

5A. PERSYARATAN UMUM BETON STRUKTURAL


1. UMUM
1.1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, alat-alat, dan termasuk pengangkutannya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan gambar rencana dengan
hasil tidak keropos dan padat.
Bila tidak ditentukan lain, bagian yang termasuk dalam lingkup pekerjaan
ini adalah semua pekerjaan beton yang bersifat struktural dan yang
tercantum dalam gambar untuk konstruksi dengan kode STR.

1.2. STANDAR YANG DIPAKAI:


 PUBI: Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia - 1992 (NI-3).
 SK SNI T-15-1991-03 : Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung.
 SKBI-1.4.53.1998 PB’98: Pedoman Beton 1998.
 PBI’71: Peraturan Beton Indonesia - 1971 (NI-2).
 PPTGIUG’83: Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk
Gedung 1983.
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

1.3. PERSYARATAN DARI PBI ‘71


Semua bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ada
pada PBI ‘71, syarat-syarat  dalam bagian ini dan dalam persyaratan
khusus yang ada.
Pada dasarnya persyaratan umum ini mengacu pada PBI ’71 yang  mele-
takkan tanggung  jawab perencanaan, pengetesan  dan  pengendalian

Pekerjaan Struktur 19
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

mutu beton  yang diproduksi pada  pemasok  beton. Tetapi  untuk


menjamin bahwa tanggung jawab tersebut dilaksanakan dengan  baik,
persyaratan umum ini menentukan persyaratan-persyaratan  tambahan
sebagai berikut:
1. Perencanaan  mutu campuran (mix design),  termasuk  karakteristik
bahan harus diusulkan kepada direksi untuk dievaluasi dan disetujui.
2. Hasil pengetesan  harus diserahkan untuk dievaluasi  oleh  direksi dan
dapat juga oleh konsultan independen.
3. Jumlah  tes minimum yang ditentukan sedikit lebih  banyak  dari jumlah
yang disyaratkan di PBI ’71.
4. PBI ‘71  mendefinisikan mutu karakteristik beton  dengan  tingkat
kepercayaan 95 persen (f c-ave= fc+1.64 Sd). Direksi atau konsultan
independen dapat mengabaikan hasil-hasil tes yang tidak realistis, tetapi
pada akhirnya  harus tetap harus mensyaratkan  penyesuaian
campuran untuk tercapainya fc-ave= fc+1.64 Sd.
Sebagian  dari pengetesan harus dilakukan di  laboratorium  independen
untuk mengecek hasil test dari pemasok beton.

1.4. PENUNJUKKAN KONSULTAN TEKNOLOGI BETON:


Bila dipandang perlu direksi akan menunjuk konsultan teknologi beton
untuk melakukan evaluasi mutu beton dan atau hasil test maupun laporan
yang disampaikan oleh kontraktor, dan atas biaya kontraktor

1.5. "ADMIXTURES" DAN "ADDITIVES"


Jika  kontraktor bermaksud untuk menggunakan  "admixture"  ataupun
"additive", maka  harus terlebih dahulu mengajukan  contoh  untuk
mendapatkan persetujuan dari direksi. Untuk itu kontraktor mengusulkan
nama  dan  jenis admixture atau additive disertai  keterangan  tujuan
penggunaan,  data-data  bahan, nama pabrik produksi,  jenis  bahan
mentahnya, cara-cara pemakaian dan keterangan-keterangan lain yang
dianggap perlu.

Pekerjaan Struktur 20
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

1.6. BAHAN GROUTING


1.6.1. Di tempat-tempat  diperlukan grouting misalnya  pada angker-angker
kolom  baja  seperti  terlihat  dalam  gambar untuk konstruksi
harus  digunakan non shrink  grout,  misalnya Sika Grout 215 atau
setara.
1.6.2. Setelah kolom baja pada kedudukan yang tepat, dilakukan
pembersihan  lubang  yang akan digrouting  dari  debu  dan
kotoran lainnya.
1.6.3. Pengadukan  bahan  grouting disarankan  sebaiknya  memakai
mixer.
1.6.4. Pemakaian  bahan  grouting harus sesuai  dengan  petunjuk teknis
bahan grouting yang digunakan.
1.6.5. Penuangan  bahan  grouting  dengan  dirojok  memakai kabel
atau  alat bantu lainnya agar diperoleh  kepadatan yang baik.

2. SYARAT-SYARAT BAHAN
2.1. SEMEN
Kecuali ditentukan lain, semen yang digunakan adalah semen portland tipe
I menurut ASTM, produksi Semen Gresik, atau Tiga Roda.

2.2. PASIR
Pasir yang digunakan harus pasir dengan butir-butir yang bersih, kasar,
dan tajam, dan harus bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, dan
sebagainya, dan harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI ’71. Dalam hal
syarat-syarat dalam PBI ’71 tidak dipenuhi, pasir harus dicuci agar bersih
dari kotoran-kotoran yang disebut di atas, atau ditolak bila perlu. Pasir
harus disimpan terpisah dari baru pecah.
Pasir laut tidak boleh digunakan untuk campuran beton.

Pekerjaan Struktur 21
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

2.3. BATU PECAH


Batu pecah yang digunakan harus batu pecah mesin, bermutu baik, tidak
berpori serta mempunyai gradasi kekerasan, dan sifat-sifat yang lain
sesuai dengan syarat-syarat PBI’71. Ukuran maksimum 30 mm, dan tidak
lebih dari 1/4 (seperempat) dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan, atau 1/3 (sepertiga) jarak bersih minimum
antar tulangan. Batu pecah yang dipakai harus disimpan sedemikian rupa
sehingga  tidak kotor. Batu pecah  dari  jenis dan ukuran berbeda harus
disimpan  di  tempat yang terpisah.

2.4. AIR
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis, dan bahan-
bahan lain yang dapat merusak beton. Pada prinsipnya, air yang
memenuhi syarat PDAM dapat digunakan untuk air campuran beton.
Air  yang akan dipergunakan minimal harus  memenuhi  syarat-syarat
dibawah ini:
Item Syarat
Jumlah suspende solids  2g/l
Jumlah soluble evaporation  1g/l
residue
Perbedaan waktu ikat Waktu ikat awal tidak lebih dari 30
menit
Waktu ikat akhir tidak lebih dari 60
menit
Perbedaan kekuatan lentur dan Tidak kurang dari 90% pada usia 7
tekan dari hari
mortar dibandingkan dengan
control mortar

Pekerjaan Struktur 22
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

2.5. BESI BETON


Besi beton yang digunakan adalah besi beton polos BJTP-24 untuk
<13mm dan BJTD-40 untuk D>13mm, dengan persetujuan pemilik. Besi
harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti
serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta memenuhi syarat PBI’71
(NI-2).

2.6. ACUAN/BEKISTING
Acuan yang dipergunakan dapat dibuat dari kayu, beton, baja, fiberglass,
atau pasangan bata yang diplester. Acuan harus rata, tidak boleh
melengkung ke arah memanjang ataupun melintang.

2.7. CONTOH BAHAN DAN TES BAHAN


Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh-
contoh bahan seperti semen, pasir, kerikil, dan air. Penyerahan contoh
bahan tersebut harus disertai hasil uji bahan tersebut, atau sertifikat dari
produsen.

3. CAMPURAN BETON
3.1. MUTU BETON
Mutu  Beton  dinyatakan  dalam kekuatan  tekan  karakteristik  yang
diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus 15x15x15 cm 3 pada  umur 28
hari sesuai dengan PBI ‘71.

3.2. KADAR SEMEN


Campuran  beton harus mempunyai kadar semen minimum  300  kg/m3.
beton, tetapi tidak boleh melebihi 550 kg/m 3 beton.

3.3. BETON STRUKTURAL


Beton yang digunakan untuk elemen struktur adalah beton campur siap
pakai ("ready mix concrete").

Pekerjaan Struktur 23
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

3.4. BETON NON STRUKTURAL


Beton  non struktural diperbolehkan memakai campuran dengan  mesin
pengaduk, tetapi dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan  memakai
campuran yang diaduk secara manual.

3.5. KELECAKAN
Kelecakan  beton  harus diukur dengan  menggunakan  "slump  test"
sesuai dengan PBI ‘71. Kelecakan  harus  diatur  sedemikian rupa
sehingga  dengan  metode pelaksanaan yang dipilih dapat diperoleh beton
yang monolit dan tidak berrongga.

3.6. PERUBAHAN CAMPURAN


Bila suatu campuran telah disetujui, tidak boleh dilakukan perubahan-
perubahan dalam perbandingan campuran, asal semen  dan  agregat,
jenis, ukuran ataupun grading. Bila karena sesuatu hal harus dilakukan
perubahan, rencana campuran harus mendapatkan persetujuan ulang dan
tes baru dapat diminta untuk dilakukan.

3.7. CAMPURAN PERCOBAAN PENDAHULUAN


Sebelum pengecoran dilakukan harus dilakukan campuran percobaan
sesuai dengan PBI 71, kontraktor harus melakukan campuran percobaan
pendahuluan dalam keadaan produksi sesungguhnya, atau bila hal ini
tidak memungkinkan,  melakukan percobaan di laboratorium  yang
disetujui direksi dengan  contoh yang cukup untuk mewakili  agregat  dan
semen yang  akan digunakan. Kecuali disetujui lain, untuk tiap  mutu  beton
harus  dibuat 9 kubus percobaan, 3 untuk pengetesan pada  umur  3 hari, 3
tujuh hari dan 3 untuk 28 hari.

3.8. STANDARD PENERIMAAN


Bila tidak ditentukan lain, maka standard penerimaan campuran percobaan
adalah sesuai dengan PBI ’71.

Pekerjaan Struktur 24
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
4.1. BETON:
4.1.1. Pengambilan Contoh
Pengambilan  contoh  beton harus dilakukan dengan cara  dan  dalam
jumlah yang sesuai dengan PBI ‘71.
Mengingat  W/C  factor yang sesuai disini adalah sekitar 0.50  -  0.55
maka pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan  menu-
rut pasal 4.9. ayat 3 P.B.I. 1971 tanpa menggunakan penggetar.
Pada  tahap  awal pembetonan pendahuluan harus dibuat  minimum  1
benda uji per 1.5 m3 volume adukan beton hingga diperoleh 20  benda
uji yang pertama sesuai dengan syarat PBI ‘71.

4.1.2. Tes Kuat Tekan Beton


Tes kuat tekan untuk mengetahui kekuatan beton harus dilakukan pada
umur beton 3, 7, dan 28 hari, dengan benda uji minimum 1,1, dan 2
buah untuk masing-masing hari tersebut di atas. Laporan hasil tes ini
harus segera dikirimkan ke direksi untuk evaluasi penerimaan mutu
beton.

4.1.3. Test Kelecakan/Slump Test


Bila tidak ditentukan lain, selama  pelaksanaan  harus ada pengujian
slump, persyaratan   minimum adalah 10 cm dan maksimum adalah 20
cm (pasal 4.4. PBI '71).
Slump  lebih besar dari 20 cm dapat diterima bila diberikan   persetujuan
tertulis dari direksi.

4.2. PENIMBANGAN BETON


4.2.1. Umum
Kecuali  ditentukan  lain,  persyaratan dalam ayat 4.2.2, 4.2.3  dan 4.2.4
harus dipenuhi.

Pekerjaan Struktur 25
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4.2.2. Ketelitian Timbangan dan Alat Ukur


Timbangan  dan alat ukur air harus dipelihara setiap waktu  sehingga
tercapai batas ketelitian tertentu yang disetujui oleh direksi.

4.2.3. Toleransi Berat


Berat  tiap-tiap  ukuran  agregat dan semen tidak  boleh lebih  atau
kurang dari 2% dari berat masing-masing  setelah  memperhitungkan
kandungan air dalam agregat.

4.2.4. Kadar Air Agregat


Kadar air agregat harus diukur sesaat sebelum pencampuran  agregat
dan harus selalu dilakukan untuk menjamin konsistensi campuran.

4.3. PENCAMPURAN BETON


4.3.1. Jenis Mixer
Mixer harus dari jenis batch kecuali ditentukan lain dan  ditunjukkan
bahwa mixer yang lain tersebut dapat memenuhi kinerja  yang
dikehendaki.

4.3.2. Toleransi Kisi Pengaduk


Kisi  pengaduk harus selalu dipelihara sehingga toleransi yang
ditentukan oleh pabrik pembuatnya dapat selalu dipenuhi.  Kisi
pengaduk harus segera diganti bila toleransi tersebut tidak dapat
dipenuhi lagi.

4.3.3. Pembersihan Kisi Pengaduk


Mixer  yang  tidak dipakai lebih dari 30 menit  harus  segera  dicuci
bersih-bersih sebelum dapat dipakai mengaduk batch yang lain.

Pekerjaan Struktur 26
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4.4. PENGECORAN DAN TRANSPORTASI BETON


4.4.1. Persetujuan Pengecoran
Sebelum pengecoran beton dimulai, harus sudah dipastikan bahwa
pembesian sudah terpasang dengan benar lengkap dengan penahan
jarak dan beton deking dan bebas dari kotoran, dasar pengecoran juga
sudah bersih, acuan juga sudah bersih dan sudah disiram sampai jenuh,
serta terpasang dengan benar dan rapat sehingga kebocoran bagian
cairan beton dapat dihindari. Alat pengontrol slump juga harus tersedia.
Pengecoran beton baru boleh dilakukan setelah direksi memeriksa
seluruh pembesian struktur yang akan dicor saat itu dan memberikan
persetujuan tertulis kepada kontraktor.
Apabila pengecoran beton dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh direksi.
Untuk Pengecoran pada Ruang Pamer harus disesuaikan dengan
gambar rencana dengan blok dilatasi min tiap 30 m2

4.4.2. Pemadatan
Beton harus dipadatkan menggunakan jarum penggetar (needle  vibra-
tor) dan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga  tidak  merusak
tulangan (pembesian) dan acuan. Penggetar lain hanya dapat  dipakai
bila ada persetujuan tertulis dari direksi.
Kontraktor harus menyediakan vibrator yang cukup sehingga pemadatan
beton pada waktu pengecoran dapat terjamin efisiensinya.

4.4.3. Perlindungan Pengecoran


Kontraktor harus menyediakan terpal, atau bahan lain untuk dipakai
melindungi pengecoran bila sewaktu-waktu datang hujan disaat
pengecoran. Pelindung tersebut harus selalu disiapkan di lokasi
pengecoran, setiap ada pengecoran, baik pengecoran dengan volume
besar maupun kecil. Pelindung harus ditempatkan pada tempat
pengadukan beton maupun pada tempat pengecoran.

Pekerjaan Struktur 27
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4.4.4. Cara Transportasi


Cara transportasi beton harus disetujui secara tertulis oleh direksi. Beton
harus dikirimkan dalam container kedap air sedemikian rupa  sehingga
kehilangan material dan segregasi dapat dihindarkan.

4.4.5. Pemompaan
Penggunaan  Pompa  beton dan cara penggunaannya  harus  disetujui
oleh direksi.

4.5. SIAR PELAKSANAAN (CONSTRUCTION JOINT) UMUM


4.5.1. Letak dan Detail
Letak  dan detail "construction joint" harus sesuai dengan apa  yang
direncanakan.
Bila  tidak ditentukan dalam gambar kerja, maka "construction  joint"
harus direncanakan sedemikian rupa sehingga  program  pelaksanaan
dan  letak "construction joint" tersebut tidak menyebabkan  berku-
rangnya kekuatan, daktilitas dan penampilan struktur yang dibuat.
Rencana pembuatan "construction joint" harus disetujui oleh direksi.

4.5.2. Syarat Lain


Suatu  "construction  joint"  hanya boleh dibuat  pada  suatu  posisi
dimana gaya gesernya minimum.
"Construction joint" harus tegak lurus dengan arah kerja gaya  tekan
pada penampang beton.
Pada perencanaan "construction joint" harus juga diperhatikan retak-
retak akibat temperatur dan "drying shrinkage".

4.5.3. Kondisi di Luar Rencana


Bila terjadi perhentian pengecoran pada daerah di luar yang
direncanakan, maka penyambungan beton baru dengan beton lama
pada daerah tersebut harus memakai perekat dari bahan dasar epoxy,

Pekerjaan Struktur 28
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

misalnya Sikadur 732, atau yang setara. Hal ini berlaku untuk perhentian
horisontal maupun vertikal.

4.5.4. Pembersihan Siar Pelaksanaan


Cara pembersihan siar pelaksanaan yang direkomendasi dapat dilihat
pada lampiran L1 dari syarat-syarat teknis.

4.6. SIAR PELAKSANAAN HORISONTAL


4.6.1. Umum
"Construction  joint  horizontal" harus diusahakan  sehorizontal
mungkin.

4.6.2. Pembersihan Siar Pelaksanaan


Sebelum penempatan beton segar untuk melanjutkan pekerjaan pembe-
tonan, permukaan dari beton yang ada harus dibersikan dari kotoran,
beton  dengan mutu yang jelek, partikel-partikel agregat yang  terlepas,
dikasarkan dengan melakukan "chipping" atau "scraping"  dibasahi
sampai jenuh  dan dilapisi pasta semen,  mortar  atau  epoxy resin.

4.6.3. Pengecoran Beton


Sebelum  menempatkan  beton segar yang baru,  acuan  harus  diikat
kembali dengan kuat.
Selama penulangan beton harus dilakukan pemadatan yang cukup  agar
terdapat ikatan yang kuat antara beton yang baru dengan beton yang
lama.

Pekerjaan Struktur 29
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4.7. SIAR PELAKSANAAN VERTIKAL


4.7.1. Acuan untuk Siar Pelaksanaan Vertikal
Selama  pengerjaan dari construction joint vertikal acuan  dari  joint
harus diikatkan secara kokoh dan beton segar yang  di  tuangkan di
dekat  joint tersebut harus  dipadatkan  dengan  cukup  dengan
menggunakan vibrator.

4.7.2. Pembersihan Siar Pelaksanaan


Sebelum penempatan beton segar untuk melanjutkan pekerjaan pembe-
tonan, permukaan dari beton yang ada harus  dibasahi  secukupnya
dan  dilapisi pasta semen, mortar atau epoxy resin setelah  dilakukan
pengasaran  pada permukaan beton dengan melakukan  chiping  atau
scraping.

4.7.3. Pengecoran Beton


Setelah  penuangan  beton segar harus  dilakukan  pemadatan  agar
dicapai ikatan yang sangat baik pada beton yang lama. Juga  disaran-
kan  setelah penuangan beton segar dilakukan vibrasi kembali  pada
saat yang tepat.

4.8.PERAWATAN BETON
4.8.1. Umum
Beton  harus  dilindungi dari pengaruh panas, pengaruh  hujan  dan
dihindarkan terjadinya  proses penguapan kandungan  airnya  dalam
kurun waktu yang cepat.

4.8.2. Waktu Perawatan


Hasil  pengecoran  beton harus selalu dibasahi paling  sedikit  untuk
selama 3 hari berturut-turut setelah 4(empat) jam dari selesainya
pengecoran.

Pekerjaan Struktur 30
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4.8.3. Curing Compound


Penggunaan  "Curing  Compound" harus dikonsultasikan  kepada  dan
mendapat persetujuan tertulis direksi.

4.9. SELIMUT BETON (BETON DEKING)


4.9.1. Selimut Beton Minimum
Beton  deking (selimut beton) minimal yang diijinkan adalah  2.5 cm,
kecuali ditentukan lain dalam syarat-syarat Khusus.

4.9.2. Tahu Beton


Untuk mendapatkan beton deking yang ditentukan, besi beton  yang
terdekat dengan acuan harus diganjal dengan tahu beton.
Pemasangan tahu beton ini harus diikat dengan kuat dengan
menggunakan bindraat yang tertanam dengan baik pada tahu  beton,
pada besi tulangan.

4.9.3. Ukuran Tahu Beton


Ukuran  tahu  beton ini adalah 5 cm x 5 cm x 2,5  cm atau dari potongan
pipa PVC minimum diameter 2”,  terbuat  dari campuran 1 PC : 4 Pasir.

4.10. PEMBESIAN/TULANGAN BETON


4.10.1. Pembuatan tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokan,
sambungan, kait-kait, dan pembuatan sengkang harus sesuai dengan
SK SNI T-15-1991-03.
4.10.2. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar konstruksi.
4.10.3. Kontraktor harus menginformasikan hal-hal yang tidak/belum jelas,
atau rancu dan meminta persetujuan jalan keluar dari kerancuan
informasi tersebut.

Pekerjaan Struktur 31
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4.10.4. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus memiliki jarak
yang sesuai dengan syarat terhadap papan acuan atau lantai kerja
dengan memasang beton deking sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03.
Tali pengikat harus dari baja lunak dan tidak disepuh seng dengan
diameter minimum 0,4mm dan telah dipijarkan terlebih dahulu.
4.10.5. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
proyek dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari pemilik.
4.10.6. Stek untuk Penyambungan Tulangan
Baja  tulangan yang dipakai untuk stek harus mempunyai  penampang
dan jumlah sama dengan tulangan yang disambung.
Panjang  stek  minimal 40 x penampang baja  tulangan  utama  untuk
panjang penerusan. Perletakan  baja stek harus dijaga agar tetap lurus
dan  tidak  dapat digerak-gerakkan agar tidak merusak struktur.
Stek tanam harus memakai tulangan polos BJTP 24 untuk menghindari
pembengkokan ulang pada tulangan ulir BJTD 40.

4.11. ACUAN/BEKISTING
4.11.1. Bahan
Acuan  yang dipergunakan dapat dibuat dari kayu, beton,  baja  atau
pasangan bata diplester.

4.11.2. Perencanaan
Pemborong harus merencanakan acuan sedemikian rupa sehingga
tidak ada perubahan  bentuk  dan cukup  kuat  menampung  beban-
beban sementara maupun pelaksanaan.
Perencanaan  acuan dan konstruksinya harus dapat  menahan  beban-
beban, tekanan  lateral  dan tekanan  yang  diizinkan  seperti  pada
“Recommended Practice  for  Concrete  formwork"  (ACI.347-68)  dan
peninjauan terhadap beban angin dan lain-lain peraturan yang dikontrol
terhadap Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

Pekerjaan Struktur 32
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Semua acuan harus diberi penguat datar silang sehingga kemungkinan


bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindarkan.
Acuan  juga  harus cukup rapat untuk  mencegah  kebocoran  bagian
cairan dari adukan beton (mortar leakage). Semua lubang yang
memungkinkan kebocoran harus ditutup dengan layak.
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukannya kemudahan
inspeksi  direksi.
Penyusunan  acuan  harus  sedemikian  rupa  sehingga  pada  waktu
pembongkarannya  tidak menimbulkan kerusakan pada bagian
maupun keseluruhan beton hasil pengecoran.

4.11.3. Pemeriksaan
Pada bagian terendah (dari setiap tahap pengecoran) dari acuan kolom
atau dinding  harus ada bagian yang mudah dibuka  untuk  inspeksi
dan pembersihan.

4.11.4. Pembersihan Sebelum Pengecoran


Acuan  harus bersih dan dibasahi sampai jenuh terlebih dulu  sebelum
pengecoran. Harus  diadakan  tindakan  untuk  menghindarkan
terkumpulnya air pembasahan tersebut pada sisi bawah.

4.11.5. Ketelitian
Pemborong bertanggung jawab penuh terhadap kekuatan acuan dan
penyanggahnya serta ketelitian penempatan dan demensinya.

4.11.6. Toleransi
Toleransi  dimensi  untuk pemasangan acuan harus  memenuhi
syarat: toleransi penampang - 0.5 + 1.0 cm

Pekerjaan Struktur 33
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4.11.7. Pembongkaran
Pembongkaran  acuan sepanjang tidak ditentukan lain  dalam  gambar
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi  dan
mengikuti pasal 5.8. dan 6.5. dari P.B.I. 1971.

4.11.8. Bahan-bahan Lain untuk Acuan


Alat Penyambung
Alat-alat penyambung yang dipakai harus memenuhi syarat  tegangan  yang
ditentukan oleh pabrik pembuatnya dengan  pembuktian test kekuatan.

Release Agent
Untuk  mempermudah pembongkaran acuan, dapat digunakan  "release agent".
"Release  agent" yang dipakai tidak boleh memberi pengaruh  buruk pada
kwalitas beton atau mempengaruhi ikatan beton  antara  beton dengan
material-material finishing dan harus mendapat  persetujuan dari direksi.

Lantai Kerja
Khusus  untuk  pekerjaan beton bertulang  yang  terletak  langsung diatas tanah,
harus dibuatkan lantai kerja dari beton   dengan campuran perbandingan volume
semen : pasir : batu pecah mesin = 1 : 3 : 6.

5. KRITERIA PENERIMAAN PEKERJAAN BETON STRUKTURAL


5.1. Mutu harus sesuai dengan syarat-syarat yang sudah ditetapkan.
5.2. Hasil akhir pekerjaan beton dapat diterima bila bebas dari keropos karena
kebocoran bagian cairan beton, terkelupas saat melepas acuan, maupun
karena adanya sarang kerikil.
5.3. Bila ayat 5.2 sudah dipenuhi maka untuk perhitungan prestasi fisik. bagian
tersebut dapat diperhitungkan. Pemilik berhak menolak perhitungan
prestasi fisik yang diajukan kontraktor bila ayat 5.2 masih belum terpenuhi.

Pekerjaan Struktur 34
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

6. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


Kontraktor bertanggung jawab penuh atas mutu beton, kualitas hasil
konstruksi dan finishing, waktu, keselamatan kerja, ataupun hal-hal lain yang
berhubungan dengan konstruksi yang mungkin terjadi. Adanya persetujuan
atau hadirnya direksi di lapangan tidak untuk mengurangi tanggung jawab
kontraktor akan kualitas, waktu, keselamatan kerja, atau hal-hal lain yang
berhubungan dengan konstruksi yang mungkin terjadi.

5B. PERSYARATAN KHUSUS BETON STRUKTURAL


1. UMUM
1.1. Semua  bahan  dan pekerjaan harus  memenuhi  syarat-syarat yang
terdapat  dalam Persyaratan Umum  Beton Struktural  dan syarat-syarat
khusus yang ada pada syarat-syarat ini serta syarat-syarat lain yang tertera
pada gambar-gambar  konstruksi.
1.2. Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara gambar konstruksi dengan
syarat-syarat khusus ini, maka  syarat-syarat yang terdapat dalam gambar
konstruksi harus dikuti.

2. MUTU BETON
2.1. Mutu beton yang dipakai adalah sebagai berikut :
Untuk semua beton struktur menggunakan K-225, tegangan tekan
karakteristik 225 kg/cm2
Untuk Plat Lantai dasar tiap luas bidang 6 x 5 m 2 dipotong dengan dilatasi
3 cm dalam jangka waktu 24 jam setelah pengecoran yang kemudian diisi
dengan joint sealant.
2.2. Kelecakan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
Untuk semua elemen : slump antara 100 s/d 120 mm

Pekerjaan Struktur 35
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

3. MUTU BAJA TULANGAN


Mutu baja tulangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Untuk  baja  tulangan  diameter lebih  besar  dari  12  mm digunakan  baja
ulir dengan mutu BJTD 40,  tegangan  leleh karakteristik 40 kg/mm2.
Untuk baja tulangan diameter lebih kecil atau sama  dengan 12  mm
digunakan baja polos dengan mutu BJTP 24,  tegangan leleh karakteristik
24 kg/mm2.

4. TEBAL PENUTUP BETON


Telah dijelaskan pada gambar dengan terperinci, untuk masing-masing
elemen struktur.

5. STEK TULANGAN PADA KOLOM YANG BERDAMPINGAN DENGAN


DINDING BATA
Setiap dinding kolom yang berdampingan dengan dinding bata harus
dipasang stek besi untuk penjangkaran dengan diameter 6mm, jangkar yang
tertanam dalam kolom dan dinding bata 200 mm ditambah kait, dipasang
setiap jarak 750 mm.

6. PERBAIKAN BETON CACAT


a. Dalam hal ini, cacat pada beton adalah:
 keropos,
 sarang kerikil,
 cairan beton bocor keluar bekisting,
 retak susut,
 cold joint,
 cuwil/rompal,
 permukaan beton terkelupas karena beton melekat pada bekisting,
 udara terjebak,
 bleeding,
 dll.

Pekerjaan Struktur 36
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

b. Perbaikan beton cacat tersebut adalah sebagai berikut:


Secara umum, setelah beton dibongkar sampai ditemui beton yang keras
dan memenuhi syarat, perbaikan dapat dilakukan untuk 2 (dua) keadaan:
bila tebal bongkaran tidak lebih dari 30 mm, maka diperbaiki dengan
Sikatop 122 atau yang setara, sedangkan bila lebih dari 30 mm maka
harus diperbaiki dengan Sikagrout 215 atau yang setara.
Khusus untuk bleeding, setelah air bleeding tersebut dibuang maka
permukaan beton harus ditaburi dengan semen dengan takaran + 3
kg/m2.
Keputusan pemilihan cara perbaikan beton cacat akan ditinjau kasus per
kasus.
c. Perbaikan ini harus dilakukan dengan persetujuan dan sepengetahuan
pemilik, tanpa persetujuan dari pemilik maka perbaikan tersebut tidak
diakui dan harus dibongkar dan dilakukan perbaikan ulang.

7. BIAYA PENGUJIAN
Seluruh  beaya  pengujian bahan baik beton  maupun  baja  tulangan menjadi
tanggungan kontraktor.

8. PENGUJIAN BAJA TULANGAN


Bila tidak ditentukan lain, maka pengambilan benda uji untuk tes tarik baja
adalah sebagai berikut:
a. untuk diameter 16 mm, benda uji diambil sebanyak 2 (dua) buah setiap 10
ton, untuk masing-masing diameter.
b. untuk diameter yang lebih besar dari 16 mm, benda uji diambil sebanyak 2
(dua) buah setiap 20 ton, untuk masing-masing diameter.

Pekerjaan Struktur 37
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

BAB VI
PERSYARATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA

1. UMUM
1.1. BAHAN
Semua bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ada
pada Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 83),
Persyaratan Umum Untuk Pekerjaan Struktur, syarat-syarat dalam
bagian ini dan syarat-syarat khusus yang ada pada syarat-syarat ini.

1.2. PERATURAN DAN STANDARD


Peraturan-peraturan dan pedoman standard yang dipakai :
1. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBI) Mei 1984
2. American Institute of Steel Construction (AISC) Manual of Steel
Construction-8th Edition",1980
3. American National Standars Institute (ANSI): B27.265 Plain Washers".
4. American Society for Testing and Materials (ASTM)
Specifications:
- ASTM A 36 - 70a Structural Steel
- ASTM A 53 - 72a Welded and Seamless Steel Pipe.
- ASTM A153 - 71 Zink Coating (hot dip) on Iron and Steel
Hardware.
- ASTM A307 - 68 Carbon Steel Externally Threaded Steel
Hardware.
- ASTM A325 - 71a High Strength Bolts for Strucural Steel Joint,
Including Suitable Nuts and Plain Hardened Washers.
- ASTM A490 - 71 Quenched and Tempered Alloy Steel Bolts
for Structural Steel Joints".

Pekerjaan Struktur 38
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

2. BAJA STRUKTURAL
2.1. PENGGUNAAN AISC DAN PPBBI
Kecuali kalau diatur secara tersendiri maka semua bahan-bahan untuk
konstruksi baja harus memenuhi spesifikasi "American Institute of Steel
Construction (AISC)" dan PPBBI 1984.

2.2. BAJA PROFIL


Kecuali kalau diatur secara tersendiri, semua material profil, pelat dan
kisi-kisi yang akan dibuat konstruksinya secara las harus terbuat dari
Jenis baja karbon yang memenuhi persyaratan A.S.T.M. A36 atau yang
setara

2.3. PIPA
Untuk semua jenis pipa juga harus dari baja karbon yang memenuhi
persyaratan A.S.T.M. A35 type E atau S.

2.4. BAJA TERLAPIS SENG


Baja terlapis seng harus memenuhi ASTM A123.

2.5. BAHAN STRAND


Bahan dari stainless steel. Strand harus sesuai dengan ASTM A586,
dengan kapasitas minimum 25ton. Sambungan strand juga harus mampu
menahan gaya sebesar minimum 25 ton. Semua data teknis yang
berkaitan dengan strand maupun sambungan strand harus sudah
diserahkan pada direksi sebelum pelaksanaan.

2.6. BAHAN BARU


Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru,
yaitu bahan yang belum pernah dipergunakan sebelumnya dan harus
disertai sertifikat pengiriman dari pabrik.

Pekerjaan Struktur 39
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

3. BAUT DAN MUR


3.1. BAHAN PENGIKAT
Bahan-bahan pengikat struktur/konstruksi utama : baut- baut, mur-
mur/sekerup-sekerup dan ring-ring disyaratkan sebagai berikut :
1. Untuk sambungan bukan baja ke baja, harus dari baja karbon yang
memenuhi persyaratan A.S.T.M A370 dan telah digalvanis.
2. Untuk sambungan baja ke baja, harus dari baja karbon yang
memenuhi persyaratan ASTM A325 dan atau ASTM A490 dan harus
telah terlapis cadmium.
3. Untuk sambungan logam yang berlainan jenis bahannya, pengikat-
pengikat harus dari baja tahan korosi yang memenuhi persyaratan
ASTM A 275 type 321.
4. Ring untuk baut biasa harus memenuhi A.N.S.I. B27, type A.

3.2. BAUT ANGKUR


Baut angkur dan sekrup-sekrup / mur-mur harus memenuhi
persyaratan ASTM A36 atau A325.

3.3. SEKRUP
Lapisan seng untuk produksi uliran sekrup harus memenuhi ASTM A153.

3.4. BAUT DAN MUR YANG TIDAK TERLAPIS


Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM
A307 dengan type baut segi enam (hexagon-bolt type).

4. BAHAN LAS
Bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari "American Welding
Society" (AWS D1. 0-69: Code for Welding in Building Counstruction).

Pekerjaan Struktur 40
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

5. PERENCANAAN DAN PENGAWASAN


5.1. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWINGS)
Sebelum pekerjaan fabrikasi di pabrik dimulai Pemborong harus
menyiapkan gambar-gambar kerja yang menunjukkann detail-detail
lengkap dari semuua komponen, panjang serta ukuran las, jumlah, ukuran
serta tempat baut-baut serta detail-detail lain yang diperlukan.

5.2. KETELITIAN
Pemborong wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap
semua ukuran dan dimensi yang tercantum pada gambar kerja.

5.3. MUTU PEKERJAAN


1. Seluruh pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang
berkualitas tinggi, seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan
ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat
dipasang dengan tepat di lapangan.
2. MK/Pengawas mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan di pabrik
pada saat yang dikehendakinya, dan tidak ada pekerjaan yang boleh
dikirim ke
3. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar
atau spesifikasi ini akan ditolak.

6. STANDARD PENGELASAN
6.1. KESESUAIAN DENGAN GAMBAR KERJA
Pengelasan harus sesuai dengan gambar kerja yang telah disetujui
pengawas dan harus mengikuti prosedur yang berlaku seperti AWS atau
AISC Spesification.

Pekerjaan Struktur 41
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

6.2. PERSONIL YANG CAKAP


Pelaksanaan pengelasan harus oleh personil yang memiliki kecakapan
untuk pekerjaan lasdan dibawah pengawasan personil yang secara
teknis bertanggung jawab untuk pekerjaan tersebut.

6.3. PENGGUNA LAS LISTRIK


Penyambungan bagian-bagian konstruksi baja harus dilakukan dengan las
listrik, serta hasilnya harus memenuhi persyaratan teknis.

6.4. KEBERSIHAN
Bagian konstruksi yang akan di las harus dibersihkan dari bekas- bekas
cat, karat, lemak, kerak-kerak dan kotoran-kotoran lainnya.

6.5. PERSETUJUAN PENGELASAN


Pengelasan dapat dilakukan setelah diperiksa bahwa hubungan yang
akan dilas sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
untuk konstruksi itu.

6.6. POSISI PENGELASAN


Kedudukan konstruksi baja yang segera akan dilas harus menjamin
situasi yang paling aman bagi pengelas dan kualitas hasil pengelasan
yang dilakukan.

6.7. PEMBERSIHAN KERAK (SLAG)


1. Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka lapisan
yang terdahulu harus dibersihkan dari kerak (slag) dan percikan-
percikan logam sebelum memulai dengan lapisan las yang baru.
2. Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau retak harus dibersihkan
kembali dan diulang sejak awal.

Pekerjaan Struktur 42
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

3. Pada pekerjaan las ulangan, sebelum mengadakan las ulangan, baik


bekas lapisan pertama, maupun bidang-bidang benda kerja harus
dibersihkan dari kerak (slag) dan kotoran lainnya.

6.8. PERLINDUNGAN TERHADAP HUJAN DAN ANGIN


Lokasi tempat pengelasan serta konstruksi yang akan dilas, harus
terlindung dari hujan dan angin kencang selama pengelasan berlangsung.

7. LUBANG-LUBANG BAUT
Pembuatan lubang baut harus dilaksanakan di pabrik dan harus dikerjakan
dengan alat bor.

8. SAMBUNGAN
Untuk sambungan komponen konstruksi yang tidak dapat dihindarkan,
berlaku ketentuan hanya diperkenankan maksimal satu sambungan dan
dilaksanakan dengan las tumpul/full penetration atau but weld.

9. PEMASANGAN PERCOBAAN/TRIAL ERECTION


Bila dipandang perlu oleh MK, Pemborong dapat diwajibkan
melaksanakan pemasangan percobaan dari sebagian atau seluruh
pekerjaan Konstruksi atas biaya pemborong.
Komponen yang tidak cocok atau yang tidak sesuai dengan gambar dan
spesifikasi dapat ditolak oleh MK.
Pemasangan percobaan ini tidak boleh dibongkar sebelum mendapat
persetujuan MK.

10. PENGECATAN
10.1. UMUM
Semua bahan konstruksi baja harus dilapis cat, kecuali baja yang
akan ditanam di dalam beton tidak boleh di cat.

Pekerjaan Struktur 43
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

10.2. CAT DASAR


Cat dasar adalah jenis zink chromate setaraf ICI atau Danapaints dan
pelaksanaan pengecatan pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan
satu kali di lapangan.

10.3. SAMBUNGAN DENGAN BAUT


Untuk lubang baut kekuatan tinggi (high strength bolt) permukaan baja
tidak boleh dicat.
Pengecatan harus dilakukan setelah baut selesai dipasang.

10.4. CAT AKHIR


Cat akhir adalah jenis gloss enamel paint setaraf ICI atau Danapaint
dan dilakukan 2 kali di lapangan kecuali bila dinyatakan lain dalam
gambar atau persyaratan teknis Bab Arsitektur.

11. GROUTING
Dibagian bawah dari base plate harus digrout dengan bahan setara
"Master Flow 713 Grout", dengan tebal minimum 2.5 cm. Cara pemakaian
harus sesuia spesifikasi pabrik.

12. PEMASANGAN AKHIR/FINAL ERECTION


12.1. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KERJA
Peralatan untuk pemasangan akhir harus sesuai dan sebanding
dengan pekerjaannya dan dalam kondisi kerja yang baik.

12.2. BAGIAN YANG TIDAK PAS


Bila dijumpai bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat
dipasang atau ditempatkan sebagaimana mestinya sebagai akibat
dari kesalahan fabrikasi atau perubahan maka keadaan itu harus
segera dilaporkan kepada MK untuk diperoleh cara perbaikannya.

Pekerjaan Struktur 44
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

12.3. PERBAIKAN BAGIAN YANG TIDAK PAS


Perbaikan kesalahan harus dilakukan dihadapan MK, dan pekerjaan
perbaikan tersebut adalah menjadi tanggungan Kontraktor.

12.4. PERALATAN YANG DIPERLUKAN


Pemborong harus selalu menyediakan peralatan pemasangan dalam
jumlah yang cukup. Termasuk sebagai peralatan pemasangan
adalah sabuk pengaman dan tali-tali harus digunakan oleh para
pekerja khususnya pada saat bekerja ditempat yang tinggi, disamping
pengaman yang berupa "platform" atau jaringan ("net").

12.5. PEMBERIAN KODE (MARKING)


Untuk kemudahan pemasangan, setiap komponen diberi kode/marking
yang sesuai dengan gambar pemasan

12.6. IKATAN-IKATAN SEMENTARA


Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan
sementara harus digunakan untuk mencegah terjadinya tegangan-
tegangan yang melewati tegangan izin. Ikatan-ikatan itu tetap
dipasang sampai keseluruhan konstruksi selesai.

12.7. SAMBUNGAN SEMENTARA


Sambungan-sambungan sementara berupa las maupun baut harus
diberikan kepada bagian konstruksi untuk menahan beban mati, angin
dan tegangan-tegangan selama pembangunan.

12.8. PEERSEDIAAN BAHAN


Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain
harus telah disediakan dengan lengkap dan siap dipasang
sebagaiamana mestinya sesuai dengan gambar.
Baut kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci torsi (torque
wrench).

Pekerjaan Struktur 45
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

13. TOLERANSI
13.1. KOLOM
Penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari 1/500
dari tinggi vertikal kolom.

13.2. KESELURUHAN
Toleransi keseluruhan tidak boleh lebih dari L/1000 untuk semua
komponen.

14. CONTOH BAHAN


14.1. PERSETUJUAN CONTOH BAHAN
pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus memberikan contoh-
contoh material antara lain : baja profil, kawat las, cat dasar dan akhir
dan lain-lain untuk mendapat persetujuan MK.

14.2. STANDARD PENERIMAAN


Contoh-contoh yang telah disetujui oleh MK akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk pemeriksaan /penerimaan material yang dikirim
oleh Pemborong ke lapangan.

14.3. PENYIMPANAN CONTOH BAHAN


Pemborong diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
material yang telah disetujui tersebut dalam Bangsal Pengawas/ Direksi
Keet

15. PENGUJIAN MUTU BAHAN


15.1. SERTIFIKAT PABRIK
Sebelum dilaksanakan pabrikasi/pemasangan, Pemborong diwajibkan
memberikan pada MK "Certificate Test" bahan baja profil, baut-baut,
kawat las, cat dari produsen/pabrik.

Pekerjaan Struktur 46
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

15.2. TEST
Bila tidak ada "Certificate Test", atau mutu bahan diragukan oleh MK,
pemborong atas biaya sendiri harus melakukan pengujian atas baja
profil, baut, kawat las di laboratorium yang ditunjuk/disetujui oleh MK.

15.3. PENGUJIAN LAS


Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type pekerjaan
pengelasan dan tiap jenis dari bahan yang akan di las.
Pengujian yang bersifat merusak contoh dari prosedur dan kualifikasi
pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370.

16. PENGUJIAN YANG TIDAK MERUSAK


16.1. UMUM
Khusus untuk bagian-bagian konstruksi dengan ketebalan bagian yang
dilas tidak lebih dari 2 cm, pemeriksaan mutu pengelasan dilakukan
secara visuil, bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian
tersebut harus diuji dengan cara-cara seperti dibawah ini dan sesuai
standar AWS D 1.0.

16.2. ULTRASONIK
Pemeriksaan dengan "Ultrasonic" sesuai dengan lampiran C dari AWS D
1.0 atau persyaratan ASTM E114 - 75 : Ultrasonic Contact Method :
E164 - 74 : Ultrasonic Examination or Weldmends: E273 - 68 : Ultrasonic
Inspection of Longitudinal and Spiral Welds of Welded Pipe ad Tubing
(1974).

16.3. MAGNETIC PARTICLE


Cara pemeriksaan dengan "Magnetic Particle" harus sesuai dengan
ASTM E109.

Pekerjaan Struktur 47
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

16.4. LIQUID PENETRANT


Cara pemeriksaan dengan "Liquid Penetrant" harus sesuai dengan
ASTM E109.

16.5. TITIK DAN JUMLAH TEST


Titik-titik/bagian konstruksi yang akan dilakukan pengujian dan jumlah
pengujian ditentukan atau dipilih oleh MK.

16.6. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan visuil mutu pengelasan dilakukan ketika pelaksanaan
pengelasan berlangsung dan setelah tahap pekerjaan diselesaikan.
Bagian pengelasan yang telah diselesaikan, harus disikat dengan sikat
kawat sampai bersih sebelum MK melakukan pemeriksaannya.
MK akan memberikan perhatian pada permukaan yang pecah-pecah,
poros,masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan bawah,
lewatan/overlap, kantong udara dan ukuran las. Pengelasan yang dinilai
rusak harus diperbaiki kembali sesuai dengan persyaratan AWS.D 1.0.

17. HASIL PENGUJIAN


Hasil pengujian dari laboratorium/lapangan harus diserahkan pada MK
secepatnya. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian
bahan/las dan sebagainya, menjadi tangggung jawab Pemborong.

Pekerjaan Struktur 48

Anda mungkin juga menyukai