Anda di halaman 1dari 17

SPESIFIKASITEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS
SYARAT-SYARAT TEKNIS

A. RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT TEKNIS UMUM PELAKSANAAN DAN


PENYELESAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PERATURAN TEKNIS UMUM

Pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan ketentuan seperti


tercantum di bawah ini, termasuk semua perubahan-perubahan hingga saat ini seperti
:
a) Peraturan Perundang-undangan yang dikeluarkan Pemerintah Republik
Indonesia.
b) Standar Industri Indonesia (SII)
c) Peraturan-Peraturan Umum (Algemene Voorwaarden) disingkat A.V.41.
d) Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1971
e) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961
f) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 disingkat PPBBI.
g) Peraturan tentang Instalasi Listrik PUIL-1989 dan Ketetapan PLN.
h) Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979 dan Perusahaan Air Minum.
i) Peraturan Kebakaran Menteri Pekerjaan Umum No.02/”KMK”TS/1985.
j) Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan DepartemenTenaga Kerja tentang
pengguna-an tenaga keselamatan dan kesehatan kerja.
k) Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DTPI
1969.
l) Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara oleh Departemen Pekerjaan Umum.
m) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1983.
n) Peraturan Perc. Tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983 beserta
pedomannya.
o) American Society For Testing Materials (ASTM).
p) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982.
q) Peraturan Cat Indonesia ( NI – 4 ).
r) Peraturan Semen Portland (NI – 8).
s) Tata cara perhitungan struktur beton utk bangunan Gedung SK–SNI–T–15–
1991–03.
t) Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK.SNI T – 15 1990
– 03).
u) Pepres R.I. No. 70 Tahun 2012.
v) Ketentuan – ketentuan lain yang ada termasuk ketenttua – ketentuan pengganti
serta petunjuk – petunjuk dari Direksi / Pengawas.

PASAL 2 : URAIAN PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN.

2.1. Sebelum mulai pelaksanaan, Kontraktor wajib mempelajari terlebih dahulu


dengan seksama gambar kerja, Rencana kerja dan Syarat-syarat beserta Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan. Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada

1
SPESIFIKASITEKNIS

Konsultan Pengawas setiap ada perbedaan ukuran dari gambar-gambar,


termasuk antara gambar dan RKS untuk mendapat persetujuan, bila tidak maka
akibat dari kelalaian tersebut, dalam hal ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari Kontraktor.
2.2. Penyerahan Lapangan Area Tempat Pekerjaan akan diserahkan kepada
Kontraktor segera sesudah dikeluarkan Surat Keputusan Penunjukan (SPK),
dalam keadaan seperti waktu pemberian penjelasan pekerjaan.

Kontraktor dianggap sudah memahami benar-benar mengenai :


a. Letak bangunan yang akan dibangun.
b. Batas-batas persil/kaveling maupun keadaannya pada waktu itu.
c. Keadaan kontour tanah.
d. Segala sesuatu yang ada dilokasi.
2.3. Kotraktor wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan Dokumen
Kontrak (Gambar-gambar, RKS, Kontrak, Berita Acara) ditempat pekerjaan
untuk dapat digunakan setiap saat oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
2.4. Atas perintah Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas kepada kontraktor dapat
dimintakan membuat gambar-gambar penjelasan dan perincian bagian-bagian
khusus, dengan semua biaya atas beban Kontraktor. Gambar-gambar tersebut
setelah disetujui Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas menjadi kelengkapan
gambar-gambar pelaksanaan.
2.5. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang
pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan, Pelaksana berhubungan
dengan Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas untuk ikut menyak-sikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan
pengesahan /persetujuannya.
2.6. Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan dari Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas dianggap
berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
2.7. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini
harus benar-benar baru dan teliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain di dalam
RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus mendapatkan
pengesahan/persetujuan dari Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang
ditunjuk oleh Pemberi Tugas sebelum akan dimulai pelaksanaannya.
2.8. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian / perapihan,
dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Pelaksana yang benar-benar ahli.
2.9. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan
harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
2.10. Cara-cara menimbun bahan-bahan dilapangan, digudang harus memenuhi
syarat teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.

PASAL 3 : JADWA L

Paling lambat 1 (satu ) minggu setelah diterimanya Surat Penunjukkan, Kontraktor


diharuskan mengajukan :
3.1. Jadwal waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara terperinci
3.2. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.
3.3. Jadwal Pengadaan bahan dan Peralatan Kerja.
3.4. Diagram arus tunai (Cash – Flow).

2
SPESIFIKASITEKNIS

Bagan-bagan yang disebut diatas (3.1 sampai dengan 3.4) harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas sebagai
dasar/patokan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dan wajib mengikutinya.

PASAL 4 : PENENTUAN PEIL DAN UKURAN

4.1. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan


Pengawas, bagian pekerjaan yang akan dimulai, untuk dicetak terlebih dahulu
ketentuan peil-peil dan ukuran-ukurannya.
4.2. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran – ukuran satu sama lain
dalam tiap pekerjaan dan segera melaporkan secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan / konsultan Pengawas, setiap terdapat selisih / perbedaan-perbedaan
ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya. Tidak dibenarkan Pelaksana
kontraktor membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
4.3. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut
peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
4.4. Mengingat setiap kesalahan selaluakan mempengaruhi bagian-bagian
pekerjaan selanjutnya, maka ketetapanpeil dan ukuran tersebut mutlak perlu
diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak ditolirir
dan Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas
berhak untuk membongkar pekerjaan atas biaya Kontraktor.
4.5. Alat Ukur yang dipakai minimal adalah Waterpas dan Thedolite yang sudah
dikalibrasi untuk mendapatkan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.
4.6. Peil Dasar
- Lantai dasar gedung adalah peil 0,00
- As jalan pada halaman adalah peil 0,50

PASAL 5 : PEMAKAIAN UKURAN

5.1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menempati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat dan gambar – gambar
berikut tambahan dan perubahannya.
5.2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dan memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan /
Konsultan Pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam
RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan. Kontraktor baru diijinkan
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
5.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan di dalam hal apa
pun menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya
kepadanya diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua
gambar-gambar yang ada.

PASAL 6 : PENYERAHAN SKEMA ORGANISASI PROYEK

6.1 Bersamaan waktunya dengan penyerahan Rencana Kerja Kontraktor wajib pula
menyerahkan suatu bentuk Skema Organisasi yang akan digunakan dalam

3
SPESIFIKASITEKNIS

pelaksanaan proyek ini, untuk diperiksa dan mendapatkan persetujuan Direksi


Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
6.2 Sebagai lampiran dari Skema Organisasi tersebut, Kontraktor harus
menyerahkan suatu daftar usulan nama-nama petugas yang akan ditugaskan
diproyek ini lengkap dengan jabatan daftar riwayat hidup / pengalaman kerjanya.

PASAL 7 : PENYERAHAN WEWENANG KEPADA KUASA KONTRAKTOR.

7.1 Kontraktor wajib menetapkan seorang petugas yang akan bertindak sebagai
wakil atau kuasanya untuk mengatur dan memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan (untuk selanjutnya disebut Pelaksana).
7.2 Pemberi kuasa ini sama sekali tidak berarti mengurangi tanggung jawab
Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan baik sebagian atau pun
keseluruhan.

PASAL 8 : TENAGA AHLI ( PEKERJAAN KHUSUS )

8.1. Kontraktor harus menyertakan tenaga ahli yang telah ditunjuk oleh pabrik
pembuat bahan. Peralatan yang dipasang untuk mengawasi, memeriksa dan
menyetel pemasangan bahan, peralatan hingga bahan / peralatan tersebut bisa
berfungsi dengan sempurna.
8.2. Kontraktor harus menugaskan minimal 2 orang tenaga ahli yang harus selalu
berada di proyek.

PASAL 9 : PEMBERHENTIAN PELAKSANA / PETUGAS

9.1. Bila dikemudian hari ternyata Pelaksana Dan Petugas yang ditunjuk Kontraktor,
oleh Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas dianggap kurang atau tidak
mampu menunjukan kecakapannya maka Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas berhak memerintahkan Kontraktor untuk mengganti Pelaksana /
Petugas tersebut.

9.2. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah Surat Perintah Direksi
Pekerjaan tesebut keluar. Kontraktor harus sudah menunjuk seorang pelaksana
/petugas yang baru yang memenuhi persyaratan yang di minta.

PASAL 10 : PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR

10.1. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan. harus


diadakan oleh Kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel.
Meteran upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan
selesai adalah beban Pelaksana/Kontraktor.
10.2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan
didapatkan dari sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan tersebut.
Kontraktor harus memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain pekerjaan untuk
mengalirkan air dan mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan selesai. Biaya
untuk pekerjaan pengadaan air sementara adalah beban Kontraktor.
10.3. Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung dan mengisap air dari saluran
induk, dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin dari Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas

4
SPESIFIKASITEKNIS

PASAL 11 : IKLAN

Pelaksana tidak diizinkan memasang iklan dalam bentuk apapun dilapangan kerja atau
ditanah yang berdekatan tanpa izin dari Direksi Pekerjaan / Konsultan pengawas.

PASAL 12 : JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR

12.1. Pemakaian jalan masuk ketempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak
Kontraktor dan sesuai dengan kebutuhan proyek tersebut.
12.2. Kontraktor diwajibkan memberisihkan kembali jalan masuk pada waktu
penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkan dan
menjadi beban Kontraktor.
12.3. Perizinan tentang jalan keluar masuk proyek menjadi tanggung jawab Kontraktor
termasuk biaya yang timbul.

PASAL 13 : PAPAN NAMA PROYEK

Kontraktor wajib menyediakan papan nama proyek sesuai dengan ketentuan yang ada
dalam peraturan Pemerintah Daerah Setempat.

PASAL 14 : PENYEDIAAN TEMPAT / RUANG KERJA / KANTOR DIREKSI DAN KONSULTAN


PENGAWAS.

14.1. Kontraktor wajib membangun sebuah bangunan yang akan digunakan untuk
kantor petugas-petugas Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas hingga cukup
memenuhi syarat sebagai suatu ruang kerja dan mengadakan rapat-rapat
lapangan (Site Meeting). Gambar dan ukuran akan ditentukan.
14.2. Kantor Direksi Lapangan
a. Kantor Direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk
menyimpan dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan proyek.
b. Di dalam Kantor Direksi Lapangan harus ditempatkan ruang WC dengan
baik air bersih secukupnya dan dirawat kebersihannya.
c. Posisi dan denah gambar Kantor Direksi Lapangan tergambar pada gambar
rencana pagar proyek.
d. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia di proyek :
 1 (satu) alat ukur Theodolite type T6.
 1 (satu) alat ukur Schuidmaat (jangka sorong).
 1 (satu) mesin tik portable 18”.
 1 (satu) kamera biasa lengkap dengan blitsnya.
 2 (dua) pasang sepatu proyek dan helm proyek.

14.3. Kantor Pemborong dan Los Kerja

a. Pemborong harus menyediakan 3 (tiga) buah penyemprot api (extinguzer)


20 kgs /cm2. 1 (satu) di Pemborong, 1 (satu) diletakan di kantor Direksi
Lapangan. 1 (satu) diletakan di daerah yang strtegis di los kerja.

5
SPESIFIKASITEKNIS

b. Khusus untuk tempat simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus


dibuatkan kotak simpan di pagar dengan dinding papan, sehingga masing-
masing bahan tidak tercampur dengan lainnya.
Pemborong tidak diperkenankan :
 Menyimpan alat-alat, bahan bangunan di luar pagar proyek, walaupun
untuk sementara.
 Menyimpan bahan-bahan yang ditolak Direksi Lapangan karena tidak
memenuhi syarat.

PASAL 15 : PEKERJAAN JARING PENYELELAMAT

15.1. Bila pelaksanaan pembangunan sudah dimulai pada pelaksanaan lantai satu
dan seterusnya, Kontraktor harus menyiapkan jaring penyelamat.
15.2. Jaring penyelamat ini harus dari bahan kuat dan ulet sehingga dapat menahan
benda-benda atau apapun yang terjatuh, khususnya untuk melindungi benda
yang terjatuh.
15.3. Sebelum melaksanakan pekerjaan pokok Kontraktor harus membuat pagar
keliling proyek dari seng gelombang setinggi + 2,20 m (variasi).

PASAL 16 : KECELAKAAN DAN KESEHATAN

16.1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi


beban Pelaksana.
16.2. Pelaksana diwajibkan menyediakan kotak PPPK terisi menurut kebutuhan,
lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam soal-soal mengenai
pertolongan pertama.
16.3. terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala
pembiayaan nya menjadi beban Pelaksana.
16.4. Pelaksana diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis ABC
(segala jenis api), pasir dalam bak kayu, galah-galah dan lain sebagainya.
16.5. Pelaksana diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
16.6. Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Pelaksana harus mengikuti semua
ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah
CQ Undang-Undang Kesehatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua
perubahan-perubahannya yang hingga kini masih berlaku.

PASAL 17 : PENGAMANAN

17.1. Pelaksana bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di
daerahnya ialah mengenai :
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian / kecerobohan yang
sengaja ataupun tidak disengaja.
b. Penggunaan sesuatu yang keliru /salah
c. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat / bahan-bahan yang ada di
daerahnya.
17.2. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas Pelaksana harus
melaporkan kepada Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh

6
SPESIFIKASITEKNIS

Pemberi Tugas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan
persoalannya lebih lanjut.

17.3. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas Pelaksana harus


mengadakan pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan malam,
pemagaran sementara dan sebagainya.
17.4. Setiap pekerja harus memakai alat-alat pengaman dalam pelaksanaannya, agar
supaya keselamatan lingkungan dan pekerja dapat terjamin dengan baik.

PASAL 18 : PENGAWASAN

18.1. Setiap saat Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap
bagian pekerjaan, bahan dan peralatan, Kontraktor harus mengadakan fasilitas-
fasilitas yang diperlukan.
18.2. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapai luput dari
pengawasan Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas Proyek yang ditunjuk oleh
pemberi Tugas menjadi tangungjawab Pelaksana.
18.3. Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja normal sehingga
diperlukan pengawasan oleh Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang
ditunjuk olek Pemberi Tugas, maka segala biaya untuk itu menjadi beban
Pelaksana. Permohonan oleh Pelaksana untuk mengadakan pemeriksaan
tersebut harus dengan surat disampaikan kepada Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas. Biaya pengawasan tambahan
disesuaikan dengan billing rate yang berlaku dari BAPPENAS.
18.4. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan petugas-
petugas Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas adalah terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum / dimasukan didalam
gambar-gambar dan RKS dan Risalah Penjelasan. Penyimpangan dari padanya
haruslah seizin Pemilik Proyek.

PASAL 19 : PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG

19.1. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan
barang, maka ini dimaksudkan menunjukkan standard minimal mutu / kualitas
bahan dan barang yang digunakan.
19.2. Setiap barang dan bahan yang ada digunakan harus disampaikan kepada
Direksi Pekerjaan Konsultan Pengawas oleh Pelaksana untuk mendapatkan
persetujuan Pemilik Proyek dan Konsultan Perencana. Waktu penyampaiannya
dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya dimulai.
19.3. Setiap usulan yang tidak sesuai petunjuk RKS, serta gambar-gambar dan
Risalah Penjelasan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Konsultan
Perencana dan Pemberi Tugas / Pemilik Proyek.
19.4. Contoh-contoh dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus
diajukan dan di adakan Pelaksana / Kontraktor atas biaya Pelaksana dan
setelah disetujui oleh Pemilik Proyek, Konsultan Perencana dan konsultan
Pengawas maka sesuai contoh bahan dan barang tersebut yang sudah disetujui
akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

7
SPESIFIKASITEKNIS

19.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang
yang dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifatnya.
19.6. Dalam pengajuan harga penawaran, Pelaksana harus sudah memasukan
sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa
mengingat jumlah tersebut, Pelaksana tetap bertangung jawab pula atas biaya
pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemilik
Proyek atau Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas.

PASAL 20 : RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT DAN GAMBAR KERJA

20.1. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan dari


pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
20.2. Jika terdapat perbedaan –perbedaan antara gambar-gambar dengan RKS.
Pelaksana diwajibkan mengajukan pernyataan tertulis kepada Pengawas
Proyek yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas dan Pelaksana diwajibkan pula
mentaati dan mengikuti keputusan Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
20.3. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang
berlaku, dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran
skala dari gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus mengambil dari
pekerjaan yang sudah selesai.
20.4. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar atau diperlukan
gambar tambahan / gambar detail untuk membesarkan gambar-gambar, atau
untuk memungkinkan Pelaksana melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan ketentuan, maka Pelaksana harus dapat membuat gambar
tersebut dan dibuat 3 (tiga) rangkap gambar atas biaya Pelaksana.
20.5. Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-gambar, RKS atau
Dokumen Kontrak lainnya, yang berlainan dan atau penjelasan – penjelasannya
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk lebih menegaskan
masalahnya. Kalau hal yang menyangkut kelainan harus diinformasikan kepada
Direksi Pekerjaan / konsultan Pengawas untuk mendapatkan keputusannya.
20.6. RKS, Daftar Volume Pekerjaan dan Gambar Kerja.

PASAL 21 : PEMBUATAN GAMBAR PELAKSANAAN / GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING).

21.1. Kontraktor harus membuat gambar pelaksana guna pelaksanaan di lapangan


yang harus dibuat berdasarkan gambar-gambar kerja dan disampaikan kepada
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
21.2. Pekerjaan Pelaksana belum dapat dimulai sebelum gambar pelaksana tersebut
disetujui Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
21.3. Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas
harus mempunyai waktu yang cukup untuk mengikuti gambar pelaksana yang
diusulkan oleh Pelaksana.
21.4. Persetujuan terhadap gambar pelaksana bukan berarti menghilangkan
tanggung jawab pihak Pelaksana terhadap pelaksana pekerjaan tersebut,
Kelambatan atas proses ini tidak berarti Pelaksana mendapat perpanjangan
waktu pelaksanaan.

8
SPESIFIKASITEKNIS

21.5. Gambar tersebut diatas harus dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Pelaksana.

PASAL 22 : PENYEDIAAN PERALATAN KERJA

22.1. Kontraktor wajib menyediakan segala peralatan yang diperlukan untuk


pelaksanaan pekerjaannya dengan baik dan sempurna, termasuk membongkar
/ merapikan / membawa keluar segala peralatan tersebut setelah tidak
diperlukan lagi.
22.2. Peralatan-peralatan tersebut harus sudah diperhitungkan bentuk, ukuran,
kapasitas dan sebagainya untuk bisa melayani kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan ini.
22.3. Peralatan-peralatan tersebut harus dalam keadaan baik dan selalu siap untuk
digunakan. Peralatan yang tidak bisa berfungsi dengan baik harus segera
diperbaikai atau kalau tidak mungkin harus diganti dengan yang masih berfungsi
dengan baik.
22.4. Peralatan yang harus disediakan minimal terdiri dari :
 Alat pemadat sesuai kebutuhan.
 Theodolite dan Waterpas (apabila diperlukan)
 Stamper
 Scaffolding
 Mesin Pengaduk Beton (Beton Molen)
 Genset (Generator Set)
 Peralatan Pokok lainnya yang diperlukan.
Kontraktor wajib menyediakan tenaga operator yang mampu melayani
peralatan tersebut diatas.
22.5. Segala biaya yang diperlukan untuk penyediaan peralatan dan operatornya
menjadi tanggungan Kontraktor, termasuk biaya perawatan, perbaikan dan
pembongkaran kembali paralatan tersebut.

PASAL 23 : PENYEDIAAN BAHAN

23.1. Kontraktor wajib menyediakan bahan bangunan yang diperlukan sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan. Untuk beton bertulang syarat-syarat dalam PBI –
1971.
23.2. Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas berwewenang meminta keterangan
mengenai asal usul bahan dan Kontraktor wajib menjelaskannya.
23.3. Bahan-bahan yang akan digunakan, sebelumnya harus dimintakan persetujuan
terlebih dahulu pada Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana untuk itu Kontraktor wajib menyerahkan contoh-contoh bahan yang
diusulkan disertai brosur-brosur asli / sertifikat-sertifikat yang diperlukan.
23.4. Bahan-bahan yang sudah didatangkan ketempat pekerjaan tapi ditolak
pemakaiannya oleh Direksi Pekerjaan /Konsultan Pengawas harus segera
disingkirkan dari tempat kerja selambat-lambatnya 24 jam sesudah penolakan
tersebut. Bagian pekerjaan yang telah dimulai tapi masih menggunakan bahan
yang ditolak, harus segera dihentikan dan dibongkar.
23.5. Kontraktor wajib mengirimkan contoh bahan tersebut diatas kepada
laboratorium penelitian bahan yang ditentukan, apabila Direksi Pekerjaan/
Konsultan Pengawas masih sanksi dan merasa perlu meneliti kualitas barang
yang diusulkan tersebut .

9
SPESIFIKASITEKNIS

23.6. Biaya penelitian bahan di laboratorium menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 24 : TATA CARA UNTUK MEMULAI SUATU JENIS PEKERJAAN

24.1. Untuk jenis-jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan mengakibatkan pada
jenis pekerjaan lain yang tidak dapat diperiksa / tertutup oleh jenis pekerjaan
tersebut, maka Kontraktor wajib meminta pada Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas secara tertulis, untuk memeriksa bagian pekerjaan yang akan ditutup
itu. Setelah pekerjaan yang akan tertutup tersebut dinyatakan baik, baru
Kontraktor diperkenankan melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
24.2. Apabila permohonan tertulis pemeriksaan tersebut diatas tidak diwajibkan oleh
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas, dalam waktu 2x24 jam sejak jam
diterimanya permohonan tersebut (tidak terhitung hari libur resmi), maka
Kontraktor boleh melanjutkan pekerjaan tersebut. Kecuali apabila Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas meminta perpanjangan waktu pemeriksaan
dan Kontraktor menyetujuinya.
24.3. Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas dilanggar oleh Kontraktor, maka
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas berhak menginstruksikan untuk
membongkar bagian-bagian yang sudah dikerjakan baik sebagian maupun
seluruhnya untuk keperluan pemeriksaan atau perbaikan. Biaya pembongkaran
dan pemasangan kembali akan dibebankan kepada Kontraktor.

PASAL 25 : TATA CARA PENILAIAN PRESTASI PEKERJAAN

Pekerjaan–pekerjaan yang sudah terpasang dengan baik dan sudah diterima oleh
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas dapat dihitung prestasi dengan nilai 100 %.
Bahan-bahan yang sudah didatangkan ke lokasi proyek tetapi belum terpasang, tidak
dapat dinilai prestasinya.

PASAL 26 : KOORDINASI DENGAN SUB KONTRAKTOR

Apabila ada bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan kepada Pihak Ketiga (Sub
Kontraktor) sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak, maka untuk ini
Kontraktor wajib mengatur koordinasi kerja dengan pihak ketiga tersebut. Tanggung
jawab atas kwalitas pekerjaan yang telah diserahkan pada pihak ketiga ini tetap berada
ditangan Kontraktor.

PASAL 27 : PERLINDUNGAN TERHADAP HASIL PEKERJAAN

Kontraktor wajib mengadakan perlindungan yang diperlukan pada hasil pekerjaan yang
sedang dan sudah selesai dilaksanakan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
kerusakan.

PASAL 28 : PENYEDIAAN DOKUMEN PELAKSANAAN DI LAPANGAN

28.1. Kontrktor wajib menyediakan 2 set seluruh dokumen pelaksana seperti yang
disebut dalam pasal 33 RKS ini, untuk masing-masing diletakan di Kantor
Pelaksana dan Kantor Direksi / Konsultan Pengawas dilapangan.

10
SPESIFIKASITEKNIS

28.2. Seluruh dokumen tersebut diatas harus dalam keadaan jelas mudah dibaca dan
sudah mencantumkan perubahan-perubahan terakhir.
28.3. Biaya penyediaan dokumen-dokumen tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 29 : TANGGUNG JAWAB DALAM MASA PEMELIHARAAN

29.1. Dalam masa pemeliharaan, Kontraktor tetap bertanggung jawab untuk


memelihara pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. Apabila dalam masa
pemeliharaan tersebut ada pekerjaan – pekerjaan yang rusak dan tidak
berfungsi dengan baik sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan /Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan tersebut secepatnya.
29.2. Apabila dalam masa pemeliharaan ini Kontraktor tidak melaksanakan
perbaikan-perbaikan seperti yang diminta Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas, maka prestasi pekerjaan akan dikurangi sesuai dengan nilai
pekerjaan yang belum diperbaiki tersebut dan penyerahan kedua tidak dapat
dilaksanakan.

PASAL 31 : GAMBAR YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN

31.1. Pelaksana pada akhir pekerjaannya harus membuat gambar - gambar terakhir
sesuai dengan yang terpasang atau yang telah dilaksanakan (As Built Drawing).
Gambar yang sesuai dengan kenyataan tersebut harus disetujui Direksi
Pekerjaan /Konsultan Pengawas.
31.2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya
(gambar asli) dan semua biaya pembuatanya ditanggung oleh Pelaksana.

PASAL 32 : KERUSAKAN BAGIAN PEKERJAAN OLEH PELAKSANA / KONTRAKTOR SUB


KONTRAKTOR

32.1. Setiap bagian pekerjaan yang berhubungan dari Kontraktor satu dengan
Kontraktor lain, harus selalu dalam koordinasi yang baik agar kerusakan dari
masing-masing bidang pekerjaannya dapat dihindari.
32.2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari, Kontraktor yang
bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti
keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek atau Direksi Pekerjaan /
Konsultan Pengawas secara tertulis.

PASAL 33 : PENYERAHAN PERTAMA

Pada akhir pekerjaan menjelang penyerahan pertama :

33.1. Semua bangunan sementara dibongkar setelah mendapat izin dari Pemilik
Proyek Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas atau yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas.

11
SPESIFIKASITEKNIS

33.2. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik , bersih utuh tanpa cacat.
33.3. Pelaksana diwajibkan menyerahkan kepada Pemilik Proyek atau Direksi
Pekerjaan / konsultan Pengawas berupa :
a. 3 (tiga) gambar “As Built Drawing” dan seluruh pekerjaan yang dilaksanakan
termasuk gambar perubahan dari rencana.
b. 3 (tiga) album photo berwarna.
33.4. Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan, sampah dan lain-lain yang
tidak berguna pada pelaksanaan pembangunan.

B. RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN


PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1 : URAIAN PEKERJAAN


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah pekerjaan seperti pada surat perjanjian
kerja.
b. Sarana Bekerja
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan sarana &
prasarana :
1. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilaksanakan.
2. Alat bantu seperti : beton molen, pompa air, alat pengangkut dan peralatan
lainnya yang diperlukan selama perkerjaan pelaksanaan.
3. Bahan-bahan bagunan dalam jumlah yang cukup untuk pekerjaan yang akan
dilaksanakan agar tepat waktu.

c. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan
dalam gambar rencana, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwizjing) dan mengikuti petunjuk serta keputusan Kunsultan
Pengawas dan Pihak Proyek.

Pasal 2 : SITUASI DAN UKURAN


a. Situasi
1. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat
dan luasnya pekerjaan dan hal-hal yang dapat mengurangi penawaran.
2. Kelalain atau kekurangan ketelitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan klaim.
b. Ukuran
1. Ukuran satuan yang digunakan di sini semuanya dinyatakan dalam satuan M/Cm,
kecuali untuk baja dinyatakan dalam inchi atau mm.
2. Lantai permukaan atas lantai jalan ditentukan kira-kira 0,00 diambil +20 cm dari
permukaan tanah awal / dasar yang ada dan selanjutnya akan diadakan
penjelasan dilapangan.
3. Pemasangan papan bangunan (Bowplank) :
Ketetapan letak ukuran di bawah pengawasan Konsultan Pengawas dengan
piket/patok yang dipasang kuat-kuat dan papan terentang dengan ketebalan 2
cm yang diketam rata pada sisi atasnya.

12
SPESIFIKASITEKNIS

4. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 3 (tiga) orang pembantu yang ahli
dalam cara mengukur, alat penyipat datar ( Theodolite, Waterpass ) prisma silang
dan lain-lain peralatan yang diperlukan dalam pengukuran menurut situasi dan
kondisi tanah bangunan.

Pasal 3 : PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Persiapan Lokasi
Kontraktor harus membersihkan lokasi dari segala sesuatu yang kemungkinan akan
dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan yang sesuai petunjuk atau persetujuan
Konsultan Pengawas, termasuk di dalam perataan tanah dasar, dan lain-lain
pembersihan.
b. Papan Nama Proyek
Kontraktor diharuskan memasang Papan Nama Proyek. Papan Nama Proyek dengan
ukuran dan besar menurut standar yang berlaku (sesuai contoh papan nama proyek
pada lampiran).
c. Bangunan sementara
1. Kontraktor diwajibkan menyediakan bangunan sementara / bangunan yang
dikontrakan untuk digunakan sebagai kantor direksi dan gudang untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan yang dibutuhkan untuk pekerjaan dimaksud.
2. Semau biaya sewa bangunan menjadi tangung jawab kontraktor.

Pasal 4 : PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG

a. Pekerjaan Urugan
Urugan Pasir
Pengurugan pasir di bawah pondasi, bahwa lantai kerja, bawah rabat beton / jalan
beton atau pada tempat lain sesuai gambar rencana atau petunjuk Direksi.

b. Pekerjaan Pasangan
Bahan yang digunakan adalah batu Counblok, ukuran yang sama dengan sudut yang
betul-betul siku. Batu bata dapat dipasang atas persetujuan direksi.
Sebelum digunakan batu Counblok harus direndam dalam air dengan menggunakan
bak, hingga jenuh. Setelah bata terpasang dengan adukan siar-siar harus dikorek rapi
dan dibersihkan. Disikatdengan sapu lidi untuk kemudian disiram dengan air. Tidak
boleh memasang batu bata dengan ketinggian lebih dari 2 (dua) meter untuk sekali
pemasangan.
Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan bagian pekerjaan beton harus
diberi penguat stek-stek besi Ø 8 mm, jarak 20 cm yang telebih dahulu telah ditanam
dengan baik pada pekerjaan beton. Bagian yang tertanam pada pasangan bata,
mempunyai panjang 20 cm kecuali ditentukan lain oleh direksi. Dinding menggunakan
adukan 1PC : 5 Pasir. Pasir untuk pasangan dan plesteran, sedangkan untuk
plesteran menggunakan adukan 1 : 5.

c. Pekerjaan Beton
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton bertulang berlaku peraturan sebagai berikut
:
 Peraturan Beton Bertulang Inadonesia (PBI 1971 N. I. 2).
 Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan.
2. Gambar-gambar konstruksi
 Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi

13
SPESIFIKASITEKNIS

 Apabila ternyata ada yang bertentangan antara gambar konstruksi dengan


gambar detail maka yang berlaku adalah pada dasarnya gambar konstruksi,
namun terlebih dahulu dibicarakan dengan Direksi Pekerjaan.
 Pihak pemborong wajib memberikan laporan mengenai hal-hal diatas
kepada direksi sebelum melaksanakan setiap item pekerjaan agar bentuk
dan kualitas pekerjaan sesuai dengan rencana /gambar.
3. Beton
Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah beton K-225 dan K-250 untuk pekerjaan
beton struktur dan beton K-100 untuk beton non struktur atau rabat.
4. Cara mengadukan harus menggunakan beton molen, ketentuan-ketentuan lain
mengikuti PBI 1971
5. Bahan-bahan adukan beton.
a. Semen
 Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk dari mutu yang baik
dan atas persetujuan Direksi.
 Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak diperkenan kan untuk
dipergunakan.
b. Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butiran yang bersih dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan memenuhi komposisi butir
serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Krikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik mempunyai gradasi
serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang dicantum kan adalah PBI
1971.
d. Tempat penyimpanan / timbunan pasir dan krikil harus dipisahkan satu
dengan lainnya, sehigga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur
untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
6. Air
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengan dung
minyak, asam, garam alkali dan bahan-bahan organik /bahan lain yang dapat
merusak beton.
b. Ketentuan-ketentuan yang lain akan ditentukan oleh Direksi.
7. Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan adalah U. 24 dan U 32 untuk pembesia kolom,
balok serta plat beton dan pekerjaan lain.
b. Besi beton harus bersih dari lapiasan minyak/karat dan bebas dari cacat-
cacat. Serta penampang bulat dan memenuhi syarat yang di tentukan dalam
PBI 1971.
c. Pemasangan besi beton.
 Pasangan besi beton harus disesuaikan dg gambar konstruksi.
 Besi beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
terlepas/tergeser selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan
ketentuan PBI 1971.
 Apabila besi beton dipasang lebih dari satu lapis, maka antara lapisan
yang satu dengan lapisan yang lainnya harus dipisahkan dengan
potongan besi beton dengan diameter/ukuran yg sama.
 Ketentuan-ketentaun yang lain mengikuti dan sesuai dengan PBI 1971.
8. Acuan
Bahan acuan digunakan kayu kelas II yang cukup kering dan dapat digunakan

14
SPESIFIKASITEKNIS

untuk pekerjaan acuan beton.

d. Adukan dan Campuran

1. Perbandingan dari berbagai adukan, diberikan dalam daftar dibawah ini, angka-
angka yang tertera menyatakan perbandingan jumlah isi yang ditakar dalam
keadaan kering.
2. Kotak-kotak ukuran dibuat dengan ukuran yang sama sesuai dengan volume 1
zak PC. Diselenggarakan atas petunjuk dan persetujuan Direksi Pengawas.

3. Daftar Adukan :
PC Ps Krl
Pasangan batu 1 4 -
Plesteran tahan air 1 2 -
Plesteran pasangan batu 1 4 -
Plesteran tembok luar 1 4 -
Plesteran beton 1 4 -
Pasangan beton secara umum 1 2 3
Pasangan beton kedap air 1 1,5 2,5
Pasangan beton lantai kerja/rabat1 3 5

Pasal 5 : PEKERJAAN PELENGKAP


a. Laporan-Laporan
Kontraktor diharuskan membuat / mempersiapkan dan menandatangani laporan-laporan,
berupa :
1. Laporan Harian
Laporan harian yang disiapkan kontraktor sesuai lembaran laporan, meliputi :
1. Jumlah dan bahan / barang yang didatangkan kelokasi pekerjaan, jumlah
yang ditolak dan yang diterima.
2. Jumlah Tenaga Kerja untuk setiap macam tugas dan atau keahlian nya serta
ketrampilan.
3. Jumlah dan jenis peralatan yang digunakan
4. Jenis /bagian pekerjaan yang dilaksanakan
5. Perhitungan volume pekerjaan yang dikerjakan.
6. Keadaan cuaca seperti : hujan, panas, angin, banjir, dan peristiwa-peristiwa
alam lainnya yang dapat mempengaruhi kelangsungan pelaksanaan
pekerjaan.
7. Catatan lain yang berkenan dengan pekerjaan, perubahan design dan lain-
lain.
Laporan harian tersebut harus diserahkan kepada Direksi untuk diperiksa dan
disahkan. Leporan harian yang merupakan rekaman kejadian dan kenyataan
disekitar pelaksanaan pekerjaan setiap hari, setelah disahkan harus disimpan
secara baik oleh Direksi dan Kontraktor untuk digunakan sebagai kelengkapan
administrasi pelaporan proyek.
2. Laporan Mingguan, Bulanan dan Buku Harian.
a. Laporan mingguan /bulanan yang dibut kontraktor, meliputi :
Laporan mengenai kemajuan pekerjaan setiap minggu atau disebut Laporan
Mingguan Kemajuan Pekerjaan.

15
SPESIFIKASITEKNIS

b. Laporan bulanan mengenai kemajuan pekerjaan setiap bulan yang


merupakan gabungan kemajuan pekerjaan 4 (empat) minggu atau disebut
Laporan Bulanan Pekerjaan.
Kontraktor selain membuat laporan, harus menyediakan buku harian pada setiap
hari kerja yang dapat digunakan oleh Direksi untuk menyampaikan perintah atau
catatan-catatan penting lainnya sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6 : PEKERJAAN AKHIR / PENYELESAIAN PEKERJAAN


1. Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Kontraktor harus meneliti semua bagian
pekerjaan dan dapat menyelesaikan bagian pekerjaan yang dinilai belum sempurna
sesuai dpesifikasi.
2. Pada waktu penyerahan pekerjaan, maka ruangan maupun halaman harus benar-
benar telah dibersihkan dari segala macam kotoran / sampah.
3. Kontraktor tetap bertanggung jawab selama masa pemeliharaan pekerjaan dalam
memperbaiki segala kekuranga yang terjadi.
4. Setelah penyerahan kedua pekerjaan, maka semua barang dan peralatan milik
Kontraktor sudah harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan.

Pasal 7 : KELUARAN AKHIR


Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahapan in adalah :
a. Bangunan Gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi.
b. Dokumen pelaksanaan pembangunan, yang meliputi :
1. gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (AS build Drawings).
2. semua berkas perijinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi fisik,
termasuk Surat ijin Mendrikan Bangunan ( IMB)
3. Kontrak pekerjaan pelaksanaan kontruksi fisik, pekerjaan pengawasan berserta
segala perubahan / addemdumnya.
4. Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama pelasanaan konstruksi
fisik, laporan akhir manajemen konstruksi / pengawasan, dan laporan akhir
pengawasan berkala
5. Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambahan / kurang, serah terima
I dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan konstruksi fisik.
6. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan
pelaksanaan konstruksi fisik.
7. Manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, termasuk petunjuk
yang menyangkut pengoperasian dan perawatan peralatan dan perlengkapan
mekanikal / elektrikal bangunan.
c. Dokumen Pendafratan Bagunan Gedung Negara

Pasal 8 : PERATURAN PENUTUP


1. Sebagai pentup perlu diingatkan bahwa uraian rencana kerja dan syarat-syarat ( RKS),
ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan gambar kerja serta risalah
penjelasan pekerjaan.
2. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada Pentunjuk
pelaksanaan ternyata diperlukan, maka akan dicantum pada berita acara penunjukan
atau berita acara rapat evaluasi
3. walaupun dalam uraian rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini tidak dinyatakan
bahwa “harus disediakan / dikerjakan oleh kontraktor” , namun penyendiaan /
pekerjaan tersebut merupakan bagian pelengkap dari keseluruhan pekerjaan

16
SPESIFIKASITEKNIS

dimaksud, maka hal tersebut sudah dinanggap sudah dimuat dalam uraian ini dan
harus dikerjakan / diselesaikan oleh kontraktor untuk menuju suatu penyelesaian
pekerjaan yang sempurna.

17

Anda mungkin juga menyukai