BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM
PASAL 1
UMUM
1.1. Penjelasan
1.1.1 Jenis dan uraian pekerjaan dan spesifikasi teknis, gambar-gambar rencana (design)
adalah merupakan satuan dengan RKS ini.
1.1.2 Apabila dianggap perlu untuk penyesuaian dengan anggaran atas kebutuhan, Pemilik
Pekerjaan dapat mengadakan pengurangan atau penambahan jumlah pekerjaan
yang dimaksud dalam RKS ini. Dalam hal diadakan pengurangan jumlah pekerjaan,
kepada penawar yang melaksanakan pekerjaan itu, tidak diberikan kompensasi atau
ganti rugi dalam bentuk apapun.
1.1.3 Spesifikasi Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum
berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan, dimana persyaratan ini dapat diterapkan.
1.1.4 Spesifikasi Umum ini membentuk suatu kesatuan dengan Spesifikasi Teknis Khusus,
dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi seluruh
bagian pekerjaan, sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen-
dokumen berikut ini :
a. Gambar-gambar Pelelangan atau Pelaksanaan.
b. Spesifikasi Umum dan Khusus.
c. Perincian Volume Pekerjaan dan Perincian Penawaran.
d. Dokumen-dokumen Pelelangan dan Pelaksanaan yang lain.
1.1.5 Dalam hal dimana ada bagian dari Spesifikasi Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada satu dokumenpun dari pasal 1.1.4 di atas maka bagian dari
Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
1.2. Standar
Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut di atas adalah berdasarkan:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI).
b. Pedoman Teknis Keciptakaryaan (Pd).
c. Petunjuk Teknis Keciptakaryaan (Pt).
d. American Society for Testing and Materials (ASTM).
1.3.2 Nama Kegiatan : Perencanaan Jaringan Pipa Distribusi dan (Booster) untuk
pelayanan Desa jembayan Tengah dan desa jembayan dalam
Kecamatan Loa Kulu
1.3.3 Lokasi Kegiatan : Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu
1.3.4 Sumber Dana : APBD-P Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Anggaran 2016
1.3.4 Pemilik : Dinas Cipta Karya Dan Tata Ruang Kab. Kutai Kartanegara.
PASAL2
SYARAT - SYARAT UMUM
2.1. Umum
2.1.1 Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk-beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian pekerjaan dan spesifikasi pelaksanaan seperti yang diuraikan di
dalam buku ini. Apabila terdapat ke-tidak jelasan dan/atau perbedaan dalam
gambar dan uraian ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan penyelesaian.
2.7. Laporan
2.7.1 Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk
setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
2.7.2 Ringkasan laporan tersebut harus mencantumkan keadaan cuaca, jumlah
pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas, dan pelaksana, alat alat yang
dipergunakan, jumlah bahan bangunan yang digunakan, lokasi pekerjaan, kemajuan
fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul di lapangan
serta pemecahannya dan rencana kerja minggu berikutnya.
2.7.3 Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh kontraktor pada setiap akhir
pekan untuk dievaluasi.
2.7.4 Laporan lain seperti laporan harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam syarat
syarat umum kontrak.
contoh dan bahan bersangkutan kepada Direksi Pekerjaan untuk diperiksa dan
diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari
bahan tersebut.
2.10.6 Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan
contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya,
maka Direksi Pekerjaan berwenang untuk menolak bahan tersebut dan
mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dari lapangan dan diganti dengan
bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
2.10.7 Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak dapat terjadi kontaminasi atau mengalami proses
lainnya yang dapat mengakibatnya rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan
tersebut.
2.10.8 Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-
bahan berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan
bahan kimia sedemikian rupa, sehingga keselamatan orang dan keamanan
lingkungan sekitarnya dapat dijamin.
2.10.9 Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan, harus mengikuti pedoman
atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya dan jika terjadi kelalaian dalam hal
ini merupakan tanggung jawab Kontraktor.
2.10.10 Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang
diajukan oleh Kontraktor, baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau di
lokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli tersebut
mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi Pekerjaan dalam menguji dan menilai
bahan-bahan yang diajukan Kontraktor, serta semua biaya yang timbul akibat
pengadaan tenaga ahli tersebut, merupakan tanggung jawab Kontraktor dan tidak
ada biaya tambahan.
2.11.3 Sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.
2.13. Contoh-Contoh
2.13.1 Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemilik Pekerjaan atau Direksi
Pekerjaan harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh
tersebut diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap
bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nantinya. Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh
Pemilik Pekerjaan atau Direksi Pekerjaan untuk dijadikan dasar penolakan tidak
sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
2.13.2 Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari
material yang akan dipakai atau dipasang, untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemilik Pekerjaan atau Direksi Pekerjaan.
2.13.3 Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti atau
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang atau material-material
tersebut.
2.13.4 Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site melalui
pemesanan, maka Kontraktor diwajibkan menyerahkan brosur, katalog, gambar
kerja atau shop drawing, dan sample, yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan
dan harus mendapatkan persetujuan Pemilik Pekerjaan atau Direksi Pekerjaan.
2.14. Subtitusi
2.14.1 Produk atau material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama
pabriknya di dalam spesifikasi teknis, maka Kontraktor diharuskan melengkapi
produk yang disebutkan dalam spesifikasi teknis, atau dapat mengajukan produk
pengganti yang setara, disertai data-data yang lengkap untuk mendapatkan
persetujuan dari Pemilik Pekerjaan atau Direksi Pekerjaan sebelum pemesanan
dilakukan.
2.14.2 Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya, maka material, peralatan, perkakas,
aksesoris dan produk-produk yang tidak disebutkan nama pabriknya di dalam
spesifikasi teknis, Kontraktor harus mengajukan secara tertulis nama negara dari
pabrik yang menghasilkannya katalog dan selanjutnya menguraikan data-data yang
menunjukan secara benar bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai
dengan spesifikasi teknis dan kondisi proyek untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemilik Pekerjaan atau Direksi Pekerjaan.
2.16. Iklan
2.16.1 Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan
(batas) site atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Direksi Pekerjaan.
2.19.3 Direksi Pekerjaan berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada
setiap waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Direksi Pekerjaan dalam pengontrolan
terhadap kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor,
tidak berarti Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
2.19.4 Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi)
atau gambar atau instruksi tertulis dari Direksi Pekerjaan harus diperbaiki atau
dibongkar. Semua biaya yang diperlukan untuk perbaikan pekerjaan ini, menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan tidak ada biaya tambahan.
BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS
PASAL 3
PEKERJAAN PENDAHULUAN
3.1 Mobilisasi
3.1.1 Kegiatan mobilisasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pembelian atau sewa atas tanah guna keperluan pangkalan Kontraktor dan
kegiatan-kegiatan pelaksanaan.
2. Mobilisasi dan pemasangan peralatan yang didasarkan atas peralatan yang
diserahkan dalam penawaran dari suatu lokasi tertentu atau dari pelabuhan
bongkar di Indonesia ke tempat yang digunakan sesuai ketentuan Kontrak.
3. Pembangunan dan pemeliharaan pangkalan Kontraktor, tempat tinggal,
bengkel-bengkel, gudang-gudang dan sebagainya. Bangunan ini akan tetap
menjadi milik Kontraktor setelah pekerjaan pembangunan proyek selesai.
4. Pengadaan dan pemeliharaan peralatan lapangan seperti tercantum dalam
spesifikasi ini. Peralatan ini akan tetap menjadi milik Kontraktor, setelah
pekerjaan pembangunan proyek selesai. Pekerjaan ini harus termasuk pula
pekerjaan demobilisasi dari daerah kerja yang dilaksanakan oleh pihak
Kontraktor pada akhir kontrak, termasuk membongkar kembali seluruh
instalasi-instalasi, peralatan dari tanah milik Pemerintah, dan pihak Kontraktor
diharuskan untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan pada
daerah kerja, sehingga kondisinya sama dengan keadaan sebelum pekerjaan
dimulai.
3.1.2 Waktu mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan di atas harus diselesaikan dalam
jangka waktu pekerjaan. Dalam hal dimana pihak Kontraktor tidak menyelesaikan
mobilisasi sesuai dengan batas waktu yang ditentukan atau apabila menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, ternyata pelaksanaan mobilisasi tidak lancar sesuai
program mobilisasi yang telah disepakati bersama, maka dalam hal ini Direksi
Pekerjaan berhak untuk menempuh kebijaksanaan yaitu mengeluarkan berita acara
pembayaran pendahuluan, dengan nilai pembayaran untuk mobilisasi diambil
setingi-tingginya 70% dari ketentuan di atas dan sisanya akan ditahan dan berita
acara pembayarannya baru dikeluarkan setelah Pihak Kontraktor berhasil
menyelesaikan sisa bagian pekerjaan mobilisasi dalam jangka waktu masa
pelaksanaan.
3.6.2 Kontraktor harus melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan pemilik
tanah dan memikul seluruh biaya untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk
pembuangan material sisa dan untuk penyimpanan dari material yang diselamatkan.
3.6.3 Pekerjaan pembongkaran disini meliputi seluruh pekerjaan pembongkaran terhadap
bahan-bahan yang sudah tidak berfungsi maupun guna melakukan rehabilitasi
terhadap ruang yang bersangkutan.
3.6.4 Pembongkaran yang dilakukan harus memperhatikan kaidah-kaidah struktural dan
arsitektur juga pengaruh suara, debu dan lain-lain, terhadap lingkungan sekitarnya.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya
pembongkaran dan menghindari terjadinya kerusakan pada bagian-bagian bangunan
yang secara arsitektural masih dipertahankan.
3.6.5 Sebelum melakukan pembongkaran, pihak Kontraktor harus menyampaikan kepada
Direksi Pekerjaan mengenai metode dan cara pembongkaran yang akan dilakukan
dan jenis peralatan yang digunakan.
3.6.7 Pembongkaran harus diusahakan seminimal mungkin timbulnya suara dan debu yang
dapat mengganggu lingkungan di sekitarnya.
3.6.8 Jaringan-jaringan listrik, pipa-pipa air harus diamankan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pembongkaran, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya gangguan-
gangguan pada jaringan secara keseluruhan.
3.6.9 Material hasil bongkaran harus ditempatkan pada tempat yang aman, dalam arti
tidak menggangu aktifitas serta aman terhadap pencurian, karena material
pembongkaran ini merupakan aset negara, jika material tersebut masih dapat
digunakan.
3.6.10 Untuk pembongkaran pasangan dinding bata, bahan bongkaran harus segera
dikeluarkan dari ruang dan di tempatkan di luar pada tempat yang sesuai.
3.6.11 Seluruh material dan sampah yang tidak ditetapkan untuk dipertahankan atau
diselamatkan dapat dibakar atau jika tidak dibuang seperti yang disetujui oleh
Direksi.
3.7.2 Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan
dan dirapikan kembali.
3.7.3 Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada
analisa harga satuan pekerjaan.
3.8. Pengukuran
3.8.1 Kontraktor harus membuat jaringan patok titik tetap lokal (Bench Mark) yang
disahkan Direksi Pekerjaan. Referensi Elevasi ditetapkan berdasarkan patok BPN
atau elevasi yang ditetapkan Direksi Pekerjaan.
3.8.2 Pemborong harus memasang dan mengukur secara teliti patok BM pada lokasi
tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan perancangan kembali dan
pengukuran sipat datar dari muka perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan
yang akan dilakukan. Patok BM yang permanen harus dibangun di atas tanah yang
tidak akan terganggu atau dipindahkan.
3.8.3 Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang
dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di
atas.
3.8.4 Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum
dalam gambar-gambar rencana atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan di
lapangan.
3.8.5 Apabila ada perubahan, maka akan ditentukan atau disesuaikan dengan kondisi
lapangan setempat bersama Direksi Pekerjaan.
3.8.6 Alat-alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum
pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi dan
mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
3.8.7 Cara pengukuran, ketetapan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta
pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
3.8.8 Apabila timbul keragu-raguan dari pihak Kontraktor dalam menginterpretasikan
angka-angka elevasi dalam gambar, maka hal ini harus dilaporkan kepada Direksi
untuk diminta penjelasannya.
3.8.9 Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan
hasil pengukuran ulang, maka Direksi Pekerjaan akan memutuskan hal itu.
3.8.10 Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka harus dilakukan
pengukuran ulang serta menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3.8.11 Hasil pengukuran kembali harus sudah diserahkan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal SPMK ditandatangani.
3.8.12 Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan sekurang-kurangnya 24 jam
dimuka, apabila akan mengadakan leveling pada semua bagian daripada pekerjaan.
3.8.13 Kontraktor harus menyediakan biaya dan semua bantuan yang diperlukan oleh
Direksi Pekerjaan dalam hal pengadaan pengecekan leveling tersebut.
3.8.14 Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi Pekerjaan, apabila
dipandang perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-
bagian pekerjaan.
3.8.15 Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik yang
sudah ditera kebenarannya atau dikalibrasi.
3.8.16 Hasil pengukuran lengkap mengenai peil, elevasi, sudut, koordinat, serta letak
patok-patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3.8.17 Jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan, kemajuan Kontraktor tidak memuaskan
untuk menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal ini,
Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan
standar yang ditentukan, maka Direksi Pekerjaan dapat menunjuk stafnya sendiri
atau pihak lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh
biayanya kepada Kontraktor.
3.9.6 Papan bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat
selebar ukuran pondasi saluran.
3.9.7 Papan bouwplank bangunan harus dibuat sejajar dengan dinding tepi bangunan
sejarak tertentu di luar galian pondasi.
3.9.8 Elevasi yang tercantum dalam papan bouwplank dan patok akan menjadi
dasar pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar pondasi, tinggi pondasi
maupun pasangan dan konstruksi lainnya.
3.10. Gambar
3.10.1 Pelaksanaan pengukuran awal oleh Kontraktor yang dilaksanakan sejak diterimanya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pemilik Pekerjaan, dimaksud untuk
mendapatkan gambaran awal kondisi lapangan yang sesungguhnya dibandingkan
dengan gambar yang diterima oleh Kontraktor dari Pemilik Pekerjaan. Data dan
hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disahkan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambar-
gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan. Gambar-gambar hasil
pengukuran awal tersebut di atas, akan merupakan dasar pokok kesepakatan
bersama antara Kontraktor dan Direksi Pekerjaan untuk menghitung volume dari
masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Kontraktor,
serta yang harus dibayar oleh Pemilik Pekerjaan. Semua gambar yang dipersiapkan
oleh Kontraktor, harus dapat memberikan secara jelas hal-hal yang berkaitan
dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain :
a. Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan.
b. Elevasi muka tanah asli dan masing-masing yang akan dikerjakan.
c. Jenis serta komposisi material yang akan dipergunakan.
d. Rencana garis galian pondasi.
3.10.2 Hal-hal lain harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan dan adapun gambar-gambar
yang harus dipersiapkan oleh Kontraktor, antara lain :
a. Construction Drawing atau Working Drawing.
b. Shop Drawing.
c. As Built Drawing.
3.10.3 Semua gambar tersebut di atas, baru dapat dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila
sudah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan disahkan oleh Pemilik
pekerjaan.
3.10.4 Contruction drawing atau working drawing adalah gambar rencana bangunan yang
telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan dan disahkan oleh Pemilik Pekerjaan. Semua dimensi bangunan,
jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi dan kedudukan dari
masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada contruction drawing atau
working drawing harus mengacu dan didasarkan pada design drawing yang diberikan
oleh Pemilik Pekerjaan. Apabila karena kondisi dan situasi lapangan yang
sesungguhnya, sehingga mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi
posisi dan kedudukan bangunan, maka Kontraktor harus berkonsultasi dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pemilik proyek. Atas dasar
persetujuan Pemilik Pekerjaan, maka jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi
dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah
disepakati bersama, disetujui dan disahkan Pemilik Pekerjaan adalah yang mengikat
pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan dan merupakan dasar, serta acuan utama
bagi Kontraktor pada pelaksanaan pekerjaan.
3.10.5 Construction drawing atau working drawing yang dipersiapkan oleh Kontraktor
tersebut, harus dapat memberikan satu gambaran rancang bangun yang akan
dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan
antara lain :
a. Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal.
b. Dimensi rencana bangunan.
c. Elevasi posisi dan kedudukan bangunan.
d. Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.
3.10.6 Construction drawing atau working drawing yang disahkan oleh Pemilik Pekerjaan,
dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya
pelaksanaan pekerjaan atau mutual check pada kondisi pelaksanaan 0%.
3.10.7 Kontraktor wajib membuat copy construction drawing atau working drawing
sebanyak minimal 5 (lima) copy, dengan distribusi tiga copy untuk Direksi
Pekerjaan, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar asilinya
harus diserahkan kepada Pemilik pekerjaan. Pembuatan working drawing dan
perhitungan mutual check harus sudah selesai dan disetujui oleh Direksi dan Pemilik
Pekerjaan selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanggal SPMK.
3.10.8 Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya
penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan “Engineering Adjustment” atau
perubahan desain “Revised Design” semuanya dapat mengakibatkan perubahan
volume pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau kurang. Untuk kondisi
“Engineering Adjustment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang disahkan oleh
Pemilik Pekerjaan, namun Kontraktor wajib memberikan laporan tertulis serta
sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan
tembusan kepada Pemilik Pekerjaan. Sedang pada kondisi perubahan desain
“Revised Design”, Pemilik Pekerjaan secara resmi akan memberikan gambar
perubahan desain yang telah disahkan oleh Pemilik Pekerjaan kepada Kontraktor
secara administratif dalam bentuk “Variation Order”.
3.10.9 Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan construction drawing atau
working drawing termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.
3.10.10 Kontraktor harus membuat shop drawing untuk setiap item pekerjaan yang akan
dikerjakan. Shop drawing harus dilengkapi gambar detail meliputi ukuran lahan,
dimensi dan lain-lain.
3.10.11 Shop drawing yang disiapkan oleh Kontraktor tersebut, harus diserahkan kepada
Pemilik Pekerjaan, diperiksa, dikoreksi apabila perlu, dan untuk selanjutnya
disahkan oleh Pemilik atau Direksi Pekerjaan.
3.10.12 Gambar unit bangunan atau shop drawing tersebut harus secara lengkap memuat
hal-hal sebagai berikut :
1. Bentuk unit bangunan serta dimensinya.
2. Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.
3. List komponen unit bangunan yang memuat panjang, lebar, tebal komponen
unit bangunan, berat persatuan komponen unit bangunan dan lain-lain serta
Jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain.
3.10.13 Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi
termasuk dalam kategori shop drawing.
3.10.14 Kontraktor wajib membuat copy shop drawing sebanyak minimum 5 (lima) copy,
dengan distribusi dua copy untuk Direksi Pekerjaan dan pengawas, satu copy
dipasang di barak kerja, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta
gambar aslinya harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
3.10.15 Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan shop drawing termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungan termasuk overhead pada analisa
harga satuan pekerjaan.
3.10.16 Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut
pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan “Variasi Order” yang diberikan oleh
Pemilik atau Direksi Pekerjaan, dan Kontraktor telah melakukan pengukuran ulang
akhir pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan membuat gambar purna bangun atau
“As Built Drawing”.
3.10.17 Gambar purna bangun atau as built drawing tersebut, harus lengkap berisi antara
lain :
a. Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.
b. Dimensi dan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan.
c. Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan.
d. Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.
3.10.18 Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Kontraktor
kepada Direksi pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan
kepada Pemilik Pekerjaan guna mendapatkan pengesahan dari Pemilik Pekerjaan.
3.10.19 Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Kontraktor
atau yang disebut mutual check volume pekerjaan 100 %. Semua mengacu dan
didasarkan pada gambar purna bangun yang telah disahkan oleh Pemilik Pekerjaan,
dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Pemilik pekerjaan kepada
Kontraktor.
3.10.20 Kontraktor wajib membuat copy as built drawing sebanyak 5 (lima) copy, dengan
distribusi tiga copy untuk Direksi Pekerjaan, satu copy serta gambar aslinya harus
diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan termasuk data dan perhitungan hasil
pengukuran akhir sebagai pendukungnya. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan
pembuatan as built drawing termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, dan sudah harus
diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.
3.11.4 Sejak awal akan memulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan
pekerjaan dan akibat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat
dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk photo
dokumentasi. Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus
dapat memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan
pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal 0% sampai akhir pelaksanaan pekerjaan,
sehingga secara kronologi dapat merupakan satu gambaran tujuan yang akan
dicapai dari kegiatan tersebut.
3.11.5 Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda
atau sesuai dengan pengarahan dari Direksi Pekerjaan, dan sudah harus dapat
memberikan gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.
3.11.6 Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan dan pengambilannya dilakukan pada
kondisi tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan :
1. Saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 %.
2. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25 %.
3. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 %.
4. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75 %.
5. Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 %.
3.11.7 Photo dokumetasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos masing-
masing rangkap 5 (lima) dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang di barak kerja dan
4 (empat) copy lainnya ditata rapi pada album photo dan diserahkan kepada Pemilik
pekerjaan.
3.11.8 Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan pekerjaan, disamping
cetakan ukuran kartu pos sebanyak 4 (empat) copy, maka atas permintaan Direksi
Pekerjaan Kontraktor dapat melaksanakan pengambilan photo dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup
mempunyai nilai penting untuk didokumentasikan.
3.11.9 Pada saat penyerahan photo dokumentasi, Kontraktor juga harus menyerahkan
negatif film atau soft copy, ditata menurut urutan photo dokumentasi yang
diserahkan. Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumemntasi
tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, serta sudah
harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.
3.11.10 Kontraktor harus mengajukan ijin pelaksanaan (request) kepada Direksi Pekerjaan,
maksimal 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan yang diajukan akan dilaksanakan, dengan
melampirkan copy shop drawing dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
PASAL 4
PIPA DISTRIBUSI
4. SISTEM PERPIPAAN
4.1. SPESIFIKASI PERPIPAAN
4.1.1. U m u m
Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi :
1. Pipa
2. Sambungan
3. Katup
4. Strainer
5. Sambungan fleksibel
6. Penggantung dan penumpu
7. Sleeve
8. Lubang pembersihan
9. Galian
10. Pengecatan
11. Pengakhiran
12. Pengujian
13. Peralatan Bantu
4.1.2. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak
serta arah dari masing- masing sistem pipa.
4.1.3. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian
lainnya.
4.1.4. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan
stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan. Untuk pipa baja dibawah
tanah diberi lapisan anti karat densotape dengan ketebalan 2-3 mm.
4.1.5. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut diatas harus
terlindung dari cahaya matahari.
4.1.6. Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik
Air
limbah ABK 5 10 15 PV-10 IA
pengalir
an hujan
Air AH 5 10 15 PV-10 IA
gravitasi
Air limbah
gravitasi AK 5 10 15 PV-10 IA
toilet
4.2.2. Spesifikasi PN 10
Penggunaan : Air dingin didalam gedung
Tekanan standard 12,5 bar.
Uraian Keterangan
Pipa : Polypropelene Random Copolymer.
Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174
Temp : 95 - 100° L-PN.10
Sambungan/fitting : Electric Welding.
Polypropelene Random Copolymer.
Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174
PN : PN.10
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron
RF class 150 lb, screwed
Dia 50 mm keatas Forged steel RF class 150 lb, welding
joint.
Valve & Strainer : Dia 40 mm kebawah, bronze atau strainer A- metal body
class 150 lb dengan sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 150 lb dengan
sambungan flanges.
4.2.3. Spesifikasi PN 10
Penggunaan : Air dingin diluar gedung
Tekanan standard 12,5 bar.
Uraian Keterangan
Pipa : Polypropelene Random Copolymer.
Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174
Temp : 95 - 100° L-PN.10
Sambungan/fitting : Electric Welding.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) | 25
DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
4.2.4. Spesifikasi B 40
Penggunaan : Hydrant
Tekanan Standard 15 bar
Uraian Keterangan
Pipa : Black steel pipe ERW, sch 40, ASTM A 53.
Dia 40 mm kebawah screwed end
Dia 50 mm keatas plain end.
Sambungan/fitting : Dia 40 mm kebawah malleable iron ANSI B
16.3 class 300 lb,screwed end.
50 mm keatas, wrought steel Butt weld fitting ANSI B
16.9, sch 40
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron RF class 300
lb,screwed
Dia 50 mm keatas Forged steel RF
class 300 lb, welding joint.
Valves & Strainer : Dia 40 mm kebawah,malleable cast Strainer iron
body class 300 lb dengan sambungan ulir,BS 21/
ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 300 lb dengan
sambungan flanges.
4.2.7. Specifikasi PV 10
Penggunaan: - Air Limbah Grafitasi Toilet
4.2.8. Spesifikasi PV
Penggunaan : Pipa Venting
Tekanan standard 5 bar (klas AW).
Uraian Keterangan
Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 5 bar.
Fitting : PVC Injection Moulded pressure fitting, Solvent Joint
type.
Reducer : Seperti diatas, model concentric.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.
4.3.1. Umum
-------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis Pipa Ukuran Pipa Batas Maximum Ruang (mm)
-----------------------------
Interval Interval
Mendatar Tegak
(m) (m)
---------------------------------------------------------------------------------------------
Sampai 20 1.8 2
----------------------------------------------------------
25 s/d 40 2.0 3
----------------------------------------------------------
Pipa GIP 50 s/d 80 3.0 4
----------------------------------------------------------
100 s/d 150 4.0 4
----------------------------------------------------------
200 atau lebih 5.0 4
---------------------------------------------------------------------------------------------
50 0.6 0.9
80 0.9 1.2
Pipa PVC 100 1.2 1.5
150 1.8 2.1
---------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan :
Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam
ukuran, maka jarak interval yang dipergunakan harus berdasarkan jarak
interval pipa ukuran terkecil yang ada.
2. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini:
a. Perubahan perubahan arah Titik percabangan.
b. Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang
sejenis.
3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :
a. Diameter Batang
--------------------------------------------------------------------------------------------
Ukuran Pipa Batang
---------------------------------------------------------------------------------------------
Sampai 20 mm 6 mm
25 mm s/d 50 mm 9 mm
65 mm s/d 150 mm 13 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar dihitung dengan factor keamanan 5.
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas
Penunjang pipa lebih dihitung dengan faktor keamanan 5 terhadap
dari 2 kekuatan puncak.
----------------------------------------------------------------------------------------------
b. Bentuk gantungan.
Untuk air dingin : Split ring type atau Clevis type.
4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
5. Semua pipa dan gantungan, penumpu sebelum dicat, harus memakai dasar
zinchromat dan pengecatan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
c. Katup by-pass.
5. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan
reamer.
6. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
4.3.9. Sambungan Las
1. Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
2. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fittinglas. Kawat las atau
elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
3. Sebelum pekerjaan las di mulai Pemborong harus mengajukan kepada
Direksi contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
4. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat ijin tertulis dari Direksi.
5. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu.
6. Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi
baik menurut penilaian Direksi.
4.3.10. Sambungan lem
1. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
2. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting,maka untuk ini harus dipergunakan
alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat
pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang
pipa.
3. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi
dari pabrik pipa.
4.3.11. Sambungan yang mudah dibuka
Sambungan ini dipergunakan pada alat- alat saniter sebagai berikut :
Antara Lavatory Faucet dan Supply Valve
Pada waste fitting dan Siphon.
Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya paking dan bukan seal
threat.
4.3.12. Pemasangan katup-katup Pelepasan Tekanan.
Katup-katup Pelepasan Tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang
mungkin timbul kelebihan tekanan.
4.3.13. Pemasangan Ven Udara Otomatis.
Ven udara otomatis harus disediakan di tempat- tempat tertinggi dan
kantong udara, serta ditempatkan yang bebas untuk melepaskan udara dari
dalam.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) | 34
DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
4.3.18. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan
cara-cara/ metoda-metoda yang disetujui sampai semua benda- benda asing
disingkirkan.
Desinfeksi :
Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l
chlor selama 1 jam setelah itu dibilas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) | 35
DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan setelah itu
dibilas.
4.4. PENGUJIAN
1. Sebelum dilakukan testing dilakukan dahulu :
a. Pemeriksaan sebagian- sebagian.
b. Pemeriksaan setelah pemasangan.
2. Tujuannya untuk mengetahui apa konstruksi dan fungsinya serta sistem
sudah memenuhi dan sesuai dengan rencana.
a. Pemborong harus melakukan pengujian terhadap setiap jenis alat.
b. Pipa yang akan ditanam atau dipasang di luar harus dites terlebih dahulu
sebelum diurug, dengan bagian perbagian, dengan tekanan 1 1/2 x tekanan
kerja selama 1 jam tanpa ada penurunan tekanan (antara 10 kg/cm2) dan
dilanjutkan pengujian per sistem.
c. Setelah alat plambing dipasang, dites selama ± 2 menit tanpa penurunan
tekanan, berlaku untuk umum kecuali untuk monoblock dan faucet dan
ditentukan oleh pengawas.
d. Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada
penurunan tinggi air.
e. Setelah pipa dan tangki diuji, dibersihkan dan dilakukan desinfeksi sesuai
PPI dengan sisa kadar chloor 0,2 ppm atau lebih, baik yang di pipa atau di
tangki.
f. Setelah itu dibersihkan (dibilas) dengan air bersih.
g. Pengisian pipa dengan air dilakukan sedikit demi sedikit dengan pompa
khusus untuk pengetesan.
h. Untuk mengetahui setiap alat berfungsi sesuai perencanaan, dilakukan
pengujian sistem aliran sampai tercapai pengukuran yang diminta dalam
perencanaan seperti kapasitas pompa, kebisingan pompa ( ± 60 dB ),
tekanan air keluar kran dia.0,3 kg/cm2 ) dan lain-lain.
i. Semua pengetesan disaksikan oleh Pemberi Tugas dan akan dikeluarkan
sertifikat oleh Pemberi Tugas.
4.5. PENGECATAN
4.5.1. U m u m
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut:
Pipa servis
Support pipa dan peralatan Konstruksi besi
Flens
Peralatan yang belum dicat dari pabrik
Peralatan yang catnya harus diperbarui
Pengecatan pada pipa air bersih dan air panas hanya di beri tanda arah panah
jalur pipa tersebut. Untuk pipa pemadam pengecatan harus berwarna merah dan
harus dapat memberi indikasi adanya Instalasi Pemadam Kebakaran.
PASAL 5
POMPA BOOSTER
a. Pompa Booster berfungsi untuk mengalirkan air ke alat- alat plambing pada
lantai-lantai yang membutuhkan, dan harus mampu menjaga tekanan air
didalam pipa pada setiap lantai merata.
b. Pompa Booster harus mampu memasok kebutuhan air kepada pemakai
setiap variasi laju aliran pada setiap saat secara otomatis.
c. Setiap boster pump harus mempunyai sekurang-kurangnya terdiri dari 2 pompa
dan paling banyak 4 pompa yang bekerja pararel sedangkan laju aliran
masing-masing pompa dalam berdasarkan standard pabrik perakit booster
pump.
PASAL 6
RUMAH JAGA
6.1 U M U M
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
kontraktor diwajibkaaan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan seperti yang akan diuraikan di
dalam buku ini.
keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikkan pegangan setelah
berunding terlebih dahulu dengan Perencana.
4. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan KONSULTAN
SUPERVISI. Bila hal tersebut terjadi, segala akibat yang akan ada menjadi
tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
5. Kontraktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua
salinan, segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, addenda, berita-berita
perubahan dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat
pekerjaan.
Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Direksi setiap saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima
kesatu, dokumen-dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi
Tugas.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan
bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana akan menentukan
sendiri alternatif merek lain dengan spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1 (satu)
bulan menunjukkan pemenang, Kontraktor harus memberikan kepada Pemberi Tugas
fotocopy dari pemesanan material yang diimport pada agen ataupun Importir lainnya,
yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import).
dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan
air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana/KONSULTAN
SUPERVISI
2. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan, dengan daya sekurang-
kurangnya (minimum) 20 KVA. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga
listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas persetujuan
KONSULTAN SUPERVISI Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor Direksi
Lapangan.
3. Segala biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah beban kontraktor.
kerataan yang ditentukan. Pasir urug yang digunakan harus bersih dan tidak
mengandung potongan-potongan bahan keras yang berukuran lebih besar dari 1,5
cm.
6.10 TIANG PANCANG
Material tiang yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan
maupun tata cara fabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan
baik sesuai rencana.
A. MATERIAL TIANG PANCANG
Digunakan tiang pancang balok ulin dengan pancang dimensi 10/10 dengan ukuran
sesuai pada gambar rencana.
Menggunakan drop hammer dengan massa hammer bervariasi antara 0.5 ton s/d 1
ton dan tinggi jatuh bervariasi dari 1.00 s/d 1.50 m. Semua alat-kerja, seperti rig-
pancang, diesel penggerak, hammer, helmet, cushion dan alat-bantu lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan ini harus dalam kondisi prima sehingga mutu pekerjaan
maupun schedule yang ditentukan dapat tercapai.
Pengukuran dan marking posisi titik pancang sesuai koordinat dalam gambar piling
plan terbaru yang disetujui oleh perencana. Pengukuran harus dilakukan oleh
surveyor yang qualified di bawah Supervisian Engineer.
Kontraktor pancang akan bertanggung-jawab terhadap kualitas pekerjaan
sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih.
Pencatatan dan Laporan. Setiap tiang yang dipancang, mulai dari awal hingga akhir
harus dicatat dalam piling record form yang meliputi tanggal pemancangan, nomor
tiang, tipe dan ukuran tiang, jumlah tumbukan per 50 cm, kedalaman. Setiap
lembar pencatatan ini harus diperiksa dan diketahui oleh Engineer Supervisi. Untuk
ketertiban administrasi, kontraktor pancang perlu membuat laporan harian
mengenai progress pemancangan yang disetujui oleh Engineer Supervisi.
Apabila selama pemancangan tiang mengalami pecah, deformasi, retak dan lain-lain,
maka kontraktor harus segera menghentikan pemancangan melaporkan kepada
Supervisi. Apabila pada pelaksanaan pemancangan telah melebihi kedalaman sesuai
gambar dan rekomendasi soil test namun belum tercapai tanah keras, maka
Perencana akan melakukan evaluasi kasus per kasus untuk menentukan solusinya.
Lama tiang pancang berhenti sebelum dipancang kembali tidak boleh lebih dari 2
(dua) jam.
6.11 ADUKAN & PASANGAN
1. a. Portland Cement : ASTM C150 type V dan NI-8 jenis semen dari merk
Tiga Roga, atau setara.
B. AGREGAT
Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (aggregat kasar) dan pasir beton,
harus memenuhi syarat-syarat :
- Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau
kotoran–kotoran lainnya). Kekerasan dari butir-butir agregat kasar
diperiksa dengan bejana penguji dari Rudelaff dengan beban penguji 20 ton,
agregat kasar harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19 mm lebih dari 24 %
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 - 30 mm lebih dari 22 % atau
dengan mesin pengaus Los Angelos dimana tidak terjadi kehilangan berat lebih
dari 50 %. Koral (kerikil) dan batu pecah (aggregat kasar) yang mempunyai
ukuran lebih besar dari 30 mm, untuk penggunaannya harus mendapat
persetujuan Supervisi.
D. MUTU BETON.
Adukan (adonan) beton harus memenuhi syarat-syarat PBI - 1971 NI.2. Beton
harus mempunyai kekuatan karakteristik sesuai yang ditentukan dalam gambar
rencana.
- Pile cap, tie beam : K-300
- Kolom, balok, plat lantai : K-225
Adukan Beton Yang Dibuat Setempat (Site Mixing)
Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
- Semen diukur menurut volume
- Agregat diukur menurut volume (batu pecah)
- Pasir diukur menurut volume (pasir beton).
- Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete
mixer)
- Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk
- Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin pengaduk.
- Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan
lebih dulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
Adukan beton :
- Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971 NI.2. Beton harus
mempunyai kekuatan karakteristik sesuai yang disyaratkan dalam gambar
rencana.
- Khusus untuk beton yang dipergunakan pada perbaikan/elemen struktur
yang honey comb/keropos, aggregat terbesar/batu pecah tidak boleh lebih
dari 1 cm atau mempergunakan cement grouting dari merk yang disetujui
oleh Supervisi.
- Apabila mutu beton rencana dari hasil site mixing tidak bisa tercapai,
kontraktor diharuskan membuat adukan beton di Batching Plant (Beton
Ready Mix)
- Dalam hal apapun tidak diperkenankan membuat adukan beton dengan
tangan (hand mixing), kecuali untuk beton lantai kerja.
- Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mixes) tersebut diatas harus
dilakukan untuk menentukan komposisi adukan yang akan dipakai pada
pekerjaan beton selanjutnya dan harus mendapat persetujuan Supervisi.
Kontraktor harus mengajukan 2 (dua) calon supplier ready mix untuk disetujui
Supervisi/Pemberi Tugas. Kontraktor sepenuhnya bertanggung jawab terhadap
pengiriman mutu beton yang disyaratkan, sesuai gambar rencana.
Pemberi Tugas/Supervisi sewaktu-waktu akan mengadakan inspeksi ke Batching
Plant.
Kontraktor harus mengirimkan secara berkala komposisi bahan beton, berat
semen, agregat kasar, agregat halus, kadar air, merk additive yang digunakan
kepada Supervisi.
Setiap pengiriman beton ready mix ke lapangan harus selalu dicatat :
- Nomor polisi truk.
- Volume beton.
- Mutu beton.
- Waktu pencampuran bahan-bahan beton.
- Waktu kedatangan truk.
- Ukuran agregat terbesar.
- Slump.
- Identifikasi kubus beton yang diambil dari truk tersebut.
Adukan beton yang telah berumur lebih dari 1 (satu) jam setelah keluar dari
Batch Mixer atau apabila adukan beton mulai mengeras/setting tidak boleh
digunakan dan harus direject. Slump beton berkisar antara 10 cm sampai 12 cm
untuk balok beton, plat beton dan kolom.
2). PELAKSANAAN.
Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat kedap air,
untuk mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi bentuk beton.
Bekisting untuk pile cap dan tie beam harus dipasang pada setiap sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Supervisi
Lapangan. Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus
dibuang. Perkuatan pada bukaan dibagian-bagian yang struktural yang tidak
diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan dari
Supervisi Lapangan. Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu
plywood lebih dari 2 kali tidak diperkenankan. Bersihkan bekisting selama
pemasangan, buang semua benda-benda yang tidak perlu. Buang bekas-bekas
potongan, kupasan dan puing dari bagian dalam bekisting. Siram dengan air,
menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang benda-benda asing yang
masih tersisa pastikan bahwa air dan puing-puing tersebut telah mengalir keluar
melalui lubang pembersih yang disediakan. Diperlukan perkuatan-perkuatan pada
komponen-konponen struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat
pembebanan dan konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi lantai
diatasnya bisa dilanjutkan. Pembukaan penunjang bekisting seluruhnya hanya
bisa dilakukan setelah beton berumur 21 hari setelah beton mempunyai kuat tekan
95 % dari kuat tekan rencana.
Bekisting-bekisting yang dipakai untuk curing beton, tidak boleh dibongkar
sebelum mendapat persetujuan dai Supervisi Lapangan.
F. PENGECORAN BETON
Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat - tempat yang akan dicor terlebih
dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran - kotoran (potongan kayu, batu,
tanah dan lain - lain) dan dibasahi dengan air semen.
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan
adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian, yang akan menyebabkan
pengendapan aggregat. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu
pengecoran digunakan vibrator. Pengecoran dilakukan secara terus menerus
(kontinyu / tanpa berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu
lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan
6.16 WATERPROFING
1. Lingkup Pekerjaan
A. Bagian yang di waterproofing :
- Lantai dan dinding basement.
- Pelat atap dan over stek .
- Daerah WC, kamar mandi dan daerah basah lainnya.
- Ground reservoir.
- Bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
1. Waterproofing untuk Atap (Bagian yang terekspos ke matahari)
a. Bagian-bagian yang diberi waterproofing adalah pelat-pelat beton yang
berfungsi sebagai atap dan sebagai talang.
b. Lapisan waterproofing terbuat dari acrylic Polimer gel yang diperkuat
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) | 51
DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
dengan jaringan serat kaca (fibre glass mat) merk Traffigard, product
Hitchins Group New Zealand.
c. Ketebalan waterproofing minimal 1 mm untuk Traffigard dan diberi satu
lapis fibre glass mat.
d. Sebelum pemasangan dimulai, pemborong harus memastikan bahwa
kemiringan plat beton sudah cukup untuk mengalirkan air hujan ke pipa-
pipa pembuangan (kemiringan minimal 2 %)
e. Semua cara pemasangan, cara-cara pelapisan sampai dengan perlindungan
permukaan setelah pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang
dikeluarkan pabrik/produsen.
f. Warna bahan waterproofing akan ditentukan kemudian oleh Perencana,
dari pilihan warna yang tersedia.
2. Waterprofing Bagian-bagian yang terlindung dari matahari
Waterproofing untuk reservoir, toilet, pantry ruang mesin serta bagian-bagian
yang tidak terexposed langsung pada matahari. Bahan terbuat dari campuran
semen kwarsa halus dan bahan kimia aktif, merk Vandex Super dan Vandex
Premix, produk Hitchin Group, New Zealand.
a. Pemakaian lapisan waterproofing, dengan komposisi :
1. Vandex Super 0,75 kg / m2.
2. Vandex Premix 1,00 kg / m2.
b. Cara pemasangan mulai dari persiapan permukaan yang akan dilapisi,
cara pelapisan, ketebalan pelapisan sampai dengan perlindungan
permukaan setelah pemasangan harus mengikuti petunjuk yang
dikeluarkan oleh pabrik/produsen.
c. Pelaksanaan :
- Permukaan harus dibersihkan dari debu, kotoran dan minyak dengan
menggunakan air bertekanan tinggi, termasuk juga bagian yang
keropos harus dipahat dan dicuci.
- Contractor joint harus dipahat dan diberikan special treatment sesuai
dengan ketentuan dari Vandex.
- Penyemprotan / pengkuasan dilakukan setelah tenggang waktu 15 -
30 menit sehingga tercapai ketentuan pemakaian bahan per meter
persegi.
- Vandex Premix disemprotkan/dikuas diatas lapisan Vandex Super.
Permukaan bidang harus dilindungi terhadap hujan, matahari dan
angin dengan penutup plastik.
8. Accesssories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup
caulking dan sealant. angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat
dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13)
mikron sehingga dapat bergeser.
9. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersentuhan dengan
bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus
diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment
dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation
lainnya.
2. Pekerjaan Engsel.
a. Untuk pintu-pintu panil pada umumnya menggunakan engsel pintu merk
SES atau setara, warna Bronze, dipasang sekurang-kurangnya 2 buah
untuk setiap daun dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna
yang sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang dipasang harus
diperhitungkan menurut beban berat daun pintu, tiap engsel memikul
maksimal 20 kg.
b. Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panel menggunakan engsel lantai
(floor hinge) double action, merk SES atau setara dipasang dengan baik
pada lantai sehingga terjamin kekuatan dan kerapihannya, dipasang
sesuai dengan gambar untuk itu.
c. Untuk jendela digunakan engsel merk SES atau setara, Bronze.
d. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel merk SES atau setara
disertai pada posisi single action.
e. Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu dibuat khusus untuk keperluan
masing-masing pintu.
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada files dengan ketebalan yang
berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyaai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, kemiringan tidak boleh
kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk
area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan
harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan genangan.
Jika ketebalan screed tidak memungkinkaan untuk mendapatkan
kemiringan yang ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan kepada
Direksi untuk mendapatkan jalan keluarnya.
3. Persiapan Permukaan
a. Kontraktor harus menyiapkan permukaan sehingga memenuhi syarat yang
diperlukan, sebelum memasang ubin.
b. Secara tertulis, kontraktor harus memberikan laporan kepada Direksi
Lapangan tiap kondisi yang menurut pendapatnya akan berpengaruh buruk
pada pelaksanaan pekerjaan.
c. Permukaan beton yang akan diplester untuk penempelan ubin, harus
dikasarkan dan dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas lainnya.
Sebelum dilaksanakan plesteran, permukaan ini harus dibebaskan.
d. Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm
untuk jarak 2 mm, pada semua arah. Tonjolan harus dibuang (chip off)
tekukan kedalaman diisi dengan mortar (1 : 2), sehingga plesteran dasar
(setting bed) mempunyai ketebalan yang sama.
4. Pemasangan ubin keramik dinding di bagian dalam (internal)
a. Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus dibasahi.
Pakai benang untuk menentukan lay out ubin, yang telah ditentukan dan
pasang sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
b. Kecuali ditentukan lain, pemasangan ubin harus dimulai dari bawah dan
dilanjutkan ke bagian atas.
c. Pada pemasangan tile, tempelkan dibagian belakang tile adukan dan
ratakan, kemudian ubin yang telah diberi adukan ini ditekankan ke
plesteran dasar. Kemudian permukaan ubin dipukul perlahan-lahan hingga
mortar perekat menutupi penuh bagian belakang ubin dan sebagian adukan
tertekan keluar dari tepi ubin.
A. PELAKSANAAN
1. Rangka Langit-langit
a. Furring channel disusun sejajar dengan bidang gypsum board yang akan
dipasang, dengan jarak mak. 60 cm, dipasang menerus, tidak terputus.
b. U Channel tegak lurus furring channel dan disusun sejajar, jarak max. 120
cm.
c. Suspension road clamp dipasang pada U channel, jarak min. 120 cm.
2. Pemasangan Lembaran Gypsum
a. Gypsum board direkatkan pada furring channel dengan scef tapping screw.
b. Pertemuan antar lembaran gypsum ditutup dengan adhesive tape yang
disediakan khusus untuk itu, kemudian diratakan dengan plester gypsum
sehingga seluruh bidang ceiling tidak terlihat sambungan gypsum dan
permukaannya rata.
c. Semua pertemuan bidang langit-langit dengan bidang vertikal, diisi dengan
wall angles type W, kecuali pada gambar ditentukan lain.
d. Dimana terjadi perubahan elevasi ceiling sehingga pada bidang langit-
langit terdapat bidang vertikal, maka pada sudut luar dari pertemuan
kedua bidang ini harus dirapikan dengan diberi metal lathing, seperti
ditentukan pada pasal 1012.
B. PELAKSANAAN
1. Pekerjaan Dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran
bangunan dan/atau bagian-bagian lain yaang ditentukan gambar.
b. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak
ada retak-retak dan Pemborong meminta persetujuan kepada Konsultan
SUPERVISI.
c. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisal plamur dari plat baja tipis
dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang
rata.
d. Sesudah 7 hari plamur terpasang dan percobaan warna besi No. 00,
kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih betul. Selanjutnya
dinding cat dengan menggunakan Roller.
e. Untuk mendapatkan tekstur pada pengecatan dinding yang ditentukan
dengan finish texture spray paint, digunakan Texture Finish dengan
Danapaint. Pasta texture dengan bahan dasar emulsi acrylic ini
disemprotkan dengan alat penyemprot compressor.
c. Bidang yang akan dicat diberi manie kayu merk Patna, warna merah 1
lapis, kemudian diplamur dengan plamur kayu sampai lubang-lubang/pori-
pori terisi sempurna.
d. Setelah 7 (tujuh) hari, bidang plamur diamplass besi halus dan dibersihkan
dari debu kemudian dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dengan
menggunakan luas.
e. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk, utuh, tata, tidak
ada bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang cat dijaga terhadap
pengotoran.
4. Pekerjaan Finishing Melamic
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah seluruh bidang-bidang pekerjaan kayu
yang terlihat didalam bangunan utama, termasuk kosen, panil-panil lis-lis,
railing kayu, pekerjaan interior dan mebel, plant, serta bagian-bagian lain
yang ditentukaan dalam gambar.
b. Semua permukaan kayu yang hendak dimelamic, dibersihkan dari debu
minyak dan kotoran yang mungkin melekat disitu.
c. Sesudah betul-betul bersih, digosok dengan amplas kayu, agar supaya
seluruh permukaan kayu rata dan licin, tidak lagi terdapat serat kayu yang
tidak rata pada permukaan kayu tersebut.
d. Apabila seluruh permukaaan kayu sudah licin, pori-pori kayu harus ditutup
dengan melamic wood filler secukupnya, kemudian digosok dengan kain
sampai halus dan rata.
e. Permukaan kayu yang telah diplamur dengan wood filler tersebut,
dihaluskan dengan amplas Duco yang halus, kemudian debu bekas amplas
tersebut dibersihkan.
f. Pembuatan wood filler dilakukan dengan mencampur 10 bagian sanding
sealer 4421-2917 dengaan bagian hardener 8873-0801 dan ditambahkan
dengan talk secukupnya. wood filler diaplikasikan dengan kape sampai
pori-pori tertutup sempurna dengan diamplas Duco yang haluss untuk
setiap lapisan.
g. Pewarna dipakai Danastain 890 daya sebar Danastain 8 - 10 m2 perliter
satu lapis. Warna akan ditentukan kemudian oleh Perencana.
h. Sanding sealer 421 - 2917 sebagai cat dasar dicampur dengan hardener
873-0802 serta diencerkan dengan thinner 803-0030. Perbandingan
campuran adalah 10 bagian Sanding Sealer + 1 bagian hardener + Thinner
9. Pekerjaan Keran
a. Semua keran yang dipakai, kecuali kran dinding adalah merk Toto Atau
Setara atau setara, dengan chromed finish. Ukuran disesuaikan keperluan
masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosur alat-alat sanitair.
Keran-keran tembok dipakai yang berleher panjang dan mempunyaai ring
dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding. Keran-keran yang
dipasang dihalaman harus mempunyai ulir sink di ruang saji dan dapat
disambung dengan pipa leher angsa (extention).
b. Stop keran yang dapat digunakan merk Kitazawa bahan kuningan dengan
putaran berwarna hijau, diameter dan penempatan sesuai gambar untuk
itu.
c. Keran-keran harus dipasang pada pipaa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.
10. Floor Drain dan Clean Out
a. Floor drain dan Clean out yang digunakan adalah metal verchroom,
lobang dia. 2” dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk
floor drain dan depverchron dengan draad untuk clean out.
b. Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar untuk itu.
c. Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui
Konsultan SUPERVISI.
d. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan
ukuran sesuai ukuran floor drain tersebut.
e. Hubungan pipa metal dengan beton/lantai menggunakan perekat beton
kedap air Embeco ex. MTC dan pada lapis teratas setebal 5 mm diisi
dengan lem Araldit ex. Ciba.
f. Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih
waterpass, dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.
11. Pekerjaan Metal Sink
a. Metal sink yang digunakan ialah merk Diethelm type 46/107 atau setara
tebal minimum 1 mm, bahan stainless steel, jenis satu basin untuk ruang
saji dan dua basin untuk dapat dengan kran khusus untuk itu.
b. Metal sink yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik sehingga
tidak ada bagian yang cacat dan direkatkan dengan kuat pada dasarnya
sesuai dengan gambar untuk itu.
bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down light tersebut
harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.
o Skedul lampu penerangan, harus mengacu ke gambar perancangan dan
rancangan Konsultan Perancang.
KABEL INSTALASI
o Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak harus kabel
inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYM).
Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm² kode warna insulasi
kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut :
fasa R : merah
fasa S : kuning
fasa T : hitam
netral : biru
pembumian : hijau/kuning
Rak Kabel
Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable ladder
yang terbuat dari plat mild steel dengan ketebalan sekurang-kurangnya 2,0 mm, dan
difinish hot dip galvanis dilapisi oleh zinchromate harus tahan terhadap bahan kimia
dan gas kimia.
Demikian pula untuk rak kabel yang berfungsi sebagai jalur kabel NYM untuk
penerangan dan kotak kontak, yang terbuat dari sheet steel dengan ketebalan
sekurang-kurangnya 2,0 mm dengan difinish hot dip galvanized.
Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 5/8" dan harus
ditanam sekurang-kurangnya sedalam 6 m, sehingga dapat diperoleh tahanan
pembumian setinggi-tingginya 2 Ohm.
Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat hubungan
pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standar-standar yang berlaku dalam
PUIL 2000. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut :
RUMAH POMPA
Pasal 6
GALIAN DAN TIMBUNAN TANAH
a. Galian untuk pondasi struktur harus disesuaikan dengan gambar rencana.
b. Jika pada galian terdapat akar-akar pohon, kotoran sampah, atau lumpur,
maka bagian ini harus dikeluarkan semua dan diisi dengan pasir urug sesuai
dengan gambar rencana.
c. Peil akhir timbunan tanah harus diperhatikan sesuai dengan gambar rencana.
Pasal 7
TIANG PANCANG
Material tiang yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan
maupun tata cara fabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan baik
sesuai rencana.
7. 1 Material Tiang Pancang
Digunakan tiang pancang balok ulin dengan pancang dimensi 10/10 dengan ukuran
sesuai pada gambar rencana. Menggunakan drop hammer dengan massa hammer
bervariasi antara 0.5 ton s/d 1 ton dan tinggi jatuh bervariasi dari 1.00 s/d 1.50 m. Semua
alat-kerja, seperti rig-pancang, diesel penggerak, hammer, helmet, cushion dan alat-
bantu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ini harus dalam kondisi prima sehingga
mutu pekerjaan maupun schedule yang ditentukan dapat tercapai. Pengukuran dan
marking posisi titik pancang sesuai koordinat dalam gambar piling plan terbaru yang
disetujui oleh perencana. Pengukuran harus dilakukan oleh surveyor yang qualified di
bawah Supervisian Engineer. Kontraktor pancang akan bertanggung-jawab terhadap
kualitas pekerjaan sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih. Pencatatan
dan Laporan. Setiap tiang yang dipancang, mulai dari awal hingga akhir harus dicatat
dalam piling record form yang meliputi tanggal pemancangan, nomor tiang, tipe dan
ukuran tiang, jumlah tumbukan per 50 cm, kedalaman. Setiap lembar pencatatan ini
harus diperiksa dan diketahui oleh Engineer Supervisi. Untuk ketertiban administrasi,
kontraktor pancang perlu membuat laporan harian mengenai progress pemancangan
yang disetujui oleh Engineer Supervisi. Apabila selama pemancangan tiang mengalami
pecah, deformasi, retak dan lain-lain, maka kontraktor harus segera menghentikan
pemancangan melaporkan kepada Supervisi. Apabila pada pelaksanaan pemancangan
telah melebihi kedalaman sesuai gambar dan rekomendasi soil test namun belum
tercapai tanah keras, maka Perencana akan melakukan evaluasi kasus per kasus untuk
menentukan solusinya. Lama tiang pancang berhenti sebelum dipancang kembali tidak
boleh lebih dari 2 (dua) jam.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) | 76
DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Pasal 8
PEKERJAAN PASANGAN BATU
Pasangan batu terdiri dari bahan-bahan antara lain : semen, pasir, batu kali
dicampur rata dibentuk dan ditempatkan sesuai dengan syarat-syarat yang ada
dalam gambar atau yang disarankan direksi.
1). Material
a. Semen untuk spesi pekerjaan batu harus sesuai dengan syarat-syarat
untuk pelaksanaan pekerjaan beton.
b. Pasir juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum
pada poin 1.
c. Air yang digunakan dalam menyiapkan adukan spesi harus tidak mengandung
sejumlah bahan-bahan yang dapat merusak seperti lumpur, bahan
organis, alkali, garam-garaman dan lain-lain yang merugikan.
d. Batu yang digunakan untuk pasangan batu harus diambil dari tempat-tempat
tertentu dengan kualitas yang disetujui direksi. Batuan harus mempunyai
berat jenis tidak kurang dari 2,5. Semua persediaan batu untuk pasangan
batu di lapangan harus diperlukan sedemikian rupa sehingga cukup lembab
pada saat akan dipergunakan. Batu-batu yang dipergunakan dalam
pekerjaan atau bagian pekerjaan harus memiliki ukuran yang mendekati
seragam agar tidak terdapat rongga-rongga besar diantara batu.
2). Spesi Semen
Spesi semen yang dipergunakan diklasifikasikan berdasarkan perbandingan
semen dan pasir dari spesi tersebut. Perbandingan semen dan pasir menurut
volume ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 7.1 Perbandingan Volume Semen dan Pasir (DPU Pengairan, 1990)
3). Pemasangan
a. sebelum dipasangkan, batu harus cukup basah. Batu untuk pasangan batu
harus dipasangkan dengan tangan agar supaya setiap batu dapat diselimuti
spesi dengan sempurna. Batu harus ditempatkan sedemikian rupa agar
setiap batu dihubungkan dengan spesi pada setiap sambungan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) | 77
DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Pasal 9
PEKERJAAN BETON
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan laboratorium dan
fasilitas test beton untuk test pemerikssaan kualitas bahan harus dilakukan
oleh dan menjadi tanggung jawab kontraktor seperti ditetapkan dalam spesifikasi
dan gambar atau sesuai dengan petunjuk direksi dan bilamana harus dibongkar
ataupun diganti juga dengan biaya dari kontraktor.
1) Bahan
a) Semen
Semen harus disediakan oleh kontraktor menurut standar. Spesifikasi
untuk Portland Cement tipe II ASTM C 150 atau PC tipe ASTM C 150
dari hasil produksi pabrik yang disetujui oleh direksi secara tertulis.
Semen harus terbungkus dalam kantong-kantong yang cukup kuat untuk
tahan terhadap penanganan yang kasar. Tahun dan bulan semen
itu diproduksi dan berat isi harus tertera dengan jelas pada setiap
kantong.Sebagai tambahan pada setiap pengujian yang dibuat pada semen
itu sebelum dikeluarkan dari tempat produksi, direksi akan melakukan
serangkaian pengujian sesuai dengan standart yang berlaku. Dapat juga
membuat pengujian lanjut menentukan apakah terjadi kerusakan atau
tidak ada semen karena sebab apapun selama proses pengangkutan atau
dalam penyimpanan, pada setiap datangnya kiriman untuk pekerjaan itu dan
juga selama berlangsungnya penyimpanan selama pekerjaan belum selesai
dikerjakan. Segera setelah diterima di lapangan pekerjaan, semen akan
disimpan dalam tempat penyimpanan yang kering, tahan air dan
diberikan ventilasi yang memadahi, dengan pencegahan penyerapan
kelembaban yang cukup. Cara penanganan dan penyimpanan semen oleh
kontraktor harus sesuai dengan persetujuan pihak direksi. Cara penumpukan
semen tidak boleh lebih dari 13 kantong dan jumlah itu akan dibatasi
pada 7 kantong, bila penyimpanan diperkirakan lebih lama daripada 2
bulan, semen ini akan ditumpuk atau disimpan sedemikian rupa sehingga
memudahkan untuk identifikasi, inseksi, dan ujian. Semen yang disimpan
lebih dari 1 bulan pada musim penghujan atau lebih dari 3 bulan pada
musim kemarau, tidak dapat dipergunakan.
b) Agregat beton
I. Agregat kasar
• Agregat kasar harus berkualitas baik dengan diameter minimum 5
mm. Agregat kasar harus bersih, keras, padat, tahan lama, tidak
bercampur dengan batuan besar dan bebas dari lempung, lanau,
akar, cabang- cabang pohon, material, organik, alkali dan
kotoran-kotoran lain yang menurunkan kekuatan beton.
• Gradasi agregat kasar dalam pemisahan ukurannya harus
sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut :
Tabel 7.2. Gradasi Kasar Untuk Campuran Beton (DPU Pengairan, 1990)
20 90-100 35-70
10 25-55 10-30
5 0-10 0-5
2 0-5 -
untuk 100 kali putaran atau lebih 40% untuk 500 kali putaran.
⇒ Kehilangan berat pada penyelidikan dengan tes sodium sulfat
(ASTM C 88) tidak lebih dari 10,5%.
⇒ Berat jenis dalam keadaan kering permukaan kurang dari 2,55.
b) Air
Air yang digunakan pada pencampuran beton dan spesi hendaknya
bersih dan bebas dari kotoran, tidak mengandung endapan lumpur,
zat-zat organik, alkali, garam atau pencampuran lainnya yang tidak
diinginkan.
2) Campuran beton
a. Beton harus dibuat dari semen, pasir, kerikil, air dan bila diperlukan
bahan tambahan yang disetujui, semua dicampur sampai merata
sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
b. Bagian campuran dan ketepatan perbandingan air semen harus
dihitung berdasarkan berat dan ditentukan dengan dasar pada
kekuatan produksi beton yang dihasilkan, kemudian pekerjaan,
Kekuatan Tekan
Mutu Ukuran Nilai
Kerikil Penandaan pada 28 Hari Slum
Max (mm) Lampiran
Rata- rata Min (cm)
A 20 K 225 225-205 8-12
(kg/cm2)
B 20 K 175 175-155 8-10
C 40 K 125 125-105 10-12
• Agitator t ruck
Kecepatan pergerakan drum harus antara 2-4 putaran permenit, isi
campuran beton di dalam drum tidak lebih dari produksi rata-rata, atau
tidak lebih dari 70% volume drum.
• Pipa beton
Pipa penghantar harus dipasang sedemikian rupa sehingga mudah
dipasang selurus mungkin dan booster udara tidak harus dipakai untuk
penghantar beton.
• Peluncur
Pada umumnya, transportasi beton dengan memakai peluncur tidak
diijinkan kecuali dengan persetujuan dari direksi. Peluncur harus
berpenampang setengah bulat dan harus mempunyai kemiringan tetap
untuk memberikan aliran beton yang mudah tanpa terjadinya
penguraian. Ujung bawah peluncur harus diberi peluncur terjun tidak
kurang dari 0,6 m tingginya untuk menghindari terjadinya penguraian
pada saat jatuhnya beton. Peluncur harus dilindungi dari penyinaran
matahari langsung.
4) Pengecoran
a. Umum
Semua peralatan pengecoran beton dan cara kerjanya harus mendapat
persetujuan dari direksi. Pengecoran beton tidak boleh dimulai
sebelum semua bekisting, penulangan dan pemasangan sambungan
dimasukkan pada acuan, diperiksa dan disetujui direksi.
b. Persiapan Pengecoran
• Semua air harus dikeluarkan dari lokasi beton sebelum dilakukan
pengecoran. Air yang mengalir ke permukaan galian harus dicegah
dengan cara mengalirkannya ke daerah genangan dan dipompa keluar
atau dikeluarkan dengan cara lain yang disetujui.
• Sebelum pengecoran beton di atas tanah bahan yang porus air
pada permukaan pondasi harus dikeluarkan atau dipadatkan dengan
memakai mesin atau tangan sampai kedap dan dipadatkan permukaan
pondasi yang seragam. Semua daerah dan permukaan yang diisi air,
lumpur, lanau, dan bahan organis harus dibersihkan dengan
memindahkan bahan tersebut dengan mengisi kembali rongga yang
timbul dengan material yang baik sampai diharapkan permukaan yang
rata.
c. Temperatur Beton
b) Perbaikan Beton
Kontraktor harus memperbaiki semua ketidak sempurnaan
permukaan beton menurut spesifikasi yang dibutuhkan. Kecuali
dengan persetujuan direksi, perbaikan ketidak sempurnaan pada
bekisting harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah
dibongkar. Perbaikan harus dilakukan oleh tenaga ahli beton dan
disetujui oleh direksi. Beton yang rusak akibat berbagai sebab
harus dibongkar dan diganti agar didapatkan permukaan yang
rata dan lurus. Semua bahan yang dipakai pada perbaikan beton
harus menurut spesifikasi yang dibutuhkan.
6) Test Beton
a. Umum
Cara yang dipakai pada tes dari contoh beton, perbuatan,
perawatan, baik yang dilapangan maupun di laboratorium harus
mengikuti standar yang berlaku seperti PBI 1971, ASTM C 172,
ASTM C 31, ASTM C 192, ASTM C 39.
c. Periode Testing
Test pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari harus dibuat pada
silinder berdiameter10 cm dengan tinggi 30 cm untuk setiap
9). Penulangan
a. Umum
• Semua penulangan harus diprofilkan, produksi dalam negeri
sesuai dengan Standar Indonesia atau sejenisnya yang
disetujui oleh direksi.
• Kecuali tertera pada gambar atau ditentukan oleh direksi,
hook, bengkokan, pengelasan selimut beton dan detailnya
dari penulangan harus menurut PBI 1971.
b. Penempatan Tulangan
Tulangan harus ditempatkan seperti terlihat dalam gambar
atau dimana yang ditentukan oleh direksi. Spesi harus
ditempatkan seperti terlihat dalam gambar. Atas dasar
persetujuan direksi, kontraktor dapat mengubah tempat, jarak
dan mungkin spesi tulangan ditambah di tempat lain dari yang
terlihat pada gambar. Dipindahkan spesi atau ditambahkannya
spesi dengan persetujuan direksi, akan termasuk perhitungan
volume pembayaran penulangan. Penempatan tulangan harus rata
dan sesuai standar tulangan. Penulangan akan diperiksa untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan ukuran, bentuk, panjang, spasi,
letak dan jumlah yang dipasang Sebelum penulangan
disambungkan pada beton, permukaan tulangan dan beberapa
penyangga tulangan harus bersih dari karat berat, kotoran,
lemak atau bahan asing yang menurut pendapat direksi dapat
mengganggu kekuatan beton. Penulangan harus ditempatkan
dengan teliti dan pada posisi yang tepat dengan menggunakan
kawat tidak kurang dari diameter 0.9 mm pada pertemuan
tulangan dan diikat pada penyangga dan penjaga jarak (space)
agar tidak berubah selama dilakukan pengecoran beton.
Pasal 10
PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA
a. Pasangan dinding bata biasa dengan campuran 1 Pc : 6 Ps . Untuk semua
pasangan dinding bata.
b. Siar-siar harus dikorek masuk sebelum diberi plesteran dan pasangan batu bata
tidak boleh ditembus andang-andang (scafolding).
c. Pada dinding setengah bata, tempat-tempat tertentu sesuai dengan gambar kerja
dan perhitungan beton, diberi kolom pengaku/kolom praktis dengan ukuran
yang disesuaikan dengan ukuran pasti (jadi) 15 x 15 cm.
d. Di atas lubang-lubang pintu dan jendela harus diberi balok latai dengan adukan
1Pc : 2 Ps : 3 Kr dan diplester dengan adukan 1 Pc : 3 Ps, dan ukuran yang
disesuaikan dengan perhitungan beton untuk tiap-tiap bentangan.
Pasal 15
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
Campuran yang dipergunakan untuk pasangan dan plesteran bata adalah campuran 1
Pc : 6 Ps, plesteran untuk semua pekerjaan beton adalah 1 Pc : 3 Ps
a. Tebal plesteran tidak boleh kurang dari 1 cm, atau lebih dari 2 cm kecuali
ditetapkan lain, dengan acian dari Pc.
b. Pekerjaan plesteran akhir harus betul-betul lurus, rata, datar ataupun tegak lurus
dan pada bagian-bagian sudut harus betul-betul siku dan tegak lurus ke atas.
c. Pada plesteran beton adukan yang digunakan adalah 1Pc : 3 Ps dan
permukaan beton-beton yang diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu,
disiram dengan air semen baru kemudian diplester.
Pasal 11
PEKERJAAN FINISHING CAT
a. Warna harus asli dari kalengnya dan tidak dibenarkan menggunakan warna
campuran.
b. Tembok mempergunakan cat dengan mutu yang baik/dengan merk Mowilek
atau yang setara kualitasnya.
c. Semua dinding tembok bagian dalam yang akan dicat sebelumnya harus
diplamur dengan plamur tembok, semua bidang permukaan dinding-dinding
diplamur sampai halus dan rata. Sedangkan semua dinding luar tidak perlu
diplamur tetapi langsung dicat minimal 3x pengecatan sampai rata.
d. Warna cat tembok dinding sebelah dalam akan ditentukan kemudian, Warna
cat tembok dinding sebelah luar akan ditentukan kemudian.
BAHAN-BAHAN
Pasal 12
URAIAN UMUM
Pasal 13
SEMEN PORTLAND
a. Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat dipakai jenis semen
yang ditentukan dari spesifikasi teknis yang sesuai dengan NI-8-1972 tahun 1971
b. Apabila dipakai persyaratan khusus mengenai sifat-sifat betonnya, maka dapat
dipakai semen lain yang ditentukan dalam NI-8 seperti : semen Portland,
trass semen alumnia, semen tahan sulfat dan lainnya. Dalam hal ini
pemborong harus meminta pertimbangan dari lembaga pemeriksaan bahan-
bahan yang diakui dan disetujui oleh direksi.
c. Semen yang dipakai dalam keadaan baru dan masih dalam kantong-kantong
yang disegel. Semen disimpan ditempat yang kering dan terlindung dari pengaruh
cuaca, berventilasi secukupnya dan penimbunan tak langsung mengenai tanah.
Merek yang dipilih tidak dapat diganti-ganti dalam pelaksaanaan kecuali
dengan persetujuan direksi.
d. Untuk beton mutu fc’ mPa dan mutu lebih tinggi, jumlah semen yang dipakai
dalam setiap campuran harus menentukan dengan ukuran yang pasti dan
Pasal 14
AGREGRAT HALUS
a. Agregrat halus untuk beton dapat berupa pasir alami sebagai hasil desintegrasi
alami batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecahan batu, sesuai dengan syarat-syarat mutu agregrat yang telah
ditentukan.
b. Agregrat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir halus
bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh –pengaruh cuaca,
seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregrat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak
yang dibuktikan dengan percobaan warna dari Abram Harder. Agregrat halus
yang tidak memenuhi percobaan ini dapat dipakai juga asal kekuatan adukan
agregrat tersebut pada umur 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan ) hari tidak
kurang dari 95 & dari kekuatan agregrat yang sama tetapi dicuci hingga bersih
dengan air pada umur yang sama.
d. Agregrat halus terdiri dari butir-butir yang seragam besarnya dan apabila harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% sampai 95% dari
berat.
- Sisa ayakan diatas saringan 5 mm, harus minimum 2% dari berat.
- Sisa ayakan diatas saringan 1 mm, harus minimum 10% dari berat.
e. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregrat halus untuk campuran beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan
yang diakui dan disetujui dari direksi. Menyediakan lagi paling lambat dalam
waktu 7 hari.
Pasal 15
AGREGRAT KASAR
a. Agregrat kasar beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Pada umumnya
yang dimaksud agregrat kasar adalah yang besar butirannya lebih dari 5
mm, sesuai dengan persyaratan-persyaratan tersebut.
b. Agregrat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar dan tidak berpori. Agregrat
kasar mengandung butir-butir pipih yang dapat dipakai apabila jumlah butir-
butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregrat seluruhnya. Butir-
butir agregrat harus bersifat kekal artinya tidak pecah dan tidak hancur
oleh perubahan cuaca (terik matahari dan hujan)
c. Agregrat kasar tidak boleh mengandung lumpur dari 1% (ditentukan terhadap
kering).Yang artinya dengan lumpur adalah bagian yang dapat melalui saringan
1%. Apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut maka agregrat harus dicuci.
Agregrat tidak boleh mengandung zat-zat alkali.
d. Kekerasan dari butir-butir agregrat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
redelof dengan bahan penguji 20 ton, dimana harus memenuhi syarat berikut:
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 mm-19 mm lebih dari 24%
berat.
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 mm-20mm lebih dari 22%
berat.
- Atau dengan mesin penguat los angeles dimana tidak boleh terjadi
kehilangan berat sampai lebih dari 50% berat.
e. Agregrat kasar harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila di ayak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Sisa ayakan diatas saringan 4 mm harus berkisar antara 90 % - 99% dari berat.
- Sisa ayakan diatas saringan 3,5 mm besar 0 % dari berat.
- Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas 2 (dua) saringan yang berurutan
adalah besarnya maksimum 60% dan minimumnya 10 %.
f. Besarnya agregrat maksimum tidak boleh lebih daripada cetakan, 1/3 dari
tebal pelat atau ¾ dari jarak minimum antara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan menurut penilaian direksi,
cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
sarang kerikil.
Pasal 16
AGREGAT CAMPURAN
a. Susunan butir agregat campuran untuk beton dengan mutu f`c 30 Mpa atau
mutu lebih tinggi lagi harus diperiksa dengan melakukan analisis ayakan oleh
laboratorium yang ditunjuk oleh direksi.
b. Hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut adalah yang menentukan apakah
agregat campuran tersebut dapat dipakai atau tidak dan harus diganti.
c. Apabila harus diganti dengan agregat yang harus memenuhi syarat maka
pemborong wajib menyediakan lagi paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari.
Pasal 17
BATU PECAH
a. Batu untuk pekerjaan pasangan tidak diperbolehkan menggunakan batu
gundul/bulat tetapi harus menggunakan batu pecah. Ukuran batu dipakai
dengan diameter antara 15 mm sampai 25 mm.
b. Batu yang dipakai dari jenis yang keras dan tidak lapuk, tidak terdapat bekas-
bekas pelapukan dan tidak porus.
c. Batu yang dipakai harus bersih dari kotoran yang melekat kalau perlu dicuci
terlebih dahulu.
Pasal 18
BESI BETON
a. Besi beton yang dipakai harus bebas dari kotoran, lapisan lemak, minyak, sisik,
karat dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, dan sebagainya) serta
lapisan yang mengurangi daya lekatnya dengan beton.
b. Besi yang digunakan dalam beton bertulang adalah besi fy 240 mPa.
c. Besi beton yang dipakai harus disuplai dari suatu sumber dan tidak
dibenarkan mencampur bermacam-macam sumber. Besi beton yang dipakai
sebelumnya harus dimintakan uji laboratorium dengan dua contoh percobaan
pelengkungan dan stress- strain untuk setiap 20 ton besi. Penguji masing-masing
percobaan digunakan 3 (tiga) batang besi dengan pengawasan dari direksi.
d. Garis tengah besi beton harus sesuai dengan gambar rencana, apabila yang
dipakaikurang dari ketentuan maka diwajibkan menambah tulangan sesuai
dengan petunjuk- petunjuk dari direksi.
e. Besi beton sebelum dipakai sebagai konstruksi harus dilindungi dari terik
matahari dan hujan sehingga tidak menimbulkan karat.
Pasal 19
AIR
a. Air yang digunakan untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam dan bahan-bahan lain yang dapat
merusak tulangan atau betonnya, dalam hal ini harus dipakai air bersih.
b. Apabila terdapat keraguan-keraguan mengenai air yang akan digunakan,
dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebut kelaboratorium pemeriksaan
bahan-bahan yang ditunjuk dan diakui oleh direksi untuk diteliti sampai seberapa
jauh air tersebut mengandung zat-zat dapat merusak beton dari besi tulangan.
c. Apabila pemeriksaan contoh air tersebut dalam ayat 2, diatas tidak dapat
dilakukan, maka dalam hal ini adanya keraguan-keraguan mengenai pemakaian
air harus diadakan percobaan pembanding antara kekuatan beton martel
(semen + pasir) dengan menggunakan air itu selama 7 (tujuh) sampai 28 (dua
puluh delapan) hari paling sedikit adalah 90 % dari kekuatan beton tersebut
dengan martel memakai air suling pada umur yang sama.
d. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan
dengan ukuran berat dan harus dilakukan secepatnya.
Pasal 20
BAHAN PEMBANTU
a. Untuk memperbaiki mutu, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan atau untuk maksud lain dapat dipakai bahan-bahan pembantu
yang pemakaiannya harus disetujui oleh direksi.
b. Manfaat bahan-bahan pembantu ini dipakai, maka harus diadakan pengawasan
yang cermat terhadap pemakainya.