Sumber :
Sri Nurhayati dan Wasilah. 2019.
Akuntansi Syariah di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat
Rizal Yaya dkk. 2018. Akuntansi
Perbankan Syariah. Jakarta:
Slaemba Empat
Sub Bab Pembahasan
Perkembangan Akuntansi Sebelum
1 Islam
Ditemukannya ilmu Aljabar dan fungsi angka nol oleh ilmuwan Muslim
(Al-Khawarizmi) Dalam bukunya berjudul Al-Jabar wal Muqabalah, Al-
Khawarizmi menjelaskan masalah hukum waris yang terdapat dalam
alquran yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu aljabar, salah satu
cabang ilmu di bidang matematika.
Zaid (2001)
“Pacioli bukanlah penemu melainkan
pencatat kejadian pada saat itu”
Belkaoui (2000)
Have (1976) dalam Zaid (2001)
“Pacioli bukanlah penemu
“perkembangan akuntansi tidak
double Entry bookkeeping”
Terjadi di Itali kuno”
Kemiripan Praktek akuntansi
Kekalifahan Islam dengan buku
Pacioli
1. Istilah Zornal (sekarang journal) telah lebih
dahulu digunakan oleh kekhalifahan Islam dengan
Istilah Jaridah untuk buku catatan keuangan
2. Penggunaan kalimat “In the name of God” diawal
buku catatan keuangan, telah lebih dahulu
digunakan oleh kekhalifahan Islam dengan
kalimat “In the name of Allah, the Most Gracious,
the Most Merciful”
3. Double Entry yang ditulis oleh Pacioli, telah
dipraktekkan dalam pemerintahan Islam
Kemiripan Praktek akuntansi Kekalifahan Islam dengan
buku Pacioli
• Pada tahun 1363 M telah ada manuskrip tentang akuntansi
diulis oleh Abdullah bin Muhammad bin Kiyah Al
Mazindarani dengan judul Risalah Falakiyah Kitab As
Siyaqaat.
•Manuskrip tersebut berisikan kaidah praktik double entry
bookkeeping:
Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan
dengan mencatat sumber pemasukannya
Harus mencatat pengeluaran dihalaman sebelah kiri
dan menjelaskan pengeluaran tsb.
•Littleton dan Yame (1978) menduga double entry
bookkeeping berasal dari Spanyol karena saat itu
kebudayaannya jauh lebih tinggi
aps-rizal, aji dan ahim dibanding
(2009) Italia.
Hubungan Peradaban Islam dengan buku Pacioli
Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan dan non keuangan perusahaan
maupun disclosure perusahaan yang memperhatikan tidak hanya masalah
ekonomi melainkan juga masalah sosial dan lingkungan misal konsep triple
bottom line (3P) (ekonomi, sosial dan lingkungan) yang dikembangkan oleh
GRI (www.globalreporting.org)
Aspek selanjutnya yang perlu dilakukan oleh mengembangkan triple bottom line (economic,
sosial, environmental) menjadi four bottom line (economic, sosial, environmental dan syariah
Saat ini kajian pendekatan hybrid dikembangkan dengan menjadikan pencapaian Maqasid Asy-
Maqasid Asy- Syariah mencakup lima hal perlu dijaga dan dikembangkan oleh organisasi yaitu