PENDAHULUAN
Mulai dari tahun 2015 sampai sekarang dana yang masuk ke desa jumlahnya
sangat besar, desa harus dapat mengelolanya dengan semaksimal mungkin untuk
kemajuan desanya masing-masing. Dana yang masuk ini dalam pengelolaan bisa
sangat sensitive dikalangan masyarakat, maka dari itu didalam pengelolaannya harus
seseuai pertauran yang berlaku agar tidak terjadi tudingan buruk terhadap aparatur
desa, sehingga masyrakat mengetahui pengelolaan dan penggunaan desa pertahun.
Dalam penelitian ini penulis tertarik terhadap pengelolaan keuangan desa
Dalam Kaum. Penulis melihat bahwa desa Dalam Kaum merupakan desa terbesar
kedua di kecamatan Sambas. Desa dalam kaum di dalam pengelolaan keuangannya
belum maksimal dalam pemanfaatan dana yang diberikan. Mulai dari tahun 2015
sampai 2019 dana yang diberikan jumlahnya sangat besar . Perkembangan APBDes
Dalam Kaum tahun 2015 sampai 2019:
Tabel 1.1 Perkembangan APBDes tahun 2015 sampai 2019
Tahun Pendapatan Belanja Surplus/defisit
2015 Rp 703.922.087 Rp 633.232.746 Rp 40.689.341
2016 Rp 614.893.041 Rp 597.183.200 Rp 17.709.841
Rp (Rp
2017 Rp 1.275.748.415
1.351.646.435,97 75.898.020,97)
Rp (Rp
2018 Rp 1.311.055.630
1.388.348.010,35 77.292.380,35)
Rp (Rp
2019 Rp 1.380.978.358
1.434.872.118,35 53.893.760,35)
Sumber: kantor desa Dalam Kaum
Berdasarakan rumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan yang akan
dicapai yaitu untuk mengetahui pengelolaan keuangan desa berdsarkan permendagri
nomor 20 tahun 2018 pada desa Dalam Kaum.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh bagi desa Dalam Kaum, Politeknik Negeri
Sambas dan Penulis sebagai berikut:
1. Bagi Desa Dalam Kaum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sumbangan pemikiran bagi
pembangunan desa serta masukan mendukung pengelolaan keunagan desa Dalam
Kaum yang sesuai peraturan berlaku.
2. Bagi Politeknik Negeri Sambas
Penelitian ini diharpakan mampu menjadi referensi untuk penelitian yang akan
datang. Selain itu diharapkan penelitian ini menambah kepustakaan mengenai
pengelolaan keuangan khususnya desa.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menjadi sarana penyaluran teori yang sudah diajarkan
selama ini di dalam perkuliahan dan memenuhi tugas akhir skripsi
BAB 1 Pendahuluan; Bab ini menjelaskan mengani latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB 2 Landasan Teori; Bab ini menjelaskan teori-teori yang mendukung dalam
penelitian.
BAB 3 Metode Penelitian; Bab ini menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian,
jenis penelitian, teknik pengumpulan, teknik pengolahan data, dan teknik analisis
data.
BAB 4 Analisis Data dan Pembahasan; Bab ini menjelaskan tentang deskripsi data
beserta analisis dan hasil penelitiannya.
BAB 5 Penutup; Bab ini menjelaskan bagian kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut UU No.20 Tahun 2018 Pasal 1 Ayat 1, desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
bedasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sementara itu menurut Hoesada (2016: 32) menambahkan bahwa
sebuah desa adalah sebuah yuridiksi hukum berkegiatan utama pertanian,
ekstraktif, dan pengelolaan sumber daya alam lain, sebuah kawasan yang
digunakan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan
desa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Desa di Indonesia berjumlah cukup banyak. Beberapa diantaranya bahkan
sudah berdiri sejak berpuluh-puluh tahun lamanya. Bahkan beberapa desa sudah
terbentuk ratusan tahun yang lalu. Karenanya, penyebutan “Desa” dibeberapa
tempat amatlah berbeda. Selain itu terdapat desa yang berada di daerah terpencil
di pelosok daerah. Desa tersebutlah yang dapat dikatakan dengan Desa Adat
karena keseharian masyarakatnya masih lebih sering menggunakan adat yang
berlaku dan bukan dengan peraturan daerah. Menurut UU No.6 Tahun 2014 Pasal
6 Ayat 1 mengatakan, Desa dapat juga disebut Desa Adat. Penyebutan Desa atau
Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat 1, disesuaikan dengan penyebutan
yang berlaku di daerah setempat.
Selanjutnya Menurut UU No.6 Tahun 2014 Pasal 97 menyebutkan bahwa
penetapan Desa Adat memiliki beberapa syarat yaitu pertama, kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara nyata masih hidup, baik
yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat fungsional. Kedua,
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya dipandang sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Ketiga, kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak tradisionalnya ssuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya
dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat apabila pertama,
keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang yang berlaku sebagai
pencerminan perkembangan nilai yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa
ini, baik undang-undang yang bersifat umum maupun sektoral. Kedua, Substansi
hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh warga kesatuan masyarakat
yang bersangkutan dan masyarakat yang lebih luas serta tidak bertentangan
dengan hak asasi manusia.
Penelitian ini akan dilakukan pada Kantor Desa Dalam Kaum, Kecamatan
Sambas, Kabupaten Sambas yang beralamatkan di Jl. Tsafiodien. Penelitian
dilaksanakan selama 90 hari.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.
A Data primer
Data primer pada penelitian diperoleh dengan cara melakukan wawancara
langsung kepada narasumber dan juga melalui observasi yang dilakukan peneliti.
B Data Sekunder
Peneliti memperoleh data sekunder ini dari dokumen berupa laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa, serta
beberapa dokumen atau laporan pendukung lainnya.
A. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2014: 72) adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Metode
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur dipilih agar memberikan keleluasaan
kepada narasumber untuk menceritakan secara jelas tentang permasalahan yang
terjadi.
B. Observasi
Observasi adalah metode yang digunakan dengan cara ikut didalam kegiatan
suatu objek penelitian. Observasi ditempuh agar permasalahan yang terjadi dapat
terlihat secara langsung. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan yang
berlangsung di wilayah Desa Dalam Kaum. Kegiatan yang diamati berhubungan
dengan pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, hingga pertanggungjawaban.
C. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Bungin (2007: 121), adalah metode yang digunakan
untuk menelurusi data historis. Data-data historis pada penelitian ini dapat
diperoleh melalui laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja desa, serta beberapa dokumen atau laporan pendukung
lainnya.
Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan
setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini, data sementara
yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan analisis data
secara bersamaan.
Pada saat analisis data, dapat kembali lagi ke lapangan untuk mencari
tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali. Suyanto dan Sutinah
(2006: 173), mengatakan pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan
dengan cara mengklasifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa
tema sesuai fokus penelitannya.
Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari :
A Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman (1992:16)). Langkah-langkah
yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau
pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh
data mengenai permasalahan penelitian.
Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari
data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka
jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu,
reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak
mempersulit analisis selanjutnya.
B Penyajian Data
Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. (Miles dan Huberman, 1992 : 17).
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisaikan, tersusun
dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta
diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti
dalam memahami apa yan terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun
data yang relevan sehingga informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu untuk menjawab masalah penelitian.
Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju
tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan
penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi
disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan kesimpulan.
Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik
kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.
C Menarik kesimpulan atau verifikasi
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan
kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta
penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai
dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi,
melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah
melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian
yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap
akhir dari kegiatan analisis data. Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap
akhir dari pengolahan data.
BAB 4
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Kegiatan pariwisata di Dalam Kaum dibantu dengan adanya Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Muare Ulakkan.
Setiap kepala desa memiliki visi dan misi dalam membangun desa. Visi dan
misi tersebut selanjutnya dituangkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMDes) untuk jangka waktu enam tahun. RPJMDes harus
ditetapkan didalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrembangdes) bersama-sama dengan pemerinah desa, Badan
Permusyawaratan Desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan unsur
masyarakat lainnya paling lama tiga bulan setelah kepala desa dilantik.
Selanjutnya setelah RPJMDes terbentuk, barulah pemerintah desa membuat
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). RKPDes adalah rencana kerja
pemerintah desa selama satu tahun kedepan. RKPDes dibentuk bedasarkan
informasi dari pemeritah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif
desa. RKPDes tersebut juga dilampirkan dengan Rencana Anggaran Biaya
(RAB), dan Rencana Kegiatan yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi.
Pembentukan RKPDes ini dilakukan bersamaan dengan pembentukan RPJMDes
di awal masa kepemimpinan kepala desa.
Pembentukan RKPDes dan RAB dijadikan dasar penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes). Proses penganggaran
APBDes dilakukan dari tingkat dusun melalui musyawarah dusun. Setiap dusun
akan memaparkan kegiatan yang ingin direalisasikan beserta dengan
anggarannya. Setelah itu barulah BPD akan menyelenggarakan musyawarah desa.
Dalam musyawarah desa akan dipaparkan mengenai rencana kegiatan dari
masing-masing dusun. Setelah itu pemerintah desa akan memilih kegiatan yang
ingin direalisasikan berdasarkan skala prioritas. Didalam musyawarah desa juga
dipaparkan mengenai RKPDes. Setelah musyarawah desa dilakukan, maka
selanjutnya diadakan musrembangdes yang diselenggarakan oleh aparatur desa.
Dalam musrembangdes, ditetapkanlah mengenai RKPDes dan RAB yang
selanjutnya di tetapkan menjadi RAPBDes.
Setelah ditetapkannya RAPBDes, maka pemerintah desa akan memberikan
RAPBDes tersebut kepada kecamatan sebagai perpanjangan tangan dari
kabupaten untuk melakukan evaluasi berkaitan dengan penetapan RAPBDes
tersebut. Untuk desa Dalam Kaum sendiri, hal yang biasanya dievaluasi berkaitan
dengan peraturan penggunaan dana desa. Karena tidak semua kegiatan yang
dianggarkan dapat dibiayai oleh dana desa. Hal tersebut dikarenakan ada kriteria
tertentu bagi sebuah kegiatan yang dapat dibiayai dan kriteria tersebut berubah-
ubah.
Selanjutnya ketika RAPBDes sudah dievaluasi kecamatan dan sudah
dibenahi oleh pihak desa, maka RAPBDes berubah menjadi APBDes. APBDes
selanjutnya akan menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang sudah di
anggarkan sebelumnya. Kegiatan dapat dilaksanakan ketika dana yang telah
dianggarkan di dalam APBDes dan RAB cair ke rekening desa. Dana-dana
tersebut berasal dari tiga sumber yaitu pemerintah pusat (Kemenkeu, Kemendagri,
KDPDTT) yang berupa dana desa, provinsi (Bantuan keuangan), dan
kabupaten/kota (Alokasi Dana Daerah, dan Dana Bagi Hasil Pajak/Retribusi).
Dana desa sendiri cair secara bertahap. Ada dua tahapan pencairan dana desa
yaitu diawal tahun dan di pertengahan tahun. Dana tersebut hanya bisa cair saat
laporan pertanggungjawaban tahap sebelumnya sudah diselesaikan. Dana ini
dahulu ditransfer ke kabupaten. Berbeda dengan sekarang yang dana tersebut
langsung di transfer ke rekening desa. Dana desa ini hanya diperuntukan untuk
pengembangan masyarakat. Ketika dana desa diberikan kepada desa terbelakang,
maka peruntukannya untuk membangun fasilitas kebutuhan pokok seperti
penyediaan air minum, dan MCK. Ketika dana desa diberikan kepada desa
berkembang, maka peruntukannya untuk pemberdayaan masyarakat dan
kebudayaan. Selanjutnya jika dana desa diberikan kepada desa maju, maka
peruntukannya diperbolehkan untuk pembangunan tempat wisata komersil.
Berbeda dengan dana desa, dana yang diperoleh dari Provinisi Kalimantan
Barat sangatlah terbatas atau bahkan jarang sekali ada. Hal tersebut dikarenakan
untuk mendapat dana bantuan dari provinsi, desa harus mengajukan proposal
terlebih dahulu dan biasanya untuk pengembangan kebudayaan. Menurut Kepala
Desa Dalam Kaum, dana dari Kabupaten Sambas lebih banyak disumbangkan
melalui hasil retribusi pajak daerah tersebut.
Belanja desa yang diperbolehkan dari ketiga sumber pendapatan tersebut
adalah 70% untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, sementara itu
30% sisanya untuk penghasilan tetap atau operasional pemerintah desa. Nantinya
saat kegiatan yang sudah dianggarkan tersebut tidak dapat dilaksanakan
atau terdapat sisa dana, maka dana tersebut dimasukan kedalam Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA). SiLPA tersebut akan digunakan untuk kegiatan
selanjutnya, atau digunakan untuk anggaran di tahun berikutnya. Setiap kegiatan
memiliki RABnya masing-masing. Dahulu, setiap kegiatannya hanya di tuliskan
nama kegiatannya beserta jumlah anggarannya saja. Berbeda dengan sekarang
yang mana setiap kegiatan diberikan rincian mengenai anggarannya. RAB
tersebut dijadikan pedoman bagi tim pelaksana kegiatan untuk melakukan
pengadaan barang. Saat pelaksana kegiatan ingin melakukan pencairan dana
untuk membeli keperluan pembangunan kegiatan tersebut, maka pelaksana
kegiatan akan membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya diverifikasi oleh
serkertaris desa. Pemerintah desa Dalam Kaum sendiri membuat tiga rangkap
lampiran dokumen yaitu SPP, SPTB, dan lampiran buku kas pembantu. Lampiran
buku kas pembantu ini nantinya digunakan untuk memudahkan bendahara desa
mengarsip setiap dana yang keluar. Setelah lampiran-lampiran tersebut disetujui
oleh serkertaris desa, maka selanjutnya lampiran tersebut diberikan kepada
bendahara desa untuk mencairkan dananya. Setelah dana cair dan kegiatan sudah
dilaksanakan, tim pelaksana harus membuat laporan pertanggungjawaban kepada
kepala desa. Laporan tersebut nantinya akan digabungkan dengan laporan lainnya
menjadi Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Laporan tersebut akan dibahas
bersama dengan BPD dan tanpa dievaluasi oleh kecamatan. Barulah setelah LPJ
disepakati, maka akan diberikan kepada kecamatan dan menjadi peraturan desa
tentang pertanggungjawaban APBDes.
4.2.2 Perencenaan
Perencaana merupakan tahap awal dalam pengelolaan keuangan desa.
Perencaan pengelolaan keuangan desa merupakan hasil dari Musdus sampai
Perdes APBDes yang telah disepakati bersama. Untuk melihat apakah
pengelolaan keuangan desa Dalam Kaum telah sesuai dengan Permendagri
Nomor 20 Tahun 2018 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan Proses Perencanaan Keuangan Desa di desa Dalam
Kaum dengan PERMENDAGRI Nomor 20 Tahun 2018
Permendagri Desa Dalam Sesuai/
No
Nomor 20 Tahun Kaum Tidak Keterangan
2018 Sesuai
1 Sekretaris Desa Sekretaris Desa Sesuai Sekretaris Desa
menyusun telah menyusun telah menyusun
RAPBDesa RAPBDesa RAPBDesa
berdasarkan berdasarkan berdasarkan
RKPDesa tahun RKPDesa tahun RKPDesa
Berkenaan berkenaan
2 Sekretaris Desa Sekretaris Desa Sesuai RAPBDes telah
menyampaikan menyampaikan sampaikan oleh
rancangan rancangan Sekretaris Desa
Peraturan Desa Peraturan Desa kepada Kepala
tentang APBDesa tentang APBDesa Desa paling
kepada Kepala Desa kepada Kepala lambat pada awal
Desa bulan Oktober
4.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa merupakan implementasi atau
eksekusi dari APBDes. Secara teknis pelaksanaan keuangan telah diatur dalam
Permendagri Nomor 20 Tahun 2018. Berikut adalah pelaksaan pengelolaan
keuangan desa Dalam Kaum berdasarkan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018
Tabel 4.2 Perbandingan Proses Pelaksanaan Keuangan Desa di desa Dalam
Kaum dengan PERMENDAGRI Nomor 20 Tahun 2018
Permendagri Desa Dalam Sesuai/
No
Nomor 20 Tahun Kaum Tidak Keterangan
2018 Sesuai
1 Semua penerimaan Penerimaan dan Sesuai Semua
dan pengeluaran pengeluaran desa pengeluaran
desa dalam rangka dalam rangka dilakukan
pelaksanaan pelaksanaan melalui rekening
kewenangan desa melalui rekening kas desa
dilaksanakan kas desa.
melalui rekening
kas desa
2 Khusus bagi desa Desa sudah Sesuai Mengetahui
yang belum memiliki rekening, ketentuan jika
memiliki pelayanan jika belum biasanya belum memiliki
perbankan di sesuai peraturan rekening desa
wilayahnya maka Bupati maka diatur oleh
pengaturannya Perbup
ditetapkan oleh
Pemerintah
Kabupaten/Kota
Permendagri Sesuai/
No
Nomor 20 Tahun Desa Dalam Tidak Keterangan
2018 Kaum Sesuai
3 Semua penerimaan Semua penerimaan Sesuai Bukti tersebut
dan pengeluaran dan pengeluaran antara lain; SPP,
desa harus desa telah RAB
didukung oleh bukti didukung oleh
yang lengkap dan bukti yang lengkap
sah dan sah
4.2.4 Penatahusaan
Penatahusaan secara sederhana dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
berhubungan dengan pembukuan atau administrasi pembukuan. Tahap ini
merupakan proses pencatatan seluruh transaksi keuangan yang terjadi dalam satu
tahun anggaran.
Tabel 4.3 Perbandingan Proses Penatahusaan Keuangan Desa di desa Dalam
Kaum dengan PERMENDAGRI Nomor 20 Tahun 2018
Permendagri Desa Dalam Sesuai/
No Nomor 20 Tahun Kaum Tidak Keterangan
2018 Sesuai
1 Penatausahaan Bendahara Desa Sesuai Penatausahaan
dilakukan oleh melakukan keuangan desa
Bendahara Desa penatausahaan telah dilakukan
keuangan desa oleh Bendahara
Desa
2 Bendahara Desa Bendahara Desa Sesuai Bendahara Desa
wajib melakukan melakukan selalu mencatat
pencatatan setiap pencatatan setiap setiap
penerimaan dan penerimaan dan penerimaan dan
pengeluaran serta pengeluaran serta pengeluaran dan
melakukan tutup melaksanakan tutup melakuan tutup
buku setiap akhir buku setiap akhir buku
bulan secara tertib bulan
3 Bendahara Desa Bendahara Desa Sesuai Bendahara Desa
wajib mempertanggung- membuat LPJ
mempertanggung- jawabkan uang sebagai bentuk
jawabkan uang melalui laporan pertanggungjawa
melalui laporan pertanggungjawa- -ban keuangan
pertanggungjawa- ban (LPJ)
ban
Permendagri Sesuai/
No Nomor 20 Tahun Desa Dalam Tidak Keterangan
2018 Kaum Sesuai
4 Laporan Bendahara Desa Tidak Bendahara Desa
pertanggungjawa- menyampaikan Sesuai menyampaikan
ban disampaikan laporan kepada laporan melebihi
setiap bulan kepada Kepala Desa, waktu yang
Kepala Desa dan paling lambat ditentukan
paling lambat tanggal 15 bulan
tanggal 10 bulan berikutnya
Berikutnya
5 Penatausahaan Penatausahaan Sesuai Penatausahaan
penerimaan dan penerimaan dan keuangan desa
pengeluaran pengeluaran sesuai ketentuan
menggunakan (a) menggunakan (a) menggunkan
buku kas umum (b) buku kas umum (b) buku kas umum,
buku Kas Pembantu buku Kas Pembantu buku kas
Pajak, dan (c) buku Pajak, dan (c) buku pembantu pajak
Bank Bank dan buku bank
4.2.5 Pelaporan
Pelaporan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang
berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode
tertentu sebagai bentuk pelaksanaan tanggungjawab atas tugas dan wewenang
yang diberikan. Berikut pelaporan keuangan desa dalam kaum berdasarkan
Permendagri Nomor 20 Tahun 2018
Tabel 4.4 Perbandingan Proses Pelaporan Keuangan Desa di desa Dalam
Kaum dengan PERMENDAGRI Nomor 20 Tahun 2018
Permendagri Desa Dalam Sesuai/
No Nomor 20 Tahun Kaum Tidak Keterangan
2018 Sesuai
1 Kepala Desa Kepala Desa telah Sesuai Laporan realisasi
menyampaikan menyampaikan pelaksanaan
laporan realisasi laporan realisasi APBDes telah
pelaksanaan pelaksanaan disampaikan
APBDesa kepada APBDes kepada kepada Bupati
Bupati/Walikota Bupati, berupa
berupa (a) laporan laporan semester
semester pertama perama dan laporan
dan (b) laporan semester akhir
semester akhir tahun
tahun
2 Laporan semester Laporan semester Sesuai Telah sesuai
pertama berupa pertama merupakan dengan ketentuan
laporan realisasi laporan realisasi dalam pelaporan
APBDesa APBDes
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran