Jika terjadi suatu kasus, trend fraud seringkali diawali dengan aktivitas
mencurigakan dari karyawan atau pelaksana di tempat yang menjadi perhatian
auditor internal. Hasil wawancara dengan SPI rumah sakit bidang farmasi
menunjukkan bahwa mereka dapat langsung melihat karakteristik atau aktivitas
orang tertentu yang akan melakukan tindak fraud, seperti pernyataan dari
sumber.
“Tim SPI membuat pedoman pelaksanaan kerja dan ada SPO nya juga
untuk melakukan audit. Bila ditemukan kejanggalan maka dilaporkan kepada
Direktur, dari Direktur akan memberikan tindak lanjut.” (Hasil wawancara
dengan karyawan RSU dan satuan pengawas internal RSU Assalam Gemolong,
14 september 2020)
Tidak hanya itu menurut penuturan dari SPI fraud yang sering terjadi di
RSU Assalam gemolong di akibatkan oleh kesempatan dan niat dari karyawan.
Sedangkan menurut karyawan RSU Assalam Gemolong fraud yang sering terjadi
di RSU Assalam Gemolong diakibatkan belum adanyan sistem IT dalam
pengelolan inventori dan keuangan. Sebagai mana yang dikutip dari hasil
wawancara Bersama keryawan RSU dan SPI:
“Belum seluruh petugas berkomitmen dalam mengelola risiko kecurangan
(fraud) yang dituangkan bentuk pakta integritas atau bentuk lainnya. Fraud yang
disengaja terjadi karena adanya kesempatan dan niat dari pelaku, sedangkan
fraud yang tidak disengaja terjadi karena ketidaktahuan petugas.” (Hasil
wawancara dengan karyawan RSU dan satuan pengawas internal RSU Assalam
Gemolong, 14 september 2020)
“Belum adanya system IT dalam pengelolaan inventory dan keuangan
(masih secara manual) sehingga bila ada kesempatan, niat dan kerjasama maka
fraud dapat terjadi dan juga adanya relasi”. (Hasil wawancara dengan
karyawan RSU Assalam Gemolong, 15 september 2020)