0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis maladministrasi dalam penyelenggaraan publik seperti penundaan berlarut dalam pelayanan, penyimpangan dalam mengambil tindakan, penyimpangan dalam prosedur, kesalahan dalam menyajikan informasi, tata kelola pencatatan yang tidak memadai, kesalahan dalam melakukan investigasi, dan kesalahan dalam menanggapi persoalan, beserta contoh kasusnya.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis maladministrasi dalam penyelenggaraan publik seperti penundaan berlarut dalam pelayanan, penyimpangan dalam mengambil tindakan, penyimpangan dalam prosedur, kesalahan dalam menyajikan informasi, tata kelola pencatatan yang tidak memadai, kesalahan dalam melakukan investigasi, dan kesalahan dalam menanggapi persoalan, beserta contoh kasusnya.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis maladministrasi dalam penyelenggaraan publik seperti penundaan berlarut dalam pelayanan, penyimpangan dalam mengambil tindakan, penyimpangan dalam prosedur, kesalahan dalam menyajikan informasi, tata kelola pencatatan yang tidak memadai, kesalahan dalam melakukan investigasi, dan kesalahan dalam menanggapi persoalan, beserta contoh kasusnya.
BP : 1910023810156 Mata Kuliah : Teori Administrasi Publik
Jenis Malaadministrasi pada penyelenggaraan Publik :
1. Penundaan berlarut dalam pelayanan (undue delay) Contoh Kasusnya adalah : Tindakan penundaan berlarut dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berimplikasi menghambat menerbitkan KTUN telah menimbulkan persoalan hukum yang dapat terindikasi maladministrasi.Tindakan penundaan berlarut ini dikategorikan sebagai biropatologi yang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat dan legitimasi birokrasi.Karena itulah, permasalahan yang dikaji berupa Pertama, bentuk perlindungan hukum terhadap tindakan penundaan berlarut yang berimplikasi maladministrasi dalam Pembuatan KTUN; dan Kedua, perlindungan hukum melalui penegakan disiplin PNS dalam tindakan penundaan berlarut pembuatan KTUN. Metode yang digunakan adalah doktrinal dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus dan pendekatan konseptual. Analisis hukum digunakan secara nornatif kualitatifmelalui penafsiran secara gramatikal dan sistematis. Dari hasil analisis ditemukan bahwa perlindungan hukum adalah kewajiban pemerintah untuk menciptakan kepastian dan keadilan hukum bagi masyarakat/badan hukum yang mengajukan permohonan KTUN. Bentuk perlindungannya dapat berupa mengajukan gugatan di Peradilan Tata Usaha Negara dan pemberian sanksi disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengabaikan tugasnya
2. Penyimpangan/kesalahan dalam mengambil suatu tindakan (tidak Proporsional)
Contoh Kasusnya adalah : Pada PT. Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit, Nike tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan image dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk menekan biaya yang besar, Nike membeli sepatu darisupplier Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan harga yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah. Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu PT.Pratama Abadi Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe running shoes dalam berbagai jenis ukuran baikuntuk anak-anak maupun orang dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe sepatu telahdiberikan oleh pihak Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT. Pratama abadiIndustri sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah ada. Hasil produksi yangtelah dihasilkan oleh PT. Pratama abadi Industri, tidak boleh dipasarkan di dalamnegeri. Semua hasil produksi yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yangada di Beverton (USA) untuk kemudian akan diekspor lagi ke negara lain,seperti Perancis, swedia, India, Belgia, Kanada, USA, AfrikaSelatan, Argentina, Uruguay, Chillie. Pada tahun 1983, kepercayaan knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan nike, sehingga berdampak pada 350 karyawan yang ia miliki, olehkarena itu PHIL sebagai Ketua Dewan Direksi memutuskan untuk mendapatkankembali posisi produsen sepatunomor satu melalui kecepatan penjualannyadengan konsep "Nike Global Segmentation & Targeting Positioning"
3. Penyimpangan/kesalahan dalam prosedur
Contoh Kasusnya adalah : Contoh kasus An. Raffles. di Rumah Sakit X ( Jakarta ) umur 1 tahun 6 bulan pada tanggal 11 Juni 2014, pasien di rawat di ruangan Mawar dengan diagnosa Kejang demam . Sesuai instruksi dokter yang merawat bahwa diperintahkan agar diberikan obat anti kejang yang bernama Pentoin secara infus , dengan tujuan mencegah kembali pasien kejang . Perawat yang baru bertugas tanpa melihat catatan petugas perawat sebelumnya, langsung mencabut infus. Apa yang terjadi ; beberapa menit setelah pencabutan infus pasien mengalami kejang-kejang sampai tidak sadarkan diri. Segera keluarga pasien melaporkan kejadian ini. Analisa dari kasus diatas : terlihat bahwa kelalaian perawat sangat membahayakan keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat diwajibkan mengikuti sesi laporan harian yang disampaikan oleh petugas sebelumnya, dengan mengikuti sesi laporan tersebut, petugas yang akan bertugas akan mendapatkan berita tentang kondisi semua pasien yang dirawat dan rencana baru sesuai instruksi kerja yang terakhir diberikan oleh dokter. Didalam kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip yang benar dalam pemberian obat. Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai atau tidak dengan order, dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip itu. Disamping itu terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahannya pasien mengalami kejang kembali, tentu hal ini samhat membahayakan, bahkan dengan pasien tidak sadarkan diri sudah terjadi kelainan di jalan nafasnya, atau pasien bisa mengalami kematian secara mendadak.
4. Kesalahan menyajikan informasi/penjelasan
Contoh Kasusnya adalah : Sebuah perusahaan melakukan kesalaha, misalkan entitas salah menghitung depresiasi aset tetap yang diperoleh pada tahun 2008, depresiasi yang dilakukan 10 seharusnya 25. Kesalahan tersebut baru diketahui pada tahun 2012. Bagaimana perlakukan akuntansinya. Sesuai dengan PSAK 25, koreksi kesalahan harus diberlakukan secara retrospektif dimulai saat kesalahan tersebut ditemukan. Sesuai dengan PSAK 1 ketika terjadi penyajian kembali (retrospektif) yang berdampak pada lebih dari periode lalu, maka laporan posisi keuangan disajikan komparatif untuk periode sekarang, komparatif periode lalu dan awal peride lalu. Kesalahan tersebut akan mengoreksi saldo laba dan nilai akumulasi depresiasi. Perusahaan harus menyajikan kembali laporan keuangan komparatif yang disajikan kembali dengan mengoreksi akumulasi depresiasi dari tahun 2008. Dampak kesalahan tersebut juga harus dikoreksi dari tahun 2008. PSAK 25 menyebutkan jika tidak praktis untuk kembali ke periode di mana kesalahan terjadi, maka entitas dapat melakukan penyesuaian dimulai di mana periode tersebut praktis. Pengungkapan diperlukan untuk menjelaskan alasan tidak praktis tersebut.
5. Tata kelola pencatatan/pengarsipan yang tidak memadai
Contoh Kasusnya adalah : Contohnya pada kasus penyelesaian pengelolaan adminstrasi arsip pada kantor konsultan pajak Jakarta. Dalam pengelolaan arsip yaitu minimnya pengetahuan pegawai tentang kearsipan. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian Direktur Utama dalam memajukan kualitassumberdaya pegawai dalam bidang kearsipan. Walaupun semua pegawai di KKP Jakarta minimal mengenyam pendidikan (baik tingkat sarjana atau sekolah menengah atas), namun belum ada pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang kearsipan, baik secara formal maupun informal. Hal tersebut berimbas pada pengelolaan arsipnya yang hanya meniru dan melanjutkan apa yang telah dilaksanakan oleh pegawai yang sebelumnya, tanpa mengetahui apakah prosedur yang telah dilaksanakan tersebut telah sesuai atau tidak, pertama yang kedua Luas dari ruang yang digunakan untuk menyimpan arsip tidak mencukupi. Ruang kerja menjadi satu ruang dengan arsip. Dengan terbatasnya ruang tersebut membuat fasilitas kearsipan kurang baik. Akibatnya odner arsip menjadi satu tempat dengan penyimpanan alat tulis kantor dan barang-barang lainnya (seperti map, name tag, amplop, kertas, dan peralatan kantor lainnya), ketiga lemari arsip yang masih kurang memenuhi syarat dan tidak mengikuti perkembangan arsip, keempat pegawai KKP Jakarta seringkali menunda proses penyimpanan dokumen sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan dan kerusakan dokumen dan terakhir adalah proses pencarian arsip yang dibutuhkan membutuhkan waktu yang lama karena penyimpanan arsip masih menggunakan sistem manual.
6. Kesalahan dalam melakukan investigasi
Contoh Kasusnya adalah : Misalnya masyarakat akan mengurus Izin Mendirikan Bangunan ke kantor Camat disana sudah ada aturannya tentang Retribusi pengurusan Perizinan sudah ada aturannya kalau masyarakat ingin mengurus IMB berapa ukurannya dan berapa harus membayar .Tapi di bagian Pelayanan perizinan meminta lebih dari retribusi tersebut tetapi karena masyarakat tidak tau tentu mereka akan membayar saja,akan tetapi masyarakat tersebut ada kenalan di kantor perizinan DPMPTSP dan diapun bertanya kalau Dia mengurus perizinan membayar sekian sehingga temannya tersebut pun mengatakan kalau mengurus IMB yang luasnya segitu kamu tidak membayar sebanyak itu 7. Kesalahan dalam menanggapi persoalan Contoh Kasusnya adalah : Terkait upaya pengendalian virus corona penyebab Covid-19 menurutnya perlu banyak melibatkan masyarakat untuk turut memahami risiko dari penyakit ini serta mematuhi anjuran protokol kesehatan yang telah dibuat. Dikonfirmasi terpisah, menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim, manusia akan melakukan sesuatu secara sukarela bila ia mendapat pemahaman yang jelas dan melekat pada dirinya. Dia menggambarkanya dengan sebuah pengandaian sederhana, yaitu apabila ada satu keluarga yang tiba-tiba terkena Covid-19, akhirnya keluarga ini harus menjalani isolasi. Pada saat itulah mereka baru memahami bahwa bahayanya ternyata sangat besar, sehingga akhirnya keluarga itu secara sukarela dan dengan disiplin menjalankan protokol pencegahan Covid-19. "Itu artinya, dia mau melakukan hal yang luar biasa itu kalau dia paham dan merasa perlu melakukan itu. Karena dia pernah mengalami hal tersebut," kata Romy, begitu ia biasa disapa, saat dihubungi Kompas.com (26/6/2020). Dari pengandaian itu, dapat dipahami bahwa saat ini ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih mengabaikan protokol kesehatan karena mereka masih belum merasakan bahaya dari Covid-19 atau bahkan belum mengetahui tentang virus corona.
8. Komunikasi yang tidak memadai
Contoh Kasusnya adalah : PT Golden Castle ,bergerak dalam bidang konveksiatautextil, mengalami permasalahan antara perusahaan dengan karyawan. Permasalahan ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication antara atasan dengan karyawannya. Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan, namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung pada PHK besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan manapun pasti pernah mengalami permasalahan internal. Mulai dari tingkat individu, kelompok, sampai unit. Mulai dari derajat dan lingkup permasalahan yang kecil sampai yang besar. Yang relative kecil seperti masalah adu mulut tentang pribadi antar karyawan, sampai yang relative besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen. Contoh lainnya dari permasalahan yang relative besar yakni antara karyawan dan manajemen. Secara kasat mata kita bias ikuti berita sehari-hari di berbagai media. Disitu tampak permasalahan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan. Apakah hal itu karena tuntutan besarnyak ompensasi, kesejahteraan, keadilan promosikarir, ataukah karena tuntutan hak asasi manusia karyawan.
9. Gagal / tidak memenuhi janji / komitmen
Contoh Kasusnya adalah : Komitmen Wali nagari dan juga Bagian Pertanahan Nasional untuk datang ke Nagari Pakan Rabaa dalam rangka Pembuatan Sertipikat Prona yang gratis janji orang Bagian Agriria tersebut akan datang hari Kamis sehingga masyarakatpun merasa senang dan memilih untuk tidak bekerja dulu pada hari tersebut ( dirumah saja ) supaya kalau orang Agraria datang bisa dilakukan pengukuran .Setelah dilakukan pengukuran oleh orang Agraria tersebut dan mereka berjanji akan mengeluarka sertipikat tanah masyarakat dalam jangka waktu satu tahun tapi setelah satu tahun sertipikat mereka belum juga keluar sedangakan surat tanah ( sega,hiba ) sudah mereka berikan.
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda