2. Tugas Keperawatan.
Wewenang.
3. Tersedia alat perawatan, alat rumah tangga dan alat emergency sesuai ketentuan.
3. Berbagai sarana kesehatan dalam praktek mandiri : delegasi tertulis dan delegasi lisan.
PRAKTIK MANDIRI
Praktek mandiri dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok, perawat dalam
melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
yaitu:
5. Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktek mandiri wajib
memasang papan nama keperawatan
Perizinan
Pada Kepmenkes 1239/2001 Pasal 8 menyebutkan bahwa perawat
dapat melaksanakan praktek keperawatan pada saranan pelayanan
kesehatan, praktek perorangan dan/atau kelompok. Perawat yang
melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan
harus memiliki SIK. Perawat yang melakukan praktek
perorangan/kelompok harus memiliki SIPP. Pada pasal 9 disebutkan, SIK
diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Selanjutnya, pada Pasal 12, SIPP
diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Keberadaan SIK dan SIPP merupakan hal yang wajib bagi seorang
perawat yang membuka praktik mandiri. SIK dan SIPP merupakan syarat
untuk mengantongi izin membuka praktik mandiri.
Pada Pasal 12 ayat (2) menyebutkan bahwa SIPP hanya diberikan
kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya keperawatan
atau pendidikan perawat dengan kompetensi lebih tinggi. Hal ini
berarti, yang berhak membuka praktek mandiri perawat minimal
perawat dengan pendidikan DIII.
Namun, ternyata terdapat kesenjangan antara kondisi ideal dengan
kenyataan. Di berbagai daerah di Indonesia melaporkan adanya
perawat yang membuka praktik mandiri tanpa mengantongi SIK dan
SIPP. Misalkan, di salah satu daerah di Jawa Tengah, banyak perawat-
perawat yang membuka praktek mandiri, namun setelah ditelusuri
lebih lanjut mereka tidak memiliki SIPP. Ada sebagian yang menyatakan
bahwa prosedurnya terlalu rumit sehingga tidak sempat untuk
mengurusnya.
Menurut Bangka Pos (2009), berdasarkan catatan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) Bangka Belitung dari 300 perawat di Kota
Pangkalpinang belum satupun yang memiliki SIK dan SIPP, padahal
banyak yang memberikan pengobatan medis kepada masyarakat. Lebih
lanjut, berdasarkan penelitian Rivai (2008), sebagian besar perawat
belum memiliki SIK.
Diberitakan dalam Batam Pos (2009), seorang perawat ditangkap oleh
polsek setempat karena membuka praktik perawat tanpa izin dari Dina
Kesehatan Kabupaten atau Kota. Hal yang sama juga terjadi di Gunung
Kidul Yogyakarta, banyak perawat yang membuka praktik mandiri
tertangkap oleh sweeeping yang dilakukan dinas kesehatan. Lebih
lanjut, menurut moderato FM (2009), seorang perawat membuka
praktek mandiri tanpa izin dari dinas kesehatan setempat dan harus
berurusan dengan pihak mapolres.
Tindakan perawat yang tidak mengantongi izin berupa SIK dan SIPP
dapat mengarah pada malpraktek. Malpraktek merupakan kelalaian
seorang tenaga kesehatan untuk mempergunakan tingkat ketrampilan
dan lmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang
sama. Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja,
tindakan kelalaian, ataupun sesuatu kekurangmahiran. Malpraktek
dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni
criminal malpractice, civil malpractice, dan administrative malpractice.
Tindakan perawat yang tidak mengantongi izin berupa SIK dan SIPP
termasuk administrative malpractice. Pelanggaran hukum administrasi
adalah sebagai jalan menuju malpraktik.
Bangka Pos. 2009. Buka Praktek Harus Punya SIK dan SIPP.
http://www.bangkapos.com