Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU IX

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Auditing 1

Dosen Pengampu

Indraguna Kusumabrata, SE. Ak., MM, CPSAK, CA, CPA

Disusun oleh

Adhi Anoraga (43219110004)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2020/2021
PENGENDALIAN INTERNAL AUDIT

A. Pengertian Pengendalian Internal


Pengendalian internal menurut ISA 315.4C adalah proses yang dirancang, diimplementasikan,
dan dipelihara oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, dan personel lain
untuk menyediakan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan suatu entitas yang berkaitan
dengan keandalan pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Istilah “pengendalian” mengacu pada setiap aspek dari satu atau
lebih komponen pengendalian internal.
Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian internal yang relevan dengan
audit. meskipun sebagian besar pengendalian yang relevan dengan audit kemungkinan
berhubungan dengan laporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang berhubungan
dengan pelaporan keuangan relevan dengan audit. ini merupakan hal yang berkaitan dengan
pertimbangan profesional auditor apakah suatu pengendalian secara individu atau bersama-sama
dengan yang lain, merupakan hal yang relevan dengan audit (ISA 315.12).

B. Tujuan Pengendalian Internal


Pengendalian internal dirancang, diimplementasikan dan dipelihara untuk merespons risiko
bisnis yang teridentifikasi yang mengancam pencapaian setiap tujuan entitas yang berkaitan
dengan:
1. Keandalan laporan keuangan entitas.
2. Efektivitas dan efisiensi operasi entitas.
3. Kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan pengendalian internal secara garis besarnya dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu
1. Strategis, sasaran-sasaran utama (high level goals) yang mendukung misi entitas.
2. Pelaporan keuangan (pengendalian internal atas pelaporan keuangan).
3. Operasi (pengendalian operasional atau operational controls).
4. Kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.
Tujuan pengendalian internal yang dibuat manajemen antara lain:
1. Keandalan laporan keuangan, manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun
profesional untuk menyakinkan bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai dengan
ketentuan daslam pelaporan keuangan. Tujuan pengendalian internal yang efektif terhadap
laporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan.
2. Efesiensi dan efektivitas kegiatan operasi. Pengendalian internal akan mendorong
penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang
dituju perusahaan.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Beberapa peraturan ada yang terkait dengan
akuntansi secara tidak langsung misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum
hak-hak sipil. Sedangkan yang terkait dengan akuntansi adalah peraturan pajak penghasilan
dan kecurangan.

C. Keterbatasan Pengendalian Internal


Keterbatasan pengendalian internal antara lain:
1. Kesalahan dalam membuat keputusan, hal ini dapat berupa kesalahan dalam membut
sistem pengendalian internal.
2. Kelemahan dalam pengendalian.
3. Kolusi oleh dua orang atau lebih atau pengabaian pengendalian internal yang tidak
semestinya. Misalnya pengeditan atas program yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan
melaporkan transaksi-transaksi yang melebihi batas kredit.
Dalam merancang dan mengimplementasikan pengendalian, manajemen dapat membuat
pertimbangan tentang sifat dan luas pengendalian yang dipilih untuk diimplementasikan, serta
sifat dan luas risiko yang diasumsikan. Pertimbangan yang spesifik bagi entitas yang kecil, entitas
yang kecil sering memiliki karyawan yang lebih sedikit sehingga jarang terjadi adanya pemisahan
tugas. Namun entitas kecil yang langsung diawasi pemilik lebih efektif dari pada entitas yang
besar.

D. Komponen pengendalian internal menurut ISA 315


1. Lingkungan pengendalian (control environment),
Lingkungan pengendalian mencakup fungsi tata kelola dan manajemen, serta sikap, kesadaran
dan tindakan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen atas pengendalian
internal entitas dan pentingnya pengendalian tersebut dalam entitas. Lingkungan pengendalian
menentukan arah organisasi yang memengaruhi kesadaran pengendalian personel organisasi
tersebut.
Unsur-unsur lingkungan pengendalian:
 Komunikasi dan penegakan integritas dan nilai etika, komunikasi yang efektif dan continue
terkait integritas dan nilai-nilai etika akan mempengaruhi pola pikir pegawai untuk patuh
terhadap tata kelola perusahaan dan menjunjung tinggi integritas dan nilai-nilai etika dalam
mencapai tujuan suatu entitas.
 Komitmen terhadap kompetensi, merupakan pertimbangan manajemen tentang tingkat
kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat-tingkat tersebut diterjemahkan
ke dalam keahlian dan pengetahuan yang disyaratkan.
 Partisipasi oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Atribut pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola antara lain: Independensi mereka dari manajemen;
pengalaman dan reputasi mereka; seberapa luas keterlibatan mereka dan informasi yang
diterimanya, dan inspeksi atas aktivitas; ketepatan tindakan mereka, termasuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sulit kepada manajemen dan mengejar jawabannya, serta interaksi
mereka dengan auditor internal dan eksternal.
 Filosofi dan gaya operasi manajemen. Karakteristik manajemen seperti: pendekatan dalam
pengambilan dan pengelolaan risiko bisnis; sikap dan tindakan terhadap pelaporan
keuangan; sikap terhadap pengolahan informasi dan fungsi akuntansi serta personel.
 Struktur organisasi, merupakan susunan unit-unit kerja yang di dalamnya terdapat
aktivitas, hubungan dan fungsi dalam menjalankan operasional usaha untuk mencapai
tujuan entitas.
 Pemberian wewenang dan tanggung jawab, hal ini seperti bagaimana wewenang dan
tanggung jawab atas aktivitas operasi diberikan dan bagaimana hubungan pelaporan dan
hierarki otorisasi ditetapkan.
 Kebijakan dan praktik sumber daya manusia, merupakan kebijakan dan praktik yang
berkaitan dengan rekruitmen, pelatihan, promosi, kompensasi dsb.

2. Proses penilaian risiko (risk assessment)


Proses penilaian entitas membentuk basis bagi manajemen untuk menentukan bagaimana
risiko dikelola. Jika proses sudah tepat dengan kondisinya, termasuk sifat, ukuran dan
kompleksitas entitas, maka hal ini membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko kesalahan
penyajian material. Penilaian risiko dapat diarahkan untuk melihat bagaimana entitas
mempertimbangkan kemungkinan transaksi tidak tercatat atau mengidentifikasi dan menganalisis
estimasi signifikan yang tercantum dalam laporan keuangan.
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan yang andal mencakup peristiwa, transaksi,
atau kondisi ekstenal dan internal yang dapat terjadi dan mempengaruhi secara buruk kemampuan
entitas untuk menginisiasi, mencatat, mengolah dan melaporkan data keuangan yang konsisten
dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena
kondisi-kondisi sebagai berikut:
 Perubahan dalam lingkungan operasi (misalnya perubahan peraturan).
 Personel baru.
 Sistem informasi baru atau yang ditingkatkan.
 Pertumbuhan yang pesat, misalnya ekspansi perusahaan.
 Teknologi baru.
 Model, produk, atau aktivitas bisnis baru.
 Rekstrukturisasi organisasi
 Eskpansi entitas di luar negeri (misalnya perubahan dalam hal mata uang asing).
 Standar akuntansi baru.

3. Sistem informasi (information system)


Suatu sistem informasi terdiri dari infrastruktur (komponen fisik dan perangkat keras),
perangkat lunak, orang, prosedur dan data. Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan, mencakup sistem pelaporan keuangan, mencakup metode dan catatan yang:
 Mengidentifikasi dan mencatat seluruh transaksi yang valid.
 Mendeskripsikan transaksi secara cukup terperinci dan tepat waktu untuk memungkinkan
klasifikasi transaksi yang tepat untuk pelaporan keuangan.
 Mengukur nilai transaksi dengan suatu cara yang memungkinkan pencatatan nilai moneter
transaksi tersebut secara tepat dalam laporan keuangan.
 Menentukan periode terjadinya transaksi yang memungkinkan pencatatan transaksi
tersebut dalam periode akuntansi yang tepat.
 Menyajikan transaksi dan pengungkapan terkait secara tepat dalam laporan keuangan.
Sistem informasi yang berkualitas akan berdampak pada kebijakan yang tepat dalam
mengelola dan mengendalikan aktivitas entitas dan untuk menyusun laporan keuangan yang
handal.
Komunikasi melalui penyediaan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individu
terkait dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan, dapat berupa manual kebijakan,
manual akuntansi dan pelaporan keuangan, serta memorandum. Komunikasi juga dapat dilakukan
secara elektornis, lisan dan melalui tindakan manajemen.

4. Aktivitas pengendalian (control activities)


Auditor harus memahami tentang aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit agar dapat
menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dan merancang prosedur audit yang
lebih responsive terhadap risiko yang dinilai.
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan suatu audit dapat dikategorikan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
 Penelaahan kinerja, mencakup penelaahan dan analisis kinerja aktual dibandingkan dengan
anggaran, perkiraan, dan kinerja periode lalu; membandingkan data internal dengan
informasi eksternal dsb.
 Pengolahan informasi. Pengendalian aktivitas sistem informasi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: pengendalian aplikasi dan pengendalian teknologi informasi umum.
Contoh pengendalian aplikasi adalah pengecekan keakurasian perhitungan atas catatan,
memelihara dan menelaah akun dan neraca saldo. Contoh pengendalian teknologi
informasi umum adalah pengendalian perubahan program, pengendalian atas
implementasi paket aplikasi perangkat lunak baru, pembatasan akses dsb.
 Penendalian fisik pengendalian fisik mencakup: pengamanan yang memadai atas fisik aset,
seperti fasilitas yang aman atas akses terhadap aset dan catatan; otorisasi atas akses
terhadap program komputer dan file data; dan penghitungan dan pembandingan dengan
jumlah yang tercantum dalam catatan pengendali secara periodik (contoh perbandingan
antara hasil penghitungan kas, surat berharga, dan persediaan dengan catatan akuntansi.
 Pemisahan tugas, berfungsi untuk mengurangi peluang kemungkinan individu manapun
untuk berada dalam suatu posisi yang memungkinkannya untuk melakukan dan
menyembunyikannya kesalahan atau kecurangan dalam tugas normalnya.
5. Pemantauan (monitoring) terhadap pengendalian
Pemantauan terhadap pengendalian merupakan suatu proses untuk menilai efektivitas
pelaksanaan pengendalian secara berkala dan tepat waktu, serta melakukan perbaikan jika
diperlukan.
Pemantauan pengendalian dapat mencakup aktivitas seperti penelaahan manajemen tentang
apakah rekonsiliasi bank dibuat secara tepat waktu, evaluasi auditor internal atas kepatuhan
personel penjualan terhadap kebijakan entitas atas ketentuan kontrak penjualan, dan pengawasan
departemen legal atas kepatuhan terhadap kebijakan etika atau kebijakan bisnis. Aktivitas
pemantauan oleh manajemen dari komunikasi eksternal seperti keluhan pelanggan.

E. Jenis Pengendalian Intern


Berdasarkan jenisnya pengendalian intern dikelompokkan kedalam lima bagian antara lain :
1. Pengendalian preventif, pengendalian yang dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya penyimpangan, dan sebagai upaya antisipasi manajemen sebelum terjadi
masalah yang tidak diinginkan. Contohnya pemisahan fungsi, penyeliaan, editing,
pengecekan keandalan, kelengkapan dan ketepatan perhitungan.
2. Pengendalian detektif, pengendalian yang menekankan pada upaya penemuan
kesalahan yang mungkin terjadi. Contoh rekonsiliasi bank dan observasi kegiatan
operasional.
3. Pengendalian korektif, upaya melakukan koreksi terhadap penyebab terjadinya masalah
yang diidentifikasi melalui pengendalian detektif, sebagai antisipasi agar kesalahan
yang sama tidak berulang di masa yang akan datang.
4. Pengendalian langsung, pengendalian yang dilakukan secara langsung agar kegiatan
berjalan dengan sesuai ketentuan. Contoh pengawasan oleh mandor.
5. Pengendalian komprehensif, pengendalian karena diabaikannya suatu aktivitas
pengendalian. Contohnya pengetatan pengawasan langsung oleh pemilik terhadap
pegawai pada usaha kecil seperti warung.

F. Menilai Pengendalian Internal


Menilai pengendalian internal artinya auditor juga menilai kelemahan pengendalian internal
yang mungkin ada. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan auditor dalam menilai betapa parahnya
kelemahan pengendalian internal adalah
1. Dampak kelemahan pengendalian internal pada kemungkinan salah saji material dalam
laporan keuangan.
2. Kerentanan aset terhadap kerugian atau kecurangan.
3. Objektivitas dan kompleksitas dalam menentukan dalam menentukan angka estimasi
seperti nilai wajar atas aset.
4. Volume kegiatan yang sudah atau akan terjadi dalam saldo akun, atau jenis atau jenis
transaksi yang terekspos oleh kelemahan pengendalian intern.
5. Pentingnya pengendalian internal dalam proses pelaporan keuangan.
Ketika auditor menemukan kelemahan pengendalian internal maka auditor harus
mengkomunikasikan ke pihak manajemen. Manajemen memiliki tanggung jawab untuk
memberikan tanggapan yang tepat. Prosedur penilaian risiko yang harus dilakukan auditor untuk
memperoleh bukti audit mengenai implementasi pengendalian internal meliputi berikut ini:
1. Pengalaman auditor dari audit tahun sebelumnya.
2. Bertanya (inquiry) kepada pegawai perusahaan klien.
3. Mengamati (observing) atau mengulangi (re-performing) aplikasi dari pengendalian
tertentu.
4. Menginspeksi dokumen dan laporan.
5. Menelusuri satu atau beberapa transaksi melalui sistem informasi yang relevan dengan
pelaporan keuangan.

G. Pengendalian Internal yang Relevan untuk Audit


Faktor-faktor yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang apakah suatu pengendalian,
baik secara individu maupun bersama dengan pengendalian lain adalah relevan dengan audit dapat
mencakup hal-hal berikut ini:
1. Materialitas.
2. Signifikan risiko yang terkait.
3. Ukuran entitas.
4. Sifat bisnis entitas, termasuk karakteristik organisasi dan kepemilikannya.
5. Keberagaman dan kompleksitas operasi entitas.
6. Ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
7. Kondisi dan komponen pengendalian internal yang berlaku.
8. Sifat dan kompleksitas sistem yang merupakan bagian pengendalian internal entitas,
termasuk penggunaan organisasi jasa.
9. Apakah, dan bagaimana suatu pengendalian tertentu, baik secara individu atau bersama
dengan pengendalian lain, mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
penyajian material.
Pengendalian terhadap kelengkapan dan keakuratan informasi yang dihasilkan oleh entitas
dapat menjadi relevan dengan audit jika auditor bermaksud untuk menggunakan informasi tersebut
dalam merancang dan melaksanakan prosedur lanjutan. Pengendalian yang berkaitan dengan
tujuan operasi & kepatuhan dapat juga menjadi relevan dengan audit jika pengendalian tersebut
berkaitan dengan data yang dievaluasi / digunakan oleh auditor dalam menerapkan prosedur audit.

Soal Pilihan Ganda

1. Apakah yang dapat menjadi indikator adanya defisiensi signifikan dalam pengendalian
internal?
a. Kurangnya pemahaman manajemen tentang penyebab dari defisiensi.
b. Tidak adanya proses penilaian risiko di dalam entitas yang mana proses tersebut biasanya
telah ditetapkan.
c. Terjadi kesalahan saji dalam laporan keuangan.
d. Manajemen menolak memberikan akses tak terbatas kepada auditor.
2. Apabila manajemen menolak untuk menyerahkan representasi tertulis atas perikatan
pelaporan pengendalian intern suatu entitas, maka apa pendapat yang paling tepat dikeluarkan
oleh auditor?
a. Pendapat dengan pengecualian.
b. Pendapat tanpa pengecualian.
c. Pendapat dengan catatan.
d. Pendapat dengan tanggapan manajemen atas ketiadaan representasi tertulis tersebut
3. Auditor internal menemukan kemungkinan salah saji potensial atas terjadinya pembelian
barang dengan tujuan yang tidak semestinya, aktivitas pengendalian yang diperlukan yaitu …
a. Periksa bukti penerimaan barang.
b. Setiap order pembeliàn harus didasarkan pada surat permintaan pembelian yang telah
diotorisasi.
c. Setiap penerimaan barang harus terdapat surat order pembelian yang telah diotorisasi.
d. Panduan akun dan review pemberian kode akun.
4. Tahap awal dalam prosedur audit dalam Audit Program untuk Pengujian Pengendalian terhadap Transaksi
Pembelian yaitu Lakukan pengamatan terhadap, Kecuali…
a. Persetujuan atas surat permintaan pembelian.
b. Order pembelian.
c. Penerimaan barang.
d. Faktur dari pemasok

Soal Essay
1. Risiko apa saja yang mungkin terjadi dalam siklus pembelian? Bagaimana pengendalian yang
dilakukan atas risiko yang terjadi tersebut?
Risiko auditnya
 Barang yang datang tidak sesuai dengan pesanan
Pengendaliannya :
 Pemisahan tugas pada masing-masing bagian-bagian perusahaan
a. Bagian Pembelian ; fungsinya otorisasi(bagian mana yang dibeli) ->SOP
b. Bagian penerimaan Barang->Otorisasi->melakukan pengecekan fisik SOP
c. Bagian Gudang
d. Bagian Keuangan->Otorisasi
e. Bagian Keuangan->Otorisasi->memegang uang
f. Pengecekan secara fisik dan berkala
g. Ada Dokumentasi
2. Sebutkan Contoh pengendalian internal yang baik dalam penerimaan barang?
a. Memeriksa barang yang telah sampai apakah sesuai dengan pesanan.
b. Memisahkan tanggung jawab aset dan fungsi lainnya. Misalnya memisahkan bagian yang
menerima barang dengan bagian penyimpanan dan bagian akuntansi untuk menghindari
pencurian.
c. Dilakukan pencatatan akuntansi setiap kali barang tersebut dipindahkan.
d. Barang perlu dikontrol secara fisik sejak barang diterima hingga barang tersebut
digunakan atau dibuang.
3. Apa tujuan pengendalian intern perusahaan?
a. Agar aktifitas operasi dapat dijalankan dengan efektif & efisien.
b. Dapat dipatuhinya seluruh peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
c. Untuk memperoleh laporan keuangan yang dapat diandalkan.
4. Apa saja elemen dari pengendalian intern?
a. Lingkungan pengendalian.
b. Penaksiran risiko.
c. Aktivitas pengendalian.
d. Informasi dan komunikasi.
e. Pemantauan.
5. Apa yang dilakukan auditor jika pengendalian internal atas pencatatan wesel bayar tidak
memadai?
a. Auditor perlu melakukan pengujian kembali terhadap transaksi-transaksi wesel bayar
tersebut.
b. Auditor perlu melakukan prosedur lain untuk menguji adanya wesel bayar yang tidak
tercatat. Misalnya auditor dapat mengirimkan konfirmasi kepada kreditur yang memiliki
wesel atas klien di masa lampau, tetapi tidak ada di dalam daftar wesel bayar.
c. Auditor juga dapat menganalisis beban bunga untuk pembayaran kepada kreditur yang
tidak termasuk dalam daftar wesel bayar dan melaah notulensi pertemuan dewan direksi
untuk mendeteksi kemungkinan adanya wesel bayar yang tidak tercatat.

DAFTAR PUSTAKA
http://coreaccountingindonesia.blogspot.com/2019/02/pengendalian-internal-audit.html
https://coreaccountingindonesia.blogspot.com/2019/02/komponen-pengendalian-internal.html

Anda mungkin juga menyukai