Anda di halaman 1dari 16

TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL: REVIEW PENGENDALI

AN INTERNAL PERUSAHAAN

Ika Ikramina, Rifa Agustina, Nadya Nurmala, Intan Mutiara

Paper Kel. 02 Internal Auditing


Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unversitas Siliwangi
2020.
I. PENDAHULUAN
Pengendalian internal yang sering juga disebut sebagai pengendalian manajemen dala
m pengertian yang paling luas mencakup lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Pengendalian internal berfungsi se
bagai lini depan untuk menjaga aktiva dan mendeteksi terjadinya kesalahan, kecurangan, pen
yimpangan dan ketidak patuhan terhadap ketentuan peraturan perundangan-undangan (BPK
RI, 2007). Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukura
n yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandal
an data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (S.
P. Hariningsih, 2006). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian inte
rnal sangat penting dalam menjaga asset perusahaan dan mencegah terjadinya kecurangan ya
ng disengaja oleh pihak tertentu.
Dalam buku Auditing dan Jasa Assurance jilid I (Alvin A. Arens, 2008) menyebutkan
bahwa manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian interna
l yang efektif yaitu: (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2) efesiensi dan efektivitas operasi,
(3) ketaatan pada hukum dan peraturan.
Manajemen merancang sistem pengendalian internal untuk mencapai ketiga tujuan ini.
Fokus auditor, baik dalam audit atas laporan keuangan maupun audit atas pengendalian intern
al, tertuju pada pengendalian atas reliabilitas pelaporan keuangan ditambah pengendalian atas
operasi dan ketaatan pada hukum serta peraturan yang dapat secara material mempengaruhi p
elaporan keuangan. Fungsi dari auditor internal adalah memeriksa secara langsung pengendal
ian-pengendalian internal (internal controls) yang dijalankan oleh perusahaan dan memberika
n rekomendasi serta perbaikan-perbaikan atas pengendalian internal ke arah yang lebih baik,
dengan harapan tercapainya tujuan-tujuan dari pengendalian internal tersebut (R. Dian Marisa
2007).

II. PEMBAHASAN.
2.1. Tanggung Jawab Manajemen
Manajemen bertanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, me
nyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan keuangan
yang wajar berada di puncak manajemen, bukan di pundak auditor. (Delia Resqi, 2020)

2.1.1. Pengendalian Internal


(Rustendi, 2017) mengungkapkan, Secara umum, pengendalian diartikan seba
gai upaya untuk mengarahkan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengendalian sebagai salah satu unsur dari fungsi manajemen, memiliki dua aspek p
enting yaitu pengawasan dan tindak lanjut. Kedua aspek tersebut perlu diintegrasika
n pengendalian internal yang memungkinkan manajemen dapat menjalankan fungsi
pengendaliannya secara efektif dan efisien, dan dapat mengatasi span of control yan
g cenderung semakin luas sejalan dengan semakin besarnya skala perusahaan. Oleh
karena itu, dalam perspektif manajemen, pengendalian internal meliputi semua kebij
akan, prosedur, dan tindakan, yang didukung oleh semua unsur organisasi untuk men
garahkan aktivitas organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan dinamika organisasi dengan ekspektasi yang tinggi pada tercip
tanya good governance, pemanfaatan teknologi yang diimbangi dengan kompetensi
sumber daya manusia, dan efektivitas menajemen risiko, telah mendorong manajeme
n untuk merancang model pengendalian internal yang tepat dan adaptif guna memen
uhi harapan pemangku kepentingan pada kondisi perubahan lingkungan yang relatif
cepat, bisnis yang semakin kompleks, isu etika, serta perubahan ketentuan hukum da
n regulasi. COSO menawarkan kerangka kerja pengendalian internal yang diharapka
n mampu memberikan keyakinan memadai kepada manajemen dan dapat diterapkan
baik pada lingkup organisasi atau pun unit/fungsi tertentu dalam organisasi. COSO
(2013) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi
olen dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam suatu entitas, yang diran
cang untuk memberikan keyakinan memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan y
ang berkaitan dengan operasi, pelaporan dan kepatuhan.”

2.1.2. Tujuan Pengendalian Internal


Tujuan yang berkaitan dengan operasi meliputi pencapaian efektivitas dan efis
iensi operasi, dan pengamanan aset. Pengendalian internal diharapkan mampu mend
orong efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya, mencegah timbulnya kerug
ian karena pemborosan, limbah, dan penyalahgunaan aset.
Disamping itu, tujuan yang berkenaan dengan operasi juga meliputi pencegaha
n risiko yang muncul karena keputusan bisnis yang buruk, misalnya menjual produk
dengan harga yang terlalu rendah/tinggi, memberikan kredit yang berisiko macet, m
unculnya kewajiban tidak terduga, dan kegagalan dalam mempertahankan pegawai k
unci.
Tujuan pelaporan memiliki fokus pada reliabilitas pelaporan keuangan dan no
n keuangan. Laporan kepada pihak eksternal organisasi dilakukan sebagai kepatuhan
dan regulasi dan atau perikatan, sehingga bentuk terhadap ketentuan hukum penyusu
nan dan penyajian laporannya harus sesuai standar dan ketentuan yang berlaku, misa
lnya laporan keuangan (financial statements), pelaporan berkelanjutan (sustainabilit
y reporting), laporan tahunan (annual report). Sedangkan laporan kepada pihak inter
nal organisasi dilakukan untuk kepentingan manajemen sehingga sifatnya lebih fleks
ibel sesuai kebutuhan untuk pengelolaan operasi/bisnis dan pengambilan keputusan,
misalnya laporan keuangan divisi/unit bisnis, laporan keuangan per kegiatan/proyek,
laporan penggunaan aset, laporan pemberdayaan sumber daya manusia, laporan hasil
self assesment pengendalian internal, laporan hasil self-assesment terhadap good cor
porate governance, dan laporan hasil audit internal. Tujuan kepatuhan fokus kepada
upaya mendorong kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan regulasi.
Interaksi antara organisasi dengan para pemangku kepentingan semakin kompl
eks dengan risiko yang semakin tinggi dalam hal terjadinya konflik kepentingan, per
lakuan yang tidak wajar/adil, fraud, persaingan bisnis yang tidak sehat, dan kerusaka
n lingkungan. Aspek utama yang perlu diperhatikan dalam upaya mendorong kepatu
han terhadap ketentuan hukum dan regulasi, antara lain : ketentuan dan perizinan usa
ha, perpajakan, pengelolaan sumber daya manusia termasuk pemberian kompensasi,
pengelolaan dan pengendalian lingkungan, praktek operasi (transportasi, perbankan/
pembiayaan, layanan kesehatan, layanan pendidikan dan lain-lain). (Rustendi, 2017).

2.2. Komponen dan Prinsip Pengendalian Internal


2.2.1. Komponen Pengendalian Internal
(Rustendi, 2017) mengungkapkan, “Pengendalian sebagai suatu 'proses' memil
iki makna bahwa pengendalian berkenaan dengan kebijakan, prosedur, sistem, struktu
r, dan personel (pegawai dan manajemen) yang menyangkut persepsi, sikap dan tinda
kannya, yang diterapkan pada tingkat organisasi, divisi sampai unit/bagian dan fungsi
dalam organisasi. Disamping itu, perancangan dan implementasi pengendalian interna
l perlu mempertimbangkan kepentingan manajemen risiko, dan governance. Oleh kare
na itu, dalam perancangan pengendalian internal perlu mempertimbangkan prinsip-pri
nsip pengendalian internal yang merupakan bagian dari komponen pengendalian inter
nal. COSO (2013) mengemukakan komponen pengendalian internal sebagai berikut :
a) Lingkungan Pengendalian (control environment)
b) Penilaian Risiko (risk assessment)
c) Aktivitas Pengendalian (control activity)
d) Informasi & Komunikasi (information & Communication)
e) Aktivitas Pemantauan (monitoring activity).”

2.2.2. Prinsip dan Fokus Pengendalian Internal


1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
(Suharso, 2016) Menetapkan suasana suatu organisasi yang mempengaruh
i kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya, yang m
enyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian memiliki tujuh ko
mponen, yaitu:

a. Integritas dan Nilai-Nilai Etik


Dalam rangka menekankan pentingnya integritas dan nilai etika diantar
a semua personel dalam organisasi, CEO dan anggota manajemen puncak la
innya harus:
 Menetapkan suasana melalui contoh mendemonstrasikan integritas dan
standar yang tinggi dari perilaku etis. Contohnya: Direktur selalu mem
beri teladan dengan datang tepat pada waktunya, berpakaian rapi, well t
rained and well graduated.
 Mengkomunikasikan kepada semua karyawan, baik secara verbal maup
un melalui pernyataan kebijakan tertulis dan kode etik berperilaku bah
wa hal yang sama diharapkan dari mereka, bahwa setiap karyawan me
miliki tanggung jawab untuk melaporkan pelanggaran yang diketahui a
tau yang mungkin akan terjadi kepada tingkat yang lebih tinggi dalam o
rganisasi, dan bahwa pelanggaran akan dikenakan denda.
 Memberikan bimbingan moral kepada karyawan yang memiliki latar be
lakang moral yang kurang baik yang telah mangakibatkan mereka tidak
memperdulikan yang mana yang baik dan mana yang buruk.
 Mengurangi atau menghilangkan insentif dan godaan yang dapat meng
arahkan individu untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, melawan
hukum, atau tidak etis.

b. Komitmen Pada Kompetensi


Untuk mencapai tujuan entitas, personel pada setiap tingkatan dalam or
ganisasi harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk m
elaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Komitmen terhadap kompeten
si mencakup pertimbangan manajemen mengenai pengetahuan dan keahlian
yang diperlukan untuk mengembangkan kompetensi tersebut.

c. Falsafah Manajemen (Filosofi) dan Gaya Pengoperasian


Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seha
rusnya tidak dikerjakan oleh organisasi. Sedangkan gaya operasi menentuka
n ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan.
Tindakan sikap dan pendekatan dalam pengambilan keputusan oleh manaje
men sangat mempengaruhi mutu pengendalian internal. Banyak karakteristi
k yang mungkin ditampilkan dalam bagian dari falsafah manajemen dan ga
ya pengoperasian. Karakteristik termasuk dalam manajemen:
 Pendekatan dalam mengambil dan memantau risiko bisnis.
 Mengandalkan pertemuan informal dengan manajer – manajer kunci lawan
sebuah sistem formal dari kebijakan tertulis, indikator – indikator kinerja da
n laporan – laporan pengecualian.
 Sikap – sikap dan tindakan – tindakan dalam pelaporan keuangan.
 Pemilihan yang konservatif atau agresif dari prinsip –prinsip akuntansi yang
tersedia.
 Kesadaran dan konservatif dalam pengembangan perkiraan – perkiraan aku
ntansi.
 Pengembangan dan pengertian terhadap resiko – resiko yang diasosiasikan
dengan teknologi informasi.
 Sikap – sikap terhadap pemrosesan informasi dan fungsi – fungsi akuntansi
dan personel.

d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi menyediakan kerangka kerja untuk perencanaan, pe
laksanaan, pengendalian dan pemantauan aktivitas dari suatu perusahaan. Str
uktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas untuk mem
enuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas perencana
an, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktifitas suatu entitas. Penge
mbangan struktur organisasi untuk suatu organisasi menyangkut perumusan k
ewenangan dan tanggung jawab serta alur pelaporan yang dituangkan dalam
bentuk bagan organisasi. Pemahaman hubungan tersebut diperlukan untuk m
enilai lingkungan pengendalian organisasi dan dampaknya terhadap efektivit
as kebijakan dan prosedur pengendalian.

e. Dewan Komisaris / Direksi dan Komite Audit yang Efektif


Dewan Komisaris dan Komite Audit secara signifikan mempengaruhi
kesadaran akan pengendalian suatu entitas. Panitia audit merupakan sub pan
itia dari dewan direksi yang biasanya terdiri dari direktur-direktur yang buk
an merupakan bagian dari tim manajemen. Dewan Komisaris dan panitia au
dit adalah orang-orang yang tepercaya dan secara aktif mengawasi akuntans
i entitas, kebijakan dan prosedur pelaporan. Faktor yang sangat berpengaruh
pada keefektifan dari dewan direksi dan komite audit, meliputi:
 Orang – orang yang independen dari manajemen, yang berhubungan dewa
n direktur – direktur luar, berpengalaman dan lebih tinggi dari para anggot
a, dan keterlibatan mereka yang dalam dan meneliti dari aktivitas manaje
men.
 Kepatuhan dari tindakan mereka.
 Tingkat dimana mereka meningkatkan dan melanjutkan pertanyaan yang s
ulit dengan manajemen
 Sifat dasar dan keterlibatan dari mereka yang interaksi dengan internal da
n eksternal auditor.
Dewan komite audit terdiri dari direktur – direktur luar yang dapat memb
eri sumbangan penting untuk perusahaan dalam tujuan pelaporan keuangan d
engan mengurangi kesalahan pelaporan keuangan dan meningkatkan indepen
densi auditor eksternal.

f. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab


Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab merupakan perpanjangan
dari pengembangan suatu struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawa
b mencakup penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa wewenang da
n tanggung jawab untuk semua aktivitas entitas dibebankan, dan harus saling
mempengaruhi satu sama lain dalam memberikan kontribusi terhadap pencap
aian tujuan entitas dan setiap individu bertanggung jawab atas hal apa. Denga
n pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan be
rbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi.

g. Kebijakan dan Prosedur Kepegawaian


Agar pengendalian internal efektif adalah penting bahwa kebijakan dan pros
edur sumber daya manusia yang diterapkan akan menjamin bahwa personel
entitas memiliki tingkat integritas, nilai etika, dan kompetensi yang diharap
kan. Praktik tersebut mencakup kebijakan perekrutan karyawan dan proses
penyeleksian yang dikembangkan dengan baik; orientasi personel baru terh
adap budaya dan gaya operasi entitas; kebijakan pelatihan yang mengomuni
kasikan peran prospektif dan tanggung jawab; tindakan pendisiplinan untuk
pelanggaran terhadap perilaku yang diharapkan; pengevaluasian; konseling;
dan mempromosikan orang berdasarkan kinerja periodik; serta program ko
mpensasi yang memotivasi dan memberikan penghargaan atas kinerja yang
tinggi sambil menghindari disinsentif terhadap perilaku etis. Efektif tidakny
a pengendalian internal tergantung pada kebijakan dan praktik tentang sumb
er daya manusia yang dianut. Hal ini akan menentukan apakah setiap karya
wan memiliki integritas, nilai-nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Penilaian risiko adalah identitas, analisis dan manajemen risiko entitas
yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara waja
r sesuai prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses penilaian risik
o entitas harus memperhatikan keadaan serta kejadian internal dan eksternal ya
ng dapat sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mencatat, memproses, d
an melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam
laporan keuangan. Penialian risiko oleh manajemen juga harus mempertimban
gkan risiko yang muncul akibat beberapa kondisi, terdiri dari identifikasi risiko
dan analisis risiko. Identifikasi risiko meliputi pengujian terhadap faktor-faktor
eksternal seperti perkembangan teknologi, persaingan, dan perubahan ekonomi.
Faktor internal diantaranya kompetensi karyawan, sifat dari aktivitas bisnis, d
an karaketrisitik pengelolaan sistem informasi. Sedangkan Anlisis Risiko meli
puti mengestimasi signifikan risiko, menilai kemungkinan terjadinya risiko da
n bagaimana mengelola risiko.
3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dikembang
kan oleh manajemen untuk mengantisipasi risiko yang dapat menghalangi entit
as mencapai tujuannya. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan d
iaplikasikan pada berbagai tingkat organisasionalnya atau fungsional dalam se
buah entitas. Meskipun aktivitas pengendalian dapat dilaksanakan baik secara
manual amupun dengan komputer, namun saat ini penggunaan komputer telah
semakin meluas, dimana pengendalian yang terkomputerasisasi lebih sering di
gunakan untuk beberapa tujuan. Aktifitas pengendalian memiliki lima kompon
en, yaitu:

a. Pemisahan Tugas yang Memadai


Pemisahan tugas melibatkan suatu pemastian bahwa individu tidak mel
aksanakan tugas yang seimbang. Tugas di anggap tidak seimbang dari sudut
pandang pengendalian ketika memungkinkan bagi seorang individu untuk me
lakukan kecurangan dan kemudian menutupinya dalam melaksanakan tugas n
ormalnya.

b. Otorisasi yang Pantas Atas Transaksi dan Aktivitas


Setiap transaksi harus disahkan dengan benar jika kendali diharapkan u
ntuk memuaskan. Otorisasi umum berarti bahwa manajemen menetapkan k
ebijakan untuk diikuti oleh organisasi. Otorisasi khusus berlaku bagi transa
ksi individual. Manajemen sering enggan menetapkan suatu kebijakan umu
m tentang otorisasi untuk beberapa transaksi.

c. Dokumen dan Catatan yang Memadai


Dokumen dan catatan adalah objek fisik dimana transaksi dimasukkan
dan diringkaskan. Prinsip relevan untuk merancang dan dalam penggunaan
dokumen dan catatan yang sesuai, yaitu dokumen dan catatan haruslah :
 Bernomor urut. Dengan bernomor urut akan dapat memudahkan untuk men
elusuri dan mencari dokumen yang hilang ataupun dokumen sebagai bukti t
erjadinya kecurangan, ataupun untuk memenuhi kelengkapan audit terkait d
engan transaksi.
 Disiapkan pada waktu transaksi berlangsung, atau segera sesudah itu. Bila d
isiapkan pada waktu yang relatif lebih panjang, catatan menjadi kurang bisa
diandalkan dan kesempatan salah saji semakin meningkat.
 Dirancang dengan persiapan yang benar dan dapat digunakan untuk berbaga
i penggunaan ketika mungkin.

d. Pengendalian Atas Aktiva dan Catatan


Pengendalian fisik adalah aktivitas pengendalian yang fokus pada pem
batasan jenis akses ke aktiva dan catatan yaitu akses fisik langsung dan akse
s tidak langsung melalui persiapan dan pemrosesan dokumen.

e. Pengecekan Independen dan Pelaksanaan


Review kinerja meliputi review dan analisis manajemen terhadap:
 Laporan yang mengikhtisarkan secara terinci dari saldo akun, seperti akun n
eraca saldo, laporan pengeluaran kas berdasarkan pelanggan, atau laporan a
ktivitas penjualan dan laba kotor oleh konsumen atau daerah, tenaga penjual
an, atau lini produk.
 Kinerja aktual dibandingkan dengan anggaran, peramalan, atau jumlah peri
ode sebelumnya.
 Hubungan dari rangkaian data yang berbeda seperti data operasi non keuan
gan dan data keuangan.

4. Informasi Dan Komunikasi (Information And Communication)


Informasi dan komunikasi merupakan pengidentifikasian, penangkapan
dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang memb
uat orang mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Fokus utama kebijak
an dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem informasi akuntan
si adalah transaksi dilaksanakan dengan cara mencegah salah saji dalam asersi
laporan keuangan dan tindakan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh sum
ber daya manusia. Oleh karena itu, sistem informasi yang efektif dapat membe
rikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adala
h:
 Sah
 Telah diotorisasi
 Telah dicatat
 Telah dinilai dengan wajar
 Telah dicatat dalam periode seharusnya
 Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan
benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel
yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana mereka berkaitan
dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar orga
nisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyampaian pihak yang l
ebih tinggi dalam entitas.
Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan, dan j
uga daftar akun yang juga merupakan bagian dari komponen informasi dan k
omunikasi dalam pengendalian internal.
Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk men
ghasilkan informasi keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan informasi
tersebut. Komunikasi melibatkan penyediaan informasi yang dihasilkan oleh
sistem informasi pelaporan keuangan kepada pihak – pihak terkait dari suatu
entitas secara tepat waktu. Komunikasi juga mencakup tujuan yang lebih luas
dalam hal pemahaman yang jelas tentang peranan individu dan tanggungjawa
b yang berkaitan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Ko
munikasi mencakup perluasan pemahaman personel tentang bagaimana aktiv
itas mereka dalam sistem informasi pelaporan keuangan berhubungan dengan
pekerjaan lainnya, dan arti pengecualian pelaporan pada tingkat yang lebih ti
nggi dalam entitas.

5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pen
gendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan dapat dilakukan melalui aktivi
tas terus – menerus atau evaluasi terpisah. Prosedur pemantauan yang terus –
menerus dilakukan terhadap aktivitas rutin yang normal terjadi dalam sebuah e
ntitas serta mencakup aktivitas manajemen dan pengawasan yang biasa. Sebag
ai contoh, dalam beberapa entitas, auditor internal secara teratur menyediakan
informasi tentang berfungsi tidaknya sistem pengendalian internal, dengan ber
fokus pada evaluasi desain dan operasi pengendalian internal. Evaluasi terpisa
h adalah penilaian periodik atas semua atau sebagian pengendalian internal. E
valuasi tersebut dapat dilakukan oleh personel internal atau oleh pihak luar, se
perti kantor akuntan publik.

2.3. Tanggung jawab Auditor Internal


2.3.1. Tujuan Review Terhadap Pengendalian Internal.
Auditor internal berkepentingan untuk melakukan review dan evaluasi pengendali
an internal dengan tujuan untuk menentukan kecukupan perancangan dan efektivitas p
elaksanaan pengendalian internal, serta menyediakan informasi berkenaan dengan kel
emahan atau kekurangan pengendalian sebagai bahan tindak lanjut perbaikan oleh ma
najemen. Secara teknis, evaluasi terhadap pengendalian internal bermanfaat untuk:
1) Menentukan fokus audit pada area atau fungsi yang penting dan memiliki risiko ti
nggi berdasarkan hasil identifikasi kelemahan atau kekurangan pengendalian inter
nal.
2) Mengurangi prosedur audit pada fieldwork yang tidak perlu agar aktivitas audit int
ernal berjalan efektif dan efisien,
3) Menjadikan aktivitas audit jelas dan terukur sesuai dengan kompleksitas organisa
si yang diauditnya.

2.3.2. Teknik Review Terhadap Pengendalian Internal


Review dan evaluasi umumnya dapat dilakukan dengan cara :
1) Pengisian kuesioner, dimana auditor menyusun pertanyaan pengendalian interna
l berikut keterkaitannya dalam format kuesioner tertutup.
2) Pembuatan flowchart, dimana auditor dapat menandai titik-titik kekuatan dan ke
lemahan pengendalian internal secara visual sebagai dasar untuk melakukan pen
gujian lebih lanjut.
3) Pengujian terbatas atas sistem (walk trought), dimana auditor melakukan observ
asi yang dilengkapi dengan atau fungsi yang Interview guna menguji area Kele
mahan mengindikasikan pengendalian, atau ketidaksesuian implementasi penge
ndalian dengan perancangannya.
Dalam menentukan tingkat efektivitas pengendalian internal, auditor perlu memperti
mbangkan apakah semua komponen dan prinsip pengendalian internal ada dalam pera
ncangan dan berfungsi dalam pelaksanaannya, serta apakah integrasi diantara kompon
en tersebut mampu merespon risiko secara simultan. Dokumentasi audit menggunaka
n kertas kerja audit berupa Matriks Pengendalian Internal yang dapat digunakan sebag
ai dasar untuk menulis laporan hasil review pengendalian internal, atau sebagai bahan
untuk menentukan fokus audit lebih lanjut.
2.4. Survei Pendahuluan
Pengertian Survei Pendahuluan
(Abdurrohman Hanif, 2020) menyatakan bahwa, Survei pendahuluan dalam audit
internal adalah suatu cara yang digunakan untuk dapat mengetahui kerumitan operasi
yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka ket
ahui pada saat audit telah selesai. Secara sederhana survei pendahuluan dapat dipaham
i sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai objek terte
ntu tanpa melakukan verifikasi secara rinci.
Sedangkan menurut Oki Sadma, 2015 menyatakan bahwa pengertian survei adala
h sbb :
 Lebih memahami aktifitas audit
 Mengidentifikasi area atau bidang yang memerlukan penekanan khusus dalam
audit
 Memperoleh informasi awal sebagai bahan untuk melaksanakan pekerjaan lap
angan
 Menentukan apakah perlu melakukan audit lebih lanjut
Langkah Dasar Survei Pendahuluan
(Abdurrohman Hanif, 2020) menyatakan bahwa, Survei pendahuluan dapat menja
di sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan system, namun bisa juga menja
di sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor Internal harus memastikan bahwa
waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif. Keberhasi
lan atau kegagalan audit bisa jadi sangat tergantung pada survei. Auditor sebaiknya m
elakukan survei dengan delapan langkah dasar.

1. Melakukan Studi Awal


Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahu
n sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi dan dokumen lain yang akan memba
ntu untuk lebih memahami subjek audit. Studi awal dilakukan dikantor pusat, mesk
ipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara elektronik d
ari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumya dapat menunjukkan pendek
atan yang dilakukan auditor lain atas penugas tersebut, meskipun pendekatan ini m
ungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk di audit tahun ini.

2. Pendokumentasian
Pendokumentasian mencakup beberapa langkah yang akan mengarah pada per
temuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan
daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan saat pen
dokumentasian. Auditor juga membuat kuesioner yang akan digunakan dalam waw
ancara dan diskusi dengan manajer klien dan lainnya.

3. Bertemu Klien
Pertemuan auditor dengan manajer klien member peluang bagi auditor untuk
menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa sit
uasi, auditor justru ingin membahas keseluruhan peran audit internal dan organisasi
Dalam pembahasan dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan tujuan, s
asaran dan standar operasi serta resiko bawaannya. Auditor juga ingin mengenali g
aya manajemen yang diterapkan.

4. Mendapatkan Informasi melalui :


Wawancara : Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan saksama en
am langkah penting; persiapan, penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan
dan pencatatan. Mengumpulkan bahan bukti : Survei pendahuluan akan berlangsun
g lancar dan sistematis jika auditor internal memiliki pandangan yang jelas mengen
ai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit informasi penting dapat diklasif
ikasikan kedalam empat fungsi dasar manajemen; Perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan kontrol.

5. Pengamatan
Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survei pendahuluan. Mel
alui pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang cerdas, auditor internal mampu
untuk;
- Menemukan tujuan, sasaran dan standar · Menilai kontrol untuk mencapai tujua
n-tujuan ini.
- Mengevaluasi risiko · Menetukan kontrol untuk meminimalkan risiko · Membuat
penentuan risiko secara sistematik · Menilai gaya manajemen.

6. Pembuatan Bagan Alir


Bagan Alir memotret suatu proses. Meskipun pembuatan bagan alir mencakup
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih
bersifat seni. Pembuangan bagan alir yang formal seharusnya distandardisasi dalam
departemen audit. Semua auditor harus menggunakan bentuk yang sama dan mengi
kuti instruksi dasar yang sama. Tidak semua bagan alir terperinci, formal atau ekte
nsif.

7. Pelaporan.
Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan temuan p
ositif dan negatif bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien. Estimasi awal unt
uk waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target tang
gal pekerjaan lapangan dan fase pelaporan audit.

2.5. Penilaian Akhir Terhadap Risiko Pengendalian


(Rustendi, 2017) menyatakan bahwa, Penilaian akhir atas risiko pengendalian
didasarkan pada evaluasi terhadap bukti-bukti yang diperoleh dari prosedur untuk me
mperoleh pemahaman atas pengendalian internal pada tingkat entitas, hasil pengujian
pengendalian pada kegiatan atau siklus transaksi, dan bukti audit lainnya. Evaluasi te
rhadap bukti yang ada melibatkan pertimbangan secara kuantitatif, atau secara kualita
tif.
Penilaian akhir risiko pengendalian kuantitatif secara menggunakan Matriks P
engendalian Internal seperti yang telah dibahas pada bab ke-4. Perbedaannya terletak
pada isi kuesioner, dimana pada Matriks Pengendalian Internal untuk penilaian akhir
risiko pengendalian diterapkan pada siklus kegiatan atau siklus transaksi yang diaudit
sedangkan pada penilaian awal risiko pengendalian diterapkan pada lingkup entitas.
Sementara itu, penilaian akhir risiko pengendalian secara kualitatif dilakukan
berdasarkan kuesioner pengendalian untuk setiap kegiatan atau siklus transaksi, bukti
yang diperoleh dari hasil pengujian lainnya seperti uji kepatuhan, dan hasil audit sebe
lumnya yang relevan. Penarikan kesimpulan berkenaan dengan penilaian akhir risiko
pengendalian menggunakan prosedur yang sama seperti yang telah dibahas pada bab
keempat.
Tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan menentukan jenis pengujian subst
antif yang akan dilakukan, yaitu :
1. Bila risiko pengendaliannya dinilai tinggi, maka pengujian Substantif dilakukan se
cara mendalam.
2. Bila risiko pengendalian dinilai rendah, maka pengujian substantif dilakukan secar
a terbatas.
Hasil penilaian akhir terhadap risiko pengendalian harus didokumentasikan dal
am kertas kerja audit
yang meliputi kesimpulan dan dasar penilaiannya termasuk matriks pengendalian inte
rnal, atau
kuesioner yang telah dijawab, flowchart, dan komentar atau catatan naratif hasil peng
ujian.
Dalam membuat penilaian risiko pengendalian untuk suatu asersi adalah penti
ng bagi auditor untuk :
1.   Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh
suatu pemahaman mengenai apakah pengendalian yang berhubungan dengan asersi
telah dirancang dan diterapkan dalam operasi oleh manajemen entitas
2.   Mengidentifikasikan salah saji potensial yang dapat muncul dalam asersi entitas
3.   Mengidentifikasikan pengendalian yang diperlukan yang mungkin akan mencegah
atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji
4.   Melaksanakan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan unt
uk menentukan efektivitas rancangan dan pengoperasian dari pengendalian tersebut
5.   Mengevaluasi bukti dan membuat penilaian.

Bukti Audit
a. Manfaat identifikasi bukti audit
- Bukti akan digunakan untuk mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi audit
- Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pelaksana
an audit. (Alifah, 2015)

b. Jenis-jenis Bukti Audit


1. Bukti Fisik
Pengertian dari bukti fisik ini sendiri adalah salah satu bukti yang nantinya akan didap
atkan oleh auditor secara langsung dan sudah melalaui permeriksaan fisik  di dalam pro
ses audit itu sendiri. Contohnya saja seperti pemeriksaan fisik atas persediaan secara lan
gsung dari pihak auditor eksternal atau internal.

2. Bukti Matematis
Seorang auditor akan mendapatkan bukti matematis melalaui perhitungan yang dilaku
kan secara langsung, misalnya saja foting untuk penjumlahan vertikal dan cross footing
bisa untuk perjumlahan bisa itu secara horizontal maupun vertikal.

3. Bukti Rasio
Bukti rasio atau yang biasa disebut sebagai bukti perbandingan, dipakai oleh para audi
tor untuk menghitung rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, qucik ratio dan masih
ada banyak lagi. Dan bukti rasio ini masuk kedalam jenis bukti audit yang sangat umum
digunakan.

4. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter ini terbagi menjadi beberapa bagian seperti bukti yang dibuat ole
h pihak luar lalu dikirimkan kepada tim auditor secara langsung. Selanjutnya ada juga b
ukti yang buat untuk disimpan secara pribadi oleh klien. Pada bukti yang pertama mem
punyai keterandalan yang tinggi sekali bila dibandingkan dengan dokumen-dokumen se
lain itu.

5. Bukti Pengendalian Internal


Bukti ini termasuk bukti yang tekuat pada saat proses pelaksanaan audit. Masalahnya
tidak lain adalah karena seorang auditor dapat memperoleh banyak bukti yang dapat dik
umpulkan oleh pengendalian internal.
6. Bukti Catatan
Para akuntan selalu menyediakan catatan mengenai perusahaanya, sehingga bukti cata
tan ini menjadi sebuah sumber yang bisa dipakai oleh seorang auditor untuk dijadikan b
ukti audit.

7. Bukti Surat
Umunya bukti surat ini lebih dikenal dengan sebutan surat pernyataan tertulis yakni se
buah surat tertulis yang sebelumnya sudah ditandatangani individu yang dapat bertangg
ungjawab dan juga mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai kondisi tertentu, mis
alnya bukti tersebut diperoleh dari manajemen termasuk juga dari spesialis jurnal akunt
an.

8. Bukti Lisan atau Wawawncara


Bukti ini termasuk dalam jenis bukti audit. Ketika seorang auditor sedang melakukan
pekerjaanya banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan manusia, dengan begitu ia me
mpunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan serta melakukan wawa
ncara personal.

9. Bukti Analitik
Bisa dikatakan kalau bukti analitik ini hampir sama dengan bukti rasio (perbandingan)
sebab bukti analitik ini masih satu bahasan dengan pos tertentu antara laporan keuangan
tahun berjalan dan tahun yang sudah terlewat. Dan tahun sebelumnya masih menjadi ac
uan utama untuk dijadikan perbandingan. Diawal kegiatan audit bukti ini akan dikumpu
lkan terlebih dahulu sehingga terlihat objek pemeriksaan yang membutuhkan pemeriksa
an lebih lanjut seperti itu.

10. Bukti Konfirmasi


Dalam proses auditing agar bisa mendapatkan serta menilai sebuah komunikasi yang l
angsung dari pihak ketiga mengenai jawaban permintaan informasi atas unsur tertentu
maka dibutuhkan bukti konfirmasi ini.

11. Bukti Penelusuran


Kenapa perlu dilakukan sebuah penelusuran? alasanya ialah terkadang pengumpulan
bukti yang dilakukan oleh auditor bisa itu memakai dokumen ataupun catatan akunta
nsi bisa juga sebaliknya. Para auditor sangat terbantu sekali dengan adanya bukti pene
lusuran ini ketika akan menemukan jenis bukti audit lain.

12. Bukti Keterangan


Hal yang sangat wajar sekali apabila dalam prosedur audit pihak auditor selaku obje
k yang sudah dianggap mempunyai informasi meminta keterangan dari pihak terkait.
Dan bukan semata-semata bukti keterangan ini dibuat begitu saja karena memang buk
ti keterangan ini didasari pada dasarnya auditor yang memastikan buktinya kepada kli
enya.

13. Bukti Observasi


Bukti Observasi adalah sebuah pengamatan dan termasuk jenis bukti audit. Dalam h
al ini seorang auditor mempunyai kesempatan untuk melihat serta menyaksikan sebua
h kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan bukti.
14. Bukti Inpeksi
Pengertian inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan sangat detail sekali, menge
nai suatu dokumen dan kondisi fisik yang mempunyai kaitan untuk kedepanya mampu
menghasilkan bukti guna mendukung laporan keuangan perusahaan. Bukti Inspeksi in
i wajib tercantum dalam bukti dan prosedur audit.

15. Bukti Perhitungan


Didalam proses auditing bukti pehitungan dan prosedur termasuk kedalam bukti fisi
k yang tidak menyatu namun terpisah. Sudah jelas kalau seorang auditor akan memper
oleh bukti sesudah merekan melakukan couting, sering juga mereka sampai menjalank
anya secara mandiri demi memastikan apakah hasil pekerjaan sudah real atau masih te
rdapat manipulasi yang terencana sebelumnya seperti itu. (Farkhan Ramadhan, 2020).

III. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa, pengendalian diartikan sebagai upaya
untuk mengarahkan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian
sebagai salah satu unsur dari fungsi manajemen, memiliki dua aspek penting yaitu penga
wasan dan tindak lanjut. Kedua aspek tersebut perlu diintegrasikan pengendalian internal
yang memungkinkan manajemen dapat menjalankan fungsi pengendaliannya secara efekt
if dan efisien, dan dapat mengatasi span of control yang cenderung semakin luas sejalan
dengan semakin besarnya skala perusahaan. Oleh karena itu, dalam perspektif manajeme
n, pengendalian internal meliputi semua kebijakan, prosedur, dan tindakan, yang didukun
g oleh semua unsur organisasi untuk mengarahkan aktivitas organisasi guna mencapai tuj
uan yang telah ditetapkan.
Komponen pengendalian internal terbagi menjadi 5 bagian diantaranya:
a) Lingkungan Pengendalian (control environment)
b) Penilaian Risiko (risk assessment)
c) Aktivitas Pengendalian (control activity)
d) Informasi & Komunikasi (information & Communication)
e) Aktivitas Pemantauan (monitoring activity).
Tujuan review terhadap pengendalian internal yaitu untuk menentukan kecukupan per
ancangan dan efektivitas pelaksanaan pengendalian internal, serta menyediakan informas
i berkenaan dengan kelemahan atau kekurangan pengendalian sebagai bahan tindak lanju
t perbaikan oleh manajemen.
Survei pendahuluan dalam audit dilakukan pada saat adanya kerumitan evaluasi pada
audit pada saat audit mulai dilakukan sebagai kegiatan untuk mendapatkan informasi me
ngenai objek tertentu tanpa melakukan verifikasi secara rinci.

SARAN
Pengendalian internal sangatlah penting dalam kehidupan suatu perusahaan agar kita bisa
memeriksa dan menganalisis ketelitian data akuntansi, semua metode dan kebijakan yang dig
unakan perusahaan dalam mengendalikan jalannya operasional perusahaan agar dapat menca
pai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Auditor harus waspada terhadap adanya kemungkinan bahwa unsur pelanggaran hukum t
elah terjadi. Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang memberikan ind
ikasi tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum yang mungkin menim
bulkan dampak material tidak langsung terhadap laporan keuangan, maka auditor berkewajib
an melaksanakan prosedur audit yang dirancang secara khusus untuk meyakinkan apakah uns
ur tindakan pelanggaran hukum telah dilakukan atau tidak. Namun, mengingat karakteristik u
nsur tindakan pelanggaran hukum sebagaimana telah dijelaskan di atas, perlu didasari bahwa
suatu audit yang dilakukan berdasarkan standar auditing tidak menjamin bahwa unsur tindaka
n pelanggaran hukum akan terdeteksi atau berbagai kewajiban bersyarat akan berhasil diungk
apkan.
Dalam penerapan prosedur audit dan evaluasi hasil pelaksanaan prosedur tersebut, auditor
mungkin akan memperoleh informasi spesifik berikut ini, yang menimbulkan tanda tanya ada
atau tidaknya kemungkinan unsur pelanggaran hukum:
 Transaksi tanpa otorisasi, transaksi dicatat secara salah, atau transaksi dicatat tidak
lengkap atau tidak tepat waktu sehingga tidak mencerminkan pertanggungjawaban
aktiva secara memadai.
 Penyelidikan oleh instansi pemerintah, peringatan tertulis, atau pembayaran denda
dalam jumlah besar.
 Pembayaran dalam jumlah besar untuk jasa yang tidak jelas tujuannya kepada
konsultan, pihak afiliasi, karyawan, atau pihak lain.
 Komisi penjualan atau komisi agen yang dipandang berlebihan jika dibandingkan
dengan yang biasanya dibayarkan oleh klien atau dengan jasa yang benar-benar
diterima oleh klien.
 Pembayaran tunai sangat besar, cek tunai dalam jumlah besar, transfer besar ke nomor
rekening bank tertentu, atau transaksi lain serupa, yang tidak biasa.
 Pembayaran untuk pejabat atau karyawan pemerintah yang berhubungan dengan
pekerjaan mereka, yang tidak dijelaskan.
 Keterlambatan pengisian dan pengembalian surat pemberitahuan pajak, atau ketidak
mampuan membayar kewajiban kepada pemerintah yang lazim bagi industri entitas
atau karena sifat bisnis entitas tersebut.
Auditor mungkin tidak dapat menentukan apakah sesuatu tindakan merupakan unsur tind
akan pelanggaran hukum atau tidak yang disebabkan oleh klien keterbatasan yang muncul ter
utama dari kondisi lingkungan dan bukannya disebabkan oleh klien, atau disebabkan oleh ket
idak pastian yang muncul dari interprestasi atas hukum atau peraturan yang berlaku atau pun
fakta-fakta yang ada di sekitar kejadian. Dalam kondisi demikian, auditor harus mempertimb
angkan pengaruh keterbatasan tersebut terhadap laporannya.

IV. REFERENSI

Alifia. 2015. Bukti Audit. https://www.academia.edu/11857876/BUKTI_AUDIT. (17 Maret 2


020)
Fadhilah Amri, Nur. 2019. Komponen – Komponen Struktur Pengendalian Intern (SPI). https:
//www.e-akuntansi.com/komponen-komponen-struktur-pengendalian-intern-spi/. (8 Ma
ret 2020)
Farahaul. 2012. Audit. Menilai Risiko Pengendalian; Ui Pengenalian. http://farah-aul.blogsp
ot.com/2012/10/audit-menilai-risiko-pengendalian-uji.html. (17 Maret 2020)
Hanif, Abdurrohman. 2020. Survei Pendahuluan ( Internal Audit). https://www.academia.edu
/8539475/SURVEI_PENDAHULUAN_INTERNAL_AUDIT. (17 Maret 2020)
Marisa, R Dian. 2007. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian
Internal Terhadap Enterprise Risk Management Sebagai Variable Moderating. https://d
ocplayer.info/38455917-2015-pengaruh-peran-auditor-internal-terhadap-efektivitas-pen
gendalian-internal-dengan-enterprise-risk-management-sebagai-variabel-moderating.ht
ml. (17 Maret 2020)
Ramadhan, Farkhan. 2020. Jenis Bukti Audit dengan Contoh dan Penjelasannya. https://khan
farkhan.com/jenis-bukti-audit-dan-contohnya/. (17 Maret 20120)
Rustendi, Tedi. 2017. Audit Internal: Prinsip dan Teknik Audit Berbasis Risiko. Bandung: M
ujahid Press.
Sadma, Oki. 2015. Survey Pendahuluan. https://prezi.com/oucxxsdskt1h/survei-pendahuluan/.
(17 Maret 2020)
Silaban, Tutiana. 2015. Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian
Internal Dengan Enterprise Risk Management Sebagai Variabel Moderating. http://rep
ository.upi.edu/21975/4/S_PEA_1102457_Chapter1.pdf. (17 Maret 2020)
Suharso, 2016. Pengendalian Intern Ala COSO Terbaru. https://www.klikharso.com/2016/07
/pengendalian-intern-coso-terbaru.html. (8 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai