Anda di halaman 1dari 65

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

TINJAUAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


BARANG MILIK NEGARA BERUPA KENDARAAN DINAS
JABATAN PADA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN TAHUN ANGGARAN 2017

Diajukan oleh:
Agung Prabowo
NPM: 153060021293

Mahasiswa Program Studi Diploma III Akuntansi


Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Studi Diploma III Akuntansi
Tahun 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERSETUJUAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : AGUNG PRABOWO


NOMOR POKOK MAHASISWA : 153060021293
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
BIDANG STUDI : HUKUM KEUANGAN NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN PERENCANAAN DAN
AKHIR PENGANGGARAN BARANG MILIK
NEGARA BERUPA KENDARAAN
DINAS JABATAN PADA
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN
ANGGARAN 2017

Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Akuntansi, Dosen Pembimbing,

Yuniarto Hadiwibowo, M.A., Ph.D. Trisulo, S.E., M.H.


NIP 19740609 199502 1 001 NIP 19690801 198912 1 001

ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI


KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : AGUNG PRABOWO


NOMOR POKOK MAHASISWA : 153060021293
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
BIDANG STUDI : HUKUM KEUANGAN NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN PERENCANAAN DAN
AKHIR PENGANGGARAN BARANG MILIK NEGARA
BERUPA KENDARAAN DINAS JABATAN
PADA KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN
ANGGARAN 2017

Tangerang Selatan, 2018

1. …………………….. (Dosen Penilai I/Pembimbing)


Trisulo, S.E., M.H.
NIP 19690801 198912 1 001

2. …………………….. (Dosen Penilai II)


Sukarno, S.E., M.M.
NIP 19730110 1990402 1 001
iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA : AGUNG PRABOWO


NOMOR POKOK MAHASISWA : 153060021293
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
BIDANG STUDI : HUKUM KEUANGAN NEGARA
JUDUL KARYA TULIS TUGAS : TINJAUAN PERENCANAAN DAN
AKHIR PENGANGGARAN BARANG MILIK NEGARA
BERUPA KENDARAAN DINAS JABATAN
PADA KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN
ANGGARAN 2017

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini
adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan
tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus
dan dicabut gelar yang telah diberikan.
Tangerang Selatan, 2018
Yang memberi pernyataan,

Agung Prabowo
153060021293

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, kemudahan, serta kelancaran

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini.

Karya Tulis Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Diploma pada Program Studi Diploma III Akuntansi Politeknik Keuangan

Negara STAN. Judul yang penulis ajukan dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah

“Tinjauan Perencanaan dan Penganggaran Barang Milik Negara Berupa Kendaraan

Dinas Jabatan Pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun Anggaran

2017”.

Dalam penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini, tidak sedikit hambatan yang

penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa dengan bantuan, bimbingan, saran,

nasihat, dukungan, motivasi, kerja sama, dan doa dari berbagai pihak sehingga

teratasinya hambatan-hambatan yang penulis hadapi. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, Bapak Suharto dan Ibu Katini, Bapak Sardiyanto dan Ibu

Tukini serta saudara penulis Mega Setyowati dan Areh Numboro atas seluruh

perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, serta motivasi,

doa, dan dukungan yang tak henti-hentinya dipanjatkan untuk penulis.

2. Bapak Rahmadi Murwanto, Ak., M.Acc., Ph.D. selaku Direktur Politeknik

Keuangan Negara STAN,

v
3. Bapak Yuniarto Hadiwibowo, M.A., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Manajemen

Keuangan,

4. Bapak Trisulo, S.E., M.H. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis hinga Karya Tulis Tugas Akhir

ini telah selesai,

5. Bapak selaku Dosen Penilai yang telah memberikan penilaian dan masukan

pada Karya Tulis Tugas Akhir ini,

6. Bapak Renggo Wasongko dan Ibu Yuli Nurhayati yang telah membantu

penulis untuk mendapatkan data dan informasi sehubungan dengan penulisan

Karya Tulis Tugas Akhir ini,

7. Para dosen Politeknik Keuangan Negara STAN yang telah mendidik,

memberikan ilmu, dan memotivasi penulis selama menjalani perkuliahan di

kelas 1B-2B, 3A-4A, dan 53-63 D III Akuntansi,

8. Aisyah Deny Agustiningsih dan Laylia Latifah sahabat penulis yang selalu

memberikan dukungan, semangat, dan bantuan kepada penulis selama tiga

tahun menginjak di bangku perkuliahan ini,

9. Early Moon Nadjibah, Moch. Arief Yuliansyah, Ghozy Fajrin Naim, Hana

Luthfia, Moudita Amalia dan teman-teman Pasedherekan Mahasiswa

Wonogiri (DEMAGIRI) yang menjadi teman penulis untuk berjuang di

kampus ini selama tiga tahun,

10. Teman-teman Program Studi Diploma III Akuntansi tahun 2015 yang selama

tiga tahun ini berjuang bersama dalam menjalani perkuliahan di Politeknik

Keuangan Negara STAN.

vi
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Tugas Akhir ini masih jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan penulis dalam penguasaan materi dan data. Oleh karena

itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun

untuk dijadikan bekal pembelajaran bagi penulis dalam menyusun karya tulis yang

lebih baik. Penulis berharap Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat

dalam pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan khususnya bagi

penulis dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang Selatan, Agustus 2018

Agung Prabowo

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

PERSETUJUAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR ....................................................ii

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI KARYA TULIS TUGAS AKHIR . iii

PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penulisan ........................................................................................ 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan.................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 3

D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 3

E. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 4

BAB II DATA DAN FAKTA ....................................................................................... 6

A. Profil Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.......................................... 6

1. Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. ............................ 6

2. Tugas Pokok dan Fungsi serta Kedudukan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian. ......................................................................................................... 8

viii
3. Susunan organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. ................... 9

B. Pengelolaan Kendaraan Dinas di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian ........................................................................................................ 16

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN .............................................. 19

A. Landasan Teori....................................................................................................... 19

1. Manajemen Aset .................................................................................................... 19

2. Pengertian Aset Tetap ............................................................................................ 22

3. Siklus Hidup Aset .................................................................................................. 23

4. Perencanaan dan Penganggaran Aset..................................................................... 24

5. Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara ...................................................... 29

6. Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat

Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri .............. 30

B. Analisis Perencanaan dan Penganggaran Barang Milik Negara Berupa

Kendaraan Dinas Jabatan pada Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Tahun Anggaran 2017 ............................................................... 33

1. Perencanaan kebutuhan kendaraan dinas ............................................................... 33

2. Pendanaan dan Penganggaran ................................................................................ 42

3. Penyusunan RKBMN............................................................................................. 42

BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 46

A. Simpulan ................................................................................................................ 46

B. Saran ...................................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 50

LAMPIRAN ................................................................................................................. 52

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar III 1 Proses Perencanaan Kebutuhan Aset ....................................... 25

x
DAFTAR TABEL

Tabel III 1 Standar Barang Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional

Jabatan Di Dalam Negeri ............................................................................... 31

Tabel III 2 Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Alat Angkutan Darat Bermotor

Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri ................................................ 32

Tabel III 3 Rekap Data Alokasi Kendaraan Dinas Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian ................................................................................... 35

Tabel III 4 Rekap Data Usia Kendaraan Dinas Roda Empat Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian .............................................................. 39

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Rekap Data Kendaraan Dinas Roda Empat

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Menteri Keuangan memiliki tugas sebagai pengelola keuangan

negara atau Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia sedangkan

menteri/pimpinan lembaga memiliki tugas sebagai pengemban operasional negara

atau Chief Operational Officer (COO). Sejalan dengan tugas tersebut, Menteri

Keuangan memiliki hak dan kewajiban atas keuangan negara termasuk pengelolaan

aset dan kewajiban negara secara nasional. Sedangkan menteri/pimpinan lembaga

memiliki hak dan kewajiban atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, satuan kerja membutuhkan barang

milik negara sebagai sarana pendukung. Pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004

tentang perbendaharaan negara, disebutkan bahwa Barang Milik Negara adalah semua

barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah. Salah satu BMN yang memiliki peran penting dalam operasional

1
2

instansi pemerintah adalah kendaraan dinas. Penulis tertarik ingin membahas

Pengelolaan Barang milik Negara yang masih memiliki banyak penyimpangan.

Dalam Pengelolaan BMN, pengelolaan aset dibagi menjadi beberapa fase yang lebih

detail, yaitu meliputi: (a) perencanaan kebutuhan dan penganggaran, (b) pengadaan,

(c) Penggunaan, (d) pemanfaatan (e) pengamanan dan pemeliharaan, (f) penilaian, (g)

penghapusan, (h) pemindahtanganan, (i) penatausahaan, (j) pembinaan, pengawasan,

dan pengendalian.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa BMN berupa kendaraan dinas sangat

rentan akan permasalahan. Beberapa masalah yang sering muncul antara lain

pengadaan yang tidak berdasarkan perenanaan yang baik, pemanfaatan oleh pihak

yang tidak berhak, pemeliharaan yang mudah untuk dikorupsi serta masalah

penghapusan BMN yang cukup rumit prosedurnya. Hal ini yang membuat penulis

untuk membahas mengenai perencanaan dan penganggaran kendaraan dinas roda

empat pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam Karya Tulis

Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

KENDARAAN DINAS JABATAN PADA KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN ANGGARAN 2017”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis membatasi ruang lingkup

pembahasan pelaksanaan perencanaan dan penganggaran barang milik negara

meliputi menentukan kebutuhan aset, mengevaluasi aset yang telah ada,

menyesuaikan aset dengan penyediaan layanan, mengembangkan strategi aset, serta

pendanaan dan penganggaran kendaraan dinas jabatan tahun anggaran 2017.


3

C. Tujuan Penulisan

Karya Tulis Tugas Akhir adalah laporan yang disusun oleh mahasiswa terkait

dengan fakta hasil pengamatan langsung ke lokasi pelaksanaan. Pendekatan yang

dilakukan oleh penulis dalam penyusunan laporan ini yakni menggunakan pendekatan

positif yang bertujuan untuk menjelaskan fakta atau praktik yang diamati berdasarkan

teori yang telah dipelajari serta peraturan-peraturan yang berlaku. Tujuan penulisan

yang ingin dicapai dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini antara lain:

1. Mengetahui pelaksanaan perencanaan dan penganggaran BMN berupa kendaraan

dinas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Mengetahui permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan perencanaan dan

penganggaran BMN berupa kendaraan dinas di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian.

3. Meninjau pelaksanaan perencanaan dan penganggaran BMN berupa kendaraan

dinas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara dan

peraturan lain yang terkait.

D. Metode Pengumpulan Data

Agar suatu penelitian dapat berjalan dengan baik maka perlu menggunakan

suatu metode penelitian yang baik dan tepat. Berdasarkan hal tersebut, penulis

menggunakan beberapa metode. Metode yang digunakan oleh penulis dalam

menyusun Tugas Akhir, yaitu:


4

1. Metode Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data dengan mengumpulkan, membaca, mempelajari,

dan menelaah buku literatur, peraturan perundang-undangan yang berlaku, makalah,

dan bahan lainnya yang berkaitan dengan materi pembahasan Karya Tulis Tugas

Akhir ini. Melalui metode ini, penulis berusaha untuk mendapatkan data sekunder

yang berkaitan dengan tema Karya Tulis Tugas Akhir ini.

2. Metode Studi Lapangan

Dalam metode ini, dibagi dua bentuk, yakni :

a. Wawancara

Metode pengumpulan data yang berguna bagi penulis dengan cara melakukan

wawancara kepada Pejabat Bagian pengelolaan BMN pada Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian.

b. Observasi

Penulis menggunakan metode ini untuk melihat data dan fakta yang relevan

dengan objek penelitian yang dimaksud. Metode ini menghasilkan data kuantitatif

dan kualitatif yang menunjang penyusunan Tugas Akhir.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini, secara umum terdiri dari empat

bab sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi gambaran umum atas laporan yang akan disusun oleh penulis.

Meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup pembahasan, metode penulisan dan

sistematika penulisan. .
5

BAB II DATA DAN FAKTA

Pada bagian ini, penulis akan memberikan data dan fakta yang telah didapatkan

dari pejabat terkait melalui metode pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan

metode studi lapangan. Data yang didapat berisi gambaran umum terkait objek

penulisan tugas akhir, yaitu Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Mulai

dari Visi, Misi, Tupoksi, hingga Struktur Organisasi Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian. Pada bab ini penulis juga akan menyajikan data dan fakta terkait

pengelolaan kendaraan dinas jabatan di instansi tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan landasan teori terkait permasalahan yang di bahas. Dalam

Bab ini terdapat definisi manajemen aset, aset tetap dan siklus hidup aset,

perencanaan bmn hingga peraturan terkaitstandar kebutuhan barang milik daerah

berupa kendaraan dinas jabatan. Kemudian penulis akan meninjau landasan teori

tersebut dengan realisasi pelaksanaan yang terjadi di Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dari pembahasan terkait landasan teori dan fakta yang

terjadi untuk menjawab tujuan penulisan karya tulis tugas akhir. Selain itu, bab ini

juga berisi saran dari penulis untuk menunjang perbaikan dalam pelaksanaan

Perencanaan dan Penganggaran BMN di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian.
BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Profil Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah instansi pemerintah yang

bertugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan

perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian. Tugas

yang diemban Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sangat strategis,

karena harus mengkoordinasikan beberapa Kementerian/Lembaga (K/L) yang terkait

dengan bidang perekonomian.

1. Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah "Terwujudnya

koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan

berkelanjutan”

Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tersebut mempunyai makna

tentang koordinasi dan sinkronisasi yaitu merupakan kegiatan yang mengupayakan

persamaan persepsi, pemikiran dan tindakan untuk mewujudkan pencapaian tujuan

organisasi. Sedangkan pengendalian merupakan bagian mengkoordinasi dan

6
7

menyingkronisasi setiap kegiatan yang penekanannya adalah pengupayaan pada setiap

pusat-pusat pertanggungjawaban sehingga terwujudnya tujuan organisasi sesuai

rencana. Efektif memberikan arti bahwa kinerja hasil kegiatan organiasasi

memberikan manfaat dan dampak positif bagi upaya pencapaian sasaran

pembangunan di bidang ekonomi. Sedangkan kata berkelanjutan mempunyai makna

bahwa koordinasi yang dilakukan harus secara terus menerus dan proaktif supaya

pelaksanaan pembangunan perekonomian yang dilakukan oleh sektor dan pelaku

ekonomi dapat berjalan sinergi.

Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah "Menjaga dan

memperbaiki pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta

pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian”

Misi tersebut merupakan langkah peran fungsi Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian untuk mengupayakan atau memastikan bahwa Misi Presiden antara

lain “Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi, Maju dan

Sejahtera serta Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing”, yang pelaksanaannya

diwujudkan melalui kinerja lintas sektor di bidang ekonomi. Untuk meningkatkan

kinerja lintas sektor di bidang ekonomi dengan optimal tersebut dilakukan suatu

kegiatan untuk menyatukan tindakan berupa pemikiran yang sama, kesatuan tindakan,

dan sinergi dari berbagai intansi terkait. Sejalan dengan strategi dan aktivitas yang

dilakukan dalam upaya pencapaian rencana yang dimaksud, dalam mengatasi

permasalahan yang timbul maka diperlukan upaya pengendalian pelaksanaan kegiatan

secara intensif sehingga progres kinerja dalam melaksanakan kebijakan/program di

bidang ekonomi berjalan dengan optimal.


8

2. Tugas Pokok dan Fungsi serta Kedudukan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian.

a. Tugas Pokok Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas melakukan

koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian dalam penyelenggaraan pemerintahan

di bidang perekonomian.

b. Fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Dalam menjalankan tugas, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

melaksanakan fungsi antara lain :

1) koordinasi kebijakan Kementerian/Lembaga terkait dengan isu di bidang

perekonomian mulai dari perumusan sampai pelaksanaannya;

2) sinkronisasi kebijakan Kementerian/Lembaga terkait dengan isu di bidang

perekonomian mulai dari perumusan sampai pelaksanaannya;

3) pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga;

4) pengoordinasian dalam penyelenggaraan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi secara menyeluruh kepada setiap unsur dalam

organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

5) pengelolaan barang milik negara yang ada di bawah tanggung jawab

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

6) pengendalian berupa pengawasan atas penyelenggaraan tugas di lingkungan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan

7) pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diperintahkan oleh Presiden.


9

c. Kedudukan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

1) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berkedudukan berada di

bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden.

2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dipimpin oleh Menteri


Koordinator Bidang Perekonomian.
3. Susunan organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terdiri atas:

a) Sekretariat Kementerian Koordinator

Setmenko Perekonomian bertugas mengoordinasikan pelaksanaan tugas,

pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada setiap unit organisasi

di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Jumlah pegawai

pada Setmenko Perekonomian adalah sebanyak empat pejabat eselon I.

Setmenko Perekonomian terdiri atas:

1) Biro Perencanaan

Biro Perencanaan bertugas mengoordinasikan dan menyiapkan

bahan penataan organisasi dan tata laksana, menyusun rencana program

dan anggaran, melakukan pengembangan kinerja organisasi, dan

melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan pengembangan

sistem informasi, memfasilitasi laporan kinerja perekonomian, menyusun

laporan pelaksanaan rencana program, kegiatan dan anggaran serta laporan

akuntabilitas kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Biro Perencanaan terdiri atas: a. Bagian Organisasi dan Tata

Laksana; b. Bagian Program dan Anggaran; c. Bagian Pengembangan


10

Kinerja; d. Bagian Data dan Sistem Informasi; e. Bagian Pelaporan; dan f.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Jumlah pegawai pada Biro Perencanaan adalah sebanyak 23

pegawai dengan komposisi: 1 orang pejabat eselon II, 3 orang pejabat

eselon III, 5 orang pejabat eselon IV, 10 orang pelaksana, dan 2 orang

CPNS.

2) Biro Hukum, Persidangan dan Hubungan Masyarakat

Biro Hukum, Persidangan dan Hubungan Masyarakat bertugas

melakukan analisis, penyusunan peraturan perundang-undangan,

penanganan perkara bantuan hukum, dan pendokumentasian peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, serta melakukan persiapan dan

pelaksanaan persidangan, dan fasilitasi penyiapan dokumen naskah

kegiatan menteri serta pelaksanaan hubungan masyarakat.

Biro Hukum, Persidangan dan Hubungan Masyarakat terdiri atas: a.

Bagian Hukum; b. Bagian Persidangan; c. Bagian Hubungan Masyarakat;

d. Bagian Fasilitasi Penyiapan Naskah Menteri; dan e. Kelompok Jabatan

Fungsional.

Jumlah pegawai pada Biro Hukum, Persidangan dan Hubungan

Masyarakat adalah sebanyak 21 pegawai dengan komposisi: 1 orang

pejabat eselon II, 4 orang pejabat eselon III, 7 orang pejabat eselon IV, 8

orang pelaksana, dan 3 orang CPNS.


11

3) Biro Umum

Biro Umum bertugas melaksanakan pengelolaan persuratan,

kearsipan, pelayanan pimpinan, sumber daya manusia, keuangan,

kerumahtanggaan, dan pengelolaan barang milik negara, serta pengadaan

barang/jasa.

Biro Umum terdiri atas: a. Bagian Tata Usaha Pimpinan; b.

Bagian Sumber Daya Manusia; c. Bagian Keuangan; d. Bagian Rumah

Tangga; e. Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara; dan f. Kelompok

Jabatan Fungsional.

Jumlah pegawai pada Biro Umum adalah sebanyak 80 pegawai dengan

komposisi: 1 orang pejabat eselon II, 4 orang pejabat eselon III, 8 orang

pejabat eselon IV, 55 orang pelaksana, 2 orang fungsional, dan 10 orang

CPNS.

b) Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter

Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter, selanjutnya disebut Deputi I,

adalah unsur yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang fiskal dan moneter

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menko Perekonomian.

Deputi I bertugas menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,

penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang fiskal dan moneter.

Deputi I terdiri atas: a. Asisten Deputi Fiskal; b. Asisten Deputi Ekonomi dan

Keuangan Daerah; c. Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara; d. Asisten Deputi

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; dan e. Asisten Deputi Moneter, Neraca

Pembayaran dan Perluasan Kesempatan Kerja.


12

Jumlah pegawai pada Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter adalah

sebanyak 47 pegawai dengan komposisi: 1 orang pejabat eselon I, 5 orang pejabat

eselon II, 11 orang pejabat eselon III, 10 orang pejabat eselon IV, 14 orang

pelaksana, dan 6 orang CPNS.

c) Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Sumber Daya Hayati

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Sumber Daya Hayati, selanjutnya

disebut Deputi II, adalah unsur yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang

pangan dan sumber daya hayati yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Menko Perekonomian. Deputi II bertugas menyiapkan sinkronisasi dan

koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pangan

dan sumber daya hayati.

Deputi II terdiri atas : a. Asisten Deputi Pangan; b. Asisten Deputi Kelautan,

Perikanan dan Peternakan; c. Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikultura; d.

Asisten Deputi Kehutanan; dan e. Asisten Deputi Prasarana, Sarana Pangan dan

Sumber Daya Hayati.

Jumlah pegawai pada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Sumber Daya

Hayati adalah sebanyak 50 pegawai dengan komposisi: 1 orang pejabaat eselon I, 5

orang pejabat eselon II, 11 orang pejabat eselon III, 13 orang pejabat eselon IV, 13

orang pelaksana, dan 7 orang CPNS.

d) Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral

Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral, selanjutnya

disebut Deputi III, adalah unsur yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang

energi dan sumber daya mineral yang berada di bawah dan bertanggung jawab
13

kepada Menko Perekonomian. Deputi III bertugas menyiapkan sinkronisasi dan

koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang energi

dan sumber daya mineral.

Deputi III terdiri atas : a. Asisten Deputi Geologi; b. Asisten Deputi Minyak

dan Gas Bumi; c. Asisten Deputi Mineral dan Batubara; d. Asisten Deputi Energi

Baru dan Terbarukan; dan e. Asisten Deputi Ketenagalistrikan.

Jumlah pegawai pada Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya

Mineral adalah sebanyak 47 pegawai dengan komposisi: 1 orang eselon I, 5 orang

pejabat eselon II, 10 orang pejabat eselon III, 7 orang pejabat eselon IV, 17 orang

pelaksana, 1 orang fungsional, dan 6 orang CPNS.

e) Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi

Deputi Bidang Koordinasi Industri, Inovasi Teknologi, dan Kawasan Ekonomi,

selanjutnya disebut Deputi IV, adalah unsur yang melaksanakan tugas dan fungsi

di bidang industri, inovasi teknologi, dan kawasan ekonomi yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Menko Perekonomian. Deputi IV bertugas

menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan, dan

pelaksanaan kebijakan di bidang industri, inovasi teknologi, dan kawasan ekonomi.

Deputi IV terdiri atas : a. Asisten Deputi Pengembangan Industri Manufaktur;

b. Asisten Deputi Pengembangan Industri Kreatif dan Industri Strategis; c. Asisten

Deputi Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri; d. Asisten Deputi Pengembangan

Kawasan Ekonomi; dan e. Asisten Deputi Ketenagakerjaan.

Jumlah pegawai pada Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya

Mineral adalah sebanyak 49 pegawai dengan komposisi: 1 orang eselon I, 5 orang


14

pejabat eselon II, 11 orang pejabat eselon III, 6 orang pejabat eselon IV, 17 orang

pelaksana, 2 orang fungsional, dan 7 orang CPNS.

f) Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Kewirausahaan

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Kewirausahaan, selanjutnya disebut

Deputi V, adalah unsur yang melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian di bidang perniagaan dan kewirausahaan yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menko Perekonomian. Deputi V

bertugas menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan di bidang perniagaan dan kewirausahaan.

Deputi V terdiri atas : a. Asisten Deputi Pengembangan Iklim Investasi; b.

Asisten Deputi Perdagangan Luar Negeri dan Kepariwisataan; c. Asisten Deputi

Sistem Logistik dan Fasilitasi Perdagangan; d. Asisten Deputi Persaingan Usaha

dan Perlindungan Konsumen; dan e. Asisten Deputi Pengembangan

Kewirausahaan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Jumlah pegawai pada Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Kewirausahaan adalah sebanyak 46 pegawai dengan komposisi: 5 orang pejabat

eselon II, 11 orang pejabat eselon III, 10 orang pejabat eselon IV, 12 orang

pelaksana, 1 orang fungsional, dan 7 orang CPNS.

g) Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,

selanjutnya disebut Deputi VI, adalah unsur yang melaksanakan tugas dan fungsi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di bidang infrastruktur dan

pengembangan wilayah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada


15

Menko Perekonomian. Deputi VI bertugas menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi

perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur dan

pengembangan wilayah.

Deputi VI terdiri atas : a. Asisten Deputi Infrastruktur Sumber Daya Air; b.

Asisten Deputi Telematika dan Utilitas; c. Asisten Deputi Transportasi; d. Asisten

Deputi Penataan Ruang dan Pembangunan Daerah Tertinggal; dan e. Asisten

Deputi Perumahan, Pertanahan dan Kerja Sama Pemerintah Swasta.

Jumlah pegawai pada Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan

Pengembangan Wilayah adalah sebanyak 48 pegawai dengan komposisi: 1 orang

eselon I, 5 orang pejabat eselon II, 10 orang pejabat eselon III, 12 orang pejabat

eselon IV, 12 orang pelaksana, 1 orang fungsional, dan 7 orang CPNS.

h) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, selanjutnya

disebut Deputi VII, adalah unsur yang melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian di bidang kerja sama ekonomi internasional

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menko Perekonomian.

Deputi VII bertugas menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi

internasional.

Deputi VII terdiri atas : a. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Asia; b.

Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah; c. Asisten

Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik; d. Asisten Deputi Kerja Sama
16

Ekonomi Regional dan Sub Regional; dan e. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

Multilateral dan Pembiayaan.

Jumlah pegawai pada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

Internasional adalah sebanyak 45 pegawai dengan komposisi: 1 orang eselon I, 5

orang pejabat eselon II, 9 orang pejabat eselon III, 9 orang pejabat eselon IV, 15

orang pelaksana, dan 6 orang CPNS.

i) Inspektorat

Inspektorat adalah unsur yang melakukan tugas dan fungsi pengawasan yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menko Perekonomian melalui

Sesmenko Perekonomian. Inspektorat dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan

oleh Sesmenko Perekonomian. Inspektorat dipimpin oleh Inspektur. Inspektorat

bertugas melaksanakan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas semua

unsur di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Inspektorat terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha Inspektorat; dan b. Kelompok

Jabatan Fungsional Auditor.

Jumlah pegawai pada Inspektorat adalah sebanyak 9 pegawai dengan

komposisi: 1 orang pejabat eselon II, 1 orang pejabat eselon IV, 1 orang pelaksana,

4 orang fungsional, dan 2 orang CPNS.

B. Pengelolaan Kendaraan Dinas di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian membutuhkan Barang Milik Negara sebagai sarana pendukung untuk

menunjang pelaksaan tugas dan fungsinya. Salah satu Barang Milik Negara yang
17

penulis maksud adalah kendaraan dinas. Sebagai bagian dari penyelenggara

pemerintahan negara, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian perlu

mengelola Barang Milik Negara dengan baik dan efisien.

Pada tahun 2016 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

mengadakan pengahapusan 59 unit kendaraan dinas roda empat dan 24 unit kendaraan

dinas roda dua melalui lelang. Pengapusan tersebut dilakukan karena usia kendaraan

yang sudah tua, permintaan dari pejabat untuk memperbaharui kendaraan jabatan

yang mereka miliki, biaya pemeliharaan yang besar, dan sebagian kendaraan yang

rusak berat. Di tahun yang sama, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

mengajukan pengadaan kendaraan dinas yang baru tetapi ditolak karena masih dalam

moratorium pengadaan kendaraan kendaraan dinas kecuali untuk K/L yang bersifat

pelayanan publik. Oleh sebab itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

melakukan skema sewa dalam pemenuhan kebutuhan kendaraan dinas.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menggunakan jasa sewa

dalam penyediaan kebutuhan kendaraan dinas untuk pejabat eselon I dan eselon II,

sedangkan tidak untuk eselon III dan eselon IV. Adapun kendaraan dinas yang ada

dalam Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terdiri dari kendaraan dinas

roda empat dan roda dua. Untuk eselon III dan eselon IV tidak semua pejabat

difasilitasi kendaraan dinas. Bagian sekretariat yang semua difasilitasi dengan

kendaraan dinas tetapi untuk bagian kedeputian hanya kabid protakel (program dan

tata kelola). Dari semuanya kendaraan dinas roda dua penggunanya diutamakan yang

caraka (pejabat pengantar surat), sedangkan sisanya digunakan untuk melaksanakan

tugas operasional.
18

Kendaraan dinas tersebut seluruhnya digunakan sebagai sarana pelaksanaan

tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Secara umum

kondisi kendaraan dinas tersebut dalam kondisi yang tidak layak, mengingat usia

maksimal kendaraan dinas adalah tujuh tahun. Adapun rekap kendaraan dinas roda

empat yang dimiliki Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan dimuat

pada lampiran.
BAB III

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Manajemen Aset

Sebelum dilakukan reformasi, pemerintah dalam mengelola aset Negara

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan warisan kolonial Belanda yaitu

Indische Comptabiliteitswet (ICW). Pengelolaan aset Negara saat itu dilakukan

dengan sangat tidak memadai, seperti kurang lengkapnya data mengenai jumlah, nilai,

kondisi dan status kepemilikannya, tidak ada database yang akurat dalam rangka

penyusunan Neraca Pemerintah, tidak adanya aturan tentang kesamaan persepsi dalam

hal pengelolaan BMN, dan tidak adanya peraturan yang mewajibkan adanya

pelaporan atas aset yang dimiliki pemerintah tersebut.

Setelah munculnya paket undang-undang tentang pengelolaan Keuangan

Negara, antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara. Pemerintah telah membangun suatu komitmen

19
20

yang kuat untuk memenuhi prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik

(good governance) melalui pengelolaan keuangan yang sehat dan modern (sound and

modern). Lingkup perubahan yang terjadi sangat mendasar dan bersifat menyeluruh

termasuk di dalamnya adalah pengelolaan aset Negara.

Pengelolaan aset negara memiliki peran strategis sebagai salah satu indikator

penting pengendali anggaran negara dan upaya perwujudan akuntabilitas tata kelola

suatu keuangan negara. Dalam mengoptimalkan manfaat dalam penggunaan aset,

perlu dilakukan pengelolaan yang baik atas siklus hidup aset tersebut. Pengelolaan ini

seringkali disebut dengan siklus manajemen aset. Dalam perkembangannya,

pengelolaan siklus hidup aset ini dapat dilakukan baik oleh pihak swasta maupun

pihak pemerintah. Adalah sebuah cita¬cita bagi Pemerintah untuk segera mewujudkan

strategic asset management, yaitu integrasi fungsi perencanaan, penganggaran,

pengelolaan, dan pertanggungjawaban aset negara.

Penulis menemukan beberapa definisi yang berbeda mengenai manajemen aset

dalam Buku Bahan Ajar Manajemen Aset Karangan Hadinata Acep tahun 2011.

Dalam buku tersebut, Pemerintah South Australia mendefinisikan sebagai berikut:

Asset Management is a process to manage demand and guide acquisition, use and

disposal of assets to make the most of their sevice delivery potential and manage risk

and costs ober their entire life.

Sedangkan Departemen Transportasi Amerika Serikat mendefinisikan: Asset

management is a systematic process of maintaining, upgrading, and operating

phisical assets cost-effectively. It combines engineering principles with sound

business practices and economic theory, and it provides tools to facilitate a more
21

organized, logical approach to decision-making. Thus asset management provides a

framework for handling both short and long range planning.

Asosiasi Transportasi Kanada mendefinisikan manajemen aset sebagai berikut

: Asset management is a comprehensive business strategy employing people,

information and technology to effectively and efficiently allocate available funds

amongst valued and competing asset needs.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen aset

adalah suatu proses yang mencakup perencanaan dan monitoring aset-aset fisik

selama umur penggunaannya oleh suatu departemen/bagian organisasi.

Secara umum tujuan manajemen aset adalah untuk pengambilan keputusan

yang tepat agar aset yang dikelola berfungsi secara efektif, efisien dan bernilai tinggi.

Hal ini mencakup panduan pengadaan, penggunaan dan penghapusan aset, dan

pengaturan risiko dan biaya yang terkait selama siklus hidup aset.

Tujuan inti manajemen aset adalah agar mampu :

1. Meminimalisasi biaya selama umur aset bersangkutan (to minimise the whole

life cost of assets),

2. Dapat menghasilkan laba yang maksimum (profit maximum), dan

3. Dapat mencapai penggunaan serta pemanfaatan aset secara optimum

(optimizing the utilization of assets).

Manajemen aset merupakan suatu proses yang sistematis dan terstruktur yang

mencakup seluruh siklus hidup aset. Esensi utama dari Peraturan Pemerintah nomor 6

tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah adalah terpenuhinya

asas efisiensi di mana pengelolaan Barang Milik Negara diarahkan agar sesuai dengan
22

batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam menunjang

penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah secara optimal. Efisiensi dalam

pengelolaan Barang Milik Negara adalah mutlak diperlukan karena terbatasnya

sumber daya pemerintah dalam rangka pelayanan publik, sehingga pengadaan Barang

Milik Negara yang diperlukan harus benar-benar sesuai dan terbatas pada yang

diperlukan saja dengan maksud menghindari pemborosan keuangan Negara.

2. Pengertian Aset Tetap

Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi

jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang

sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan

dengan komponen neraca lainnya.

Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan aset adalah sumber daya

ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial dimasa depan

diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Manfaat

ekonomi masa depan yang dimaksud adalah potensi aset tersebut untuk memberikan

sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional

pemerintah yang berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.

Sumber daya ekonomi tersebut dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber

daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum

dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah ataupun budaya.

Barang Milik Negara atau yang biasa disingkat BMN merupakan bagian dari

aset pemerintah pusat. BMN meliputi unsur-unsur aset tetap dan persediaan.
23

Persediaan yang dimaksud adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan

yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-

barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan

kepada masyarakat.

Dalam UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang dimaksud

dengan Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pengertian mengenai

BMN berdasarkan Pasal 2 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN/D,

adalah BMN meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN dan barang

yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang sebagaimana yang dimaksud

yang berasal dari perolehan lainnya yang sah meliputi:

a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian /kontrak

c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

3. Siklus Hidup Aset

Aset diibaratkan seperti entitas hidup, karena dalam pemanfaatannya

organisasi akan berinteraksi mulai dari aset tersebut lahir sampai matinya. Lahirnya

aset tersebut adalah saat dikapitalisasinya biaya – biaya yang muncul agar aset

tersebut siap digunakan, matinya aset adalah saat dimusnahkan. Organisasi bahkan

sudah berurusan dengan aset sejak sebelumnya, yaitu saat perencanaan. Organisasi

masih akan berurusan dengannya sampai dengan sudah dihapuskan dari pembukuan
24

dan menjadi barang bekas atau sampah. Agar aset tersebut efisien, efektif, dan

ekonomis dalam penggunaannya maka perlu dilakukan pengelolaan aset yang baik.

Memahami siklus hidup aset dan biaya-biaya yang menyertainya adalah hal

yang utama dalam pelaksanaan pengelolaan aset dengan menggunakan konsep dasar

whole-of life. Biaya siklus hidup aset atau life-cycle costing perlu dipelajari karena

akan sangat berdampak dalam proses perencanaan aset. Dengan life-cycle costing

akan memudahkan pada evaluasi penuh terhadap biaya total pemilikan dan

pemeliharaan sebelum dilakukan pengadaan aset.

Pengelompokan life-cycle costing terdiri dari biaya modal dan biaya berulang.

Biaya modal adalah biaya yang dikeluarkan pada saat pengadaan aset. Biaya ini

terdiri dari semua biaya dan beban yang terkait, mulai dari biaya pembelian, biaya

pengiriman dan biaya pemasangan yang terjadi sampai aset tersebut siap untuk

digunakan. Biaya tersebut juga mencakup biaya perencanaan seperti biaya-biaya

untuk studi kelayakan dan pelaksanaan tender. Sedangkan biaya berulang (recurrent)

adalah biaya yang dikeluarkan karena penggunaan aset tersebut. Biaya ini mencakup

biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan, dan biaya kebersihan aset terkait.

4. Perencanaan dan Penganggaran Aset

Perencanaan yang merupakan fase pertama dalam siklus hidup aset menjadi

dasar bagi manajemen yang efektif atas bisnis yang ditekuni oleh suatu entitas.

Perencanaan dalam manajemen aset bertujuan untuk membuat kesesuaian antara

kebutuhan aset dari suatu entitas dengan strategi penyediaan pelayanan entitas yang

akan menghasilkan aset dengan kapasitas dan kinerja yang diperlukan. Perencanaan

aset juga memberi arah pada tindakan-tindakan khusus seperti membeli aset baru
25

yang diperlukan, menjual aset yang berlebih, dan mengoperasikan dan memelihara

aset secara efektif. Proses dalam perencanaan kebutuhan dapat dilihat dalam gambar

berikut :

Gambar III 1 Proses Perencanaan Kebutuhan Aset

Sumber : Manajemen Aset Publik hal. 155

A. Menentukan Kebutuhan Aset

Keputusan manajemen aset mengenai pengadaan, penggunaan, dan

penghapusan aset dibuat dalam suatu kerangka perencanaan pelayanan dan finansial

yang terintegrasi kemudian disajikan dalam konteks kebijakan dan prioritas alokasi

seluruh sumber daya pemerintah. Kebutuhan dalam penggunaan aset secara langsung

berhubungan dengan ketentuan pelayanan dalam instansi terkait. Pelaksanaan

perencanaan aset meliputi kegiatan penilaian terhadap aset yang telah ada dan

membandingkan perencanaan pengadaan dengan kebutuhan penyediaan layanan.

Dalam pengajuan permohonan pengadaan aset baru harus dilakukan proses justifikasi

melalui kegiatan yang mengevaluasi seluruh alternatif penyediaan pelayanan.


26

Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bagian dari proses subjek penilaian atau evaluasi

investasi yang komprehensif karena akan menggunakan anggaran pemerintah.

Beberapa hal yang seharusnya dipertimbangkan dalam kegiatan menentukan

kebutuhan aset antara lain:

B. Strategi penyediaan pelayanan

Setiap entitas memiliki tanggung jawab dalam pengembangan strategi

penyediaan pelayanan sesuai dengan rencana kerja dan tujuan organisasi. Strategi

tersebut harus berdasarkan pada analisis kebutuhan dan reviu bagaimana pelaksanaan

pelayanan yang sekarang ini diberikan. Maka dari itu diperlukan definisi ruang

lingkup, standar dan tingkat pelayanan yang akan diberikan, penentuan metode

penyediaan layanan dan sumber daya yang dibutuhkan, dan pertimbangan metode

pencakupan menggunakan teknik manajemen permintaan. Selain itu jika dalam

penggunaan opsi atau alternatif pelayanan perlu dilakukan evaluasi dari segi finansial,

ekonomi, sosial dan lingkungan.

C. Alternatif non aset

Rencana penggunaan alternatif non aset hendaknya menggunakan konsep

tradisional dengan asumsi terkait penyediaan pelayanan dan memungkinkan

dilakukannya pengembangan inovatif di masa depan. Beberapa solusi non-aset yang

biasanya dilakukan antara lain :

 Melakukan desain ulang (redesigning) pelayanan dengan meminimalisir

pertambahan kebutuhan aset.

 Menghindari pengadaan aset baru dengan cara mengoptimalkan penggunaan

aset yang ada.


27

 Melakukan perjanjian atau bantuan dengan pihak ketiga untuk menyediakan

aset.

D. Mengevaluasi aset yang telah ada

Mengevaluasi aset yang telah ada adalah kegiatan untuk menentukan apakah

kinerja aset tersebut memadai atau mendukung strategi penyediaan pelayanan yang

telah ditentukan. Kinerja aset direviu dalam rangka mengidentifikasi aset yang

penurunan kapabilitas dalam kinerjanya atau membutuhkan tambahan biaya untuk

dimiliki atau dioperasikan. Beberapa hal yang perlu dievaluasi mengenai kondisi aset

yang ada saat ini antara lain:

 Kondisi fisik; terkait dengan pemeliharaan secara layak dan tersedianya biaya

pemeliharaan yang memadai.

 Pemanfaatan; terkait dengan sering atau tidaknya aset tersebut digunakan dan

apakah aset tersebut sudah digunakan secara produktif dalam pelaksanaan

tugas dan fungsi organisasi.

 Fungsionalitas; terkait kesesuaian aset tersebut dengan aktivitas atau fungsi

yang didukungnya.

 Kinerja Keuangan; terkait biaya operasi aset tersebut apakah sebanding atau

sesuai dengan aset lainnya dan tersedianya biaya pemeliharaan aset tersebut

secara layak.

E. Menyesuaikan aset dengan penyediaan pelayanan

Hal penting dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan aset suatu organisasi

adalah menyesuaikan aset dengan penyediaan pelayanan. Proses ini melingkupi

pengidentifikasian aset yang memiliki kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi


28

standar pelayanan, pengidentifikasian aset yang memiliki kapasitas yang melebihi

standar penyediaan layanan, dan pengidentifikasian aset yang tidak mendukung tujuan

penyediaan pelayanan sehingga bisa dilakukan penghapusan.

F. Mengembangkan Strategi Aset

Dalam mengembangkan strategi aset dilakukan pendekatan terhadap

perencanaan dan manajemen aset sehingga memungkinkan entitas dapat memberikan

pelayanan berbasis aset yang berkualitas secara efisien dan efektif. Strategi ini

mempunyai dua tujuan penting yaitu:

a. Membandingkan aset yang telah ada dengan kebutuhan

Perencanaan strategis diawali dengan melakukan perbandingan aset yang

dibutuhkan dengan aset yang ada pada saat ini. Entitas melakukan analisis

terhadap seluruh pelayanannya dan mengidentifikasi aset yang :

 Sudah memenuhi persyaratan penyediaan layanan.

 Melebihi kebutuhan.

 Belum tersedia.

b. Menerapkan strategi pengelolaan aset

Strategi pengelolaan aset berkaitan dengan bagaimana entitas mengelola aset

tersebut dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang meliputi rencana

pengadaan, rencana operasional, rencana pemeliharaan, modifikasi atau

penambahan, rencana penghapusan, rencana pendanaan, dan juga manajemen

risiko atas aset tersebut.


29

c. Pendanaan dan Penganggaran

Pendanaan dan penganggaran harus berdasarkan kebijakan entitas terkait

pemilihan pengadaan dan penambahan aset dengan melalui skala prioritas.

Pendanaan juga mempertimbangkan adanya value for money atau manfaat

keuangan yang maksimal yang dihasilkan dan dapat menjadi penerimaan negara.

Pendanaan dan penganggaran bersumber dari dana yang digunakan untuk

mendanai suatu aset, biasanya berasal dari APBN, dana dari pemerintah pusat ke

pemerintah daerah, dan/atau kerjasama dengan pihak swasta.

5. Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara

Tahap pertama dalam siklus manajemen aset adalah perencanaan kebutuhan,

yaitu kegiatan yang merumuskan rincian kebutuhan BMN. Kegiatan tersebut

dilakukan untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan

yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan di masa yang akan

datang dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektivitas pengelolaan BMN. Pasal 9

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 menyatakan bahwa perencanaan

kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah disusun dengan memperhatikan kebutuhan

pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah

serta ketersediaan Barang Milik Negara/Daerah yang ada dengan berpedoman pada

standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga. Perencanaan anggaran yang

mencerminkan kebutuhan riil BMN/D pada Kementerian Negara/Lembaga

selanjutnya menentukan pencapaian tujuan pengadaan barang yang diperlukan dalam

rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintah. Perencanaan anggaran


30

meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,

dan Penghapusan Barang Milik Negara/Daerah.

Rencana kebutuhan BMN disusun oleh Pengguna Barang atas dasar usulan

dari Kuasa Pengguna Barang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan, kemudian

diajukan ke Pengelola Barang untuk disetujui. Atas usulan rencana kebutuhan barang

tersebut, Pengelola Barang melakukan penelitian konsep RKBMN yang disampaikan

oleh Pengguna Barang dengan berpedoman pada Renstra–KL, standar barang, standar

kebutuhan, data barang pada Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang, dan

jumlah pegawai. Jika disetujui, maka Pengelola Barang menandatangani konsep

RKBMN, jika tidak disetujui, maka konsep tersebut dikembalikan ke Pengguna

Barang untuk disesuaikan. Untuk perencanaan kebutuhan tahunan, RKBMN

diturunkan menjadi rencana kebutuhan tahunan BMN (RKTBMN).

6. Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa

Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri

Standar Barang dan standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat

Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri diatur dengan

Peraturan Menter Keuangan Republik Indonesia Nomor 76/PMK.06/2015 Tentang

Standar Barang Dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan

Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri. 7 Standar Barang

adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan perhitungan pengadaan BMN

dalam perencanaan ke butuhan Kementerian/ Lembaga.

Standar Barang adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan

perhitungan pengadaan BMN dalam perencanaan kebutuhan Kementerian/Lembaga ,


31

sedangkan Standar Kebutuhan adalah satuan jumlah barang yang dibutuhkan sebagai

acuan perhitungan pengadaan dan penggunaan BMN dalam perencanaan kebutuhan

Kementerian/ Lembaga. Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di

Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut AADB Dinas Operasional Jabatan, adalah

kendaraan bermotor yang digunakan oleh pejabat pemerintah dalam rangka

menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya. Standar Barang dan Standar Kebutuhan

mengatur batas tertinggi atas spesifikasi teknis dan jumlah maksimum AADB Dinas

Operasional Jabatan yang dapat dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara. Standar Barang yang ditetapkan dalam PMK Nomor

76/PMK.06/2015 adalah sebagai berikut :

Tabel III 1 Standar Barang Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional
Jabatan Di Dalam Negeri

Sumber disalin penulis dari lampiran PMK Nomor 76/PMK.06/2015


32

Selanjutnya Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Alat Angkutan Darat

Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri diatur dalam PMK Nomor

76/PMK.06/2015 sebagai berikut :

Tabel III 2 Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Alat Angkutan Darat
Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri

JUMLAH KELAS
TINGKATAN JABATAN PILIHAN JENIS
MAKSIMUM MAKSIMUM

Sedan dan/atau
Menteri dan yang setingkat 2 SUV (Sport Utility Kualifikasi A
Vehicles)
Wakil Menteri dan yang
1 Sedan /SUV Kualifikasi A
setingkat
Eselon Ia dan yang setingkat 1 Sedan /SUV Kualifikasi B
Eselon Ib dan yang setingkat 1 Sedan Kualifikasi C
Eselon IIa dan yang setingkat 1 SUV Kualifikasi D
Eselon Iib dan yang setingkat 1 SUV Kualifikasi E
Eselon III dan yang setingkat,
yang berkedudukan sebagai MPV (Multi
1 Kualifikasi F
Purpose Vehicles)
kepala kantor
Eselon IV dan yang setingkat,
yang berkedudukan sebagai
kepala kantor dengan wilayah 1 MPV Kualifikasi G
kerja minimal 1 (satu)
kabupaten/kota
Eselon IV dan yang setingkat,
yang berkedudukan sebagai
kepala kantor dengan wilayah 1 Sepeda Motor Kualifikasi G
kerja kurang dari 1 (satu)
kabupaten/kota

Sumber: Disalin penulis dari lampiran PMK Nomor 76/PMK.06/2015


33

B. Analisis Perencanaan dan Penganggaran Barang Milik Negara Berupa

Kendaraan Dinas Jabatan pada Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Tahun Anggaran 2017

1. Perencanaan kebutuhan kendaraan dinas

a. Menentukan Kebutuhan Aset

Dengan pertimbangan dalam rangka efisiensi dan efektivitas pengelolaan

Barang Milik Negara (BMN), Menteri Keuangan telah menandatangani Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan

Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat

Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri. PMK tersebut dikeluarkan

untuk memberikan standar mobil jabatan kepada menteri dan pejabat lain yang belum

diatur, sehingga standar mobil jabatan untuk mobil dan pejabat lain tidak beragam.

Berdasarkan PMK tersebut menteri mendapat satu mobil dinas. Tapi jika memang

diperlukan, maka bisa mendapat mobil cadangan untuk antisipasi jika mobil utama

mengalami kerusakan. Mobil cadangan hanya untuk menteri dan setingkat menteri.

Sedangkan untuk pejabat eselon I dan eselon II hanya mendapat satu mobil jabatan

dengan spesifikasi tertentu. Namun bagi pejabat eselon III dan IV yang diberikan

kendaraan adalah yang berkedudukan sebagai kepala kantor.

Jika mengacu pada ketentuan pada PMK tersebut, maka Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian telah melanggar ketentuan mengenai penggunaan

kendaraan dinas jabatan, yaitu dengan menggunakan kendaraan dinas jabatan bagi

eselon III dan eselon IV yang bukan merupakan kepala kantor. Dari peraturan
34

tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

mengalami kelebihan jumlah kendaraan dinas karena semua eselon 1 dan eselon 2

menggunakan kendaraan yang berasal dari sewa, sedangkan untuk eselon III dan

eselon IV menggunakan kendaraan dinas yang merupakan turunan kendaraan dinas

eselon diatasnya.

Selain kendaraan dinas jabatan, dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas

dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga membutuhkan

kendaraan operasional yang seharusnya disediakan pada masing-masing unit eselon.

Hasil wawancara dengan petugas pengelola BMN di Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian menyatakan bahwa dalam mendukung tugas dan fungsi, pada

setiap unit eselon disediakan kendaraan operasional dengan jumlah tertentu yang tidak

dilekatkan pada jabatan tertentu. Kebijakan ini dinilai cukup efektif dalam

pemanfaatan kendaraan dinas mengingat perilaku pejabat yang masih belum dapat

memisahkan antara pelaksanaan tugas dan fungsi dengan kepentingan pribadi.

Di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terdapat dua belas unit

kerja. Pembagiannya adalah kesekretariatan, keinspektoratan, dan kedeputian. Di

bagian kesekretariatan dibagi menjadi Sekretariat, Biro Umum, Biro Perencanaan dan

Biro Hukum Persidangan dan Humas. Di bagian keinspektoratan terdapat Inspektorat

sedangkan di bagian kedeputian dibagi menjadi Deputi I sampai Deputi VII.

Pembagian pengguna kendaraan dinas di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian untuk eselon III didasarkan pada jabatan yaitu setingkat kepala bagian.
35

Jika mengacu pada PMK mengenai SBSK dan best practice Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian serta melihat pembagian pengguna, maka dapat

dipetakan kebutuhan kendaraan dinas yaitu :

Tabel III 3 Rekap Data Alokasi Kendaraan Dinas Kementerian Koordinator


Bidang Perekonomian

NO. ALOKASI KENDARAAN JUMLAH


A ALOKASI MENKO PEREKONOMIAN 5 Unit
B ALOKASI SESMENKO PEREKONOMIAN 0 Unit
C ALOKASI INSPEKTORAT 1 Unit
D ALOKASI BIRO UMUM & POLIKLNIK 8 Unit
E ALOKASI BIRO HPH 4 Unit
F ALOKASI BIRO PERENCANAAN 4 Unit
G ALOKASI KEDEPUTIAN I 1 Unit
H ALOKASI KEDEPUTIAN II 1 Unit
I ALOKASI KEDEPUTIAN III 1 Unit
J ALOKASI KEDEPUTIAN IV 1 Unit
K ALOKASI KEDEPUTIAN V 1 Unit
L ALOKASI KEDEPUTIAN VI 1 Unit
M ALOKASI KEDEPUTIAN VII 1 Unit
N ALOKASI STAF AHLI 0 Unit
O ALOKASI STAF KHUSUS 0 Unit
P ALOKASI OPS. PENGAWALAN & KEDIAMAN MENTERI 2 Unit
Q ALOKASI OPERASIONAL POOL 9 Unit
R ALOKASI OPERASIONAL JEMPUTAN 0 Unit
JUMLAH KENDARAAN 40 unit
Dalam manajemen aset pemerintah apabila jumlah aset yang ada saat ini

belum mencukupi kebutuhan standar pelayanan entitas, maka perlu dilakukan analisis

terhadap alternatif non aset. Alternatif pengadaan aset yang mungkin dapat dilakukan

pada organisasi sektor publik adalah melalui sewa guna atau sering disebut operating

leasing. Praktik tersebut dipertimbangkan karena memberikan manfaat efisiensi pada

biaya pemeliharaan aset yang semestinya ditanggung oleh organisasi. Dengan praktik

sewa, maka entitas tidak perlu menyediakan biaya pemeliharaan dan tidak perlu
36

menanggung biaya depresiasi. Praktik ini telah banyak diterapkan pada organisasi

sektor privat. Saat ini praktik sewa dalam pemenuhan aset khususnya kendaraan dinas

pada sector pemerintah sudah banyak dilakukan mengingat banyaknya manfaat yang

didapat.

b. Mengevaluasi aset yang telah ada

Salah satu perubahan paradigma baru seiring adanya reformasi birokrasi

terlihat dalam pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) atau aset Negara. Dalam

rangka menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang

diperlukan adanya kesamaan persepsi dan langkah secara integral dan menyeluruh

dari unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan asset. Evaluasi aset yang telah ada

adalah untuk menentukan apakah kinerja aset tersebut memadai untuk mendukung

strategi penyediaan pelayanan yang telah ditentukan. Kinerja aset tersebut direviu

untuk mengidentifikasi aset yang kinerjanya buruk, atau membutuhkan biaya yang

terlalu tinggi dalam kepemilikan atau pengoperasiannya.

Kelayakan aset dapat dinilai dengan beberapa hal yakni menganalisis kondisi

aset yang ada saat ini. Beberapa hal tersebut antara lain:

 Kondisi fisik

Jika dilihat dari kondisi fisiknya, kendaraan dinas milik Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian sebagian besar sudah tidak layak lagi

dioperasikan, mengingat tahun pengadaan terakhir aset tersebut dilakukan pada tahun

2012. Masa manfaat maksimal penggunaan kendaraan dinas adalah tujuh tahun,

sedangkan sebagian besar usia kendaraan dinas di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian lebih dari tujuh tahun.


37

 Pemanfaatan

Mengukur produktivitas kendaraan dan pengemudi berkaitan dengan

pemanfaatan kendaraan tersebut dan cara mereka mengoperasikan atau ketika mereka

bekerja. Mengukur kinerja dari kendaraan serta pengemudi adalah melihat bagaimana

sumber daya yang ada digunakan secara efektif dan efisien. Kendaraan dinas jabatan

yang diberikan atau didistribusikan pertanggungjawabannya kepada pejabat tidak

dapat diukur dengan pasti pemanfaatannya. Mengukur pemanfaatan kendaraan dinas

tidak seperti mengukur mesin yang dapat produktif menghasilkan suatu barang.

Namun kendaraan dinas dapat dikatakan produktif apabila dalam hal penggunaanya

terkait dengan tugas dan fungsi pejabat.

 Fungsionalitas

Fungsionalitas kendaraan dinas jabatan tidak dapat terukur dengan pasti

apakah kendaraan tersebut telah dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi,

mengingat sampai saat ini masih banyak kendaraan dinas yang digunakan untuk

kepentingan pribadi penggunanya. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No. 87/2005 menyatakan bahwa dalam penggunaan kendaraan dinas hanya

boleh dilakukan untuk menunjang tugas pokok dan fungsi pejabat yang dipercayaakn

kendaraan tersebut. Penggunaan kendaraan dinas hanya pada jam kerja dan kendaraan

dinas juga hanya boleh digunakan di dalam kota, kecuali ada izin tertulis. Setiap

sanksi dari pelanggaran-pelanggaran tersebut, melalui peraturan menteri itu

dipercayakan kepada pimpinan lembaga masing-masing. Jika kita merujuk pada

kondisi formal, dimana hanya pejabat tertentu yang mendapat fasilitas kendaraan
38

dinas maka fungsionalitas kendaraan dinas di Kementerian Koordinator Bidang

Perekonoian telah digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi organiasasi.

 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan sering dikaitan dengan satuan biaya pemeliharaan dan

operasional yang disediakan untuk aset tersebut. Satuan biaya pemeliharaan dan

operasional kendaraan dinas merupakan satuan biaya yang digunakan untuk

perencanaan kebutuhan biaya pemeliharaan dan operasional kendaraan dinas yang

digunakan untuk mempertahankan kendaraan dinas agar tetap dalam kondisi normal

dan siap pakai sesuai dengan peruntukannya. Satuan biaya ini termasuk biaya bahan

bakar, servis berkala, pajak kendaraan, dan penggantian onderdil bila diperlukan.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menggunakan skema sewa (

operating lease ) untuk kendaraan dinas jabatan eselon I dan eselon II, sedangkan

untuk eselon III dan eselon IV menggunakan kendaraan dinas yang ada. Dalam skema

sewa, semua biaya pemeliharaan ditanggung oleh pihak penyedia. Sedangkan untuk

kendaraan dinas yang tersedia, biaya pemeliharaan dan operasionalnya telah tersedia

kebutuhan.

c. Menyesuaikan aset dengan penyediaan pelayanan

Jika dilihat dari jumlah dan kondisi kendaraan serta melihat pemetaan

kebutuhan sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan, maka kendaraan dinas

pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sudah memenuhi standar

pelayanan yang ada. Dari data alokasi kendaraan terdapat kelebihan kendaraan

dibawah pengelolaan bagian Pengelolaan BMN. Optimalisasi kendaraan yang

berlebih tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menyerahkan
39

kendaraan tersebut ke unit kerja yang membutuhkan atau dengan cara dijual. Kedua

alternatif tersebut harus dilakukan analisis terlebih dahulu. Apabila aset tersebut akan

diserahkan kepada satker lain, maka perlu dianalisis apakah biaya pemeliharaan yang

akan dikeluarkan lebih efisien dari pada pengadaan baru. Terkait dengan penjualan,

jika ingin mendapatkan pendapatan negara yang optimal, maka penjualan dilakukan

pada saat aset tersebut masih dalam kondisi baik.

Jika dianalisis umur ekonomisnya, usia kendaraan dinas Kementerian

coordinator Bidang Perekonomian sudah relatif tua. Sesuai dengan ketentuan dalam

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.6/2013, alat angkut darat bermotor

mempunyai usia ekonomis maksimal 7 tahun, yang berarti setelah berusia 7 tahun

kendaraan tersebut sudah tidak memiliki nilai buku. Berikut ini disajikan data usia

ekonomis kendaraan dinas roda empat Kementerian Koordinator Bidang

Perekonmian per 1 Januari 2018 :

Tabel III 4 Rekap Data Usia Kendaraan Dinas Roda Empat Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian

No Usia Jumlah

1 0 – 3 tahun 0 unit

2 4 – 7 tahun 19 unit

3 Diatas 7 tahun 21 unit

Jumlah 40 unit

Dalam praktiknya, meskipun usia ekonomis kendaraan dinas tersebut sudah

melebihi usia ekonomis yang diharapkan, namun jika kondisi barang tersebut masih

baik dan produktif, maka keputusan untuk menghapuskan kendaraan tersebut


40

mempertimbangkan kebutuhan yang ada dengan mendahulukan kendaraan yang

terlebih dahulu diperoleh.

Jika melihat dari kebutuhan standar pelayanan dan belum adanya

kemungkinan pengadaan baru karena masih dalam masa moratorium maka kendaraan

yang melebihi usia ekonomis tetapi masih bisa dioperasikan lebih baik masih

digunakan dan untuk yang sudah rusak berat perlu dilakukan penghapusan.

Penghapusan tersebut bisa dijadikan syarat administratif yang bisa digunakan untuk

melakukan pengadaan kendaraan baru.

d. Mengembangkan Strategi Aset

Dalam mengembangkan strategi aset perlu dilakukan analisis mengenai

ketersediaan aset yang telah ada dengan kebutuhan pelayanan yang telah ditetapkan

dan menerapkan strategi pengelolaan aset yang meliputi rencana pengadaan, rencana

operasional, rencana pemeliharaan, modifikasi atau penambahan, rencana

penghapusan, rencana pendanaan, dan juga manajemen risiko atas aset tersebut.

Terkait dengan strategi aset, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

sudah menyusun strategi tersebut dengan baik, hasil analisis penulis menunjukkan

bahwa masih terdapat beberapa kelebihan dalam strategi aset yaitu :

 Perencanaan pengadaan aset sudah didahului dengan analisis kebutuhan

pelayanan dan analisis mengenai kondisi aset yang telah ada. Pada tahun 2016,

pemenuhan kebutuhan kendaraan dinas menggunakan skema sewa karena

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan banyak

pengahapusan. Kebijakan tersebut dinilai paling efektif dilakukan mengingat


41

adanya moratorium pengadaan kendaraan dinas kecuali untuk K/L yang

melakukan pelayanan publik.

 Pemanfaatan kendaraan dinas jabatan yang sesuai ketentuan dalam PMK

76/PMK.06/2015 menyebabkan pengadaan kendaraan dinas belum terlalu mendesak

untuk dilakukan mengingat aset yang ada telah dapat memenuhi standar pelayanan

yang ditetapkan.

 Perencanaan aset yang dilakukan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian mempertimbangkan hal yang terkait dengan rencana operasional dan

rencana pemeliharaan. Meskipun biaya operasional dan biaya pemeliharaan telah

dianggarkan setiap tahun, namun jumlah tersebut kadang tidak mencukupi. Karena hal

tersebut pihak pengelolaan BMN melakukan kebijakan subsidi silang biaya

operasional dan pemeliharaan atas kendaraan dinas yang ada.

 Penghapusan dilakukan dalam rangka pemetaan aset sesuai dengan kebutuhan

pelayanan. Penghapusan dilakukan juga untuk persyaratan administratif ketika akan

mengajukan anggaran pengadaan kendaraan dinas. Untuk mengantisipasi jumlah

kendaraan dinas yang berlebih pada unit kerja, Direktorat Jenderal Anggaran

menyaratkan adanya data dukung berupa SK penghapusan kendaraan dinas. Selama

pimpinan belum memberikan arahan untuk dilakukan penghapusan maka pengelola

BMN di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tidak akan melakukan

penghapusan akan tetapi memelihara aset tersebut sampai tidak bisa digunakan

kembali.
42

2. Pendanaan dan Penganggaran

Pendanaan dan penganggaran penggunaan aset berkaitan dengan value for

money atau manfaat yang dapat diperoleh. Biasanya instansi pemerintah

menggunakan analisis biaya dan manfaat dalam menentukan rencana kebutuhan aset

dan pendanaannya. Analisis biaya dan manfaat dapat digunakan untuk menganalisis

mengenai manfaat ekonomi yang tidak hanya terukur dengan satuan uang saja.

Dalam hal penganggaran, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

hanya menggunakan dana dari APBN. Masalah penganggaran yang sering mendapat

perhatian adalah kekeliruan dalam pengklasifikasian belanja capital expenditure

diklasifikasikan sebagai belanja modal sedangkan biaya operasional dan biaya

pemeliharaan diklasifikasikan sebagai belanja barang.

3. Penyusunan RKBMN

Dalam penyusunan RKBMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

sudah sesuai dengan PMK Nomor 150/PMK.06/2014. Mekanisme Perencanaan

Kebutuhan Barang Milik Negara diawali dengan penyusunan RKBMN tingkat Satker

oleh Kuasa Pengguna Barang kemudian menyampaikannya secara berjenjang kepada

Pengguna Barang. Dalam penyusunan RKBMN Kuasa Pengguna Barang berpedoman

pada Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) dan Standar Barang dan

Standar Kebutuhan BMN (SBSK). Kuasa Pengguna Barang menyampaikan RKBMN

dalam bentuk hard copy dan soft copy dan disertai dengan Surat Pernyataan Tanggung

Jawab Mutlak (SPTJM). Usulan RKBMN untuk Pengadaan dituangkan dalam

formulir RKBMN dan selanjutnya RKBMN tersebut dikirimkan ke Pembantu

Pengguna Barang Wilayah.


43

RKBMN Kuasa Pengguna Barang yang telah diterima oleh Pembantu

Pengguna Barang Wilayah, oleh Pembantu Pengguna Barang Wilayah akan

dikompilasi dan selanjutnya dikirimkan ke Pembantu Pengguna Barang Eselon I

beserta dengan dokumen pendukung yang diperlukan. Pembantu Pengguna Barang

Eselon 1, melakukan analisis atas RKBMN yang diterima dari Pembantu Pengguna

Barang Wilayah . Analisis dilakukan berdasarkan pada Rencana Strategis Unit Eselon

I, Data BMN yang berlebih pada Unit Eselon I, Data BMN yang belum digunakan

secara optimal pada unit Eselon I, Standar, rencana pengembangan pegawai pada 2

(dua) tahun mendatang, rencana penghapusan BMN pada 2 (dua) tahun mendatang,

dan ketentuan terkait lainnya.

Selanjutnya, Pembantu Pengguna Barang Eselon I menyusun rekapitulasi RK

BMN tingkat Eselon I serta menyampaikan RKBMN dan rekapitulasi RK BMN

tingkat Eselon I kepada Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya

melakukan analisis atas RK BMN dari Kuasa Pengguna Barang dan selanjutnya

menyusun rekapitulasi RK BMN tingkat Eselon I. Rekapitulasi RK BMN tingkat

Eselon I dan RK BMN dari Kuasa Pengguna Barang diserahkan ke Pengguna Barang

untuk diteliti. Dalam melakukan penelitian atas RK BMN, Pengguna Barang meminta

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan reviu terhadap

kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan berdasarkan ketentuan

Perencanaan Kebutuhan BMN. Setelah dilengkapi dengan Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Pengguna Barang dan

hasil review APIP, RKBMN tersebut dikirim ke Pengelola Barang.


44

Setelah itu, RKBMN yang diterima akan ditelaah bersama antara Pengelola

Barang dengan Pengguna Barang dengan berpedoman pada KMK 452/KM.06/2014

tentang Modul Perencanaan Barang Milik Negara. Secara garis besar, prosedur

penelaahan RKBMN terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu :

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, baik pengelola maupun pengguna melakukan persiapan

dengan menyusun jadwal penelaahan dan memberitahukannya kepada pengguna

barang serta menyiapkan dokumen yang terkait dengan pelaksanaan penelaahan

RKBMN.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan penelaahan RKBMN terdiri atas:

 Analisis dan validasi data

Kegiatan analisis dan validasi data mencakup aspek administrasif dan

substantif. Kegiatan analisis dan validasi data aspek administrasif mempunyai tujuan

mencapai kelengkapan dokumen dan data penyampaian RKBMN, legalitas dokumen

dan data RKBMN,dan kesesuaian dokumen dan data penelaahan, khususnya antara

softcopy dengan hardcopy. Kegiatan analisis dan validasi data dari aspek substantif

dilakukan agar tercapainya prinsip penelaahan RKBMN.

 Forum penelaahan Pengelola Barang dan Pengguna Barang.

Forum penelaahan RKBMN dilaksanakan untuk mengonfirmasi kelengkapan,

legalitas, kesesuaian dokumen, relevansi antara program, kegiatan dan keluaran

(BMN), optimalisasi existing BMN, efektivitas penggunaan BMN, serta status dan

kondisi barang berkenaan dengan pemeliharaan BMN. Kegiatan ini didasarkan pada
45

check list kelengkapan dalam Dokumen dan Kertas kerja Penelaahan. Kegiatan ini

dilakukan dengan kegiatan pertemuan dan dilanjutkan dengan kegiatan melalui

jaringan on line dengan menggunakan media internet. Kegiatan memalui jaringan on

line tersebut menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen aset negara. Apabila

diperlukan Pengguna Barang dapat mengundang petugas Pembantu Pengguna Barang

Eselon I, PPBWilayah dan atau Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan untuk

Bersama sama melakukan penelaahan RK BMN dalam forum on line tersebut.

3. Tahap tindak lanjut Hasil Penelaahan RKBMN.

Setelah dilakukan penelaahan RKBMN sebagaimana telah dibicarakan di poin

kedua diatas, selanjutnya dilakukan penyusunan Konsep Hasil Penelaahan RKBMN.

Konsep Hasil Penelaahan RKBMN dilengkapi dengan Check List Kelengkapan

Dokumen, Kertas Kerja Penelaahan, dan Catatan Hasil Forum Penelaahan dan

ditandatangani oleh Pejabat eselon II di lingkungan Pengelola Barang yang mendapat

delegasi wewenang dari Pengeloa Barang, dan Pengguna Barang.

Hasil Penelaahan RKBMN digunakan K/L sebagai dasar permohonan

penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru maupun kebutuhan dasar. Direktorat

Jenderal Anggaran menggunakan Hasil Penelaahan RKBMN sebagai salah satu bahan

penilaian sesuai prioritas dan ketersediaan anggaran sesuai dengan ketentuan yang

berlaku..
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari analisis yang telah dijabarkan pada Bab III, maka dapat disimpulkan

bahwa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sudah menerapkan prinsip-

prinsip perencanaan pengadaan aset yang efisien dan efektif. Prinsip – prinsip tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Efisien. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sudah menggunakan

sumber daya yang maksimal dalam memperoleh aset dalam jumlah, kualitas, dan

waktu yang sudah direncanakan. Hal tersebut bisa dilihat dengan kegiatan

perencanaan aset dimulai dengan penetapan standar pelayanan minimal untuk

mengidentifikasi kebutuhan asetnya. Selain itu perencanaan pengadaan kendaraan

juga mempertimbangkan kondisi aset yang telah ada dan pemenuhan kebutuhan untuk

menjalankan tugas dan fungsi.

2. Efektif. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam merencanakan

kebutuhan pengadaan aset sudah sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan sehingga

dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang

ditetapkan. Hal tersebut bisa dilihat dalam evaluasi penggunaan kendaraan dinas

46
47

dengan melihat pemanfaatan, fungsionalitas dan kinerja keuangan dari kendaraan

dinas tersebut yang lazim sesuai ketentuan pada umumnya.

Selain Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sudah menerapkan

prinsip-prinsip perencanaan pengadaan aset yang efisien dan efektif, Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian juga sudah melakukan sistem perencanaan yang

sudah terintegrasi. Dalam keputusan untuk melakukan pengadaan atau penggantian,

penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan aset sudah menghubungkan antara

standar dan strategi penyediaan pelayanan. Selain itu, Akuntabilitas pengelolaan aset

di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sudah baik. Akuntabilitas tersebut

meliputi tanggung jawab dalam setiap siklus hidup aset yang terkait dengan

penyerahan kepemilikan, pengendalian dan pengawasan, serta memperhatikan kondisi

dan kinerja aset.

Selanjutnya dalam kebijakan penghapusan aset, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian sudah menggunakan kerangka keputusan yang baik. Hal

tersebut karena dalam keputusan pengahpusan akan menyertakan pertimbangan

terhadap alternatif penghapusan aset – aset yang berlebihan, using, berkinerja buruk,

dan yang tidak mendukung pelayanan. Terhadap alternatif tersebut Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian juga sudah melakukan analisis biaya dan manfaat.

Kebijakan melakukan sewa dalam pemenuhan kebutuhan kendaraan dinas

merupakan langkah yang tepat disamping adanya tekanan atau keterbatasan sumber

daya yang tersedia. Kondisi tersebut merupakan kenyataan bahwa konsumsi aset akan

menimbulkan biaya yang signifikan dari penyediaan pelayanan sehingga

mengarahkan pada aplikasi penuh life cycle costing yang mengarah pada penurunan
48

permohonan pengadaan aset dengan menggunakan solusi non-asset, memaksimalkan

manfaat dengan menggunakan aset – aset yang telah ada, menekan biaya keseluruhan

dari pemilikan aset, dan memastikan akuntabilitas yang jelas dalam pengelolaan aset

tersebut.

B. Saran

Berdasarkan PMK No. 150/PMK.06/2014 Menteri Keuangan diberi

wewenang untuk menjadi Pengelola Barang yang berwenang untuk menelaah

RKBMN yang selanjutnya dikuasakan kepada Direktur Jenderal Anggaran (DJA).

Penelaahan yang dilakukan DJA hanya akan melakukan penilaian terhadap rencana

strategis Kmenterian/ Lembaga, Standar Barang, Standar Kebutuhan dan Standar

Biaya tanpa mengetahui kondisi/keadaan BMN karena karena tidak mempunyai

kewenangan untuk menerima pelaporan tentang posisi Barang Milik Negara yang ada

pada Kementerian Negara/ Lembaga. Hal tersebut tentu saja bisa berakibat pada

perencanaan kebutuhan BMN yang tidak tepat.

Dalam Kementerian Keungan sendiri ada Direktorat Jenderal Kekayaaan

Negara yang mempunyai kewenangan dalam Penatausahaan Pelaporan Barang Milik

Negara dari Kementerian Negara/ Lembaga, sehingga apabila DJKN diikutsertakan

dalam proses perencanaan ini maka Pengelola Barang dapat melakukan penelaahan

dengan melihat posisi riil BMN yang ada pada Kementerian/Lembaga sehingga

kegiatan Perencanaan BMN dapat berjalan dengan baik. Implikasi dari tindakan

tersebut akan memunculkan mekanisme kontrol yang memadai terhadap perumusan

aset yang Kementerian/Lembaga itu butuhkan. Sehingga bisa berakibat pada tepatnya

perencanaan kebutuhan yang dirumuskan sendiri oleh Kementerian/Lembaga itu.


49

Dalam penyusunan RKBMN terdapat beberapa hal yang belum diatur dengan

jelas seperti:

 Ketentuan jangka waktu perubahan RKBMN yang tidak diatur secara

spesifik. Seharusnya diberlakukan ketentuan yang membatasi perubahan

RKBMN dalam satu tahun anggaran supaya perencanaan kebutuhan

BMN tidak terganggu karena hal tertentu seperti penggantian kepala

kantor.

 Tidak adanya klasifikasi pegawai yang terkait perencanaan kebutuhan

BMN. Seharusnya ada ketentuan mengenai klasifikasi pegawai yang

mendapat tugas menyusun RKBMN mempunyai kemampuan dan

kompetensi di bidang perencanaan dan penganggaran aset.

.
50

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku/Modul

Hadinata, Acep. 2011. Bahan Ajar Manajemen Aset. Banten: Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara.

Tim Penyusun. 2011. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara.

Buku Pedoman Manajemen Aset Departemen Keuangan

II. Makalah

Palupi, Dwi. “Analisis Perencanaan Dan Penganggaran Kendaraan Dinas Jabatan


Pada Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi”.
Makalah. Jakarta: Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia

III. Peraturan Perundangan

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun


2003 tentang Keuangan Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004


tentang Perbendaharaan Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun


2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2010. Peraturan Menteri Koordinator


Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2012 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran. Jakarta.

Menteri Keuangan. 2010. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90 Tahun 2010


tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran. Jakarta.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2012. Peraturan Menteri Koordinator


Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor Per-11/M.Ekon/08/2012
51

Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang


Perekonomian. Jakarta.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Jakarta.

Menteri Keuangan. 2014. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 452/KM.06/2014


tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk
Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara. Jakarta.

Menteri Keuangan. 2014. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK/06/2015


tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa
Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri.
Jakarta.

Menteri Keuangan. 2015. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 310/KM.6/2015


tentang Modul Perencanaan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan
Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Dalam Negeri. Jakarta
LAMPIRAN

Lampiran I Rekap Data Kendaraan Dinas Roda Empat


SISA ALOKASI KENDARAAN DINAS RODA EMPAT (PLAT MERAH)
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
TAHUN 2018

A. ALOKASI MENKO PEREKONOMIAN Update (@RW) : 19 Januari 2018


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
RI 18 /
1 Toyota Crown 3.0 A/T B 8399 ES 2009 Menk o Bid. Perek onomian Milik Sekretariat Negara-RI
B 1808 RFS
2 T. Kijang Innova E B 1959 VQ 21 Juli 2006 Nanang Sopian Pengemudi Menteri
3 T. Kijang Innova E B 1977 VQ 21 Juli 2006 Karlina Aucia Agusta, S.E. Operasional TU Menko
4 T. Kijang Innova E B 1978 VQ 21 Juli 2006 Sam S. Ajudan Menteri
5 T. Kijang Innova E B 1972 VQ 21 Juli 2006 Yoga W. Ajudan Menteri
JUMLAH 5 Unit

B. ALOKASI SESMENKO PEREKONOMIAN


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
1 Honda Accord 2.4 A/T B 1579 PQA 22 Des 2012 Sementara di Pool Bag. BMN Sesmenko Bidang Perekonomian
JUMLAH 1 Unit

C. ALOKASI INSPEKTORAT
NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
1 T. Kijang Innova V A/T B 1133 PQA 22 Sept 2010 Miftah Ariffianto, SE., M.S.Ak Ops. TU. Inspektorat
JUMLAH 1 Unit

D. ALOKASI BIRO UMUM & POLIKLINIK


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
1 T. Kijang Innova V A/T B 1092 PQQ 04 Des 2012 Abdul Ghofar, S.E. Kepala Bagian Keuangan
Kepala Bagian Rumah Tangga &
2 Honda CRV 2.0 A/T B 1013 PQH 27 Peb 2009 Agam Embun S., S.Sos., M.Hum.
TU / P2K.Keg.2488,2489,2490
3 T. Kijang Innova V A/T B 1094 PQQ 04 Des 2012 Rayani Marlinang, S.Sos., M.M. Kepala Bagian Pengelolaan BMN
4 T. Kijang Innova V A/T B 1154 PQQ 11 Des 2012 Imam Suwandi, SST. Ak Kepala Bagian SDM
5 T. Kijang Innova G A/T B 2991 UQ 01 Nop 2007 Drg. Wenefrida Wivina Maria DA Ops. Poliklinik
6 T. Kijang Innova G B 1975 VQ 21 Juli 2006 Muhamad Napis, S.H. Ops. Protokol
7 T. Kijang Innova E B 1960 VQ 21 Juli 2006 Yuli Nurhayati, SE. Ops. BMN & Pemeliharaan
8 T. Kijang Innova E B 1970 VQ 21 Juli 2006 Budiman Hidayat Ops. Urusan Dalam
JUMLAH 8 Unit

E. ALOKASI BIRO HUKUM, PERSIDANGAN & HUMAS


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
1 T. Kijang Innova V A/T B 1131 PQO 18 Sep 2010 Dr. Mulyadi, S.H., MSE. Kepala Bagian Hukum
2 T. Kijang Innova E B 1974 VQ 21 Juli 2006 Agus Sayoko, S.E. Kepala Bagian Persidangan
Kepala Bagian Hubungan
3 T. Kijang Innova G B 2992 UQ 01 Nop 2007 Hermin E.S.
Masyarakat
Kepala Bagian Fasilitasi Penyiapan
4 T. Kijang Innova G B 1773 PQO 15 Sep 2011 Boyke Krismanto Sukarna, S.E., Ak.
Naskah Menteri
JUMLAH 4 Unit

F. ALOKASI BIRO PERENCANAAN


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kepala Bagian Organisasi dan Tata
1 T. Kijang Innova E B 1971 VQ 21 Juli 2006 Amar Yasir Moestafa T, S.Sos., M.Si.
Laksana
Kepala Bagian Program dan
2 T. Kijang Innova E A/T B 1093 PQQ 04 Des 2012 Mujianto, S.Sos., M.Si.
Anggaran
Kepala Bagian Data dan Sistem
3 T. Kijang Innova J B 1781 PQO 15 Sep 2011 Antonius Sumarwanto, S.Sos., M.A.
Informasi
Kepala Bagian Fasilitasi Penguatan
4 T. Kijang Innova E B 1969 VQ 21 Juli 2006 Sementara di Pool Bag. BMN
Kinerja
JUMLAH 4 Unit

G. ALOKASI KEDEPUTIAN I
NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kabid. Program dan Tata Kelola
1 T. Kijang Innova V A/T B 1125 PQQ 05 Des 2012 Drs. Kuspradoto Budi Jati, M.E.
Pada Kedeputian I
JUMLAH 1 Unit

H. ALOKASI KEDEPUTIAN II
NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kabid. Program dan Tata Kelola
1 Honda CRV 2.0 A/T B 1012 PQH 27 Peb 2009 Darto, S.Hut., M.M.
Pada Kedeputian II
JUMLAH 1 Unit
I. ALOKASI KEDEPUTIAN III
NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kabid. Program dan Tata Kelola
1 Honda CRV 2.0 A/T B 1018 PQH 27 Peb 2009 Dadang Yusuf, S.Sos.
Pada Kedeputian III
JUMLAH 1 Unit

J. ALOKASI KEDEPUTIAN IV
NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kabid. Program dan Tata Kelola
1 Honda CRV 2.0 A/T B 1014 PQH 27 Peb 2009 Drs. Eko Suradi
Pada Kedeputian IV
JUMLAH 1 Unit

K. ALOKASI KEDEPUTIAN V
NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kabid. Program dan Tata Kelola
1 Honda CRV 2.0 A/T B 1015 PQH 27 Peb 2009 Aji Rianto, S.E.
Pada Kedeputian V
JUMLAH 1 Unit

L. ALOKASI KEDEPUTIAN VI
NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kabid. Program dan Tata Kelola
1 Honda CRV 2.0 A/T B 1016 PQH 27 Peb 2009 R.R. Yuli S.W.
Pada Kedeputian VI
JUMLAH 1 Unit

M. ALOKASI KEDEPUTIAN VII


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
Kabid. Program dan Tata Kelola
1 Honda CRV 2.0 A/T B 1017 PQH 27 Peb 2009 Rina Utami Sardjono, S.P.
Pada Kedeputian VII
JUMLAH 1 Unit

N. ALOKASI STAF AHLI


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT

JUMLAH 0 Unit

O. ALOKASI STAF KHUSUS


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT

JUMLAH 0 Unit

P. ALOKASI OPS. PENDUKUNG MENTERI & OPS. RUMAH KEDIAMAN MENTERI


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
1 T. Fortuner G B 1162 PQH B 1618 RFS 15 Sep 2011 Agam Embun S., S.Sos., M.Hum. Ops. Pendukung Kegiatan Menteri
2 T. Kijang Innova V A/T B 1096 PQQ 04 Des 2012 Agam Embun S., S.Sos., M.Hum. Ops. Kediaman Menteri
JUMLAH 2 Unit

Q. ALOKASI OPERASIONAL POOL


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
1 Nissan Serena 2.0 A/T B 1161 PQO 22 Okt 2010 Bag. Pengelolaan BMN Cadangan Eselon I
2 Nissan Serena 2.0 A/T B 1162 PQO 22 Okt 2010 Bag. Pengelolaan BMN Cadangan Eselon I
3 Nissan Serena 2.0 A/T B 1163 PQO 12 Okt 2010 Bag. Pengelolaan BMN Cadangan Eselon I
4 Nissan Teana 2.5 A/T B 1229 PQA 22 Okt 2010 Bag. Pengelolaan BMN Cadangan Eselon I
5 Nissan Teana 2.5 A/T B 1228 PQA 22 Okt 2010 Bag. Pengelolaan BMN Cadangan Eselon I
6 Nissan Teana 2.5 A/T B 1227 PQA 22 Okt 2010 Bag. Pengelolaan BMN Cadangan Eselon I
7 Honda Accord 2.4 A/T B 1579 PQA 22 Des 2012 Bag. Pengelolaan BMN Cadangan Eselon I
8 T. Kijang Innova G B 1976 VQ 21 Juli 2006 Bag. Pengelolaan BMN Ops. Pool/Cadangan Eselon II
9 T. Kijang Innova E B 1973 VQ 21 Juli 2006 Bag. Pengelolaan BMN Ops. Pool
JUMLAH 9 Unit

R. ALOKASI OPERASIONAL JEMPUTAN


NO MERK/TYPE KENDARAAN NO. POLISI NO. SIPIL TAHUN PENGGUNA/PENANGGUNGJAWAB UNIT
0
JUMLAH 0 Unit

Update (@RW) : 19 Januari 2018


KET.KENDARAAN EKSISTING :
Toyota Kijang Innova = 24 Unit \
Toyota Fortuner = 1 Unit \
Honda CR-V = 7 Unit \ 40 Unit
Honda Accord = 2 Unit /
Nissan = 6 Unit /

Anda mungkin juga menyukai