Anda di halaman 1dari 6

Nama: Muhammad Dimas Sudirman

RESUME PENYULUHAN

Kegiatan Penyuluhan Perpajakan

a. Definisi Penyuluhan
Menurut Subejo (2010), penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan
masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu melakukan perubahan demi
tercapainya peningkatan produksi, pendapatan, atau keuntungan dan perbaikan
kesejahteraannya.
Menurut Suharjo (2003), penyuluhan adalah suatu upaya perubahan perilaku
manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif, yaitu rangkaian kegiatan yang
dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta aktif individu
maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat
dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat.
b. Tujuan dan Tema Kegiatan Penyuluhan
Dalam situasi dan kondisi adanya wabah Covid-19
 Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi di tahun 2020 hingga akhir Maret
2020 yang menurun dibandingkan dengan tahun 2019, dan
 Antisipasi pelaporan SPT Tahunan PPh Badan

Maka, tujuan dan tema yang perlu ditingkatkan adalah peningkatan pengetahuan
dan keterampilan.

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan sebagaimana terutama pada:

- Pelaporan SPT Tahunan dan SPT Masa melalui DJP Online, PJAP, atau pos/jasa
ekspedisi
- Pembayaran pajak dengan memperkenalkan e-Billing dan kanal-kanal
pembayarannya
- Insentif-insentif perpajakan yang diberikan secara umum dan khusus seperti insentif
pajak untuk Wajib Pajak yang terdampak wabah Covid-19
- Masyarakat dan Wajib Pajak mengetahui langsung manfaat pajak dengan antisipasi
wabah Covid-19 di Indonesia
- Pengetahuan dan keterampilan perpajakan lainnya sesuai dengan Analisis
Kebutuhan Penyuluhan (AKP) tahunan yang telah disusun di masing-masing unit
kerja.
Nama: Muhammad Dimas Sudirman

c. Pelayanan Kegiatan Penyuluhan Layanan Tatap Muka DITIADAKAN, dan


digantikan dengan metode penyuluhan:
- Kelas pajak yang dapat dilakukan secara daring bersifat live streaming tanpa
bertatap muka dengan peserta paling sedikit 10 orang peserta adalah Wajib Pajak
atau calon Wajib Pajak yang berada di wilayah unit kerja yang melakukan webinar
(SE-98/PJ/2013)
- Unit kerja yang terkendala dengan akses internet dalam menyelenggarakan webinar
dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan perpajakan dengan cara yang lain, namun
tetap mengacu pada peraturan-peraturan terkait dengan antisipasi wabah Covid-19.
d. Tata Cara Pelaksanaan Webinar (SE-05/PJ/2013)
- Perencanaan kegiatan penyuluhan dengan menyusun Analisis Kebutuhan
Penyuluhan (AKP)
- Pengorganisasian kegiatan penyuluhan, menyusun session plan, checklist,
kuesioner, pre-test dan post-test, dan bahan tayang
- Jadwal rencana pelaksanaan kegiatan webinar atau yang sejenis untuk bulan April
2020 dapat dilaporkan ke masing-masing Kanwil DJP yang diteruskan ke
Subdirektorat Penyuluhan Perpajakan (Format laporan sesuai dengan ND-
565/PJ.09/2020
- Pengorganisasian pengumuman pelaksanaan webinar melalui media sosial yang
memuat tema, narasumber, penyelenggara, waktu pelaksanaan, dan link
pendaftaran
- Pengorganisasian pendaftaran yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan
penyuluhan, dapat menggunakan google form dengan sekurang-kurangnya
mencantumkan nama, NPWP/NIK, dan nomor telepon genggam, dan melakukan
validasi atas data-data tersebut
- Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat dimulai dengan peserta minimal 10 orang
dan kegiatan tersebut direkam sebagai bukti pelaksanaan kegiatan
- Pelaksanaan pre-test, post-test, dan kuesioner dapat dilakukan secara daring
- Pelaporan pelaksanaan kegiatan dengan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
- Kegiatan tersebut dapat direkam pada aplikasi Pengawasan Kegiatan Penyuluhan
Perpajakan (PKP2) yang dapat diakses melalui jaringan VPN pada
https://penyuluhan/. Jika membutuhkan video conference disarankan untuk
menggunakan aplikasi berlangganan/berbayar agar lebih leluasa.
e. Narasumber:
Setiap kepala unit dapat menugaskan pegawai atau pihak lain yang bekerjasama
sebagai narasumber. Pegawai dapat berasal dari unit yang bersangkutan, Kanwil
Nama: Muhammad Dimas Sudirman

DJP, Penyuluh Pajak Khusus, atau Kantor Pusat DJP, atau pihak lain yang bekerja
sama

f. Bentuk Kegiatan yang termasuk dalam Program Inklusi Kesadaran Pajak melalui
tahapan:
- Rapat koordinasi dan sharing session (melalui aplikasi media daring)
- Bimbingan teknis—pembuatan materi bahan ajar dan penyusunan RPS (melalui
aplikasi media daring)
- Implementasi RPS (melalui korespondensi tertulis/surat)
- Monitoring (sit in) melalui aplikasi media daring
- Ecaluasi (implementasi soal inklusi) melalui aplikasi media daring dan korespondensi
tertulis/surat
g. Program Relawan Pajak
Kegiatan relawan pajak tatap muka ditiadakan dan dilakukan secara daring yang
diinisiasi oleh unit vertikal atau organisasi mitra DJP. Penyelenggara akan
melakukan kegiatan edukasi pelaporan SPT Tahunan 1770 SS, 1770 S, dan 1770
UMKM melalui daring dan berkoordinasi dengan Kanwil DJP. Setelah kegiatan,
relawan pajak dan pihak-pihak yang memenuhi kriteria diberikan piagam
penghargaan. Terkait dengan survei IKU Efektifitas Edukasi Melalui Pihak ketiga,
berpedoman pada ND-434/PJ.09/2020. Data/dokumen terkait survey dikirimkan ke
Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat.

h. Riset dan Praktik Kerja Lapangan


- Izin riset tetap diberikan dengan ketentuan wawancara, kuesioner/survei, dan
penyediaan data hanya diberikan secara daring
- Izin PKL sementara ditiadakan, peserta PKL yang belum berakhir tidak perlu
melanjutkan kegiatan PKL

i. Materi Edukasi Perpajakan


Materi Edukasi Perpajakan dapat disusun oleh unit kerja untuk diunduh langsung
oleh masyarakat atau Wajib Pajak berbentuk salindia, leaflet, dan video tutorial

j. Lain-lain
- Ketentuan mengenai target IKU Efektifitas Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan dan
target atau rencana kerja minimal pelaksanaan kegiatan penyuluhan langsung akan
diatur lebih lanjut
Nama: Muhammad Dimas Sudirman

- Pedoman ini berlaku sampai diterbitkannya ketentuan lebih lanjut dari Direktorat
Jenderal Pajak
Nama: Muhammad Dimas Sudirman

SARAN TENTANG PELAPORAN PERPAJAKAN SELAMA PANDEMI

1. Masyarakat akan patuh membayar pajak jika mereka tahu bahwa uang pajak yang
dibayarkan akan digunakan secara tepat dan memiliki manfaat yang jelas. Untuk itu,
perlu pengawasan yang ketat dalam pelaksanaan anggaran pemerintah sehingga
mengurangi celah-celah kecurangan seperti kecurangan dalam pembagian bantuan
sosial Covid-19. Selain itu juga, KPP perlu meningkatkan intensitas penyuluhan
dalam rangka menyadarkan para wajib pajak tentang manfaat pajak sehingga wajib
pajak akan dengan sukarela membayar pajak sesuai kewajibannya, karena jika ada
hubungan timbal balik antara tax payer dengan pemerintah, wajib pajak akan patuh
dengan sendirinya.

2. Direktorat Jenderal Pajak perlu memperbaiki regulasi dan administrasinya, karena


menurut pengamatan saya, salah satu alasan mengapa wajib pajak enggan
membayar pajak adalah karena banyak yang berpandangan bahwa pajak itu
kompleks dan tidak mudah untuk membayar pajak. Jika mereka tidak mengerti cara
membayar pajak, ditambah dengan birokrasi yang rumit, maka mana mungkin WP
akan patuh.

3. Perlu dilakukan sosialisasi yang komprehensif dan berkelanjutan, apalagi yang


terkait dengan kebijakan-kebijakan perpajakan yang terkini seperti perpajakan pada
pulsa, perpajakan pada belanja online, serta kewajiban membayar dan melaporkan
pajak penghasilan setiap tahunnya. Hal tersebut karena banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa mereka sudah patuh pajak hanya dengan membayar pajak
kendaraan bermotor (PKB) dan pajak bumi bangunan (PBB). Keadaan tersebut
banyak saya temui di daerah saya, dimana orang-orang sangat sedikit yang
mengetahui tentang apa itu PPh dan apa itu pelaporan pajak. Yang mereka tahu
hanyalah pajak kendaraan dan pajak bumi bangunan serta pajak restoran (Ppb 1).

4. Penggalian potensi pajak pada pelaku merchant e-commerce yang nyatanya banyak
yang tidak tahu ketika omzet mereka lebih dari batasnya, maka mereka harus
memungut PPN. Hal ini karena tingginya potensi perpajakan dalam transaksi jual beli
online saat pandemi karena banyak orang yang enggan berbelanja secara langsung.
Nama: Muhammad Dimas Sudirman

Banyak pengusaha e-commerce yang tidak mengetahui tentang PKP, PPN, dan
pemungutannya.

5. DJP harus menggunakan basis data yang akurat dalam memetakan potensi pajak
per daerah yang dibantu dengan KPP di masing-masing daerah. Dengan begitu,
dapat diketahui daerah mana yang tingkat kepatuhan tinggi dan belum patuh.

6. Terakhir, perlu dibangun trust antara DJP dan Wajib Pajak, sehingga ada
kepercayaan dan patuh dengan sendirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan
menjunjung tinggi nilai integritas antara pegawai pajak, misalkan penolakan semua
imbal balas jasa dari WP kepada pegawai, penolakan secara tegas gratifikasi, dll
sehingga masyarakat tahu bahwa uang yang mereka bayarkan seutuhnya akan
masuk ke kas negara bukan ke kantong pegawai pajak.

Sekian, terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai