Anda di halaman 1dari 104

SKRIPSI

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN


PEMUNGUTAN PBB DAN PAJAK REKLAME
DALAM RANGKA MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN EKONOMI
DAERAH KP2KP ACEH

Ditulis sebagai salah satu syarat untuk


Menyelesaikan Pendidikan Diploma empat (IV)
Pada ProgramStudi Akuntansi Perpajakan

Oleh :

SUCI SINTYA MAWARNI


NPM : 2019060040

PROGRAM STUDI AKUNTASI PERPAJAKAN


POLITEKNIK UNGGUL LP3M
MEDAN
2023
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Suci Sintya Mawarni
NPM : 2019060040
Perguruan Tinggi : Politeknik Unggul LP3M
Jenjang Pendidikan : S-1
Program Studi : Akuntansi Perpajakan
Telah melaksanakan penulisan skripsi dengan judul sebagai berikut :
Judul : Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan
PBB Dan Pajak Reklame Dalam Rangka
Meningkatkan Perkembangan Ekonomi Daerah Di
KP2KP Aceh Tenggara.
Dengan ini menyatakan sebenarnya bahwa Judul Skripsi di atas
merupakan hasil karya sendiri. Bila di kemudian hari ternyata tebukti bahwa
bukan asli karya sendiri, maka bersedia dikenakan sanksi yang telah ditetapkan
oleh Politeknik Unggul LP3M Medan yakni Pencabutan Ijazah yang telah
terima dan Ijazah tersebut dinyatakan tidak sah.
Demikian surat pernyataan keaslian skripsi ini diperbuat dengan
sebenarnya tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun.

Medan.......................2023
Yang memuat pernyataan,

SUCI SINTYA MAWARNI


NPM : 2019060040

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Suci Sintya Mawarni
NPM : 2019060040
Program Studi : Akuntansi Perpajakan
Judul Tugas Akhir : Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan PBB
Dan Pajak Reklame Dalam Rangka Meningkatkan
Perkembangan Ekonomi Daerah Di KP2KP Aceh
Tenggara.
Dengan ini memberikan izin kepada Politeknik Unggul LP3M untuk melakukan
publikasi terhadap Tugas Akhir, sehingga Politeknik Unggul LP3M berhak
benyimpan,mengalih-media, mengelolanya dalam pengkalan data (databae)
mendistribusikan, menampilkan atau mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari penulis selama
mencantumkan nama penulis sebagai penulis karya ilmiah tersebut.

Penulis bersedia menanggung secara pribadi atas segala bentuk tuntutan hukum
yang timbil atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan,.........................2023
Yang menyatakan,

(SUCI SINTYA MAWARNI)

ii
PERSETUJUAN

SKRIPSI

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN


PEMUNGUTAN PBB DAN PAJAK REKLAME
DALAM RANGKA MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN EKONOMI
DAERAH KP2KP ACEH

yang dipersiapkan dan disusun oleh

SUCI SINTYA MAWARNI


NPM : 2019060040

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi

Pada tanggal....................

Dosen Pembimbing

Maya Syahlina, SE,. M.Si


NIDN :

iii
PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN


PEMUNGUTAN PBB DAN PAJAK REKLAME
DALAM RANGKA MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN EKONOMI
DAERAH KP2KP ACEH

yang dipersiapkan dan disusun oleh

SUCI SINTYA MAWARNI


NPM : 2019060040

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal...............

Dosen Penguji

Penguji I Penguji II

Maya Syahlina, SE,. M.Si Minasari Nasution, S.E., M.Ak


NIDN : 0120019101 NIDN : 0105078001

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Tanggal....................

Ketua Program Studi Wakil Direktur I


Akuntansi

Abdul Gani S.E.,M.M Hermansyah. S.,SM.H


NIDN: 0118078506 NIDN :0105107808

iv
ABSTRAK

Suci Sintya Mawarni. 2023. Analisis Pengendalian Inern PBB Dan Pajak
Reklame Dalam Rangka Meningkatkan Perekembangan Ekonomi Daerah
KP2KP Aceh Tenggara. Skripsi Jurusan Akuntansi Perpajakan Politeknik
Unggul Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Pengendalian Intern PBB dan
Pajak Reklame dalam Rangka Meningkatkan Perekembangan Ekonomi Daerah
KP2KP Aceh Tenggara. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui data primer dan data skunder.
Teknik mengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara, studi
lapangan dan studi kepustakaan. Teknis analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menguji efektivitas realisais dan target pajak. Hasill
penelitian menunjukan bahwa sistem pengendalian intern saat berperan penting
dalam meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah aceh
tenggara. Adanya sistem pengendalian inten yang dilakukan pada KP2KP Aceh
tenggara bertujuan untuk mengatasi terjadinya Meingkatkan PAD, sehingga upaya
yang dilakukan adalah dengan membuat para pegawai dapat mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan instansi sehingga akan memberikan isyarat ketika akan
terjadi keganjalan ataupun kecurangan terhadap kas instansi.

Kata kunci: Sistem Pengendalian Intern, PPB, Pajak Reklame

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan berkah-

Nya telah memberikan nikmat kesehatan, serta karuniannya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan SKRIPSI dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern

Pemungutan PBB dan Pajak Reklame Dalam Rangka Meningkatkan

Perkembangan Ekonomi Daerah Di KP2KP Aceh Tenggara” salah syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Akuntansi Perpajakan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak pihak yang telah membantu,

memberikan dukungan dan motivasi. Oleh karnea itu melalui kesempatan ini,

penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan

mengucapkan terima kasih tak terhingga secara khusus kepada :

1. Ramen A Purba, S.Kom., M.Kom., selaku Direktur Politeknik Unggul

LP3M Medan.

2. Hermansyah, S.S., M.HUM., selaku Wakil Direktur I Politeknik Unggul

LP3M Medan.

3. Miftah Faridh Nasir, S.E., AK,., .M,.Si,. selaku Wakil Direktur II

Politeknik Unggul LP3M Medan.

4. Fadhlan Ramadhan, S.Kom, S.E., M.M., selaku Wakil Direktur III

Politeknik Unggul LP3M Medan.

5. Sujarwo, S.Si,. M.Kom,. sebagai Wakil Direktur IV politeknik Unggul

LP3M Medan.

6. Abdul Ghani, S.E, .M.M,. sebagai ketua Program Studi Akuntasi

Perpajakan

vi
7. Maya Syahlina, SE,. M.Si sebagai Dosen Pembimbing dalam penulisan

Tugas Akhir.

8. Seluruh Dosen dan Staff Politeknik Unggul LP3M yang telah memberikan

banyak ilmu pengetahuan, bantuan, dan dukungan kepada penulis

9. Seluruh Staff di KP2KP Aceh Tenggara yang memberikan informasi

terkait pajak PBB dan pajak Reklame Aceh Tenggara.

10. Kepada kedua orang tua tercinta yang telah mendukung penulis bersifat

meterial maupun non material serta doa yang tulus kepada penulis

11. Mahasiswa khususnya jurusan Akuntansi Perpajakan Politeknik Unggul

LP3M Medan selalu mendukung saya dan memberikan bantuannya baik

secara moril maupun material.

12. Keluarga saya yang senantiasa mendukung pendidikan saya dan karir saya

kedepannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.

Medan,................2023

Suci Sintya Mawarn


2019060040

vii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. I


SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................... II
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... III
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ IV
ABSTRAK ......................................................................................................... V
KATA PENGANTAR ....................................................................................... VI
DAFTAR ISI ....................................................................................................VII
DAFTAR TABEL ............................................................................................. XI
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... XII
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. latar Belakang ............................................................................................. 15
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................... 16
1.3. Rumusan Masalah ....................................................................................... 16
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 16
1.4.1. Tujuan Penelitian................................................................................... 16
1.4.2. Manfaat Penelitian ................................................................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 18
2.1.Uraian Teori................................................................................................. 18
2.1.1. Pendapatan Asli Daerah......................................................................... 18
2.1.1.1. Definisi Pendapatan Asli daerah ...................................................... 18
2.1.1.2. Klasifikasi Pendapatan Asli daerah .................................................. 20
2.1.1.2.1. Pajak Daerah.............................................................................. 20
2.1.1.2.2. Retribusi Daerah ........................................................................ 21
2.1.1.2.3. Hasil Pengelolaan Daerah yang Sah ........................................... 21
2.1.1.2.4. Lain-lain PAD yang sah.............................................................. 22
2.1.1.3. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah .......................................... 22
2.1.1.4. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Perkembangan/Pertumbuhan
Ekonomi. .................................................................................................. 24
2.2. Pendapatan Daerah...................................................................................... 20
2.2.1. Pengertian Pajak Daerah ........................................................................ 25

viii
2.2.2. Fungsi ................................................................................................... 28
2.2.3. Tarif ...................................................................................................... 30
2.3.Pajak Bumi dan Banguan ............................................................................ 31
2.3.1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ................................................... 31
2.3.2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan .............................................. 32
2.3.3. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ................... 32
2.3.4. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.................. 34
2.4. Pajak Reklame ............................................................................................ 32
2.4.1. Pengertian Pajak Reklame ..................................................................... 34
2.4.2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame ............................................ 36
2.4.3. Objek Pajak Reklame ............................................................................ 37
2.4.4. Subjek Pajak Reklame ........................................................................... 40
2.4.5. Wajib Pajak Reklame ............................................................................ 40
2.4.6. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif ........................................................... 41
2.5. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. ................................................... 18
2.5.1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ............................. 41
2.5.2. Tujuan Pengendalian Internal ................................................................ 42
2.5.3. Indikator Pengendalian Internal ............................................................. 44
2.5.4. Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Internal .................. 47
2.5.5. Keterbatasan Pengendalian Internal ....................................................... 48
2.5.6. Pentingnya Sistem Pengendalian Internal ............................................... 50
2.6. Efektivitas Pengendalian Intenal ................................................................. 51
2.6.1 Pengertian Efektivitas Pengendalian Internal .......................................... 51
2.6.2. Pengukuran Efektivitas .......................................................................... 52
2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 53
2.8. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 55
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 58
3.1. Pendekatan Penelitian ................................................................................. 58
3.2. Jenis dan sumber data.................................................................................. 58
3.3. batasan dan asumsi penelitian ...................................................................... 60
3.3.1. batasan penelitian .................................................................................. 60
3.3.2. asumsi penelitian ................................................................................... 60
3.4. unit anaslisis................................................................................................ 60
3.5. teknik pengumpulan data............................................................................. 61
3.6. teknik analisis data ...................................................................................... 62

ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 63
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 63
4.1.1.Gambaran Umum Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara...................................................... 63
4.1.2.Penerimaan Pemungutan Pajak PBB Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan
Konsultasi Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara .................................... 71
4.1.3.Penerimaan Pemungutan Pajak Reklame Kantor Pelayanan, Penyuluhan,
dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara ............................. 75
4.1.4.Sistem Pemungutan Pajak PBB dan Reklame Pada Kantor Pelayanan,
Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara........... 71
4.2. Pembahasan ................................................................................................ 78
4.2.1.Penilaian Resiko ..................................................................................... 81
4.2.2.Kegiatan Pengendalian ........................................................................... 82
4.2.3.Informasi dan komunikasi ...................................................................... 83
4.2.4.Pemantauan ............................................................................................ 84
4.2.5.Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Aceh Tenggara dalam
Meningkatkan Pemungutan PBB dan Pajak Reklame.............................. 85
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 87

5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 87

5.2. Saran .......................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKAN ..................................................................................... 90

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan


Asli Daerah Periode Tahun 2018 ....................................................... 2

Tabel 1.2. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan


Asli Daerah Periode Tahun 2019 ....................................................... 3

Tabel 1.3. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan


Asli Daerah Periode Tahun 2020 ....................................................... 3

Tabel 1.4. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan


Asli Daerah Periode Tahun 2021 ....................................................... 4

Tabel 1.5. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan


Asli Daerah Periode Tahun 2022 ....................................................... 5

Tabel 1.6. Target Dan Realisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kabupaten Aceh
Tenggara 2018-2022 .......................................................................... 9

Tabel 1.7. Target Dan Realisasi Pajak Reklame Kabupaten Aceh Tenggara 2018-
2022 ................................................................................................ 12

Tabel 2.1. Pendapatan Asli Daerah Aceh Tenggara Dari Target Yang Tertinggi Ke
Terendah.......................................................................................... 19

Tabel 2.2. Jenis Pajak Daerah............................................................................ 28

Tabel 2.3. Klasifikasi Pengukuran Efektivitas ................................................... 52

Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 53

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Wawancara ........................................................................ 59

Tabel 3.2. Klasifikasi Pengukuran Efektivitas ................................................... 52

Tabel 4.1.Target Dan Realisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kabupaten Aceh
Tenggara 2018-2022 ........................................................................ 66

Tabel 4.2. Klasifikasi pengukuran efektivitas .................................................... 67

Tabel 4.3.Persentase Target Dan Realisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Dan Pajak
Reklame Kabupaten Aceh Tenggara 2018-2022............................... 67

xi
DAFTAR BAGAN

Tabel 2.1. kerangka berfikir ............................................................................. 59

xii
DAFTAR LAMPIRAN

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.latar Belakang

Pembangunan Daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pembangunan suatu bangsa. Eksistensi pembangunan daerah merupakan wujud dari

keberlangsungannya pembangunan suatu negara, keberhasilan pembangunan suatu

bangsa tidak terlepas dari keberhasilan daerah dalam mengelola potensi–potensi yang

dimiliki oleh daerah tersebut. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut

diperlukan adanya suatu kebijakan dan sistem pembangunan yang mampu memacu

peningkatan kinerja sumber daya manusia dalam mengelola dan mengolah sumber daya

alam yang dimiliki tiap daerah.

MenurutMardiasmo (2009:01) mengatakan bahwa ruang lingkup akuntansi

pemerintahan adalah mencakup akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan,

perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta

berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah.

Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan

sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri.

Namun yang menjadi komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah.

1
Berikut data pendapatan asli daerah kabupaten aceh tenggara untuk periode 2018-2022

Tabel 1.1
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah Periode Tahun 2018
KODE REKENING URAIAN TARGET REALISASI SISA ANGGARAN %
4 PENDAPATAN 96,431,881,500,00 13,170,438,978,00 83,261,443,000,00 13,54
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 96,431,881,500,00 13,170,438,978,00 83,261,443,000,00 12.57
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 8,224,000,000,00 3,124,059,009,00 4,849,940,621,00 37,1
4.1.1.35 Pajak Hotel 15,000,000,00 1,000,000,00 13,000,000,00 7,14
4.1.1.35.01 Hotel Melati Tiga 15,000,000,00 1,000,000,00 13,000,000,00 7,14
4.1.1.44 Pajak Restoran 2,300,000,000,00 1,350,000,000,00 950,000,000,00 58,7
4.1.1.44.01 Rumah Makan 2,300,000,000,00 1,350,000,000,00 950,000,000,00 58,7
4.1.1.60 Pajak Reklame 59,000,000,00 25,473,000,00 34,527,000,00 42,4
'4.1.1.60.01 Reklame Papan/Bill Board/ Videotron/Megatron 59,000,000,00 25,473,000,00 34,527,000,00 42,4
4.1.1.71 Pajak Penerangan Jalan 4,000,000,000,00 2,458,130,000,00 1,541,870,000,00 61,5
4.1.1.71.01 Pajak Penerangan Jalan Sumber Lain 4,000,000,000,00 2,458,130,000,00 1,541,870,000,00 61,5
4.1.1.111 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 450,000,000,00 280,352,000,00 169,648,000,00 62,3
4.1.1.111.01 Mineral Bukan Logam dan Lainnya 450,000,000,00 280,352,000,00 169,648,000,00 62,3
4.1.1.12 Pajak Bumi dan Bangunan - PBB-P2 1,300,000,000,00 470,262,207,00 829,737,793,00 36,17
4.1.1.12.01 PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan 1,300,000,000,00 470,262,207,00 829,737,793,00 36,17
4.1.1.13 Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB 100,000,000,00 37,925,000,00 62,075,000,00 37.93
4.1.1.13.01 BPHTB-Pemindahan Hak 100,000,000,00 37,925,000,00 62,075,000,00 37.93
4.1.2 Hasil Retribusi Daerah 60,882,581,500,00 449,127,627,00 60,433,453,873,00 0,74
4.1.4.01.05 Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah 57,800,000,000,00 00.00 57,800,000,000,00 -
4.1.2.14.04 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Laboraturium 223,381,500,00 00.00 223,381,500,00 -
4.1.2.14.06 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Kendaraan Bermotor 100,000,000,00 00.00 100,000,000,00 -
4.1.4.48.01 Pendapatan Denda - Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 70,000,000,00 00.00 70,000,000,00 -
4.1.2.02.21 Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan 180,000,000,00 45,000,000,00 135,000,000,00 25,00
4.1.2.04.01 Retribusi penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum 241, 200,000.00 56,800,000.00 184,400,000.00 23,55
4.1.2.17.01 Rretribusi pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan umum 6,500,000,00 3,850,000,00 2,650,000,00 59,23
4.1.2.17.03 Retribusi palayanan, penyediaan fasilitas lainnya di lingkungan teminal 168,000,000,00 98,000,000,00 70,000,000,00 58,33
4.1.29.01 Retribusi pengendalian lalu lintas, penggunaan ruas jalan tertentu 1,500,000,00 5,000,000,00 1,000,000,00 33,33
4.1.4.13.01 Hasil Sewa BMD 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.25.01 Retribusi pembelian izin mendirikan bangunan 100,000,000,00 25,517,627,00 74,482,373,00 25,52
4.1.2.27.01 Retribusi pembrian izin trayek untuk penyediaan pelayanan angkutan umum 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.24.01 Retribusi penjualan produksi usaha daerah berupa bibit atau benih ikan 60,000,000,00 15,000,000,00 45,000,000,00 25,00
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 33,000,000,00 0,00 33,000,000,00 -
4.1.2.22.01 Retribusi pelayanan tempat rekreasi dna olahraga 127,000,000,00 30,000,000,00 97,000,000,00 23,62
4.1.2.20.01 Retribusi pelayanan rumah potong hewan 150,000,000,00 4,000,000,00 146,000,000,00 2,67
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 8,000,000,00 0,00 8,000,000,00 -
4.1.2.05.01 Retribusi pelayanan pasar peralatan 372,000,000,00 21,480,000,00 350,520,000,00 5,77
4.1.2.05.02 Retribusi pelayanan pasar los 267,000,000,00 24,420,000,00 242,580,000,00 9,15
4.1.2.05.03 Retribusi pelayanan pasar kios 745,000,000,00 106,560,000,00 638,440,000,00 14,30
4.1.2.02.15 Retribusi penyediaan fasilitas pasar / pertokoan yang dikontrakkan 180,000,000,00 18,000,000,00 162,000,000,00 10,00
4.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.3.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.3.01.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 24,325,300,000,00 7,109,310,148,00 17,215,989,852,00 29,23
4.1.4.05 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,8
4.1.4.06.02 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,80
4.1.4.19 Penerimaan Jasa Giro 1,075,300,000,00 157,440,131,00 917,859,869,00 14,64
4.1.4.19.01 Jasa gitro kas daerah 1,050,000,000,00 145,978,899,00 904,021,101,00 13,9
4.1.4.20.01 Jasa giro pemegang kas 25,300,000,00 11,461,232,00 13,838,768,00 45,30
4.1.4. 30 Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.30.01 Pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.53 Pendapatan Dari Pengembalian 100,000,000,00 239,338,103,00 (139,338,103,00) 239,34
4.1.4.53.01 Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan 100,000,000,00 254,454,703,00 (154,454,703,00) 254,45
4.1.4.54 Pendapatan Dari Pengembalian 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.54.01 Pendapatan dari pengembalian dari perjelanan dinas 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.65 Pendapatan Zakat, Infaq dan Sadaqoh 7,500,000,000,00 4,842,652,484,00 2,657,347,516,00 64,57
4.1.4.65.01 Pendapatan zakat 6,500,000,000,00 4,470,681,492,00 2,029,318,508,00 68,78
4.1.4.65.02 Pendapatan infaq 1,000,000,000,00 371,970,992,00 628,029,008,00 37,20
4.1.4.61 Pendapatan dan Kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -
4.1.4.61.01 Pendapatan dan kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -

Sumber : Olah Data Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab/Kota olah data 13-04-
2023.

2
Tabel 1.2
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah Periode Tahun 2019

KODE REKENING URAIAN TARGET REALISASI SISA ANGGARAN %


4 PENDAPATAN 98,610,000,000,00 20,134,832,700,00 78,475,167,300,00 20,40
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 98,610,000,000,00 20,134,832,700,00 78,475,167,300,00 20,40
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 7,975,000,000,00 4,624,059,379,00 3,350,940,621 48.81
4.1.1.35 Pajak Hotel 15,000,000,00 2,500,000,00 12,500,000,00 16,6
4.1.1.35.01 Hotel Melati Tiga 15,000,000,00 2,500,000,00 12,500,000,00 16,6
4.1.1.44 Pajak Restoran 2,000,000,000,00 1,232,500,000,00 767,500,000,00 61,6
4.1.1.44.01 Rumah Makan 2,300,000,000,00 1,232,500,000,00 767,500,000,00 61,6
4.1.1.60 Pajak Reklame 60,000,000,00 1,232,500,00 35,770,000,00 40,1
'4.1.1.60.01 Reklame Papan/Bill Board/ Videotron/Megatron 60,000,000,00 1,232,500,00 35,770,000,00 40,1
4.1.1.71 Pajak Penerangan Jalan 4,000,000,000,00 2,500,922,000,00 1,499,078,000,00 62,6
4.1.1.71.01 Pajak Penerangan Jalan Sumber Lain 4,000,000,000,00 2,500,922,000,00 1,499,078,000,00 62,6
4.1.1.111 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 500,000,000,00 300,526,000,00 199,474,000,00 60,1
4.1.1.111.01 Mineral Bukan Logam dan Lainnya 500,000,000,00 300,526,000,00 199,474,000,00 60,1
4.1.1.12 Pajak Bumi dan Bangunan - PBB-P2 1,300,000,000,00 510,211,000,00 789,789,000,00 39,1
4.1.1.12.01 PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan 1,300,000,000,00 510,211,000,00 789,789,000,00 39,1
4.1.1.13 Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB 100,000,000,00 50,867,000,00 62,075,000,00 50,1
4.1.1.13.01 BPHTB-Pemindahan Hak 100,000,000,00 50,867,000,00 62,075,000,00 50,1
4.1.2 Hasil Retribusi Daerah 61,459,700,000,00 3,399,834,627 58,059,865,373 1,6
4.1.4.01.05 Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah 58,680,000,000,00 2,765,000,000,00 55,915,000,000,00 4,7
4.1.2.14.04 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Laboraturium 223,381,500,00 00.00 223,381,500,00 -
4.1.2.14.06 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Kendaraan Bermotor 100,000,000,00 00.00 100,000,000,00 -
4.1.4.48.01 Pendapatan Denda - Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 70,000,000,00 00.00 70,000,000,00 -
4.1.2.02.21 Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan 264,000,000,00 60,000,000,00 204,000,000,00 22,7
4.1.2.04.01 Retribusi penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum 241, 200,000.00 46,400,000.00 194,600,000,00 19,25
4.1.2.17.01 Rretribusi pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan umum 6,700,000,00 3,850,000,00 2,850,000,00 59,23
4.1.2.17.03 Retribusi palayanan, penyediaan fasilitas lainnya di lingkungan teminal 220,000,000,00 120,000,000,00 100,000,000,00 54,54
4.1.29.01 Retribusi pengendalian lalu lintas, penggunaan ruas jalan tertentu 2,000,000,00 1,000,000,00 1,000,000,00 50
4.1.4.13.01 Hasil Sewa BMD 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.25.01 Retribusi pembelian izin mendirikan bangunan 110,000,000,00 30,500,627,00 79,499,373,00 27,72
4.1.2.27.01 Retribusi pembrian izin trayek untuk penyediaan pelayanan angkutan umum 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.24.01 Retribusi penjualan produksi usaha daerah berupa bibit atau benih ikan 60,000,000,00 15,000,000,00 45,000,000,00 25,00
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 33,000,000,00 0,00 33,000,000,00 -
4.1.2.22.01 Retribusi pelayanan tempat rekreasi dan olahraga 127,000,000,00 40,000,000,00 87,000,000,00 31,49
4.1.2.20.01 Retribusi pelayanan rumah potong hewan 150,000,000,00 6,000,000,00 144,000,000,00 4,00
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 8,000,000,00 0,00 8,000,000,00 -
4.1.2.05.01 Retribusi pelayanan pasar peralatan 359,000,000,00 30,662,000,00 328,338,000,00 8,54
4.1.2.05.02 Retribusi pelayanan pasar los 160,000,000,00 27,400,000,00 132,600,000,00 17,12
4.1.2.05.03 Retribusi pelayanan pasar kios 800,000,000,00 250,000,000,00 550,000,00,00 31,25
4.1.2.02.15 Retribusi penyediaan fasilitas pasar / pertokoan yang dikontrakkan 280,000,000,00 22,000,000,00 258,000,000,00 7,85
4.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3,200,000,000,00 2,547,942,694,00 1,652,057,306,00 63,7
4.1.3.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,200,000,000,00 2,547,942,694,00 1,652,057,306,00 63,7
4.1.3.01.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,200,000,000,00 2,547,942,694,00 1,652,057,306,00 63,7
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 25,975,300,000,00 9,562,996,000,00 16,412,304,000,00 34,1
4.1.4.05 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,8
4.1.4.06.02 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,80
4.1.4.19 Penerimaan Jasa Giro 2,075,300,000,00 600,000,000,00 1,475,300,000,00 14,64
4.1.4.19.01 Jasa gitro kas daerah 2,050,000,000,00 145,978,899,00 904,021,101,00 13,9
4.1.4.20.01 Jasa giro pemegang kas 25,300,000,00 11,461,232,00 13,838,768,00 45,30
4.1.4. 30 Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 350,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.30.01 Pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 350,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.53 Pendapatan Dari Pengembalian 200,000,000,00 239,338,103,00 (139,338,103,00) B
4.1.4.53.01 Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan 200,000,000,00 254,454,703,00 (154,454,703,00) 254,45
4.1.4.54 Pendapatan Dari Pengembalian 850,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.54.01 Pendapatan dari pengembalian dari perjelanan dinas 850,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.65 Pendapatan Zakat, Infaq dan Sadaqoh 8,500,000,000,00 4,842,652,484,00 2,657,347,516,00 64,57
4.1.4.65.01 Pendapatan zakat 6,500,000,000,00 4,470,681,492,00 2,029,318,508,00 68,78
4.1.4.65.02 Pendapatan infaq 2,000,000,000,00 371,970,992,00 628,029,008,00 37,20
4.1.4.61 Pendapatan dan Kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -
4.1.4.61.01 Pendapatan dan kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -

Sumber : Olah Data Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab/Kota olah data
13-04-2023

3
Tabel 1.3
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah Periode Tahun 2020

KODE REKENING URAIAN TARGET REALISASI SISA ANGGARAN %


4 PENDAPATAN 98,289,681,500,00 16,900,474,129,00 81,389,207,371,00 16,32
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 98,289,681,500,00 16,900,474,129,00 81,389,207,371,00 16,32
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 8,282,000,000,00 6,144,221,787,00 2,535,778,213,00 58,7
4.1.1.35 Pajak Hotel 17,000,000,00 5,000,000,00 12,000,000,00 29,41
4.1.1.35.01 Hotel Melati Tiga 17,000,000,00 5,000,000,00 12,000,000,00 29,41
4.1.1.44 Pajak Restoran 2,300,000,000,00 1,427,889,000,00 872,111,000,00 62,08
4.1.1.44.01 Rumah Makan 2,300,000,000,00 1,427,889,000,00 872,111,000,00 62,08
4.1.1.60 Pajak Reklame 65,000,000,00 20,500.000.00 42,500,000,00 31,53
'4.1.1.60.01 Reklame Papan/Bill Board/ Videotron/Megatron 65,000,000,00 20,500.000.00 42,500,000,00 31,53
4.1.1.71 Pajak Penerangan Jalan 4,000,000,000,00 3,800,300,000,00 199,700,000,00 95,00
4.1.1.71.01 Pajak Penerangan Jalan Sumber Lain 4,000,000,000,00 3,800,300,000,00 199,700,000,00 95,00
4.1.1.111 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 500,000,000,00 309,684,791,00 590,315,209,00 61,93
4.1.1.111.01 Mineral Bukan Logam dan Lainnya 500,000,000,00 309,684,791,00 190,315,209,00 61,93
4.1.1.12 Pajak Bumi dan Bangunan - PBB-P2 1,300,000,000,00 524,988,000,00 775,012,000,00 40,4
4.1.1.12.01 PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan 1,300,000,000,00 524,988,000,00 775,012,000,00 40,4
4.1.1.13 Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB 100,000,000,00 55,859,996,00 44,140,004,00 55,5
4.1.1.13.01 BPHTB-Pemindahan Hak 100,000,000,00 55,859,996,00 44,140,004,00 55,5
4.1.2 Hasil Retribusi Daerah 61,682,381,500,00 1,159,000,000,00 2,233,700,000,00 0,74
4.1.4.01.05 Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah 57,800,000,000,00 00.00 57,800,000,000,00 -
4.1.2.14.04 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Laboraturium 223,381,500,00 00.00 223,381,500,00 -
4.1.2.14.06 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Kendaraan Bermotor 100,000,000,00 00.00 100,000,000,00 -
4.1.4.48.01 Pendapatan Denda - Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 70,000,000,00 00.00 70,000,000,00 -
4.1.2.02.21 Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan 180,000,000,00 50,000,000,00 130,000,000,00 25,00
4.1.2.04.01 Retribusi penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum 241, 200,000.00 41,000,000,00 200,200,000,00 23,55
4.1.2.17.01 Rretribusi pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan umum 6,500,000,00 3,000,000,00 3,500,000,00 59,23
4.1.2.17.03 Retribusi palayanan, penyediaan fasilitas lainnya di lingkungan teminal 268,000,000,00 150,000,000,00 118,000,000,00 58,33
4.1.29.01 Retribusi pengendalian lalu lintas, penggunaan ruas jalan tertentu 1,500,000,00 5,00,000,00 1,000,000,00 33,33
4.1.4.13.01 Hasil Sewa BMD 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.25.01 Retribusi pembelian izin mendirikan bangunan 500,000,000,00 200,000,000,00 300,000,000,00 25,52
4.1.2.27.01 Retribusi pembrian izin trayek untuk penyediaan pelayanan angkutan umum 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.24.01 Retribusi penjualan produksi usaha daerah berupa bibit atau benih ikan 60,000,000,00 15,000,000,00 45,000,000,00 25,00
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 33,000,000,00 0,00 33,000,000,00 -
4.1.2.22.01 Retribusi pelayanan tempat rekreasi dan olahraga 227,000,000,00 80,000,000,00 147,000,000,00 35,24
4.1.2.20.01 Retribusi pelayanan rumah potong hewan 150,000,000,00 5,000,000,00 145,000,000,00 2,67
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 8,000,000,00 0,00 8,000,000,00 -
4.1.2.05.01 Retribusi pelayanan pasar peralatan 372,000,000,00 70,000,000,00 302,000,000,00 5,77
4.1.2.05.02 Retribusi pelayanan pasar los 267,000,000,00 50,000,000,00 217,000,000,00 9,15
4.1.2.05.03 Retribusi pelayanan pasar kios 745,000,000,00 300,000,000,00 445,000,000,00 14,30
4.1.2.02.15 Retribusi penyediaan fasilitas pasar / pertokoan yang dikontrakkan 380,000,000,00 200,000,000 180,000,000,00 26,31
4.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.3.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.3.01.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 25,325,300,000,00 7,109,310,148,00 17,215,989,852,00 29,23
4.1.4.05 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,8
4.1.4.06.02 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,80
4.1.4.19 Penerimaan Jasa Giro 1,075,300,000,00 157,440,131,00 917,859,869,00 14,64
4.1.4.19.01 Jasa gitro kas daerah 1,050,000,000,00 145,978,899,00 904,021,101,00 13,9
4.1.4.20.01 Jasa giro pemegang kas 25,300,000,00 11,461,232,00 13,838,768,00 45,30
4.1.4. 30 Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.30.01 Pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.53 Pendapatan Dari Pengembalian 100,000,000,00 239,338,103,00 (139,338,103,00) 239,34
4.1.4.53.01 Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan 100,000,000,00 254,454,703,00 (154,454,703,00) 254,45
4.1.4.54 Pendapatan Dari Pengembalian 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.54.01 Pendapatan dari pengembalian dari perjelanan dinas 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.65 Pendapatan Zakat, Infaq dan Sadaqoh 8,500,000,000,00 4,842,652,484,00 2,657,347,516,00 64,57
4.1.4.65.01 Pendapatan zakat 6,500,000,000,00 4,470,681,492,00 2,029,318,508,00 68,78
4.1.4.65.02 Pendapatan infaq 1,000,000,000,00 371,970,992,00 628,029,008,00 37,20
4.1.4.61 Pendapatan dan Kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -
4.1.4.61.01 Pendapatan dan kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -

Sumber : Olah Data Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab/Kota olah data
13-04-2023

4
Tabel 1.4
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah Periode Tahun 2021

KODE REKENING URAIAN TARGET REALISASI SISA ANGGARAN %


4 PENDAPATAN 96,689,881,500,00 14,670,439,348,00 82,019,442,152,00 17,81
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 96,689,881,500,00 14,670,439,348,00 82,019,442,152,00 17,81
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 9,482,000,000,00 4,624,059,379,00 4,849,940,621,00 48.81
4.1.1.35 Pajak Hotel 16,000,000,00 5,000,000,00 11,000,000,00 32,1
4.1.1.35.01 Hotel Melati Tiga 16,000,000,00 5,000,000,00 11,000,000,00 31,1
4.1.1.44 Pajak Restoran 2,300,000,000,00 1,800,0000,000,00 500,000,000,00 78,26
4.1.1.44.01 Rumah Makan 2,300,000,000,00 1,800,000,000,00 500,000,000,00 78,26
4.1.1.60 Pajak Reklame 66,000,000,00 22,004,000,00 44,996,000,00 32,82
'4.1.1.60.01 Reklame Papan/Bill Board/ Videotron/Megatron 66,000,000,00 22,004,000,00 44,996,000,00 32,82
4.1.1.71 Pajak Penerangan Jalan 5,000,000,000,00 3,113,370,309,00 1,886,629,691,00 62,27
4.1.1.71.01 Pajak Penerangan Jalan Sumber Lain 5,000,000,000,00 3,113,370,309,00 1,886,629,691,00 62,67
4.1.1.111 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 700,000,000,00 500,000,000,00 200,000,000,00 71,42
4.1.1.111.01 Mineral Bukan Logam dan Lainnya 700,000,000,00 500,000,000,00 200,000,000,00 71,42
4.1.1.12 Pajak Bumi dan Bangunan - PBB-P2 1,300,000,000,00 624,988,000,00 729,737,793,00 41,04
4.1.1.12.01 PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan 1,300,000,000,00 624,988,000,00 729,737,793,00 41,04
4.1.1.13 Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB 100,000,000,00 37,925,000,00 62,075,000,00 37.93
4.1.1.13.01 BPHTB-Pemindahan Hak 100,000,000,00 37,925,000,00 62,075,000,00 37.93
4.1.2 Hasil Retribusi Daerah 61,882,581,500,00 449,127,627,00 60,433,453,873,00 0,74
4.1.4.01.05 Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah 57,800,000,000,00 00.00 57,800,000,000,00 -
4.1.2.14.04 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Laboraturium 223,381,500,00 00.00 223,381,500,00 -
4.1.2.14.06 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Kendaraan Bermotor 100,000,000,00 00.00 100,000,000,00 -
4.1.4.48.01 Pendapatan Denda - Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 70,000,000,00 00.00 70,000,000,00 -
4.1.2.02.21 Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan 180,000,000,00 45,000,000,00 135,000,000,00 25,00
4.1.2.04.01 Retribusi penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum 241, 200,000.00 56,800,000.00 184,400,000.00 23,55
4.1.2.17.01 Rretribusi pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan umum 6,500,000,00 3,850,000,00 2,650,000,00 59,23
4.1.2.17.03 Retribusi palayanan, penyediaan fasilitas lainnya di lingkungan teminal 168,000,000,00 98,000,000,00 70,000,000,00 58,33
4.1.29.01 Retribusi pengendalian lalu lintas, penggunaan ruas jalan tertentu 1,500,000,00 5,000,000,00 1,000,000,00 33,33
4.1.4.13.01 Hasil Sewa BMD 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.25.01 Retribusi pembelian izin mendirikan bangunan 100,000,000,00 25,517,627,00 74,482,373,00 25,52
4.1.2.27.01 Retribusi pembrian izin trayek untuk penyediaan pelayanan angkutan umum 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.24.01 Retribusi penjualan produksi usaha daerah berupa bibit atau benih ikan 60,000,000,00 15,000,000,00 45,000,000,00 25,00
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 33,000,000,00 0,00 33,000,000,00 -
4.1.2.22.01 Retribusi pelayanan tempat rekreasi dan olahraga 127,000,000,00 30,000,000,00 97,000,000,00 23,62
4.1.2.20.01 Retribusi pelayanan rumah potong hewan 150,000,000,00 4,000,000,00 146,000,000,00 2,67
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 8,000,000,00 0,00 8,000,000,00 -
4.1.2.05.01 Retribusi pelayanan pasar peralatan 372,000,000,00 21,480,000,00 350,520,000,00 5,77
4.1.2.05.02 Retribusi pelayanan pasar los 267,000,000,00 24,420,000,00 242,580,000,00 9,15
4.1.2.05.03 Retribusi pelayanan pasar kios 745,000,000,00 106,560,000,00 638,440,000,00 14,30
4.1.2.02.15 Retribusi penyediaan fasilitas pasar / pertokoan yang dikontrakkan 180,000,000,00 18,000,000,00 162,000,000,00 10,00
4.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.3.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 4,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.3.01.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 25,325,300,000,00 7,109,310,148,00 17,215,989,852,00 29,23
4.1.4.05 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,8
4.1.4.06.02 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,80
4.1.4.19 Penerimaan Jasa Giro 1,075,300,000,00 157,440,131,00 917,859,869,00 14,64
4.1.4.19.01 Jasa gitro kas daerah 1,050,000,000,00 145,978,899,00 904,021,101,00 13,9
4.1.4.20.01 Jasa giro pemegang kas 25,300,000,00 11,461,232,00 13,838,768,00 45,30
4.1.4. 30 Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.30.01 Pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.53 Pendapatan Dari Pengembalian 100,000,000,00 239,338,103,00 (139,338,103,00) 239,34
4.1.4.53.01 Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan 100,000,000,00 254,454,703,00 (154,454,703,00) 254,45
4.1.4.54 Pendapatan Dari Pengembalian 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.54.01 Pendapatan dari pengembalian dari perjelanan dinas 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.65 Pendapatan Zakat, Infaq dan Sadaqoh 8,500,000,000,00 4,842,652,484,00 2,657,347,516,00 74,57
4.1.4.65.01 Pendapatan zakat 6,500,000,000,00 4,470,681,492,00 2,029,318,508,00 68,78
4.1.4.65.02 Pendapatan infaq 1,000,000,000,00 371,970,992,00 628,029,008,00 37,20
4.1.4.61 Pendapatan dan Kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -
4.1.4.61.01 Pendapatan dan kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -

Sumber : Olah Data Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab/Kota olah data
13-04-202

5
Tabel 1.5
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Laporan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah Periode Tahun 2022

KODE REKENING URAIAN TARGET REALISASI SISA ANGGARAN %


4 PENDAPATAN 97,681,881,500,00 15,182,497,154,00 82,499,384,346,00 15,14
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 97,681,881,500,00 15,182,497,154,00 82,499,384,346,00 15.14
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 9,474,000,000,00 4,624,059,379,00 4,849,940,621,00 48.81
4.1.1.35 Pajak Hotel 16,000,000,00 6,000,000,00 10,000,000,00 37,5
4.1.1.35.01 Hotel Melati Tiga 16,000,000,00 6,000,000,00 10,000,000,00 37,5
4.1.1.44 Pajak Restoran 2,300,000,000,00 1,500,991,000,00 799,009,000,00 65,26
4.1.1.44.01 Rumah Makan 2,300,000,000,00 1,500,991,000,00 799,009,000,00 65,26
4.1.1.60 Pajak Reklame 68,000,000,00 33,792,500,00 34,207,500,00 49,6
'4.1.1.60.01 Reklame Papan/Bill Board/ Videotron/Megatron 68,000,000,00 33,792,500,00 34,207,500,00 49,6
4.1.1.71 Pajak Penerangan Jalan 5,000,000,000,00 3,113,370,309,00 1,886,629,691,00 62,27
4.1.1.71.01 Pajak Penerangan Jalan Sumber Lain 5,000,000,000,00 3,113,370,309,00 1,886,629,691,00 62,67
4.1.1.111 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 700,000,000,00 600,000,000,00 100,000,000,00 85,71
4.1.1.111.01 Mineral Bukan Logam dan Lainnya 700,000,000,00 600,000,000,00 100,000,000,00 85,71
4.1.1.12 Pajak Bumi dan Bangunan - PBB-P2 1,300,000,000,00 570,262,207,00 829,737,793,00 46,17
4.1.1.12.01 PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan 1,300,000,000,00 570,262,207,00 829,737,793,00 46,17
4.1.1.13 Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB 100,000,000,00 60,445,000,00 39,555,000,00 60,44
4.1.1.13.01 BPHTB-Pemindahan Hak 100,000,000,00 60,445,000,00 39,555,000,00 60,44
4.1.2 Hasil Retribusi Daerah 60,882,581,500,00 449,127,627,00 60,433,453,873,00 0,74
4.1.4.01.05 Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah 57,800,000,000,00 00.00 57,800,000,000,00 -
4.1.2.14.04 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Laboraturium 223,381,500,00 00.00 223,381,500,00 -
4.1.2.14.06 Retribusi Pelayanan Kekayaan Daerah - Kendaraan Bermotor 100,000,000,00 00.00 100,000,000,00 -
4.1.4.48.01 Pendapatan Denda - Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 70,000,000,00 00.00 70,000,000,00 -
4.1.2.02.21 Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan 180,000,000,00 45,000,000,00 135,000,000,00 25,00
4.1.2.04.01 Retribusi penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum 241, 200,000.00 56,800,000.00 184,400,000.00 23,55
4.1.2.17.01 Rretribusi pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan umum 6,500,000,00 3,850,000,00 2,650,000,00 59,23
4.1.2.17.03 Retribusi palayanan, penyediaan fasilitas lainnya di lingkungan teminal 168,000,000,00 98,000,000,00 70,000,000,00 58,33
4.1.29.01 Retribusi pengendalian lalu lintas, penggunaan ruas jalan tertentu 1,500,000,00 5,000,000,00 1,000,000,00 33,33
4.1.4.13.01 Hasil Sewa BMD 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.25.01 Retribusi pembelian izin mendirikan bangunan 100,000,000,00 25,517,627,00 74,482,373,00 25,52
4.1.2.27.01 Retribusi pembrian izin trayek untuk penyediaan pelayanan angkutan umum 25,000,000,00 0,00 25,000,000,00 -
4.1.2.24.01 Retribusi penjualan produksi usaha daerah berupa bibit atau benih ikan 60,000,000,00 15,000,000,00 45,000,000,00 25,00
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 33,000,000,00 0,00 33,000,000,00 -
4.1.2.22.01 Retribusi pelayanan tempat rekreasi dan olahraga 127,000,000,00 30,000,000,00 97,000,000,00 23,62
4.1.2.20.01 Retribusi pelayanan rumah potong hewan 150,000,000,00 4,000,000,00 146,000,000,00 2,67
4.1.2.24.04 Retribusi penjualan produksi usaha daerah selain bibit atau benih tanaman 8,000,000,00 0,00 8,000,000,00 -
4.1.2.05.01 Retribusi pelayanan pasar peralatan 372,000,000,00 21,480,000,00 350,520,000,00 5,77
4.1.2.05.02 Retribusi pelayanan pasar los 267,000,000,00 24,420,000,00 242,580,000,00 9,15
4.1.2.05.03 Retribusi pelayanan pasar kios 745,000,000,00 106,560,000,00 638,440,000,00 14,30
4.1.2.02.15 Retribusi penyediaan fasilitas pasar / pertokoan yang dikontrakkan 180,000,000,00 18,000,000,00 162,000,000,00 10,00
4.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3,000,000,000,00 3,000,000,000,00 0 100
4.1.3.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,000,000,000,00 3,000,000,000,00 0 100
4.1.3.01.01 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD 3,000,000,000,00 2,487,942,194,00 512,057,806,00 82,93
4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 24,325,300,000,00 7,109,310,148,00 17,215,989,852,00 29,23
4.1.4.05 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,8
4.1.4.06.02 Hasil penjualan aset lainnya 500,000,000,00 14,000,000,00 486,000,000,00 2,80
4.1.4.19 Penerimaan Jasa Giro 1,075,300,000,00 157,440,131,00 917,859,869,00 14,64
4.1.4.19.01 Jasa gitro kas daerah 1,050,000,000,00 145,978,899,00 904,021,101,00 13,9
4.1.4.20.01 Jasa giro pemegang kas 25,300,000,00 11,461,232,00 13,838,768,00 45,30
4.1.4. 30 Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.30.01 Pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 150,000,000,00 487,133,432,00 (337,133,432,00) 324,76
4.1.4.53 Pendapatan Dari Pengembalian 100,000,000,00 239,338,103,00 (139,338,103,00) 239,34
4.1.4.53.01 Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan 100,000,000,00 254,454,703,00 (154,454,703,00) 254,45
4.1.4.54 Pendapatan Dari Pengembalian 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.54.01 Pendapatan dari pengembalian dari perjelanan dinas 750,000,000,00 684,372,999,00 65,627,001,00 91,25
4.1.4.65 Pendapatan Zakat, Infaq dan Sadaqoh 7,500,000,000,00 4,842,652,484,00 2,657,347,516,00 64,57
4.1.4.65.01 Pendapatan zakat 6,500,000,000,00 4,470,681,492,00 2,029,318,508,00 68,78
4.1.4.65.02 Pendapatan infaq 1,000,000,000,00 371,970,992,00 628,029,008,00 37,20
4.1.4.61 Pendapatan dan Kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -
4.1.4.61.01 Pendapatan dan kapitasi JKN 13,500,000,000,00 0,00 13,500,000,000,00 -
Sumber : Olah Data Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kab/Kota olah data
13-04-2023

6
Berdasarkan tabel diatas /1pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2018-2022

mengalami peningkatan khususnya pada pajak PPB dan reklame walaupun tidak terlalu

signifikan hal ini perlu dikembangkan lagi mengingat pajak reklame dan PPB salah satu

pendapatan asli daerah yang realisasinya belum telalu sepenuhnya terpenuhi. Hal

tersebut menjadi salah satu alasan peneliti mengangkat penelitian mengenai pajak PBB

dan reklame selain salah satu pendapatan terbesar namun realisasinya masih belum

terpenuhi maka perlunya ditingkatkan secara signifikan agar perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi daerah berjalan dengan baik.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 “Pajak Daerah, yang

selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat ”.

Sebagai salah satu sumber penerimaan yang memiliki potensi cukup besar, pajak

daerah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dalam pengelolaannya. Hal ini

ditunjang banyaknya penggunaan jasa yang disediakan oleh pemerintah kepada orang

pribadi maupun pihak swasta, sehingga pemerintah memiliki peluang dalam

mengoptimalisasikan pemungutan pajak daerah secara maksimal.

Salah satu pajak yang mempengaruhi pendapatan daerah adalah Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB). Meliala dan Oetomo (2010:65), Pajak Bumi dan Bangunan yang

disingkat PBB yaitu pajak paksa atas harta tetap yang diberlakukan melalui Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1994. Sedangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyebutkan bahwa PBB perdesaan dan

7
perkotaan (PBB-P2) merupakan pajak daerah yang menjadi kewenangan pemerintah

kabupaten/kota. PBB merupakan pajak yang bersifat kebendaan dikarenakan obyek PBB

ini jelas sebagian besar masyarakat pasti memilikinya tentunya yang berada di wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan menurut Siti Rahayu dan Devano

(2006:73) menyatakan bahwa objek PBB adalah bumi dan bangunan, sedangkan

subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak

atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau memiliki, menguasai dan

memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni, penggarap, pemakai

dan penyewa.

Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara karena

pertumbuhan ekonomi suatu negara akan meningkatkan pendapatan masyarakat,

sehingga masyarakat mempunyai kemampuan finansial untuk membayar pajak. Untuk

mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah, perlu adanya bantuan dari seluruh

kalangan masyarakat dalam berpartisipasi membayar pajak. Kepatuhan wajib pajak

bersumber dari kesadaran masyarakat terhadap kewajibannya. Berbagai persoalan

perpajakan kerap muncul, baik bersumber dari wajib pajak tersebut maupun aparatur

pajak (fiskus), atau yang bersumber dari perpajakan itu sendiri. Kesadaran masyarakat

untuk membayar pajak sudah patuh namun ada sebagian wajib pajak yang masih

melalaikan kewajibannya sehingga target penerimaan pajak ada yang belum terealisasi.

Beberapa tahun belakangan ini, kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan

mulai meningkat khususnya di Kabupaten Aceh Tenggara. Sebagai gambaran, dibawah

ini disajikan perbandingan besarnya sumber pendapatan dari sektor pajak bumi dan

8
bangunan dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2022

berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak Daerah

Kabupaten Aceh Tenggara.

Tabel 1.6
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Aceh
Tenggara 2018-2022
Pajak Bumi dan Bangunan
Tahun
Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase
2018 1.300.000.000,00 470.26.207,00 36,17 %
2019 1.300.000.000,00 510.211.000,00 39,01%
2020 1.300.000.000,00 524.988.000,00 40,04%
2021 1.300.000.000,00 624.988.000,00 46,17%
2022 1.300.000.000,00 570.262.207,00 41,04%
Sumber : Olah Data 2023

Berdasarkan tabel diatas, penerimaan dari sektor pajak bumi dan bangunan pada

tahun 2018-2022 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini membuktikan

bahwa proses pemungutan pajak semakin membaik, namun pajak bumi dan bangunan

perlu dikelola dengan baik dan benar dengan meningkatkan peran serta semua lapisan

masyarakat dan aparat perpajakan sendiri. Peran serta wajib pajak dalam sistem

pemungutan pajak ini lah yang sangat menentukan tercapainya target penerimaan pajak

bumi dan bangunan.

Selain pajak PBB salah satu pendapatan daerah Pajak reklame juga merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang diharapkan menjadi sumber pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, juga untuk meningkatkan dan

memeratakan kesejahteraan masyarakat. Media reklame dianggap sebagai alternatif

pemasaran yang menguntungkan dan sangat efektif, Reklame dianggap mampu menarik

calon konsumen karena reklame bisa diakses oleh semua pihak. Hal ini menjadikan

9
reklame sebagai salah satu yang harus diperhatikan oleh pemerintah, baik dalam hal

pemberian aturan dan tarif pemasangan reklame yang diatur oleh undang- undang

maupun peraturan daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan 27

bahwa “ Pajak reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak

ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,

orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau

dinikmati oleh umum.”

Untuk meminimalkan permasalahan dalam pemungutan pajak reklame, ada

baiknya Dinas Pendapatan Asli Daerah perlu melakukan evaluasi pengendalian internal

agar dapat meningkatkan efektivitas dalam pemungutan pajak reklame. “ Pengendalian

internal (internal control) adalah kebijakan dan prosedur dalam pemungutan untuk

memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan meyakinkan bahwa

hukum serta peraturan telah diikuti. Dinas Pendapatan Asli Daerah perlu menggunakan

pengendalian internal untuk mengarahkan sistem operasi, melindungi, mencegah

penyalahgunaan system”. (Warren, 2009).

Suatu sistem pengendalian internal dapat dikatakan telah memadai jika

perusahaan mampu mengidentifikasi unsur-unsur atas pengendalian internal dengan

baik. Menurut PP No 60 tahun 2008 bahwa SPIP terdiri atas unsur dalam pengendalian

internal terbagi menjadi lima, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi dan Pemantauan pengendalian intern.

10
Kegiatan dalam pengendalian merupakan kebijakan yang dilakukan perusahaan

untuk menghadapi berbagai resiko yang mungkin terjadi pada Dinas Pendapatan Asli

Daerah melalui cara: Pemisahan tugas yang memadai, pendokumentasian, rekonsiliasi,

pegawai yang jujur dan kompeten, audit internal dan sebagainya. Informasi dan

komunikasi mencakup pemahaman individu dalam perusahaan atas tanggungjawabnya.

Sistem Pengendalian internal bukan dimaksudkan untuk menghilangkan semua

kemungkinan terjadinya kesalahan atau kecurangan tetapi dengan adanya pengendalian

internal yang efektif diharapkan dapat meminimalkan resiko terjadinya kesalahan dan

kecurangan dalam pemungutan pajak reklame dan apabila terjadi kesalahan dan

kecurangan dapat segera diketahui dan diatasi.

Aceh Tenggara merupakan salah satu kabupaten yang teletak di provinsi Aceh.

Selain kaya akan hasil pertanian dan perkebunan Terdapat banyak fasilitas penunjang

yang dimiliki oleh Aceh Tenggara di antaranya adalah pabrik pengolahan beras dan

hasil pertanian, perhotelan, coffe,restaurant dan /1lainnya ini lah yang menunjang

lancarnya jalur perdagangan sehingga industri di Aceh Tenggara semakin hari semakin

meningkat. Adanya peningkatan pada sektor industri, perdagangan dan jasa yang

disebabkan oleh tunjangan fasilitas tersebut maka wadah untuk pemasaran produk pun

semakin banyak dibutuhkan, tidak hanya lewat media cetak, media elektronik juga

semakin marak dibutuhkan.

Lahirnya media baik cetak dan elektronik, dijadikan sebagai modal besar untuk

para pengguna sektor perdagangan, salah satu yang paling diminati adalah pemasaran

lewat media reklame. Media reklame dianggap sebagai alternatif pemasaran yang

menguntungkan dan sangat efektif, reklame dianggap mampu menarik calon konsumen

11
karena reklame bisa diakses oleh semua pihak. Hal ini menjadikan reklame sebagai

salah satu yang harus diperhatikan oleh pemerintah, baik dalam hal pemberian aturan

dan tarif pemasangan reklame yang diatur oleh undang-undang maupun peraturan

daerah.

Dengan adanya pemasangan reklame, diwajibkan untuk membayar Pajak

Reklame. Namun tidak sedikit kemungkinan adanya masyarakat (para pengusaha) yang

belum tahu bagaimana proses penghitungan, pelaporan pembayaran pajak reklame dan

Undang-Undang yang mengatur tentang Pajak Nomor 28 Tahun 2009

Tingkat penerimaan Pajak Reklame dapat memberikan sumbangan pada

penerimaan pendapatan asli daerah (PAD), hal ini terlihat pada penerimaan Pajak

Reklame Aceh Tenggara di tahun 2018 sampai tahun 2022 yang dapat dilihat dari tabel

dibawah ini :

Tabel 1.7
Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak ReklameAceh Tenggara

Tahun Target Realisasi Persentase


2018 59.000.000,00 25.473.000,00 42,04 %
2019 60.000.000,00 26.232.500,00 43,7 %
2020 65.000.000,00 20.500.000.00 31,53%
2021 66.000.000,00 22.00.,000,00 32,82%
2022 68.000.000,00 33.792.500,00 49,06%

Sumber : Data diolah (2018)

Berdasarkan data diatas untuk realisasi atas penerimaan pajak reklame

mengalami peningkatan, tetapi peningkatan realisasi yang terjadi tidak mampu melebihi

dari jumlah target yang ditetapkan, selain itu aktivitas kegiatan pengendalian yang

berkaitan dengan prosedur pemungutan yang kurang efektif karena sistem yang telah

ditetapkan belum berjalan sebagaimana mestinya hal ini terbukti dengan kurangnya

12
tingkat kesadaran wajib pajak, yang tidak serta merta langsung membayar kewajibannya

setelah menerima SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).

Selain itu dari hasil riset pendahuluan yang dilakukan masih terdapat kelemahan

dalam lingkungan pengendalian pada pemungutan pajak PBB dan pajak reklame, hal ini

dikarenakan masih kurangnya pembinaan yang dilakukan untuk seluruh pegawai

yang melakukan pemungutan pajak PBB dan pajak reklame sehingga membuat wajib

pajak mangkir atau tidak patuh dalam melakukan pembayaran pajak yang dibebankan

kepadanya.

Sistem pengendalian intern Pajak PBB dan pajak reklame ini menjadi penting

karena dengan adanya pengendalian intern yang baik dapat memberikan jaminan pada

jumlah penerimaan yang benar dan terhindarnya dari manipulasi terhadap hasil

penerimaan pajak. Pajak PBB dan pajak reklame diharapkan dapat meningkatnya PAD

Aceh Tenggara maka dari itu dibutuhkan pengendalian intern yang baik dalam sistem

pemungutan pajak reklame. Pengendalian intern yang baik diharapkan dapat

memberikan kepastian kepada masyarakat bahwa pemungutan pajak reklame dilakukan

dengan benar sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan diterapkannya unsur-unsur dan tujuan pengendalian internal tersebut,

maka diharapkan dapat menciptakan pengendalian internal atas pemungutan pajak PBB

dan pajak reklame yang efektif. Efektif tidaknya pengelolaan atas pemungutan pajak

reklame dapat diukur dari evaluasi sejauh mana perusahaan telah melaksanakan unsur-

unsur pengendalian internal sebagaimana yang dijabarkan oleh PP No 60 tahun 2008

yang terdiri dari unsur lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi dan Pemantauan pengendalian intern.

13
Mengingat pelaksanaan sistem pemungutan pajak PBB dan pajak reklame terdiri

dari rangkaian kegiatan yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Kegiatan pemungutan Pajak PBB dan pajak reklame dimulai dari prosedur

pendataan dan pendaftaran, prosedur penetapan pajak, prosedur penagihan pajak,

prosedur penyetoran pajak, prosedur pencatatan sampai dengan prosedur

pengawasan.

Prosedur tersebut rawan akan penyimpangan yang dilakukan, maka diperlukan

pengendalian intern yang baik dalam pemungutan pajak reklame untuk mengontrol

seluruh kegiatan yang berjalan. Hal tersebut diperlukan agar penyimpangan yang terjadi

dapat diminimalisir dan dihindari.

Oleh sebab itu pengendalian intern yang baik merupakan faktor kunci

pelaksanaan pemungutan pajak daerah yang efektif. Sistem pengendalian internal sangat

diperlukan oleh Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Aceh Tenggara dalam

kegiatan penerimaan pajak daerah untuk meminimalkan terjadinya kesalahan dan

penyelewengan. Sistem Pengendalian intern sendiri bertujuan untuk mengukur,

mengawasi dan mengarahkan sumber daya yang ada dalam suatu organisasi agar tujuan

organisasi dapat tercapai.

Dalam peraturan pemerintah republik Indonesia No. 60 tahun 2008 salah satu

tujuan SPIP yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya

efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

Dengan demikian pengendalian yang efektif akan berdampak pada jumlah hasil pajak

atas target atau realisasi yang akan diterima. (Mardiasmo, 2009:206).

Alasan kenapa mengambil pajak PBB dan pajak Reklame ialah dikarenakan

14
pajak PBB dan pajak reklame di Aceh Tenggara cukup potensial, serta pajak PBB dan

pajak reklame mudah ditemui disetiap ruas jalan yang ada di Aceh Tenggara.

Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, peneliti Priska

Claudya Homenta (2015) dimana hasil penelitian menunjukkan sistem pengendalian

intern penerimaan pajak daerah pada DPPKAD Kabupaten Halmahera Utara masih

terdapat ketidaksesuaian dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008,

karena masih ditemukan beberapa kelemahan yaitu: berhubungan dengan Sumber Daya

Manusia yang masih kurang di bidang pendapatan dan belum diberlakukan reward

kepada pengawai. Namun dari beberapa unsur Pengendalian Intern sudah berjalan

dengan baik. Sebaiknya pimpinan DPPKAD meningkatkan kualitas SDM melalui

pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, perekrutan juga kerjasama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Sistem Pengendalian Intern

Pemungutan PBB dan Pajak Reklame dalam Rangka Meningkatkan

Perkembangan Ekonomi Daerah Di Kp2kp Aceh Tenggara ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Masih belum tercapainya target penerimaan pajak PBB dan pajak reklame untuk

tahun 2018 sampai tahun 2022

2. Aktivitas kegiatan pengendalian yang berkaitan dengan prosedur pemungutan

yang kurang efektif karena sistem yang telah ditetapkan belum berjalan

15
sebagaimana mestinya hal ini terbukti dengan kurangnya tingkat kesadaran

wajib pajak, yang tidak serta merta langsung membayar kewajibannya setelah

menerima SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).

3. Masih kurangnya pembinaan yang dilakukan untuk seluruh pegawai yang

melakukan pemungutan pajak PBB dan pajak reklame

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dilakukan perumusan

masalah sebagai berikut: Bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pemungutan PBB dan

Pajak Reklame dalam Rangka Meningkatkan Perkembangan Ekonomi Daerah Di

KP2KP Aceh Tenggara?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis sistem pengendalian intern penerimaan

Pajak PBB dan Pajak Reklame Pada di KP2KP Aceh Tenggara.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dan manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan

pengoptimalisasian pajak daerah secara efektif dalam rangka meningkatkan

16
pendapatan asli daerah.

b. Manfaat Bagi KP2KP Aceh Tenggara

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah

terutama aparat KP2KP Aceh Tenggara untuk meningkatkan pemungutan serta

pengelolaan Pajak Daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah.

c. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya,

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan

sebagai acuan dalam pengembangan penelitian yang akan dilakukan dengan

yang sejenis.

17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Uraian Teori

2.1.1. Pendapatan Asli Daerah

2.1.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen sumber

pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Pengelolaan pendapatan asli daerah yang

efektif dan efisien perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi

daerah maupun perekonomian nasional Kontribusi yang dicapai dari pendapatan asli

daerah dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan tersebut disalurkan untuk

membangun daerah agar lebih berkembang.

Pendapatan Asli Daerah merupakan modal dasar bagi tiap daerah dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan dan sekaligus merupakan suatu

bukti terhadap tingginya tingkat kesadaran masyarakat dalam mendukung pemerintah,

sekaligus bagaimana kemampuan daerah dalam menggali potensi sumber sumber

Pendapatan Asli Daerah.

Menurut Mardiasmo (2009:132), “ Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan

daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan , dan lain- lain Pendapatan Asli Daerah

yang sah”.

18
Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pemerintah daerah

dilarang :

1) Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan

ekonomi biaya tinggi

2) Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat

mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan

import/eksport.

Dibawah ini merupakan sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Tenggara

periode 2018-2022.

Tabel 2.1
Pendapatan Asli Daerah Aceh Tenggara Dari Target Yang Tertinggi Ke
Terendah

NO URAIAN 2018 2019 2020


TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET
1. Pajak Hotel 15.000.000,00 15.000.000,00 15.000.000,00 2.500.000,00 17.000.000,00
2. Pajak Restoran 2.300.000.000,00 1.350.000.000,00 2.000.000.000,00 1.232.500.000,00 2.300.000.000,00
3. Pajak Reklame 59.000.000,00 25.473.000,00 60.000.000,00 26.232.500,00 65.000.000,00
4. Pajak Penerangan Jalan 4.000.000.000,00 2.458.130.000,00 4.000.000.000,00 2.500.922.000,00 4.000.000.000,00
5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 450.000.000,00 280.352.000,00 500.000.000,00 300.526.000,00 500.000.000,00
6. Pajak Bumi dan Bangunan - PBB-P2 1.300.000.000,00 470.262.207,00 1.300.000.000,00 510.211.000,00 1.300.000.000,00
7. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB 100.000.000,00 37.925.000,00 100.000.000,00 50.867.000,00 100.000.000,00
8. Hasil Retribusi Daerah 60.882.581.500,00 449.127.627,00 61.459.700.000,00 3.399.834.627 61.682.381.500,00
9. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3.000.000.000,00 2.487.942.194,00 3.200.000.000,00 2.547.942.694,00 3.000.000.000,00
10. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 25.975.300.000,00 9.562.996.000,00 25.975.300.000,00 9.562.996.000,00 25.325.300.000,00

Sumber : Olah Data 2023


NO URAIAN 2021 2022
TARGET TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1. Pajak Hotel 5.000.000,00 16.000.000,00 5.000.000,00 16.000.000,00 6.000.000,00
2. Pajak Restoran 1.427.889.000,00 2.300.000.000,00 1.500.991.000,00 2.300.000.000,00 1.500.991.000,00
3. Pajak Reklame 20.500.000,00 66.000.000,00 22.004.000,00 68.000.000,00 33.792.500,00
4. Pajak Penerangan Jalan 3.800.300.000,00 5.000.000.000,00 3.113.370.309,00 5.000.000.000,00 3.113.370.309,00
5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 309.684.791,00 700.000.000,00 500.000.000,00 700.000.000,00 600.000.000,00
6. Pajak Bumi dan Bangunan - PBB-P2 524.988.000,00 1.300.000.000,00 624.988.000,00 1.300.000.000,00 570.262.207,00
7. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB 55.859.996,00 100.000.000,00 37.925.000,00 100.000.000,00 60.445.000,00
8. Hasil Retribusi Daerah 1.159.000.000,00 6'1.882.581.500,00 449.127.627,00 60.882.581.500,00 449.127.627,00
9. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 2.487.942.194,00 2'5.975.300.000,00 9.562.996.000,00 25.975.300.000,00 9.562.996.000,00
10. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 7.109.310.148,00 24.325.300.000,00 7.109.310.148,00 24.325.300.000,00 7.109.310.148,00

Sumber : Olah Data 2023

19
2.1.1.2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan pada Pasal 285 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dilakukan berberapa kali perubahan, terakhir

melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan

bahwa kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis, yaitu :

2.1.1.2.1. Pajak Daerah

Menurut Erly Suandi (2009:41), pajak daerah adalah pajak yang

pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh

Dinas Pendapatan Daerah, Pajak Daerah diatur dalam Undang-undang dan hasilnya

akan dimasukkan ke APBD.

Menurut Ahmad Yani (2009:45) menyebutkan, “bahwa pajak daerah sebagai


salah satu pendapatan daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk
meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat”. Dengan demikian
daerah mampu melaksanakan ekonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pajak dearah adalah

salah satu sumber pendapatan daerah yang menjadi sumber anggaran pembiayaan

pemerintah guna untuk pembangunan daerah.

Dengan demikian penerimaan pajak harus dilakukan secara efektif agar

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah dapat terlaksana dengan

baik. Pajak daerah diatur dalam UU No 18 tahun 1997 yang telah diubah menjadi UU

No 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah terdiri dari 4 jenis pajak

daerah provinsi dan 7 jenis pajak daerah kabupaten /kota.

20
2.1.1.2.2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah yang merupakan variabel dependen dalam penelitian ini

merupakan komponen Pendapatan Asli Daerah yang sudah dibahas dalam terminologi

retribusi daerah.

Menurut Windhu (2018 :185) Retribusi daerah adalah iuran yang dibayarkan

oleh rakyat kepada daerah yang dapat dipaksakan yang mendapat prestasi kembalinya

secara langsung.

Menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 28 Thaun 2009 tentang Pajak

dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah

merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada daerah sebagai pembayaran atas

jasa pemerintah untuk kepentingan pribadi ataupun badan.

2.1.1.2.3. Hasil Pengelolaan Daerah Yang Sah

Selain pajak daerah dan retribusi daerah, bagian laba perusahaan milik daerah

(BUMD) merupakan salah satu sumber yang cukup potensial untuk dikembangkan.

Hasil pengelolaan daerah yang sah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan/laba

bersih perusahaan daerah untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah baik

perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang

dipisahkan. Perusahaan daerah seperti perusahaan air bersih (PDAM), Bank

Pembangunan Daerah (BPD), hotel, bioskop, percetakan, perusahaan bis kota dan pasar

adalah jenis-jenis BUMD yang memiliki potensi sebagai sumber-sumber PAD,

21
menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah.

Ada beberapa hal sebaai penyebab kurang berhasilnya perusahaan daerah memberi

kontribusi dalam PAD :

1) Kurang tegas dalam menetapkan visi, misi dan objektif perusahaan.

2) Kualitas sumber daya manusia yang rendah, rekruitmen dan penempatan

pegawai yang tidak tepat, serta ada campur tangan dari birokrat daerah dengan

urusan bisnis perusahaan daerah.

2.1.1.2.4. Lain-lain PAD yang sah

Hasil usaha daerah yang lain yang sah adalah PAD yang tidak termasuk pajak,

retribusi, hasil perusahaan milik daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini terdiri dari

Penjualan aset daerah dan Jasa giro.

2.1.1.3. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut Nurlan Darise (2009:67) berdasarkan UU No 25 tahun 1999 diatas

sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik itu Kabupaten/Kota terdiri dari :

1) Hasil Pajak Daerah

2) Hasil Retribusi Daerah

3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

lainnya.

4) Pendapatan Asli Daerah lainnya yang sah

22
Adapun maksud pengertian dari masing-masing sumber-sumber pendapatan asli

daerah tersebut menurut Nurlan Darise (2009:67) berdasarkan UU No 25 tahun 1999

adalah sebagai berikut :

1. Hasil Pajak daerah

Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang tidak dapat dipaksakan dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang terdiri dari :

a) Pajak Hotel

b) Pajak Restoran

c) Pajak Hiburan

d) Pajak Reklame

e) Pajak Penerangan Jalan

f) Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C

g) Pajak Parkir

2. Hasil Retribusi Daerah

Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badn kepad daerah

dengan imbalan /1langsung dan tidak dapat dipaksakan dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah, yang terdiri dari:

a. Retribusi Jasa Umum.

b. Retribusi Jasa Usaha.

c. Retribusi Perijinan Tertentu.

23
3. Hasil /perusahaan /milik daerah /dan /hasil /pengelola /kekayaan /daerah lainnya

yang dipisahkan antara lain :

a. Bagian laba.

b. Deviden.

c. Penjualan saham milik daerah.

4. Pendapatan /1Asli Daerah /1lainnya yang sah, seperti penjualan

/1asset /1tetap daerah dan jasa giro.

2.1.1.4. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Perkembangan/Pertumbuhan

Ekonomi.

Peningkatan PAD merupakan akses dari perkembangan/pertumbuhan ekonomi

daerah yang perkembangan/pertumbuhan ekonomi positif mempunyai kemungkinan

mendapatkan kenaikan PAD. Perspektif ini menyarankan bahwa seharusya pemerintah

daerah lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk

menciptkan perkembangan/ pertumbuhan ekonomi dari pada sekedar mengeluarkan

produk perundingan terkait dengan pajak dan retribusi. Dengan adanya penerimaan

PAD dapat meningkatkan perkembangan/pertumbuhan ekonomi daerah dan akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan PAD dapat

meningkatkan investasi pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin

baik. Sidik menegaskan bahwa, keberhasilan peningkatan PAD hendaknya tidak hanya

diukur yang diterima, tetapi meingkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Peningkatan PAD menunjukkan adanya partisipasi masyarakat terhadap jalanya

pemeirntah di daerahnya. Semakin tinggi PAD maka akan menambah dana pemerintah

24
daerah yang kemudian akan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana di

daerah tersebut, pemerintah daerah yang salah satu tugasnya adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat memerlukan PAD sebagai betuk kemandirian di era otonomi

daerah sebagai tolak ukur peperkembangan/pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari

pertumbuhan PDRBnya dari tahun ke tahun.

2.2. Pajak Daerah

2.2.1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah sebagai pendapatan daerah yang

digunakan untuk sumber pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai

perwujudan desentralisasi. Pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Thaun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dijadikan sebagai dasar hukum

agar pemerintah daerah dapat memungut pajak daerah sesuai dengan aturan hukum yang

berlaku. Pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dijelaskan sebagaimana

pajak daerah merupakan iuran wajib masyarakat kepada daerah yang bersifat memaksa

degan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan

daerah demi kemakmuran rakyat.

Selain diatur dalam Undang-Undang Dasar bahwa suatu daerah tidak

diperbolehkan untuk memungut apapun dari rakyat tanpa adanya suatu aturan atau

hukum yang berlaku, hal tentang pelarangan memungut pungutan dari rakyat juga

diperkuat dalam Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah seperti yang

tercantum dalam Pasal 2 ayat (3) yang bermaksud melarang daerah untuk memungut

pungutan selain yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Pajak Daerah. Melalui

25
Undang-Undang Nomor 23 Thaun 2014 tentang Pemerintah Daerah, di dalam pasal 286

ditegaskan bahwa melarang Pemerintah Daerah untuk melakukan pemungutan selain

dengan apa yang telah diatur dalam Undang-Undang.

Kewenangan dalam pemungutan pajak daerah dipertanggung jawabkan oleh

Pemerintah Provinsi. Namun, tidak hanya seluruhnya dilakukan oleh pemerintah

provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota juga diberikan kewenangan untuk

memungut pajak. Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota

dalam melakukan pemungutan pajak di bedakan menurut jenis pajaknya. Dalam

pemungutan pajak daerah, tidak bisa dilakukan secara bersamaan dan juga tidka bisa

diwakilkan. Tetapi hal tesebut tidak berlaku untuk Pajak Rokok yang dalam

pelaksanaan pemungutan dilakukan secara bersamaan oleh Direktorat Jendral Bea dan

Cukai ata cukai hasil dari tembakau (handaka, 2017). Terdapat pembagian jenis pajak

yang dilakukan pemungutannya dilakukan oleh Pemerinah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang PDRD ayat (1) dan (2),

pembagiannya antara kain.

1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Provinsi terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan;

e. Pajak Rokok;

26
2. Jenis Pajak Kabupaten / Kota terdiri atas :

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan;

k. Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang ketentuan Umum

dana Tata Cara Pemungutan Pajak daerah sebagai hukum formilnya dalam perwujudan

pelaksanaan pajak derah. Pajak derah dipungut dengan 2 (dua) cara, yaitu berdasarkan

dengan ketetapan yang ditetapkan oleh kepala daerah ataupun perhitungan besarnya

pajak oleh wajib pajak sendiri hal tersebut sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 2016.

27
Tabel 2.2.
Jenis Pajak Daerah
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota
Penetapan Perhitungan Sendiri Penetapan Kepala Perhitungan Sendiri
Kepala Daerah Wajib Pajak Daerah Wajib Pajak
Pajak Kendaraan Pajak Bahan Bakar Pajak Reklame Pajak Hotel
Bermotor Kendaraan Pajak Air Pajak Restoran
Bea Balik Nama Bermotot Tanah PBB-P2 Pajak Hiburan
Pajak Air Pajak Rokok Pajak Penerangan
Permukaan Jalan
Pajak Mineral Bukan
Logam Dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Sarang
Pajak Burung Walet
Beas Perolehan Hak
Atas Tanah Dan
Bangunan
Sumber dari UU Nomor 28 Tahun 2009

Menurut Dr. Abdul Kadir, M.Si, dalam bukunya yang berjudul Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah dalam Perspektif Otonomi di Indonesia (2009), pajak daerah

memiliki seperangkat kriteria untuk menilai potensi dan suatu kinerja jenis pungutan,

diantaranya yaitu (1)Kecukupan dan Elastisitas; (2) Keadilan, (3) Kapasitas Administratif;

(4), Kesepakatan Politis; (5) Efesiensi Ekonomi; Dan (6) Kesesuaian Sebagai Pajak

Daerah.

2.2.2. Fungsi Pajak Daerah

Makna “ fungsi “ di dalam fungsi pajak adalah sebagai kegunaan untuk suatu

hal. Jadi fungsi dari pajak adalah bermanfaat atau kegunaan dari pajak. Pajak memiliki

manfaat dan kegunan dalam meningkatkan kesejahteraan, negara tentunya tidak ingin

terjadinya kemerosotan kehidupan perekonomian masyarakatnya. Menurut Mardiasno

(2016), fungsi pajak dikenal dengan dua fungsi, baik pajak daerah maupun pajak pusat,

28
yaitu fungsi penerimaan (budgetair) dan fungsi pengaturan (regulerend).

a. Fungsi penerimaan ( budgetair)

Pada fungsi budgetair, pajak berfungsi untuk menutupi biaya yang dikeluarkan

pemrintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya. Oleh karena itu, pemungutan

pajak jika dipandang dari sisi ekonomi harus ditetapkan dengan cara seadil-adilnya dan

tidak boleh diselewengkan untuk mencapai tujuan perseorangan. Pajak daerah menjadi

cara pemerintah daerah untuk mengumpulkan dan dari masyarakat yang nantinya akan

dipergunakan untuk meningkatkan fasilitas guna kesejahteraan daerahnya. Pemerintah

melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan penerimaan secara optimal.

Memasukkan penerimaan secara optimal bukan berarti memasukkan penerimaan secara

maksimal staupun secara besar-besaran, optimal maksudnya yaitu usaha memperoleh

penerimaan tanpa ada yang terlewatkan, baik dari wajib pajak maupun objek pajaknya.

b. Fungsi pengaturan (Regulerend)

Maksud dari pajak sebagai fungsi Regulerend, pajak sebagai alat kebijakkan

oleh pemerintah daerah dalam mencapai tujuan-tujuan tetentu. Pajatidka hanya sebagai

usaha untuk menghimpun dana, tetapi juga pajak dijadikan sebagai usaha pemerintah

daerah untuk ikut serta dalam mengatur dan menyusun penerimaan dan kekayaan

daerah. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi tambahan atas fungsi utama pajak, yaitu

fungsi budgetair.

29
2.2.3. Tarif Pajak Daerah

Tarif pajak daerah yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 yang ditetapkan dengan pembatasan tarif paling

tinggi, yang berbeda untuk setiap jenis pajak daerah, yaitu:

1. Tarif Pajak provinsi:

a. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 10%;

b. Tarif Bea Balik Nama kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 20%;

c. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetatpkan paling tinggi 10%;

d. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10%; dan

e. Tarif Pajak Rokok ditetapkan paling tinggi 10%.

2. Tarif Pajak kota/kabupaten:

a. Tarif Pajak Hotel ditetapkan palinh tinggi 10%;

b. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%;

c. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35%;

d. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 25%;

e. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10%;

f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi 25%;

g. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 30%;

h. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi 20%;

i. Tarif Pajak Sarang Burung walet ditetapkan paling tinggi 10%;

j. Tarif Pajak Buni dan Bangunan ditetapkan paling tinggi 0,3%; dan

k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi

5%.

30
2.3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2.3.1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak daerah yang dikenakan

terhadap bumi dan bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985

tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat

kebendaan yang artinya besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu

bumi/tanah atau bangunan, keadaan subjeknya (siapa yang membayar) tidak ikut

menentukan besarnya pajak.

Menurut Meliala dan Oetomo (2010:65), Pajak Bumi dan Bangunan yang

disingkat PBB yaitu pajak paksa atas harta tetap yang diberlakukan melalui Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan menurut Siti Rahayu dan Devano

(2006:73) menyatakan bahwa objek PBB adalah bumi dan bangunan, sedangkan

subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak

atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau memiliki, menguasai dan

memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni, penggarap, pemakai

dan penyewa.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pajak bumi dan bangunan

merupakan pajak paksa atas harta tetap yang diberlakukan sesuai dengan ketentuan UU.

31
2.3.2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Adapun beberapa dasar hukum berupa Undang-undang dan peraturan yang

melandasi Pajak Bumi dan Bangunan diantaranya :

a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor :1007/KMK.04/1985 tentang

Pemberian Kewenangan Penarikan Pajak Bumi dan Bangunan Kepada

Walikota/Bupati.

d. Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2002 tentang Penetapan

Besarnya Nilai Jual Kena Pajak Untuk Penghitungan Pajak Bumi dan

Bangunan.

2.3.3. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Objek PBB-P2 yang dimaksud adalah bumi/tanah dan bangunan sektor

Perdesaan dan Perkotaan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang

pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan.

a. Bumi adalah Permukaan bumi (tanah dan bangunan) dan tubuh bumi yang ada

di pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.

b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap

pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut, yang termasuk :

32
1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu komplek bangunan seperti hotel,

pabrik, dan emplasemennya yang merupakan suatu kesatuan dengan

komplek bangunan tersebut;

2) Jalan tol;

3) Kolam renang;

4) Pagar mewah;

5) Tempat olahraga;

6) Galangan kapal, dermaga;

7) Taman mewah;

8) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, dan;

9) Menara

Sementara itu, objek pajak yang tidak dikenakan PBB Perdesaan dan Perkotaan

adalah objek pajak yang :

a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan.

b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan

untuk mencari keuntungan, seperti masjid, gereja, rumah sakit pemerintah,

sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain.

c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala dan atau sejenis dengan itu.

d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani

suatu hak.

33
e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbalbalik.

f. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan

oleh Menteri Keuangan.

2.3.4. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Subjek Pajak yang dimaksud adalah orang pribadi atau badan yang secaranyata

yaitu :

a. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;

b. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;

c. Memiliki bangunan, dan atau;

d. Menguasai bangunan, dan atau;

e. Memperoleh manfaat atas bangunan.

Subjek pajak sebagaimana dimaksud yang dikenakan kewajiban membayar

pajak adalah Wajib Pajak.

2.4. Pajak Reklame

2.4.1. Pengertian Pajak Reklame

Menurut Agus Fatoni (2009:6) mengenai pengertian reklame, menyatakan

bahwa: “Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan,

atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat

dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.”

34
Pajak reklame yang biasanya dipasang disetiap jalan adapula yang melalui dari

suatu selebaran, stiker ataupun dari yang lainnya. Setiap dalam pemasangan harus izin

terlebih dahulu kepada pihak yang bersangkutan. Pengertian Pajak Reklame yang

berdasarkan dengan Peraturan Daerah Aceh Tenggara Nomor 3 Tahun 2010 Tentang

Pajak Daerah Bab I Pasal 1 angka 16 dan 17 adalah: “Pajak Reklame merupakan suatu

pajak atas penyelenggaraan reklame”.

Beberapa Terminologi dalam Pemungutan Pajak Reklame (Siahaan, 2010:382-

383) yaitu sebagai berikut.

1. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan

corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,

orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau

dinikmati oleh umum.

2. Penyelenggaraan reklame adalah orang atau badan yang menyelenggarakan

reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak

lain yang menjadi tanggungannya.

3. Perusahaan jasa periklanan/biro reklame adalah badan yang bergerak di bidang

periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Panggung reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan reklame yang

ditetapkan untuk suatu atau beberapa buah reklame.

5. Jalan umum adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,

meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan

yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

35
6. Izin adalah izin penyelenggaraan reklame yang terdiri dari izin tetap dan izin

terbatas.

7. Surat Permohonan Penyelenggaraan Reklame yang selanjutnya disingkat SPPR

adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk mengajukan permohonan

penyelenggaraan reklame dan mendaftarkan identitas pemilik data reklame

sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang.

8. Surat Kuasa Untuk Menyetor yang selanjutnya disingkat SKUM adalah nota

perhitungan besarnya Pajak Reklame yang harus dibayar oleh wajib pajak yang

berfungsi sebagai ketetapan pajak.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak reklame

adalah benda, alat, perbuatan atau media bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk

tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, atau mempromosikan suatu barang

dan jasa.

2.4.2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame

Pemungutan Pajak Reklame di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum

yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait.

Dasar pemungutan Pajak Reklame pada suatu kabupaten atau kota (Siahaan, 2010:383)

adalah sebagai berikut.

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

36
Daerah.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

d. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Reklame.

e. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Reklame sebagai

aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Reklame pada

kabupaten/kota dimaksud.

2.4.3. Objek Pajak Reklame

Menurut Marihot P. Siahaan (2010:325) mengenai Objek Pajak Reklame,

menyatakan bahwa yang menjadi objek pajak reklame adalah semua penyelenggara

reklame, penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau

perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan Kabupaten / Kota.” Yang menjadi objek pajak reklame adalah semua

penyelenggaraan reklame yang dilakukan oleh perusahaan jasa periklanan. Objek pajak

reklame terdiri dari 10 macam yang berbeda-beda. Sebagaimana yang dimaksud diatas

objek pajak reklame menurut Marihot P. Siahaan (2010:326), meliputi :

a) Reklame papan

b) Reklame video

c) Reklame kain

d) Reklame melekat (stiker)

e) Reklame selebaran

f) Reklame berjalan termasuk pada kendaraan

g) Reklame udara

37
h) Reklame suara

i) Reklame film/slade

j) Reklame peragaan

Adapun maksud pengertian dari masing-masing objek pajak reklame adalah

sebagai berikut:

a) Reklame papan

Adalah reklame yang terbuat dari papan, kayu, termasuk seng atau bahan

lain yang sejenis, dipasang atau digantungkan pada bangunan, tembok, dinding

dan sebagainya baik bersinar maupun yang disinari.

b) Reklame video

Adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program

reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat

berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik.

c) Reklame kain

Adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain,

termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis itu.

d) Reklame melekat (stiker)

Adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan

cara disebarkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan

luasnya tidak lebih dari 200 cm per lembar.

e) Reklame selebaran

Adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan

cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk

38
ditempelkan, diletakkan, dipasang, atau digantungkan pada suatu benda lain.

f) Reklame berjalan termasuk pada kendaraan

Adalah reklame yang ditempatkan pada kendaraan yang diselenggarakan

dengan menggunakan kendaraan.

g) Reklame udara

Adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas,

laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis.

h) Reklame suara

Adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata- kata

yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan.

i) Reklame film / slade

Adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa

kaca atau film, ataupun bahan-bahan yang sejenis, sebagai alat untuk

diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layer atau benda lain yang ada di

ruangan.

j) Reklame peragaan

Adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu

barang dengan atau tanpa disertai suara. Ada beberapa objek pajak yang

dikecualikan dalam pasal ini yaitu penyelenggaraan reklame melalui internet,

televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan reklame yang

diadakan khusus untuk kegiatan ssosial, pendidikan keagamaan, dan politik

tanpa sponsor.

39
2.4.4. Subjek Pajak Reklame

Subjek pajak reklame menurut Nurlan Darise (2009:62), menyatakan bahwa :

“Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau

melakukan pemesanan reklame.” Jadi setiap orang pribadi atau badan yang akan

menyelenggaraan atau melakukan pemesanan reklame disebut subjek pajak reklame.

Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

reklame. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi

atau badan, wajib pajak reklame.

2.4.5. Wajib Pajak Reklame

Wajib pajak reklame menurut Marihot P. Siahaan (2010:10), menyatakan bahwa

: Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

reklame. Jika reklame diselenggarakan langsung oleh orang pribadi atau badan yang

memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, wajib pajak reklame adalah orang

pribadi atau badan tersebut.

Apabila penyelenggaraan reklame dilaksanakan melalui pihak ketiga, misalnya

perusahaan jasa periklanan, maka pihak ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajak dapat diwakili oleh pihak

tertentu yang diperkenankan oleh Undang-Undang dan peraturan daerah tentang pajak

reklame. Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara tanggung

renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang

kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.

40
2.4.6. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif

Menurut Nurlan Darise (2009:63) dasar pengenaan Pajak Reklame, menyatakan

bahwa : “Nilai sewa reklame diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi penempatan,

jangka waktu penyelenggaraan, dan ukuran media reklame.” Hasil perhitungan nilai

sewa reklame ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. Tarif Pajak Reklame paling

tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen) sehingga besarnya pokok Pajak

Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan

pajak.

2.5. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

2.5.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem

pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan trasnparan. Hal ini baru dapat di

capai jika seluruh tingkat pimpinan menyelesaikan kegiatan pengendalian atas

keseluruhan kegiatan di instansi maisng-masing. Dengan demikian maka

penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah, mulai dari perencanaan ,

pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan

secara tertib tekendali, serta efesien dan efektif.

Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara memerintahkan pengaturan lebih lanjut ketentuan mengenai

sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan

Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada

pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi

41
oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan

keyakinan mutlak.

Menurut Mahmudi (2010: 20) bahwa sistem akuntansi berkaitan erat dengan

sistem pengendalian internal organisasi. Sistem akuntansi yang baik adalah sistem

akuntansi yang di dalamnya mengandung sistem pengendalian yang memadai.

Pengertian sistem pengendalian intern adalah proses yang integral dari tindakan dan

kegiatan yang dilakukan oleh manajemen (eksekutif) dan jajarannya untuk memberikan

jaminan atau keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi dalam melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara,

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Menurut PP No. 60 tahun 2008 dijelaskan bahwa Sistem Pengendalian Internal

adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai

atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya

disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara

menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2.5.2 Tujuan Pengendalian Internal

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan,

dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib

melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pengendalian

42
atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah ini.

SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk memberikan

keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan

penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan penyelenggaraan tersebut adalah untuk menentukan apakah pengendalian

telah berjalan seperti yang dirancang dan apakah orang yang melaksanakan memiliki

kewenangan serta kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pengendalian secara

efektif, sedangkan tujuan dibangunnya sistem pengendalian intern menurut Mahmudi

(2010:20) adalah :

1. Untuk melindungi aset (termasuk data) Negara Untuk memelihara catatan secara

rinci dan akurat

2. Untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal

3. Untuk menjamin bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku (Standar Akuntansi Pemerintah/SAP)

4. Untuk efisiensi dan efektifitas operasi

5. Untuk menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan

perundangan yang berlaku.

43
2.5.3. Indikator Pengendalian Internal

Dalam pengendalian internal terdapat beberapa indikator , menurut PP No 60

tahun 2008 bahwa SPIP terdiri atas unsur:

1. Lingkungan pengendalian

2. Penilaian risiko

3. Kegiatan pengendalian

4. Informasi dan komunikasi; dan

5. Pemantauan pengendalian intern.

Penerapan unsur SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah.

1. Lingkungan Pengendalian

Pada PP No. 60 tahun 2008 pasal 4 di jelaskan bahwa Pimpinan Instansi

Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang

menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern

dalam lingkungan kerjanya, melalui:

1) Penegakan integritas dan nilai etika;

2) Komitmen terhadap kompetensi;

3) Kepemimpinan yang kondusif;

4) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM

7) Penilaian Risiko

44
Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan Instansi Pemerintah dapat menetapkan

tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-

undangan. Penilaian risiko ini terdiri atas:

1) Penetapan tujuan instansi secara keseluruhan

2) Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan

3) Identifikasi risiko

4) Analisis risiko

5) Mengelola risiko selama perubahan

6) Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian

sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dari sifat, tugas dan fungsi yang bersangkutan.

Kegiatan pengendalian sebagaimana yang dimaksud pada PP NO. 60 tahun 2008 pasal 18

ayat (3) terdiri atas:

1) Revisi atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

2) Pembinaan sumber daya manusia;

3) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

4) Pengendalian fisik atas aset;

5) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

6) Pemisahan fungsi;

7) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

8) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

9) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

10) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

45
11) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan

kejadian penting.

Menurut Mahmudi (2010:22) Komponen penting yang terkait dengan sistem

pengendalian internal khususnya kegiatan pengendalian antara lain:

1) Sistem dan prosedur akuntansi

2) Otorisasi

3) Formulir, dokumen dan catatan

4) Pemisahan tugas

5) Informasi dan Komunikasi

Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat dan

mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi atas

informasi sebagaiman dimaksud wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk

menyelenggarakan komunikasi yang efektif sebagaiman dimaksud pada ayat

(1),pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya ;

1) Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan

2) Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus

menerus.

2. Pemantauan

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian

Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut

rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

46
Pemantauan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2)

diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,

rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

2.5.4. Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Internal

Menurut Pada PP No. 60 tahun 2008 peran dan tanggung jawab orang- orang

dalam organisasi terhadap SPIP adalah:

1. Manajemen

Dalam hal ini adalah Menteri/Pimpinan, lembaga, Gubernur, dan bupati/walikota

serta jajaran manajemen di lingkungannya. Para pimpinan inilah yang paling

bertanggungjawab menyelenggarakan SPIP dilingkungan kerjanya. Disamping itu

pimpinan memegang peranan penting dalam penerapan SPIP yang memerlukan

keteladanan dari pimpinan yang mempengaruhi integritas, etika dan faktor lainnya dari

lingkungan pengendalian yang positif.

2. Seluruh pegawai

SPIP dengan berbagai tingkatan, menjadi tanggungjawab semua pegawai dalam

suatu instansi dan seharusnya ada dalam uraian pekerjaan setiap pegawai. Setiap

pegawai menghasilkan informasi yang digunakan dalam sistem pengendalian intern atau

melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk mempengaruhi pengendalian. Setiap

pegawai juga harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah dalam

pelaksanaan kegiatan instansi, ketidakpatuhan terhadap aturan prilaku, serta pelanggaran

kebijakan atau tindakan-tindakan yang illegal lainnya.

47
3. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memiliki peran yang penting

untuk mengevaluasi efektivitas penerapan SPIP, dan memberikan kontribusi terhadap

efektivitas SPIP yang sedang berlangsung. Karena posisi organisasi APIP independen

dari manajemen serta otoritas yang disandangnya, APIP sering berperan dalam fungsi

pemantauan.

4. Auditor Eksternal dan Pihak Luar Instansi

Sejumlah pihak luar sering memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan

instansi. Auditor eksternal membawa pandangan yang objektif dan independen,

mengkontribusikan langsung melalui pernyataan audit atas laporan keuangan dan tidak

langsung menyediakan informasi penting untuk manajemen dalam menjalankan

tanggung jawabnya termasuk sistem pengendalian intern.

Pihak lain yang juga memberikan pengaruh kepada instansi adalah legislator,

regulator dan stakeholders lainnya yaitu pihak-pihak yang berkepentingan atau terkait

dengan instansi. Namun pihak luar tidak bertanggung jawab atau tidak menjadi bagian

dalam sistem pengendalian intern.

2.5.5. Keterbatasan Pengendalian Internal

Kehadiran pengendalian intern pemerintah hanya dapat memberikan keyakinan

memadai bagi manajemen atau pimpinan pemerintah berkaitan dengan pencapaian

tujuan pengendalian intern entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh

keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern sangatlah besar.

48
Keterbatasan sistem pengendalian intern menurut Bastian (2010:10) adalah

sebagai berikut: Tidak ada sistem pengendalian intern yang dengan sendirinya dapat

menjamin administrasi yang efisien serta kelengkapan dan akurasi pencatatan.

Keterbatassan tersebut disebabkan oleh:

1. Pengendalian intern yang bergantung pada penilaian fungsi dapat

dimanipulasi dengan kolusi

2. Otorisasi dapat diabaikan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu

atau oleh manajmen

3. Personel keliru dalam memahami perintah sebagai akibat dari kelalaian tidak

diperhatikan maupun kelelahan.

Menurut Hiro Tugiman (2009:9) menyatakan bahwa permasalahan pengendalian

yang merupakan keterbatasan antara lain :

1) Banyak pengendalian yang ditetapkan memiliki tujuan yang tidak jelas.

2) Pengendalian lebih diartikan sebagai tujuan akhir yang harus dicapai bukan

sebagai atau sasaran untuk mencapai tujuan organisasi.

3) Pengendalian ditetapkan terlalu berlebihan (over controlling) tanpa

memperhatikan sisi manfaat dan biayanya

4) Penerapan yang tidak tepat dari pengendalian juga mengakibatkan berkurangnya

atau hilangnya inisiatif dan kreatifitas setiap orang.

5) Pengendalian tidak memperhitungkan aspek perilaku (behavioral) padahal

faktor manusia merupakan kunci utama untuk berhasilnya suatu pengendalian.

49
2.5.6. Pentingnya Sistem Pengendalian Internal

Pengendalian intern bagi suatu organisasi adalah merupakan suatu keharusan.

Bersamaan dengan kewajiban audit laporan keuangan, pimpinan wajib memberikan

pernyataan tentang kecukupan sistem pengendalian perusahaan yang dikelolanya dan

wajib dilakukan pemeriksaan. Menurut Gondodiyoto (2009:249) Faktor-faktor yang

menyebabkan makin pentingnya system pengendalian intern, antara lain:

1. Perkembangan kegiatan dan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur,

sistem dan prosedur suatu organisasi suatu organisasi semakin rumit. Untuk

dapat mengawasi operasi organisasi, manajemen hanya mengandalkan

kepercayaan atas berbagai laporan dan analisa.

2. Tanggung jawab utama untuk melindungi aset organisasi, mencegah dan

menemukan kesalahan - kesalahan serta kecurangan - kecurangan terletak pada

management, sehingga managementharus mengatur sistem pengendalian intern

yang sesuai untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.

3. Pengawasan oleh dari satu orang (saling cek) merupakan cara yang tepat untuk

menutup kekurangan - kekurangan yang bisa terjadi pada manusia. Saling cek ini

merupakan salah satu karakteristik sistem pengendalian intern yang baik.

4. Pengawasan yang langsung pada sistem berupa suatu pengendalian intern yang

baik dianggap lebih tepat daripada pemeriksaan secara langsung dan detail oleh

pemeriksa (khususnya yang berasal dari luar organisasi).

50
2.6. Efektivitas Pengendalian Internal

2.6.1 Pengertian Efektivitas Pengendalian Internal

Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang

dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengendalian internal dikatakan efektif

bila memahami tingkat sejauh mana tujuan operasi entitas tercapai, laporan keuangan

yang diterbitkan dipersiapkan secara handal, hukum, dan regulasi yang berlaku

dipatuhi.

Menurut Sondang P. Siagian (2008:4), efektivitas adalah pemanfaatan sumber

daya, sarana dan prasarana dalam jumlah yang secara sadar ditetapkan sebelumnya

untuk menghasilkan jumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya Efektivitas

menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika

hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Menurut Mardiasmo (2009:134) yang menyatakan bahwa: efektivitas adalah

ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Dimana apabila suatu

organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan

efektif. Sedangkan menurut Rahardjo (2011: 170) menyatakan efektivitas adalah

kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana

atau peralatan yang digunakan, disertai tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan

hasil memuaskan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas selalu memiliki

keterkaitan erat antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.

Efektifitas merupakan suatu pengukur keberhasilan terhadap organisasi dalam

pencapaian tujuannya. Organisasi tersebut dikatakan efektif apabila telah berhasil

51
mencapai apa yang diharapkan. Yang dapat diukur dengan rumus :

Efektivitas = Realisasi pajak PBB x 100 %


Target pajak PBB

Efektivitas = Realisasi pajak reklame x 100 %


Target pajak reklame

2.6.2. Pengukuran Efektivitas

Keberadaan Pajak Reklame harus ditentukan dari target yang dapat diperolehnya

setiap tahun dan ketercapainnya dapat dilihat dalam realisasi yang diperoleh setiap

tahun dari Pajak Reklame tersebut. Indikator untuk mengetahui tingkat efektivitas dari

hasil perhitungan menggunakan formula efektivitas adalah klasifikasi pengukuran

efektivitas.

Tabel 2.3.
Klasifikasi Pengukuran Efektivitas

Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif

Sumber: Kepmendagri No. 690.900.327

52
2.7. Penelitian terdahulu

Penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Aceh tenggara yang juga pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan tempat dan waktu penelitian yang berbeda,

yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
Nama Judul Hasil penelitian
Niluh Made Analisisi sistem dan prosedur Berdsarkan penelitian bekaitan
Wesya pemungutan pajak reklame dengan penilaian resiko adalah
Nugrahani dalam upaya mendukung : belum adanya kesadaran dari
(2014) pengendalian inten (studi pada pemilik persil untuk
dinas pendapatan dan mengajukan permohonan
pengelolaan keuangan kota penyelenggaraan reklame,
surabaya) perizinan lokasi persil. Analisis
pengendalian inten berkaitan
dengan kegiatan dilakukan
dengan maksud
menindaklanjuti upaya
penanggungjawaban
permasalahan yang kerap
terjadi.
Nuning Sistem Pengendalian Intern Hasil penelitian ini adalah
Hindriani Pemerintah (SPIP) Dalam pelaksanaan SPIP di dinas
(2012) Perencanaan Anggaran Di kesehatan terbatas pada
Daerah (Studi Pada Dinas internalisasi organisasi, melalui
Kesehatan Kabupaten Madiun) unsur lingkungan pengedalian,
penilain resiko, kegiatan
pengendalian, infroamsi dan
komunikasi setiap
pemantauan.pada lingkungan /
pengendalian, belum di dukung
komitmen pimpinan untuk
menerapkan SPIP sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku; penilaian resiko,
belum dilakukan pengendalian,
pelaksanaan review masih
terbatas pada formalitas
pemenuhan tehadap
permintaan data dari DPKD.

53
Nama Judul Hasil penelitian
Yefta Palit Analisisis Sistem Pengendalian Hasil penelitian menunjukkan
Tatawi (2015) Intern Pada Prosedur bahwa lingkungan
Penerimaan Kas Pajak Hotel pengendalian pada Dispenda
Dan Pada Dinas Pendapatan Kota Bitung telah memadai
Kota Bitung ditinjau dari pemberian tugas
dan tanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan
penerimaan kas yang baik
perancangan dan penggunaan
dokumen dan catatan yang
memadai, perlindungan agar
tidak terjadi penyelewengan
dalam aktivitas penerimaan
kas, pemeriksaan oleh pihak
independen, pencatatan dan
pelaporan penerimaan kas yang
sudah memadai.
Priska (2015) Anaslisis Sistem Pengendalian Hasil penelitian menunjukkan
Intern Penerimaan Pajak Daerah sistem pengendalian intern
Di Kabupaten Halmahera Utara penerimaan pajak daerah pada
DPPPKAD kabupaten
halmahera utara masih tedapat
ketidaksesuaian dengan
peraturan pemerintah RI
Nomor 60 Tahun 2008, karena
masih ditemukan bebrapa
kelemahan yaitu; berhubungan
dengan sumber daya manusia
yang masih kurang di bidang
pendapatan dan belum
diberlakukan reward kepada
pegawai. Namun dari beberapa
unsur pengendalian intern
sudah berjalan dengan baik.
Sebaiknya pimpinan
DPPPKAD meningkatkan
kualitas SDM melalui
pendidikan dan pelatihan
sosialisai, perekrutan juga
kerjasama.

54
2.8. Kerangka Berpikir

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan yang artinya

besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah atau bangunan,

keadaan subjeknya (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang diharapkan

menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah,

juga untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Media reklame

dianggap sebagai alternatif pemasaran yang menguntungkan dan sangat efektif, reklame

dianggap mampu menarik calon konsumen karena reklame bisa diakses oleh semua

pihak. Hal ini menjadikan reklame sebagai salah satu yang harus diperhatikan oleh

pemerintah, baik dalam hal pemberian aturan dan tarif pemasangan reklame yang diatur

oleh undang- undang maupun peraturan daerah.

Untuk meminimalkan permasalahan dalam pemungutan pajak reklame, ada

baiknya Dinas Pendapatan Asli Daerah perlu melakukan evaluasi pengendalian internal

agar dapat meningkatkan efektivitas dalam pemungutan pajak reklame. Pengendalian

internal (internal control) adalah kebijakan dan prosedur dalam pemungutan untuk

memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan meyakinkan bahwa

hukum serta peraturan telah diikuti. Dinas Pendapatan Asli Daerah perlu

menggunakan pengendalian internal untuk mengarahkan sistem operasi, melindungi,

mencegah penyalahgunaan sistem. (Warren, 2009).

Dalam peraturan pemerintah republik Indonesia No. 60 tahun 2008 salah satu

tujuan SPIP yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya

efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

55
Dengan demikian pengendalian yang efektif akan berdampak pada jumlah hasil pajak

atas target atau realisasi yang akan diterima. (Mardiasmo, 2009:206)

Suatu sistem pengendalian internal dapat dikatakan telah memadai jika

pemerintah mampu mengidentifikasi unsur-unsur atas pengendalian internal dengan

baik. Menurut PP No 60 tahun 2008 bahwa SPIP terdiri atas unsu dalam pengendalian

internal terbagi menjadi lima, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi dan Pemantauan pengendalian intern.

Dengan diterapkannya unsur-unsur dan tujuan pengendalian internal tersebut,

maka diharapkan dapat menciptakan pengendalian atas penerimaan pajak reklame yang

efektif. Efektif tidaknya pengelolaan pemungutan pajak reklame dapat diukur dari

evaluasi sejauh mana perusahaan telah melaksanakan unsur- unsur pengendalian

internal sebagaimana yang dijabarkan oleh Sistem Pengendalian Inetren Pemerintah

(SPIP) dengan baik. Hasil evaluasi dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga

perusahaan dapat mencapai tujuannya. Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

56
Bagan 2.1
Kerangka Berfikir

Pajak PBB dan pajak


reklame

Realisasi Pajak Target Pajak

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Lingkungan Resiko Kegiatan Informasi & Pemantauan


Pengendalian Penilaian Pengendalian Komunikasi Pengendalian
Intern

Efektivitas Pajak PBB dan Pajak Reklame

57
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

yaitu data yang berbentuk uraian kalimat untuk menggambarkan penjelasan obyek studi

dan fakta yang ada di lapangan, menemukan metode untuk penyelesaian masalah

sehingga memudahkan untuk mendapatkan data yang objektif.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Dalam melakukan penelitian, peneliti memerlukan sumber data yang digunakan

guna membantu kelancaran dalam penyusunan penelitian ini. Adapun sumber data yang

digunakan peneliti berupa :

1) Data Primer, data yang diambil secara langsung dari sumbernya. Data ini

dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh peneliti. Data ini diperoleh melalui

wawancara dan dokumentasi pengumpulan data dari Badan Pengelolaan

Keuangan dan Pajak Daerah (BPKPD) Aceh Tenggara antara lain :

a. Data objek pajak yang didaftarkan oleh wajib pajak

b. Data wajib pajak yang membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan pajak reklame

c. Data Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang telah dilunasi dan SPPT

yang diterbitkan dan data pajak reklame.

d. Informasi mengenai hambatan yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak bumi

bangunan, pajak reklame, sistem kinerja pengendalian inten dan upaya yang

58
dilakukan untuk mempertahankan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan,

yang dilakukan oleh pihak inten.

e. Data Realisasi Penerimaan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan di BPKPD Aceh Tenggara.

Tabel 3.1
Kisi-kisi wawancara
Variabel Indikator No. Total
Pernyataan
Sistem pengendalian 1. Lingkungan pengendalian 1-2 2
intern pemerinta 2. Penilaian resiko 3-4 2
3. Kegiatan pengendalian 5-6 2
4. Informasi dan komunikasi 7-8 2
5. Pemantauan pengendalian intern 9-10 2
Penerimaan pajak 6. Pengelolaan PBB-P2 1-2 2
PBB 7. Kondisi PBB-P2 di aceh tenggara 3-4 2
8. Stratgi sistem pemungutan
Eksternal 5-6 2
9. Faktor linkungan eksternal
10. Faktor lingkungan internal 7-8 2
9-10 2
Penerimaan pajak 1. Tugas dan wewenang dinas 1-2 2
Reklame pendapatan daerah kota medan
2. Sistem pemungutan pajak reklame 3-4 2
yang digunakan
3. Prosedur pelaksanaan 5-6 2
pemungutan pajak reklame
4. Penerapan sanksi-sanksi kepada 7-8 2
wajib pajak

2) Data Sekunder, data yang diperoleh secara tidak langsung seperti data yang

diperoleh dari website, internet, penelitian terdahulu, buku-buku ilmiah yang

sesuai dengan penelitian ini yaitu struktur organisasi KP2KP Aceh Tenggara,

realisasi penerimaan dan target Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan dan Realisasi Pajak Reklame, serta dasar hukum pembentukan

KP2KP /1Aceh Tenggara.

59
3.3. Batasan dan Asumsi Penelitian

3.3.1. Batasan Penelitian

Pembatasan pada penelitian ini dilakukan agar pembahasan dapat mencapai

sasaran dan lebih terfokus, mengingat terdapat suatu permasalahan yang begitu luas.

Pada penelitian ini hanya membahas tentang analisis pengendalian inten dalam

meingkat perkembangan ekonomi daerah Aceh Tenggara.

3.3.2. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang diteliti untuk

memudahkan dan memahami permasalahan yang terjadi. Asumsi yang mendasari

penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan perdesaan dan

perkotaan dan pajak reklame sebagai penunjang realisasi penerimaan pajak bumi dan

bangunan dan pajak reklame serta dapat mengetahui perilaku kepatuhan wajib pajak,

hambatan yang timbul terkait kepatuhan wajib pajak, dan upaya yang dilakukan untuk

mempertahankan kepatuhan wajib pajak pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak

Daerah Aceh Tenggara

3.4. Unit Analisis

Adapun unit analisis dalam penelitian ini antara lain :

a. Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-

P2) dan Pajak Reklame di Aceh Tenggara.

b. Sistem kinerja intern yang berperan sebagai pemungut pajak

c. Data-data yang akan dianalisis yang ada pada KP2KP Aceh Tenggara seperti

60
jumlah objek pajak yang didaftarkan wajib pajak, jumlah WP yang membayar

PBB dan Pajak Reklame, serta jumlah SPPT yang telah dilunasi dan SPPT yang

diterbitkan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang mendukung dalam penyusunan penelitian ini,

maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Studi Kepustakaan (Library Study)

Penelitian yang dilakukan dengan cara studi dokumen melalui data sekunder

seperti buku, referensi, literatur di perpustakaan dengan cara membaca, mempelajari,

mengutip, dan merangkum data yang berhubungan dengan permasalahan yang ada

dalam penelitian ini.

2) Studi Lapangan (Field Studies)

Penelitian yang dilakukan dengan memperoleh data primer dengan cara

mengadakan pengamatan secara langsung kepada objek penelitian, seperti :

a. Wawancara, melakukan sesi tanya jawab secara langsung dengan pihak-

pihak yang berkepentingan dalam memperoleh data. Peneliti melakukan

tanya jawab secara langsung kepada Kepala Sub Bidang Penagihan dan

Pengurangan PBB d a n P a j a k R e k l a m e yang terlibat langsung dalam

pengelolaan data administrasi perpajakan yang mengetahui bagaimana

perilaku wajib pajak bumi dan bangunan di Aceh Tenggara

b. Dokumentasi, pengumpulan data berupa arsip atau rekapitulasi data yang

terkait dengan WP PBB dan Reklame yang ada pada KP2KP Aceh.

61
3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi

kemudian data diolah dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data

dari KP2KP Aceh Tenggara dijadikan pedoman penelitian sebagai hasil analisis.

Adapun tahapan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Mengumpulkan dan mengidentifikasi data terkumpul dari hasil wawancara

dan dokumentasi yang dilakukan terkait kepatuhan WP PBB dan Reklame di

Aceh Tenggara

2. Menghitung data dari KP2KP Aceh Tenggara untuk diolah dan dianalisis dengan

cara perbandingan data dari lima tahun terakhir yang tercatat sebagai PAD

sebagai bukti sah target dan realisasi pajak di Aceh Tenggara yang telah

dibayarkan oleh wajib pajak kepada Pemerintah Daerah setempat, dibandingkan

dengan PAD yang telah diterbitkan/tercetak yang merupakan jumlah

pemberitahuan pajak Realisasi yang dicetak sesuai sesuai urutan tahun Aceh

Tenggara.

3. Menganalisis data yang telah terkumpul dan dihitung untuk mengetahui tingkat

efektivitas perlu dilakukan pengelompokkan terhadap realisasi dan target pajak.

62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh

Tenggara pada mulanya merupakan suatu sub-bagian pada bagian keuangan yang

mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Namun, seiring dengan laju

pertumbuhan penduduk yang meningkat serta potensi pajak/retribusi daerah, maka

melalui peraturan daerah Aceh Tenggara sub–bagian tersebut ditingkatkan menjadi

bagian pendapatan, sehingga dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan

pajak dan retribusi yang merupakan kewajiban para wajib pajak atau wajib retribusi

dalam Aceh Tenggara yang terdiri dari 16 (Enam Belas) Kecamatan, diantaranya

Kecamatan Badar, Babussalam, Bambel, Babul Makmur, Babul Rahmah, Bukit Tusam,

Darul Hasanah, Deleng Pohokisen, Ketambe, Lawe Alas, Lawe Bulan, Lawe Sigala-

gala, Lawe Sumur, Leuser, Semadam,Tanah Alas.

Sesuai dengan instruksi Menteri Dalam Negeri KPUD No.7/12/41-10 tentang

penyeragaman struktur organisasi Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara berdasarkan PERDA No.12 Tahun 1978

menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru, yakni

seksi-seksi administrasi Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

(KP2KP) Aceh Tenggara serta bagian tata usaha yang membawahi 3 (tiga) kepala sub-

bagian yang merupakan sub-sektor perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah

63
lainnya serta kontribusi yang cukup penting bagi pemerintahan daerah dalam

mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari peningkatan pendapatan

daerah. Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan

pendapatan daerah melalui sub-sektor perpajakan, retribusi daerah, pendapatan daerah

lainnya serta peningkatan pemungutan pajak hiburan yang merupakan kontribusi yang

cukup penting bagi Pemerintah Daerah.

Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara

kebijaksanaan menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau

menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Kantor

Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara yang ada

sekarang. Namun pada kondisi saat ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau

kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari

pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektoral perlu dirubah secara

fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir di

bidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan dan Manual Pendapatan

Daerah (MAPATDA) dapat berhasil disusun dengan baik.

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh

Tenggara mempunyai tugas sebagaimana yang telah dimaksud.

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh

Tenggara menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan

64
lingkup tugasnya.

c. Pembinaan dan pelaksaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya, dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Pemerintah daerah sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

e. Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Aceh Tenggara terdiri dari :

1. Kantor pelayanan pajak ;

2. Sub bagian Umum :

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Program

3. Bidang Monitoring dan Evaluasi terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Penelitian

c. Seksi Pengolahan Data

4. Bidang Pendapatan dan Bagi Hasil terdiri dari :

a. Seksi Pajak Daerah

b. Seksi Retribusi

c. Seksi Penagihan dan Bagi Hasil

5. Bidang PBB dan Pajak Reklame terdiri dari :

a. Seksi Penetapan

b. Seksi Keberatan

c. Seksi Verifikasi

65
6. Bidang Penagihan terdiri dari :

a. Seksi Penagihan dan Keberatan

b. Seksi Pengolahan dan Penerimaan\Sumber Pendapatan Lain

c. Seksi Dokumentasi

7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

4.1.2. Penerimaan Pemungutan Pajak PBB Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan

Konsultasi Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara

Kinerja penerimaan pajak PBB dan Pajak Reklame dalam rangka meningkatkan

penerimaan pajak memerlukan waktu dan biaya selama pemungutan. Adapun rumus

dari rasio efektivitas dalam penerimaan pajak reklame adalah sebagai berikut:

Efektivitas = Realisasi Pajak PBB X 100 %


Target Pajak PBB

Tabel 4.1
Persentase Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Aceh
Tenggara 2018-2022
Pajak Bumi dan Bangunan
Tahun
Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase Efetivitas
2018 1.300.000.000,00 470.26.,207,00 36,17 % Tidak efektif
2019 1.300.000.000,00 510.211.000,00 39,01% Tidak efektif
2020 1.300.000.000,00 524.988.000,00 40,04% Tidak efektif
2021 1.300.000.000,00 624.988.000,00 46,17% Tidak efektif
2022 1.300.000.000,00 570.262.207,00 41,04% Tidak efektif
Sumber : Olah Data 2023

66
Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas untuk tahun 2018 dan tahun 2022

tingkat penerimaan atas PBB mengalami peningkatan, walaupun meningkat tetapi

jumlah peningkatan atas persentase penerimaan pajak PBB masih jauh dari jumlah

target yang ditetapkan oleh Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

(KP2KP) Aceh Tenggara, dimana untuk tahun 2018 tingkat persentase efektivitas

penerimaan pajak PBB sebesar 36,17 % yang dapat dikategorikan tidak efektif,

sedangkan ditahun 2019 sampai tahun 2020 persentase efektivitas mengalami

peningkatan menjadi 39,01 %, 40,04 %, 46,17 % dan 41,04 %, walaupun mengalami

peningkatan tetapi masih dalam kategori tidak efektif.

Efektivitas pajak PBB yang masih berada dibawah standar Kepmendagri No.

690.900.327. Hal ini terjadi karena kurang maksimalnya pembayaran pajak PBB yang

dilakukan oleh masyarakat, dan kurang nya kesadaran masyarakat dalam melakukan

pembayaran atas pajak reklame.

Tabel. 4.1
Klasifikasi Pengukuran Efektivitas
Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif

Sumber: Kepmendagri No. 690.900.327

Melalui analisis efektivitas dapat diketahui seberapa besar realisasi penerimaan

pajak PBB terhadap target yang seharusnya dicapai pada periode tertentu. Dengan

adanya penargetan realisasi pajak reklame dimaksudkan agar mendorong kinerja

67
Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara

yang cukup tinggi.

Menurut Mardiasmo (2009), yang menyatakan bahwa untuk efektivitas adalah

tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Dengan semakin

tinggi rasio efektivitas pajak reklame menggambarkan kemampuan pemerintah daerah

yang semakin efektif.

Tingkat efektivitas yang masih sangat dibawah standar yang ditetapkan terjadi

dikarenakan pembayaran pajak PBB yang masih jauh dibawah anggaran yang telah

ditetapkan, dan hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam

melakukan pembayaran atas pajak yang dibebankan.

4.1.3. Penerimaan Pemungutan Pajak Reklame Kantor Pelayanan, Penyuluhan,

dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara

Kinerja penerimaan pajak reklame dalam rangka meningkatkan penerimaan

pajak memerlukan waktu dan biaya selama pemungutan. Adapun rumus dari rasio

efektivitas dalam penerimaan pajak reklame adalah sebagai berikut:

Efektivitas = Realisasi Pajak Reklame X 100


Target Pajak Reklame
%

68
Tabel 4.2
Persentase Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Aceh Tenggara

Tahun Target Realisasi Persentase Efektivitas


2018 59.000.000,00 25.473.000,00 42,04 % Tidak efektif
2019 60.000.000,00 26.232.500,00 43,07 % Tidak Efektif
2020 65.000.000,00 20.500.000.00 31,53 % Tidak efektif
2021 66.000.000,00 22.00.,000,00 32,82 % Tidak Efektif
2022 68.000.000,00 33.792.500,00 49,06 % Tidak efektif
Sumber : Data diolah (2023)

Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas untuk tahun 2018 dan tahun 2022

tingkat penerimaan atas pajak reklame mengalami peningkatan, walaupun meningkat

tetapi jumlah peningkatan atas persentase penerimaan pajak reklame masih jauh dari

jumlah target yang ditetapkan oleh Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara, dimana untuk tahun 2018 tingkat persentase

efektivitas penerimaan pajak reklame sebesar 42,04 % yang dapat dikategorikan tidak

efektif, sedangkan ditahun 2019 sampai tahun 2022 persentase efektivitas mengalami

peningkatan menjadi 43,07 %, 31,53 %, 32,82 % dan 49,06 % walaupun mengalami

peningkatan tetapi masih dalam kategori tidak efektif.

Efektivitas pajak reklame yang masih berada dibawah standar Kepmendagri No.

690.900.327. Hal ini terjadi karena kurang maksimalnya pembayaran pajak reklame

yang dilakukan oleh masyarakat, dan kurang nya kesadaran masyarakat dalam

melakukan pembayaran atas pajak reklame.

69
Tabel. 4.3.
Klasifikasi Pengukuran Efektivitas
Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber: Kepmendagri No. 690.900.327

Melalui analisis efektivitas dapat diketahui seberapa besar realisasi penerimaan

pajak reklame terhadap target yang seharusnya dicapai pada periode tertentu. Dengan

adanya penargetan realisasi pajak reklame dimaksudkan agar mendorong kinerja

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara

yang cukup tinggi.

Menurut Mardiasmo (2009), yang menyatakan bahwa untuk efektivitas adalah

tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Dengan semakin

tinggi rasio efektivitas pajak reklame menggambarkan kemampuan pemerintah daerah

yang semakin efektif.

Tingkat efektivitas yang masih sangat dibawah standar yang ditetapkan terjadi

dikarenakan pembayaran pajak reklame yang masih jauh dibawah anggaran yang telah

ditetapkan, dan hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam

melakukan pembayaran atas pajak yang dibebankan.

70
4.1.4. Sistem Pemungutan Pajak PBB dan Reklame Pada Kantor Pelayanan,

Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara

Menurut PP No. 60 tahun 2008 dijelaskan bahwa Sistem Pengendalian Internal

adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP,

adalah Sistem Pengendalian Intern diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk

pemungutan pajak PBB dan Pajak rreklame itu sendiri kinerja Kantor Pelayanan,

Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara hanya menerapkan

satu sistem saja yaitu system official Assesment dalam sistem ini memberikan

wewenang kepada pemerintah untuk menghitung besaran pajak terutang yang akan

dibayar oleh wajib pajak.

Sistem Pelaksanaan Pemungutan Pajak PBB dan Pajak Reklame pada kinerja

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi yang terkait dalam melakukan pemungutan pajak PBB dan pajak reklame

kinerja Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP)

Aceh Tenggara dibagi menjadi tiga seksi, yang setiap seksi diberi tanggung

jawab yang berbeda - beda, bagian yang terkait tersebut antara lain :

71
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan : seksi ini bertugas melakukan pendaftaran dan

pendataan terhadap Wajib Pajak.

2) Seksi Penerima Pembayaran : seksi ini bertugas menerima pembayaran pajak

dari Wajib Pajak.

3) Seksi Pembukuan dan Pelaporan : seksi ini bertugas melakukan pendaftaran dan

pendataan terhadap Wajib Pajak dan juga bertugas melakukan pengawasan dan

pencatatan untuk membuat laporan penerimaan pajak.

2. Dokumen yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah

Dinas Pendapatan Daerah menggunakan dokumen-dokumen yang harus diotorisasai

oleh Kepala Dinas, dokumen-dokumen tersebut antara lain :

1) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) : surat yang digunakan oleh Wajib

Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas

Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

2) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) : surat yang digunakan sebagai bukti setoran

oleh Wajib Pajak.

3) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) : surat keputusan yang menentukan

besarnya jumlah pajak yang terutang.

Adapun urutan prosedur pemungutan pajak PBB dan Pajak reklame pada kinerja

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara

adalah pendaftaran di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, penelitian berkas

(Dispenda), meminta perijinan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH), perijinan

kepada Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Pertambangan dan Kebersihan

(DPUPPK) dan kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), pembayaran, dan

72
penyerahan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Adapun tujuan dari sistem

pengendalian intern Pemerintah Daerah adalah :

1) Untuk melindungi aset (Negara)

2) Untuk memelihara catatan secara rinci dan akurat

3) Untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal

4) Untuk efisiensi dan efektifitas operasi

5) Untuk menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan perundangan

yang berlaku.

Dari hasil wawancara yang dilakukan, penulis memperoleh informasi bahwa

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara

belum memiliki Buku Pedoman Kebijakan dan Prosedur, yang mana buku tersebut

sangat berpengaruh bagi karyawan dalam melaksanakan semua proses penerimaan pajak

atas pemungutan Pajak PBB dan pajak Reklame yang dapat berdampak terhadap

penaksiran resiko dan lemahnya aktivitas pengendalian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data Standar Operasional Prosedur

dan FlowChart pemungutan pajak PBB dan pajak reklame yang sesuai dengan

ketetapan Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Tenggara yaitu:

1. Permohonan Wajib Pajak melakukan pembayaran p a j a k P B B pajak

reklame di bendahara penerima dan dapat mengambil izin pajak PBB pajak

reklame di BPPT.

2. Data izin PBB dan reklame BPPT yang mencerminkan realisasi penerimaan

pajak PBB dan pajak reklame untuk PBB dan reklame yang telah dibayar

pajaknya tersebut.

73
3. Cek Fisik

Pada Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh

Tenggara melakukan pengecekan secara teknis lokasi dan jenis reklame yang dilakukan

oleh wajib pajak

1) Pemeriksaan Lapangan

a. Pajak PBB

Untuk bagian aparat pajak melakukan survey lansung melakukan

pendataan bagi warga yang sudah mendaftar PBB dan yang belum mendaftar.

b. Pajak Reklame

Untuk bagian Aparat pajak melakukan survey langsung atas pemasangan

yang akan dilakukan oleh wajib pajak, dengan mengetahui secara jelas lokasi

dari pemasangan yang dilakukan.

2) Persetujuan

a. Pajak PBB

Setekah dilakukan pengecekan bagi masyarakat yang terdaftar PBB dan yang

beulm terdaftar, lokasi dan tempat PBB, maka akan diberikan penyerahan surat

pajak daerah (SKPD) kepada wajib pajak.

b. Pajak Reklame

Setelah dilakukan pengecekan atas jenis reklame, lokasi tempat pemasangan

reklame, maka akan diberikan penyerahan Surat Ketetapan Pajak Daerah

(SKPD) kepada wajib pajak.

74
4.1.5. Hambatan yang Timbul dalam Pemungutan PBB dan Pajak Reklame

Hambatan yang timbul dalam pemungutann pajak reklame, yang dilakukan

masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya, terdapat 2 faktor antara lain sebagai

berikut.

1. Dari pihak wajib pajak itu sendiri yaitu:

a. Masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak

b. Masih banyaknya para wajib pajak yang kurang jelas terhadap prosedur

pelaksanaan pajak reklame.

c. Adanya kesulitan untuk menghubungi wajib pajak yang berdomisili di luar kota.

2. Selain dari wajib pajak, faktor yang juga dapat menghambat dalam pemungutan

pajak juga berasal dari dari pihak Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara yaitu:

a. Penerapan sanksi yang kurang tegas bagi wajib pajak yang kurang patuh.

b. Penyuluhan yang kurang mencapai titik keberhasilan.

c. Pelayanan yang kurang memuaskan dari kedua belah pihak

d. Kurangnya tenaga lapangan yang mengawasi pelaksanaan PBB dan pajak

reklame.

e. Kurangnya informasi dan komunikasi tentang perpajakan daerah kepada

masyarakat

Informasi merupakan sumber penting dalam pelaksanaan kebijakan, ketersediaan

informasi yang cukup sangat mendukung pelaksanaan kebijakan. Informasi dalam hal

ini merupakan informasi mengenai bagaimana melaksanakan kebijakan pajak PBB dan

Reklame. Kurangnya informasi dan komunikasi tentang perpajakan daerah kepada

75
masyarakat karena sistem perpajakan yang mungkin dirasa sulit dipahami masyarakat

sehingga mengakibatkan wajib pajak umumnya kurang mengetahui secara pasti

kewajiban perpajakannya salah satu diantaranya adalah kewajiban membayar pajak

PBB dan Reklame. Informasi-informasi mengenai bagaimana melaksanakan kebijakan

pemungutan pajak PBB dan Reklame sudah jelas didalam Peraturan Daerah No. 4

Tahun 2011 tentang pajak PBB dan Reklame. Pemungutan pajak PBB dan Reklame

diatur dalam Peraturan Daerah No.4 Tahun 2011 tentang pajak PBB dan Reklame,

namun demikian masyarakat masih merasa kurang informasi karena mungkin menurut

masyarakat penjelasan perda masih dirasa kurang rinci, sehingga dibutuhkan sosialisasi

atau penyuluhan untuk masyarakat agar lebih memahami maksud dari peraturan daerah

tersebut.

4.1.6. Hambatan yang Timbul dalam Pemungutan PBB dan Pajak Reklame

Hambatan yang timbul dalam pemungutann pajak reklame, yang dilakukan

masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya, terdapat 2 faktor antara lain sebagai

berikut.

1. Dari pihak wajib pajak itu sendiri yaitu:

a. Masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak

b. Masih banyaknya para wajib pajak yang kurang jelas terhadap prosedur

pelaksanaan pajak reklame.

c. Adanya kesulitan untuk menghubungi wajib pajak yang berdomisili di luar

kota.

76
2. Selain dari wajib pajak, faktor yang juga dapat menghambat dalam pemungutan

pajak juga berasal dari dari pihak Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara yaitu:

a. Penerapan sanksi yang kurang tegas bagi wajib pajak yang kurang patuh.

b. Penyuluhan yang kurang mencapai titik keberhasilan.

c. Pelayanan yang kurang memuaskan dari kedua belah pihak

d. Kurangnya tenaga lapangan yang mengawasi pelaksanaan PBB dan pajak

reklame.

e. Kurangnya informasi dan komunikasi tentang perpajakan daerah kepada

masyarakat.

Informasi merupakan sumber penting dalam pelaksanaan kebijakan, ketersediaan

informasi yang cukup sangat mendukung pelaksanaan kebijakan. Informasi dalam hal

ini merupakan informasi mengenai bagaimana melaksanakan kebijakan pajak PBB dan

Reklame. Kurangnya informasi dan komunikasi tentang perpajakan daerah kepada

masyarakat karena sistem perpajakan yang mungkin dirasa sulit dipahami masyarakat

sehingga mengakibatkan wajib pajak umumnya kurang mengetahui secara pasti

kewajiban perpajakannya salah satu diantaranya adalah kewajiban membayar pajak

PBB dan Reklame. Informasi-informasi mengenai bagaimana melaksanakan kebijakan

pemungutan pajak PBB dan Reklame sudah jelas didalam Peraturan Daerah No. 4

Tahun 2011 tentang pajak PBB dan Reklame. Pemungutan pajak PBB dan Reklame

diatur dalam Peraturan Daerah No.4 Tahun 2011 tentang pajak PBB dan Reklame,

namun demikian masyarakat masih merasa kurang informasi karena mungkin menurut

masyarakat penjelasan perda masih dirasa kurang rinci, sehingga dibutuhkan sosialisasi

77
atau penyuluhan untuk masyarakat agar lebih memahami maksud dari peraturan daerah

tersebut.

4.2. Pembahasan

Unsur Sistem Pengendalian Intern harus dapat berfungsi sebagai pedoman

penyelenggaraan dan tolak ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern. Pengembangan unsur Sistem Pengendalian Intern perlu

mempertimbangkan aspek sumber daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran

efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi. Sistem pengendalian intern Kantor

Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara belum

efektif, hal ini terlihat dari masih adanya beberapa unsur pengendalian intern yang

masih lemah diantaranya : bagaimana melaksanakan kebijakan pajak PBB dan Reklame.

Kurangnya informasi dan komunikasi tentang perpajakan daerah kepada masyarakat

karena sistem perpajakan yang mungkin dirasa sulit dipahami masyarakat sehingga

mengakibatkan wajib pajak umumnya kurang mengetahui secara pasti kewajiban

perpajakannya salah satu diantaranya adalah kewajiban membayar pajak PBB dan

Reklame. Informasi-informasi mengenai bagaimana melaksanakan kebijakan

pemungutan pajak PBB dan Reklame sudah jelas didalam Peraturan Daerah No. 4

Tahun 2011 tentang pajak PBB dan Reklame. Pemungutan pajak PBB dan Reklame

diatur dalam Peraturan Daerah No.4 Tahun 2011 tentang pajak PBB dan Reklame,

namun demikian masyarakat masih merasa kurang informasi karena mungkin menurut

masyarakat penjelasan perda masih dirasa kurang rinci, sehingga dibutuhkan sosialisasi

atau penyuluhan untuk masyarakat agar lebih memahami maksud dari peraturan daerah

78
tersebut. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh

Tenggara dalam melakukan pemungutan pajak PBB dan Reklame

Selain juga terjadinya rangkap kerja yang dilakukan oleh beberapa pegawai

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara,

dimana instansi masih kekurangan beberapa pegawai, dimana instansi tidak menerapkan

pendelegasian wewenang sesuai dengan struktur organisasi perusahaan. Pendelegasisan

wewenang dilakukan dengan memperhatikan kemampuan terbaik dari setiap pegawai.

Hal ini bertentangan dengan teori Mulyadi (2013:164) yang menyatakan bahwa

dalam struktur organisasi harus mampu dalam memisahkan tanggung jawab fungsional

secara tegas kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan

pokok perusahaan.

1. Kepemimpinan yang kondusif

Adapun Kepala Dinas memberikan instruksi mengenai pelaksanaan pekerjaan,

selain itu figur kepala dinas dalam berpilaku memberikan contoh kepada seluruh

bawahannya yaitu melalui interaksi secara intensif sehingga komunikasi antar bawahan

akan tetap terjaga. Kepimpinan yang kondusif dapat dipahami dengan memperhatikan

visi dan misi Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP)

Aceh Tenggara

2. Komitmen Terhadap Kompetensi

Komitmen terhadap kompetensi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan,

Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara ialah pengangkatan

tiap pegawai pada jabatan tertentu masih belum berdasarkan kemampuan dan keahlian.

Untuk itu diharapkan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

79
(KP2KP ) Aceh Tenggara dalam penerimaan pegawai dilakukan secara objektif dan

selektif. Karena masih dilihatnya kendala yang berhubungan sumber daya manusia.

3. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya

manusia

Adanya pemberian pelatihan khusus bagi pengawai dibagian bidang pendapatan

seperti adanya diklat pemagangan dibidang Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan

Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara sesuai dengan perubahan regulasi dari

pusat, maupun pengembangan kinerja bagi pegawai yaitu dengan kedisiplinan dan

melihat tanggung jawab dari masing-masing pegawai untuk meningkatkan kinerja.

Namun di bidang pendapatan belum diberlakukan penghargaan terhadap pegawai yang

kinerjanya dinilai baik. Lingkungan pengendalian yang diterapkan oleh pegawai, selain

itu juga masih terbatasnya jumlah sumber daya manusia (SDM).

Hal ini didukung dengan teori Moeller (2007:4) menyatakan bahwa pengendalian

intern dapat dilihat sebagai proses yang terintegrasi pada tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan yang dapat dilihat pada perencanaan dan pelaksanaan

anggaran.

80
4.2.1. Penilaian Risiko

Pengendalian ditentukan berdasarkan risiko, dimana risiko dikelola untuk

menghindari kesalahan dan kecurangan yang berakibat misstatement terhadap hasil

pemungutan pajak reklame. Namun hal ini tidak terbatas pada risiko laporan keuangan,

pengendalian juga diterapkan untuk risiko lain.

Penilaian resiko yang dilakukan oleh pemerintah daerah agar penyajian

informasi hasil pemungutan pajak reklame yang wajar dan tepat waktu. Selain itu

pemerintah daerah telah mengenali dan mempelajari resiko-resiko yang ada, serta

membentuk aktivitas-aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk menghadapi hal

tersebut.

Penilaian risiko yang terkait didalam proses pemungutan pajak reklame, yang

terjadi pada Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2K ) Aceh

Tenggara masih belum maksimal hal ini dapat dilihat dengan masih adanya formulir-

formulir dalam pemungutan pajak reklame yang tidak menggunakan nomor urut

tercetak dalam dokumen atas pemungutan pajak reklame.

Hal ini bertentangan dengan teori Mulyadi (2013: 474) yang menyatakan bahwa

dalam menciptakan serta mewujudkan praktek yang sehat, formulir penting yang

digunakan perusahaan harus bernomor urut tercetak, dan penggunaan nomor urut

tersebut dipertanggungjawabkan oleh yang memiliki wewenang untuk mengisi formulir

tersebut.

Namun hal tersebut tidak menjadi kendala yang besar bagi perusahaan karena

penggunaan formulir hanya sesuai dengan tanggal terakhir atas transaksi terakhir yang

berlangsung selama ini masih berjalan dengan baik pada Kantor Pelayanan,

81
Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP ) Aceh Tenggara.

4.2.2. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu

memberikan arahan manajemen telah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian ini diadakan

dengan maksud mengawasi dan memberikan kepastian setiap tindakan yang dilakukan

dalam sistem pemungutan pajak reklame.

Dimana Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP)

Aceh Tenggara belum semuanya melakukan kegiatan pengendalian yang efektif, karena

dalam kegiatan pengendalian dari Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara setiap kejadian-kejadian dan transaksi-transaksi

yang disertai otorisasi oleh pihak yang berwenang.

Standar operasional prosedur dalam pemungutan dan perhitungan pajak reklame

yang digunakan oleh Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

(KP2KP) Aceh Tenggara sudah sesuai dengan ketetapan pemerintah, akan tetapi

aktivitas yang digambarkan pada flowchart belum sesuai dengan SOP yang ada. Belum

terlihat fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pemungutan dan perhitungan pajak

reklame, belum jelasnya alur dokumen yang akan digunakan pada setiap fungsi yang

ada dalam pemungutan dan perhitungan dari pajak reklame.

Menur t Mulyadi (2013:57) bahwa dalam alur data (flowchart) adalah suatu

model yang menggambarkan aliran data dan proses untuk mengolah data dalam suatu

sistem. Flowchart harus jelas fungsi apa saja yang terkait disetiap transaksi, tidak hanya

menjelaskan fungsi yang terkait, didalam Flowchart juga harus terlihat jelas dokumen

82
apa saja yang akan diperlukan dalam setiap fungsi,

berapa rangkap dokumen yang dibutuhkan, dan kebagian fungsi manakah dokumen

yang harus diberikan untuk melakukan otorisasi dan dokumentasi.

4.2.3. Informasi dan Komunikasi

Sistem Informasi dan komunikasi yang diterapkan oleh Kantor Pelayanan,

Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara telah

terkomputerisasi. Yaitu dengan adanya sistem pengelolaan keuangan berbasis teknologi

berupa Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). SIMDA adalah sistem yang

dapat menunjang kinerja yang berhubungan dengan pendapatan daerah dan dapat

melihat sampai sejauh mana pendapatan daerah tercapai.

Dari sistem ini digunakan untuk mendapat informasi wajib pajak yang sudah

membayar pajak maupun yang belum melunasi pajak terutangnya. Melalui sistem ini

bidang pendapatan lebih mudah mendapatkan informasi untuk melakukan rangkaian

penerimaan pajak. Dalam hal ini, Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara telah menerapkan sistem informasi dan

komunikasi yang baik dan memadai.

Suatu organisasi membutuhkan jalinan komunikasi yang intensif dengan

informasi yang berkualitas. Menurut Yuwono (2008), pengendalian dapat dilakukan

dengan sistem akuntansi dengan menerapkan sistem informasi akuntansi dan berbagai

bentuk aplikasi komputer dengan karakteristik double entry yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang lebih reliabel. Sehingga, dalam menghadapi resiko yang

mungkin muncul dapat dipecahkan dengan informasi yang berkualitas dan

83
terkomunikasikan dengan baik untuk dapat dilakukan pengambilan keputusan yang

tepat.

4.2.4. Pemantauan

Bagi Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh

Tenggara pemantauan dilakukan untuk mengoptimalkan penerimaan daerah. Pemantaun

dilaksanakan oleh petugas pengawasan khusus pada seksi pendataan, pendaftaran,

penetapan dan penagihan bidang pendapatan daerah, petugas tersebut diberikan

tanggung jawab dalam bentuk melakukan pegawasan dimana pegawai ditunjuk

langsung untuk memantau kepelaku- pelaku usaha dalam membayar pajak, dengan

tujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan juga pengendalian internal pajak

daerah sangat diberlakukan oleh pihak Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara agar supaya mengoptimalkan penerimaan daerah,

khususnya dalam pemungutan pajak PBB dan Reklame.

Ada juga penegasan yang diberikan agar tidak terjadinya pelanggaran yang

dilakukan wajib pajak. Adanya audit eksternal yaitu BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

selaku pihak yang berkewajiban melakukan pengawasan dan pemeriksaan untuk

memantau perkembangan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

(KP2KP) Aceh Tenggara serta memastikan pelaksanaan aktivitas setiap bagian terutama

penerimaan pajak dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku. Dalam

hal ini Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh

Tenggara telah melaksanakan pemantauan dengan baik.

84
Menurut Sinamo (2010: 24) mengartikan pemantauan sebagai proses menilai

kualitas kinerja pengendalian intern dalam suatu periode tertentu yang mencakup

penilaian design, operasi pengendalian, dan melakukan tindakan perbaikan yang

diperlukan melalui pemantauan berkelanjutan evaluasi terpisah, dan tindak lanjut

rekomendasi hasil audit.

4.2.5. Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Aceh Tenggara dalam

Meningkatkan Pemungutan PBB dan Pajak Reklame

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa dalam proses perizinan dan

pemungutan pajak PBB dan Reklame masih mengalami beberapa hambatan. Oleh

karena itu Pemerintah Daerah Aceh Tenggara berusaha untuk mengatasi hambatan itu

dengan beberapa upaya, sebagai berikut:

1. Sosialisasi Masyarakat tentang Perpajakan Daerah

2. Petugas Terjun ke Lapangan untuk Melakukan Pendataan

3. Penertiban dengan Surat Teguran

4. Pengawasan lapangan oleh Dinas Pendapatan Daerah yang dibantu oleh Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan.

Mencakup penilaian design, operasi pengendalian, dan melakukan tindakan

perbaikan yang diperlukan melalui pemantauan berkelanjutan evaluasi terpisah, dan

tindak lanjut rekomendasi hasil audit.Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, peneliti Priska Claudya Homenta (2015) dimana hasil penelitian

menunjukkan sistem pengendalian intern penerimaan pajak daerah pada DPPKAD

Kabupaten Halmahera Utara masih terdapat ketidaksesuaian dengan Peraturan

85
Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008, karena masih ditemukan beberapa kelemahan

yaitu: berhubungan dengan Sumber Daya Manusia yang masih kurang di bidang

pendapatan dan belum diberlakukan reward kepada pengawai. Namun dari beberapa

unsur Pengendalian Intern sudah berjalan dengan baik. Sebaiknya pimpinan DPPKAD

meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, perekrutan

juga kerjasama.

86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah menganalisis dan mengevaluasi sistem pengendalian intern Pemerintah

dalam melakukan pemungutan pajak PBB dan Reklame, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

Sistem pengendalian intern Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara belum efektif, hal ini terlihat dari masih adanya

beberapa unsur pengendalian intern yang masih lemah diantaranya:

1. Lingkungan pengendalian dalam prosedur pemungutan dan perhitungan Pajak

Reklame pada Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

(KP2KP) Aceh Tenggara belum efektif hal ini terjadi dikarenakan masih

terbatasnya jumlah sumber daya manusia (SDM) selain itu juga tidak adanya

pemberian pedoman kebijakan dan prosedur yang jelas dalam melakukan

pemungutan pajak PBB dan Reklame, sehingga menyebabkan terhambatnya

kinerja Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP)

Aceh Tenggara dalam melakukan pemungutan pajak reklame yang

menyebabkan penerimaan pajak PBB dan Reklame tidak mampu dalam

mencapai target, selain itu terjadinya Rangkap Kerja yang dilakukan oleh

beberapa pegawai Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

(KP2KP) Aceh Tenggara, dimana instansi masih kekurangan beberapa pegawai,

dimana instansi tidak menerapkan pendelegasian wewenang sesuai dengan

struktur organisasi perusahaan. Pendelegasisan wewenang dilakukan dengan

87
memperhatikan kemampuan terbaik dari setiap pegawai.

2. Penilaian risiko yang terkait didalam proses pemungutan pajak PBB dan

Reklame, yang terjadi pada Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara masih belum maksimal hal ini dapat

dilihat dengan masih adanya formulir-formulir dalam pemungutan pajak

reklame yang tidak menggunakan nomor urut tercetak dalam dokumen atas

pemungutan pajak reklame, dimana untuk mewujudkan praktek yang sehat,

formulir penting yang digunakan harus bernomor urut yang tercetak, guna

mempermudah dalam pencarian berkas yang diperlukan dimasa yang akan

datang.

3. Kegiatan pengendalian dalam prosedur pemungutan dan perhitungan pajak PBB

dan Reklame pada Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan

(KP2KP) Aceh Tenggara juga belum maksimal hal ini terbukti dengan belum

terlihat fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pemungutan dan perhitungan

pajak PBB dan Reklame, belum jelasnya alur dokumen yang akan digunakan

pada setiap fungsi yang ada dalam pemungutan dan perhitungan dari pajak PBB

dan Reklame

4. Sistem Informasi dan komunikasi yang diterapkan oleh Kantor Pelayanan,

Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP) Aceh Tenggara telah

terkomputerisasi. Yaitu dengan adanya sistem pengelolaan keuangan berbasis

teknologi berupa Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). SIMDA

adalah sistem yang dapat menunjang kinerja yang berhubungan.

88
5.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Kualitas sumber daya manusia (SDM) pengawai perlu ditingkatkan lagi, agar

dalam proses pelaksanaan penerimaan pajak PBB dan pajak reklame dapat

berjalan dengan baik.

2. Sebaiknya Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perapajakan (KP2KP)

Aceh Tenggara melakukan menandatangani atas setiap penerimaan atas

pemungutan pajak PBB dan pajak reklame guna memperkecil kecurangan yang

terjadi dimasa yang akan datang

3. Sebaiknya dokumen-dokumen yang digunakan Dinas Pendapatan Daerah Aceh

Tenggara dibuat dengan mencantumkan identitas nama perusahaan serta diberi

nomor secara berurutan agar mempermudah dalam pengumpulan dokumen.

89
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. (2011). Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.


Graha Ilmu: Yogyakarta.

Ahmad Yani. (2009). Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Daries,Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan Daerah . PT. Indeks : Jakarta.

Erly Suandy. (2009). Perencanaan Pajak. Salemba Empat : Jakarta.

Fatoni, Agus. (2009). Pengaruh Pemberdayaan Aparat Pemerintahan Desa Terhadap


Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat Di Provinsi Lampung. Desertasi.
Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.

Hiro Tugiman. (2009). Standar Profesional Audit Internal. Kanisius: Yogyakarta.

https://www.google.com/amp/s/www.hestanto.web.id/kepatuhan-wajib-pajak/amp/

Mahmudi. (2010). Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua. UPP STIM YKPN :
Yogyakarta.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi, 2009.

Republik Indonesia.(2008). Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Jakarta.
Siahaan, M.P. (2010). Pajak Daerah dan Retibusi Daerah Edisi Revisi. PT.
RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Siagian, Sondang P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara:


Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. 2011. Visi Media : Jakarta Selatan.

Warren, Reeve, dan Fess. (2009). Accounting “Pengantar Akuntansi”, buku 2, edisi
21. Salemba Empat : Jakarta.

90

Anda mungkin juga menyukai