Anda di halaman 1dari 66

“Analisis Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Peraturan Perpajakan”

(Studi Kasus pada CV MS)

SKRIPSI

By
Eli Ermawati
008201405012

Presented to
The Faculty of Economics, President University
In partial fulfillment of the requirements
for
Bachelor’s Degree in Major Accounting

PRESIDENT UNIVERSITY
Cikarang Baru – Bekasi
Indonesia

2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Dengan ini dewan penguji menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan Peraturan Perpajakan
(Studi Kasus pada CV MS) yang disusun dan diajukan oleh Eli Ermawati,
Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis telah dinilai dan terbukti lulus ujian
lisan pada hari Senin tanggal 09 April 2018.

Chair, Panel of Examiner,

Dr. Josep Ginting, SE., MM.,CFA

Examiner 1

Andi Ina Yustina, M.Sc., CIBA., CMA

Examiner 2

Whereson Siringoringo S.E., M.Ak.

ii
LEMBAR REKOMENDASI PEMBIMBING

Skripsi berjudul “Analisis Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Peraturan Perpajakan (Studi Kasus pada CV MS) yang disusun

dan diajukan oleh Eli Ermawati, Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis,

sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1) telah

ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh karena itu, saya

merekomendasikan skripsi untuk maju di sidang lisan.

Cikarang, Indonesia, 26 Maret 2018

Diketahui oleh, Direkomendasikan oleh,

Andi Ina Yustina, M.Sc., CIBA., CMA. Arief Setyadi Widhiharto,


Kepala Program Studi Akuntansi Pembimbing

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pemungutan

Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan Peraturan Perpajakan (Studi Kasus

pada CV MS)” adalah benar-benar ditulis oleh saya sendiri berdasarkan

penelitian dan tidak pernah digunakan sebelumnya. Oleh karena itu, saya

merekomendasikan skripsi ini untuk maju di sidang lisan.

Cikarang, 26 Maret 2018


Peneliti,

Eli Ermawati
(008201405012)

iv
ABSTRACT

This research was conducted to find out how the VAT treatment of selling
smartphones based on the procedures for calculation, remittance, and reporting
to VAT. And its effects on the results of the acceptance of the State. The data type
that is used is to use quantitative data and qualitative data. Source data obtained
come from the primary data and the method of data collection by observation and
the method of librarianship. Data analysis using exploratory analysis techniques.
The results of this research show the VAT treatment bring in CV MS in
calculating, deposit, and reporting have not been in accordance with the rules of
Taxation and the tax laws applicable in Indonesia. Thus causing the State
considerable losses due to the presence of a uniform yet traders who conduct
transactions smartphone sales over a smartphone.

v
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perlakuan PPN atas

penjualan smartphone serta tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPN

tersebut serta pengaruhnya terhadap hasil penerimaan negara. Jenis data yang

digunakan adalah dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.

Sumber data yang diperoleh berasal dari data primer dan metode pengumpulan

data dengan observasi dan metode kepustakaan. Analisis data menggunakan

teknik analisis eksploratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bawa perlakuan PPN

di CV MS dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan belum sesuai dengan

Peraturan Perpajakan dan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Sehingga menyebabkan negara mengalami kerugian yang cukup besar karena

belum adanya keseragaman dari para pedagang smartphone yang melakukan

transaksi penjualan atas smartphone.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat, dan

hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi mulai dari awal sampai dengan

akhir penelitian.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa apa yang telah

penulis lakukan tidak akan berhasil tanpa adanya doa, semangat, bantuan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan memberikan

dukungan kepada penulis. Untuk itu terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi President University

2. Ibu Andi Ina Yustina selaku Kepala Program Studi Akuntansi President

University

3. Bapak Arief Widhiharto selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

membantu dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.

4. Bapak Alboin, Bapak Hakim, dan pihak-pihak di akademik yang banyak

membantu dalam masa kuliah sampai dengan akhir kuliah.

5. Seluruh dosen President University.

6. Ibu Ana Wijayanti selaku Direktur PT 3M.

7. Orang tua, suami, Aleycia Yuga, dan keluarga yang telah memberikan

semangat, dukungan moril dan materiil.

8. Wike Seles yang selalu memberi dukungan tanpa henti dalam proses

penelitian sampai dengan penyelesaian skripsi.

vii
9. Teman-teman sekelas Angeli, Monica, Gus, Pras, Mbak Lastri, Evi,

Yuliani, Vivi, Alif, Dicky, dan teman-teman angkatan 2014 yang telah

memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

Serta penulis haturkan terima kasih kepada rekan-rekan lain yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan

kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada pembaca.

Cikarang, 09 April 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI .......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI . ....................................... ii
LEMBAR REKOMENDASI PEMBIMBING ............................................. iii
CHECK RESULT ........................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II KAJIAN LITERATUR ..................................................................... 9
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9
2.2 Kerangka Teori .................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Pajak dan Kebijakan Perpajakan ............................. 9
2.2.2 Fungsi Pajak ............................................................................. 12
2.2.3 Sistem Pemungutan Pajak ........................................................ 13
2.2.4 Kebijakan Publik ...................................................................... 14
2.2.3 Konsep Umum Pajak Pertambahan Nilai ................................. 17
2.2.3.1 Konsep Pajak Pertambahan Nilai ................................ 17
2.2.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai ................................... 18
2.2.3.3 Subjek Pajak Pertambahan Nilai .................................. 18
2.2.3.4 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai ........................ 20
2.2.3.5 Jenis Barang dan Jasa yang tidak dikenai PPN............. 21
2.2.3.6 Waktu Terutangnya PPN .............................................. 22
2.2.3.7 Memaksimalkan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 23
2.2.4 Faktur Pajak Elektronik (eFaktur) ............................................. 24
2.2.5 Kerangka Pemikiran .................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 27
3.1 Pendekatan Penelitian.......................................................................... 27
3.2 Objek Penelitian ................................................................................. 28
3.2.1 Pemilihan Informan Kunci ........................................................ 28
3.3 Jenis Data ............................................................................................ 28
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 29
3.3.2 Teknik Analisis Data ................................................................. 30
3.4 Mekanisme Pemungutan PPN ............................................................. 31
3.5 Mekanisme Pengkreditan dan Pelaporan PPN .................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 34
4.1 Gambaran Umum dari CV MS ............................................................ 34

ix
4.2 Proses Penerapan dan Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai .......... 34
4.3 Mekanisme Pengkreditan PPN yang seharusnya dilakukan CV MS .. 35
4.4 Analisis Perhitungan PPN ................................................................... 36
4.4.1 Pajak Keluaran .......................................................................... 37
4.4.2 Pajak Masukan ......................................................................... 38
4.5 Evaluasi atas Perhitungan PPN di CV MS .......................................... 41
4.5.1 Analisis Perhitungan kurang/lebih bayar pada penerapan PPN 41
4.5.2 Analisis Penyetoran dan Pelaporan PPN ................................... 42
4.6 Efek adanya perbedaan implementasi atas satuperaturan yang
sama oleh wajib pajak terhadap pemungutan PPN bagi
CV MS dan Negara ........................................................................... 42
4.6.1 Permasalahan yang dialami oleh CV MS dalam perhitungan
PPN dan penyajiannya ....................................................................... 42
4.6.2 Efek adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan
yang sama oleh wajib pajak terhadap pemungutan PPN bagi
CV MS................................................................................................ 46
4.6.3 Efek adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan yang
sama oleh wajib pajak terhadap pemungutan PPN bagi negara. ........ 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 48
5.1 Simpulan.............................................................................................. 48
5.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 50
5.3 Saran .................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 .................................................................................................... 2
TABEL 4.1 ..................................................................................................... 37
TABEL 4.2 .................................................................................................... 39
TABEL 4.3 .................................................................................................... 40
TABEL 4.4 .................................................................................................... 41

xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 ............................................................................................... 3
GAMBAR 2.1 .............................................................................................. 26
GAMBAR 4.1 ................................................................................................ 35

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak di Indonesia berperan penting di salah satu sektor sumber

penerimaan negara terbesar dan menjadi sumbangan terbesar untuk Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak yang memliki perang penting

dalam pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Hasil realisasi

penerimaan pajak yang ada di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) 2016 mencapai Rp 1.283,6 triliun belum memenuhi target dari jumlah

yang sudah diharapkan yaitu sebesar Rp 1.539,17 triliun. Angka ini sudah

termasuk Sumber Daya Alam Migas dan Pertambangan.

Dari hasil tersebut, penerimaan pajak terus ditingkatkan dengan tetap

menjaga perbaikan iklim investasi dan dunia usaha di Indonesia. Pemerintah

meningkatkan pelayanan dan efektifitas organisasi dalam hal sumber daya

manusia dan regulasi dari perpajakan itu sendiri. Peraturan perundang-undangan

perpajakan yang telah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan oleh Pemerintah

antara lain: Rancangan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, Rancangan Undang-Undang Pajak Penghasilan, Rancangan Undang-

Undang Pajak Pertambahan Nilai, dan Rancangan Undang-Undang Bea Materai.

1
Dalam tabel berikut ini menunjukkan adanya penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai sebagai penerimaan terbesar kedua setelah Pajak Penghasilan

(PPh). Pajak Pertambahan Nilai adalah merupakan pajak tidak langsung yang

dikenakan atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena

Pajak (JKP).

TABEL 1.1

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PPN DAN PPnBM, 2013-2017

(dalam miliar rupiah)

2013 2014 2015 2016 2017


Uraian % % % %
% thd
Real. thd Real. thd Real. thd APBNP Outlook thd
Total
Total Total Total Total

a. Pendapatan PPN 365,9 95,1 393,6 96,2 410,3 96,8 396,0 96,1 460,7 96,9

Pendapatan PPN DN 226,8 58,9 241,1 58,9 280,0 66,1 273,0 66,2 328,1 69,0

Pendapatan PPN Impor 139,0 36,1 152,3 37,2 130,1 30,7 122,8 29,8 132,4 27,8

Pendapatan PPN Lainnya 0,1 0,0 0,2 0,0 0,2 0,0 0,3 0,1 0,3 0,1

b. Pendapatan PPnBM 18,8 4,9 15,6 3,8 13,4 3,2 16,2 3,9 14,8 3,1

Pendapatan PPnBM DN 11,5 3,0 10,2 2,5 9,3 2,2 11,8 2,9 10,6 2,2

Pendapatan PPnBM Impor 7,3 1,9 5,3 1,3 4,0 0,9 4,3 1,0 4,1 0,9

Pendapatan PPnBM Lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1 0,0 0,1 0,0

Jumlah (a+b) 384,7 100,0 409,2 100,0 423,7 100,0 412,2 100,0 475,5 100,0
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan (2017)

Dari tabel di atas, penerimaan pendapatan untuk Pajak Pertambahan Nilai

mengalami penurunan di tahun 2016 disebabkan karena banyak perusahaan yang

masih belum patuh dalam mengikuti adanya aturan dari Undang-Undang

Perpajakan yang berlaku di Indonesia dan belum ada keseragaman dalam

pemungutan PPN.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus pada CV MS. CV MS

merupakan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha perdagangan

2
smartphone. CV MS sudah menjadi Pengusaha Kena Pajak sejak tanggal 12 Juli

2013. CV MS memiliki omset peredaran bruto di atas Rp 4,8 Miliar per tahun.

Peneliti mengambil sampel CV MS yang bergerak di bidang perdagangan

smartphone dikarenakan adanya penjulaan smartphone yang semakin meningkat,

berdasarkan data penggunaan smartphone yang terus mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun seperti yang tersaji pada gambar di bawah ini.

Jumlah Pengguna Aktif Smartphone di Indonesia

Gambar 1.1 Jumlah Penggunaan smartphone dari tahun 2013-2018. Sumber:

www.emarketer.com diakses pada Feb 2018

Dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya, CV MS mengalami kendala

dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu pada saat

melakukan transaksi penjualan kepada pelanggan, atau pun melakukan transaksi

pembelian dari supplier produsen smartphone. Dalam melakukan transaksi

pembelian ke supplier terdapat banyak kesalahan yang membuat CV MS

3
mengalami kerugian, diantaranya adalah pembelian smartphone ke supplier

menggunakan nama pribadi, sehingga pembelian smartphone yang terdapat Pajak

Pertambahan Nilai sebagai pajak masukan yang seharusnya dapat dikreditkan,

menjadi tidak dapat dikreditkan karena tidak menggunakan nama perusahaan.

Seperti yang kita tahu bahwa Pajak Pertambahan Nilai memiliki ciri-ciri antara

lain:

1. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan berdasarkan sistem faktur

pajak

2. Setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP)

wajib dibuatkan faktur pajak, karena faktur pajak merupakan bukti

pungutan Pajak Pertambahan Nilai.

3. Faktur pajak bagi penjual merupakan bukti dari pajak keluaran, faktur

pajak masukan bagi pembeli merupakan bukti dari pajak masukan.

CV MS sudah melakukan penghitungan dan pelaporan SPT Tahunan untuk

tahun pajak 2016, sehingga peneliti ingin menghitung ulang apakah perhitungan

PPN CV MS sudah benar dan sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan. Selain

menghitung ulang transaksi pembelian, peneliti juga menghitung ulang transaksi

penjualan dan menentukan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya

dipungut karena selama ini CV MS tidak menerbitkan faktur pajak atas transaksi

penjualan smartphone ke pelanggan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan

menghitung jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang digunggung dari akumulasi

penjualan smartphone dalam satu periode dalam kurun waktu tahun 2016.

4
Dari penelitian-penelitian terdahulu, belum ada peneliti yang meneliti

tentang pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas penjualan smartphone di

Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak atas konsumsi barang atau

jasa di dalam daerah pabean baik yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan di

wilayah Republik Indonesia, dan juga berlakunya undang-undang tentang

kepabeanan. Berdasarkan pembahasan masalah pada latar belakang di atas, maka

peneliti menuangkan pembahasan pada penulisan skripsi ini dengan judul

“Analisis Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan Peraturan

Perpajakan (Studi Kasus pada CV MS). Berikut adalah rumusan masalah

dalam penelitian ini:

1. Bagaimana analisa penghitungan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan

Peraturan Perpajakan di CV MS?

2. Bagaimana evaluasi atas pajak masukan dan pajak keluaran di CV MS?

3. Bagaimana efek dari adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan

yang sama oleh masing-masing wajib pajak?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian di salah satu perusahaan yang bergerak

di bidang usaha jual beli smartphone, haruslah ada tujuan yang ingin dicapai.

Sehingga memerlukan adanya spesifikasi masalah yang harus diteliti untuk

5
menghasilkan penelitian yang dituju, supaya hasil penelitian tersebut tidak

diragukan kepastiannya, serta penelitian yang sedang dikerjakan tidak keluar jauh

dari objek penelitian sebenarnya yang sedang diteliti. Berdasarkan uraian di atas,

adapun tujuan dari penelitian terhadap CV MS adalah:

1) Mengetahui mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

berdasarkan peraturan perpajakan di CV MS.

2) Melakukan evaluasi atas pajak masukan dan pajak keluaran di CV MS.

3) Menganalisa efek dari adanya perbedaan implementasi atas satu

peraturan yang sama oleh masing-masing wajib pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

Pada penelitian yang sedang disusun ini, peneliti berharap dapat

memberikan manfaat terhadap para pembaca dan mampu memahami ruang

lingkup dan proses dalam pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu:

1) Bagi peneliti

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan bisa memberikan wawasan dan

pengetahuan tentang bagaimana cara penerapan Pajak Pertambahan Nilai

di perusahaan dagang.

2) Bagi perusahaan (dalam hal ini adalah CV MS)

Sebagai acuan dan bahan evaluasi dalam menerapkan pemungutan Pajak

Pertambahan Nilai atas penjualan smartphone dan proses pengkreditan

Pajak Masukan atas pembelian smartphone.

3) Bagi peneliti mendatang

6
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan membuat penelitian

dengan topik sama di masa yang akan datang berkaitan dengan Pajak

Pertambahan Nilai.

4) Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Manfaat penelitian bagi Kantor Pelayanan Pajak adalah membantu

petugas pajak dalam menyampaikan kontribusi dan informasi yang

positif sebagai bahan pertimbangan dari seluruh pelaksanaan kebijakan

perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab yang masing-

masing terdiri dari beberapa sub-bab. Pembagian ini dimaksudkan supaya

penelitian dapat mencapai suatu pembahasan atas pokok permasalah yang lebih

mendalam dan lebih mudah terkait dengan implementasi pemungutan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) atas penjualan smartphone. Berikut ini penulis uraikan

garis besar penulisan skripsi, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menggambarkan tentang latar belakang permasalahan,

pokok permasalahan, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan

skripsi.

BAB II KAJIAN LITERATUR

7
Bab ini terdiri dari kajian atau tinjauan pustaka sebagai dasar dari

sebuah pembahasan, teori tentang konsep kebijakan perpajakan,

konsep perpajakan itu sendiri, serta konsep kebijakan Pajak

Pertambahan Nilai dan Teori Pajak Pertambahan Nilai.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan bagaimana metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian, yang terdiri atas pendekatan

penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, serta batasan dari

penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti menganalisis kebijakan atas pemungutan

Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan peraturan perpajakan pada

CV MS, serta mengevaluasi pajak masukan dan pajak keluarannya

dan menganalisa efek karena tidak adanya keseragaman peraturan

pemungutan Pajak Pertambahan Nilai bagi CV MS dan Negara.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis memberikan simpulan yang menjadi jawaban

atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berdasarkan data

yang sudah dianalisa. Selain itu penulis juga memberikan saran

atas permasalahan yang sedang terjadi sebagai hasil dari penelitian

yang sudah dilakukan.

8
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis yang berjudul “Analisis

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan Peraturan Perpajakan

(Studi Kasus pada CV MS)” dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

perlakuan PPN atas penjualan smartphone serta tata cara perhitungan, penyetoran,

dan pelaporan PPN tersebut khususnya pada CV MS, serta pengaruhnya terhadap

hasil penerimaan negara Penelitian ini menitikberatkan kepada adanya perlakuan

kebijakan Pajak Pertambahan Nilai atas penjualan smartphone. Pajak

Pertambahan nilai atas penjualan smartphone terlihat dalam transaksi-transaksi

penjualan mulai dari pusat sampai terakhir ke konsumen sebagai pengguna

terakhir. Peneliti ingin mengetahui sistem pemungutan pajak atas penjualan

smartphone dan implementasi pemungutan Pajak Pertambahan Nilai.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Pengertian Pajak dan Kebijakan Perpajakan

Pajak memiliki pengertian yaitu konstribusi terutang yang dilakukan

oleh wajib pajak dalam hal ini dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang

sifatnya memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak secara

9
langsung mendapatkan imbalan serta kontribusi tersebut digunakan untuk

keperluan negara dan bagi kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro (2012), pajak adalah iuran

rakyat yang ditujukan ke Kas Negara berdasarkan Undang-undang yang

berlaku, yang dapat dipaksakan tanpa mendapat imbalan dan digunakan untuk

membiayai kebutuhan dan pengeluaran negara.

Wajib pajak diberikan kepercayaan oleh pemerintah dari Undang-

Undang Perpajakan dalam melakukan kegiatan perpajakannya dengan

menganut sistem perpajakan (self assesment). Wajib pajak memiliki hak dan

kewajiban dalam membuat perhitungan, melakukan pembayaran ke kas

negara, dan melaporkan jumlah kewajiban perpajakannya.

Kebijakan pajak yang dikemukakan oleh Rosdiana (2005) merupakan

kebijakan fiskal dalam arti yang sempit. Sedangkan kebijakan pajak yang

dikemukakan oleh Mansury (1999) bahwa kebijakan yang dapat

meningkatkan penerimaan pajak, memberi pengaruh terhadap produksi

masyarakat, adanya kesempatan kerja, dan inflasi dengan menggunakan

instrumen pemungutan pajak dan pengeluaran belanja negara. Dalam sistem

perpajakan terdapat tiga unsur pokok antara lain:

1. Kebijaksanaan Perpajakan

Kebijaksanaan Perpajakan berperan dalam memberikan alternatif dari

berbagai sasaran yang akan ditujukan dalam sistem perpajakan. Alternatif

tersebut meliputi: pajak apa yang akan dipungut, siapa yang menjadi

subjek pajaknya, apakah yang menjadi objek pajaknya, berapa tarif pajak

10
yang ditentukan, dan bagaimana prosedurnya. Jika sasaran tersebut telah

ditentukan, kemudian dirumuskan kebijakan yang akan diambil dalam

sistem perpajakan tersebut.

2. Undang-undang perpajakan

Undang-undang perpajakan mengandung pengertian bahwa pajak diatur

dalam undang-undang negara yang dibuat oleh pemerintah beserta

peraturan-peraturan pelaksanaannya. Dalam undang-undang tersebut diatur

tentang pokok-pokok pikian yang bersifat prinsip dan peraturan-peraturan

pelaksanaannya. Peraturan tersebut berupa Keputusan Presiden (Kepres),

Keputusan Menteri Keuangan (KMK), Peraturan Pemerintah (PP), dan

lain-lain.

3. Administrasi Perpajakan

Administrasi Perpajakan merupakan kegiatan atau usaha untuk memenuhi

kewajiban dalam bidang perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak

dengan cara menghitung pajak secara tepat dan benar, yaitu sesuai dengan

ketentuan perpajakan, serta kepatuhan dalam membayar dan melaporkan

pajak tepat waktu sesuai dengan batas waktu atau jatuh tempo pembayaran

dan pelaporan pajak. Selain dari pihak wajib pajak, administrasi

perpajakan juga dilakukan oleh instansi atau badan yang dalam hal ini

adalah Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak). Dirjen Pajak mendapatkan

wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah dalam menyelenggarakan

dan melaksanakan pungutan pajak kepada wajib pajak sesuai dengan

11
undang-undang dan ketentuan perpajakan, sehingga target penerimaan

negara dapat tercapai sesuai rencana.

4. Aspek Yuridikasi dalam pengenaan Sanksi Perpajakan

Terkait dengan perpajakan, terdapat dua aspek yuridis yang harus

diperhatikan oleh wajib pajak dalam pengenaan sanksi perpajakan yaitu

aspek yuridis fiskal dan aspek yuridis keadilan.

2.2.3 Fungsi Pajak

Mengingat bahwa pajak memiliki peran yang cukup besar dalam

pembangunan, maka pemerintah Direktorat Jenderal Pajak di dalam

Ketentuan KUP memberikan keterangan bahwa pajak memiliki

berbagai fungsi, antara lain sebagai berikut:

1. Anggaran

Fungsi anggaran atau budgetair pajak memiliki fungsi utama

dalam fiskal yang berarti bahwa pajak tersebut digunakan menjadi

alat untuk menyampaikan dana secara menyeluruh dan optimal ke

kas negara berdasarkan peraturan pajak yang berlaku. Fungsi

anggaran pajak mempunyai peranan sangat penting di Indonesia

karena lebih dari 50% pengeluaran yang dilakukan oleh negara

dibiayai oleh pajak.

2. Pengatur

Pajak memiliki fungsi pengatur dalam mencapai tujuan tertentu

dengan menjadi instrumen atau alat dalam mengatur dan

melaksanakan kebijakan negara di bidang perkonomian.

12
3. Penjaga Stabilitas

Fungsi pajak sebagai alat penjaga stabilitas ekonomi adalah untuk

menjaga supaya kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil

sehingga neraca perdagangan di Indonesia tetap terjaga dari

defisit neraca perdagangan, inflasi, deflasi atau kelesuan ekonomi.

4. Pemerataan

Pajak digunakan sebagai redistribusi atau pemerataan pendapatan

untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Indonesia,

membiayai gaji pegawai di pemerintahan, dan lain sebagainya

yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.

2.2.3 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan yang

diterbitkan oleh Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak,

sistem pemungutan pajak di Indonesia terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Official Assessment System

Sistem yang memberikan wewenang kepada pemerintah yaitu

Fiskus (Perbendaharaan Pajak) dalam menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak. Sehingga posisi wajib pajak dalam

sistem ini bersifat pasif. Pajak yang terutang akan timbul setelah

dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan oleh

Pemerintah. Sebagai contoh adalah Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB).

13
2. Self Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan

pajaknya sendiri sesuai dengan UU Perpajakan. Posisi wajib pajak

dalam sistem ini bersifat aktif, Fiskus hanya bertugas untuk

mengawasi dan memberikan arahan kepada wajib pajak jika ada

kesulitan. Contoh penerapan dalam sistem ini adalah untuk

penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan.

3. Withholding System

Sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak

terutang dihitung oleh pihak ketiga, bukan dilakukan oleh wajib

pajak itu sendiri dan juga bukan dilakukan oleh Fiskus. Sebagai

contoh adalah pemungutan pajak untuk penghasilan karyawan

oleh Bendahara di suatu instansi atau perusahaan.

2.2.4 Kebijakan Publik

Kebijakan publik yang diungkapkan oleh Chandler dan Plano

(1998) memiliki definisi yaitu penggunaan manfaat yang strategis

terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah

publik atau pemerintah. Selanjutnya kebijakan publik dapat diartikan

menjadi sebuah intervensi yang dilakukan oleh pemerintah secara

terus menerus untuk kepentingan suatu kelompok yang masih kurang

beruntung di dalam masyarakat, supaya masyarakat tersebut dapat

14
hidup layak dan ikut serta dalam kegiatan pembangunan. Kebijakan

publik dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu hukum dalam

kehidupan bermasyarakat dan harus dipahami secara utuh dan benar.

Lembaga Administrasi Negara mengemukakan bahwa kebijakan

publik memiliki beberapa tingkatan, yang terdiri atas:

1. Kebijakan Nasional

Kebijakan Nasional mengandung pengertian yaitu kebijakan negara

yang bersifat fundamental dan strategis dalam mencapai suatu

tujuan nasional atau negara sebagaimana tertera dalam Pembukaan

UUD 1945. Yang memiliki wewenang dalam menetapkan

kebijakan nasional dalam pemerintahan adalah Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, dan Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR). Kebijakan nasional tersebut dituangkan dalam

peraturan perundang-undangan yang berbentuk: Undang-Undang

Dasar (UUD), Ketetapan MPR (Tap MPR), Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang (PERPU), Undang-Undang (UU).

2. Kebijakan Umum

Kebijakan umum merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh

Presiden sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar (UUD),

TAP MPR, Undang-Undang dalam mencapai tujuan

nasional/negara. Yang memiliki wewenang untuk menetapkan

kebijakan umum adalah Presiden. Kebijakan umum tertulis dapat

15
berbentuk: Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, dan Peraturan

Pemerintah.

3. Kebijakan Pelaksanaan

Kebijakan Pelaksanaan memiliki definisi atas perluasan dari

kebijakan umum yang menjadi strategi pelaksanaan suatu tugas di

bidang tertentu. Yang memiliki wewenang dalam menetapkan

kebijakan pelaksanaan adalah menteri atau pejabat setingkat

menteri dan pimpinan LPND. Kebijakan Pelaksanaan yang tertulis

dapat berbentuk peraturan, keputusan, instruksi dari pejabat

tersebut. Sebagai contohnya:

a. Peraturan Menteri

Contohnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dalam

menentukan kebijakan penggunaan elektronik Faktur Pajak

sesuai dengan PMK Nomor 151/PMK.03/2012 tentang Faktur

Pajak.

b. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) sebagai contoh KMK

Nomor 51/KM.10/2017 Tentang penentuan nilai kurs untuk

transaksi yang dilakukan pada tanggal 27 Desember 2017

sampai tanggal 02 Januari 2018.

c. Instruksi Menteri Keuangan (IMK) sebagai contoh IMK Nomor

346/IMK.01/2017 Tentang Gerakan Efisiensi Sebagai Bagian

Implementasi Penguatan Budaya Kementrian Keuangan.

16
2.2.3 Konsep Umum Pajak Pertambahan Nilai

2.2.3.1 Konsep Pajak Pertambahan Nilai

Pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU

KUP Pasal 1 ayat 1).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak tidak langsung yang

dikenakan atas konsumsi barang atau jasa kena pajak di dalam daerah

pabean. Pajak Pertambahan Nilai memiliki karakteristik sebagai pajak

objektif yang mengandung pengertian bahwa timbulnya kewajiban pajak di

bidang PPN sangat ditentukan oleh adanya objek pajak.

Semenjak reformasi perpajakan dijalankan sejak dikeluarkannya

undang-undang perpajakan yang baru tahun 1983, sistem perpajakan

berubah yang semula menggunakan office assessment menjadi self

assessment, sebagai contoh untuk Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan

Nilai. Dengan adanya sistem ini, wajib pajak memiliki hak dan kewajiban

dalam menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban

masing-masing pajaknya.

Dengan adanya sistem self assessment, jika dilihat dari sudut pandang

pemerintah, apabila jumlah pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak lebih

kecil dari yang seharusnya dibayar, maka pendapatan negara dari sektor

pajak akan berkurang. Namun sebaliknya, jika dilihat dari sudut pandang

17
pengusaha atau wajib pajak,apabila pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak

lebih besar dari jumlah yang seharusnya, maka negara akan mengakibatkan

kerugian bagi negara.

2.2.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai

Sesuai dengan Undang-undang PPN No. 8 tahun 1983 yang telah

diubah terakhir kalinya dengan UU Nomor 42 tahun 2009 yang tercantum

dalam Pasal 4 ayat (1) Pasal 16C dan Pasal 16D, yang menjadi objek Pajak

Pertambahan Nilai antara lain: Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa

Kena Pajak di dalam daerah pabean, Impor dan Ekspor Barang Kena Pajak,

Kegiatan membangun sendiri, dan ketentuan lainnya.

2.2.3.3 Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Undang-undang No. 42 tahun 2009 (berlaku sejak 1 April

2010) Pasal 1, Pasal 3A, tentang Subjek Pajak Pertambahan Nilai baik itu

PKP (Pengusaha Kena Pajak dan Non PKP (bukan Pengusaha Kena Pajak).

Pengertian subjek pajak yaitu seperti yang tercantum di bawah ini, antara

lain:

1. Pengusaha

Pengusaha merupakan seseorang atau lembaga yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan dalam menghasilkan,

mendistribusikan barang atau jasa di luar daerah Pabean.

2. Badan

18
Badan adalah sekumpulan orang yang melakukan usaha atau tidak

melakukan usaha dengan modal dalam bentuk usaha seperti

Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV), Badan

Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan,

Koperasi, dan lain sebagainya.

3. Bentuk kerja sama operasi

Bentuk kerja sama operasi yang menjadi bentuk badan lainnya

sebagaimana tercantum di dalam pasal 3 ayat 2 di UU PPN No. 42

tahun 2009 dan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

4. Menurut UU PPN No. 42 tahun 2009, PKP (Pengusaha Kena Pajak)

adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau

penyerahan JKP yang dikenai pajak.

5. Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun

buku melakukan penyerahan lebih dari Rp 4.800.000.000,- (empat

miliar delapan ratus juta rupiah. dan selama satu tahun buku

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak

lebih ari Rp 600.000.0000,0 (enam ratus juta rupiah).

Sedangkan Subjek Pajak Pertambahan Nilai itu sendiri terbagi

menjadi dua yaitu:

1. PKP (Pengusaha Kena Pajak)

19
Dalam hal ini Pajak Pertambahan Nilai akan terutang (dipungut oleh

Pengusaha Kena Pajak) ketika PKP melakukan penyerahan BKP,

Penyerahan JKP, Ekspor BKP, Ekspor BKP Tidak Berwujud, dan

2. Non PKP (bukan Pengusaha Kena Pajak)

PPN akan tetap terutang meskipun yang melakukan bukan dari

Pengusaha Kena Pajak, ketika melakukan Impor BKP, Pemanfaatan

BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean atau JKP dari luar

daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, serta melakukan kegiatan

membangun.

2.2.3.4 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai memiliki karakteristik diantaranya adalah

merupakan pajak tidak langsung yang memiliki pengertian bahwa

pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas pembayaran pajak

merupakan subjek yang berbeda. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan

dengan beberapa tahap, maksudnya pajak dapat dikenakan di setiap

mata rantai dari jalur produksi sampai jalur distribusi dari pabrikan.

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak objektif yang didasarkan pada

objek tanpa melihat objek atau kondisi dari subjek pajak. Pajak

Pertambahan Nilai memiliki sifat netral yang tidak hanya dikenakan ke

BKP tetapi juga terhadap JKP. Pajak Pertambahan Nilai hanya

dikenakan pada pertambahan nilainya saja untuk menghindari pajak

berganda. PPN dipungut menggunakan sistem elektronik faktur pajak.

20
Serta dihitung atau dikalkulasi dengan metode perhitungan

pengurangan tidak langsung yaitu Pajak Keluaran dikurangi dengan

Pajak Masukan.

2.2.3.5 Jenis Barang dan Jasa yang tidak dikenai Pajak

Pertambahan Nilai

Dalam proses pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak

semua transaksi dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Adapun jenis

barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai antara lain:

a. Barang hasil pertambangan atau pengeboran

b. Barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari

c. Minuman dan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat yang

disediakan oleh restoran, hotel, dan tempat sejenis lainnya.

Barang-barang yang disebutkan di atas memiliki maksud untuk

menghindari adanya pengenaan pajak berganda karena barang-barang

tersebut sudah menjadi objek dari pengenaan Pajak Daerah. Sedangkan

untuk jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai antara lain:

a. Jasa dari pelayanan kesehatan medis seperti di Rumah Sakit,

Klinik, Posyandu, dan lain-lain.

b. Jasa pelayanan sosial dari instansi atau yayasan

c. Jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko

d. Serta jasa lainnya yang berhubungan dengan pendidikan,

keagamaan, kesenian, hiburan, penyiaran yang tidak bersifat

21
iklan, keuangan dalam hal peminjaman dana dan pembiayaan,

dan lain sebagainya seperti yang tercantum di dalam ketentuan

dari Undang-Undang Perpajakan.

2.2.3.6 Waktu Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai

Dalam menentukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, atau

Pajak Penjualan atas barang mewah menggunakan prinsip akrual.

Prinsip Akrual ini memiliki pengertian bahwa pajak tersebut akan

terutang ketika terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak atau pun

Jasa Kena Pajak. Walaupun pada saat terjadinya penyerahan BKP

atau JKP belum ada pembayaran yang diterima, atau penyerahan

BKP atau JKP belum sepenuhnya diterima, maka pajak terutang

tetap wajib dikeluarkan. Tetapi apabila pembayaran diterima

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka

penentuan pajak terutangnya adalah pada saat pembayaran.

Pada saat melakukan Tax Planning, penentuan saat

terutangnya pajak menjadi sangat penting, mengingat hal ini akan

berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Pajak Pertambahan Nilai

yang terutang dalam satu masa pajak, harus disetorkan ke kas negara

paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak,

dan sebelum SPT masa Pajak Pertambahan Nilai dilaporkan ke

Kantor Pelayanan Pajak.

22
2.2.3.7 Memaksimalkan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Yang menjadi salah satu hak dari Pengusaha Kena Pajak

adalah mengkreditkan pajak masukan yang diterima oleh penjual

atas pembelian BKP atau JKP. Sebagai Subjek Pajak Pertambahan

Nilai, tentunya pajak masukan tersebut dapat dikreditkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Dalam mekanisme pemungutan PPN

yang menganut asas Indirect Substraction Method, subjek pajak

dalam hal ini adalah Pengusaha Kena Pajak akan membayarkan

Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi selisih penghitungan antara

Pajak Keluaran dikurangi dengan Pajak Masukan untuk selanjutnya

disetor ke kas negara, dan penghitungan tersebut dilakukan setiap

bulan sesuai dengan masa pajak yang telah ditentukan.

Akan tetapi apabila dalam suatu masa pajak terdapat

penghitungan yang menghasilkan Pajak Masukan lebih besar dari

Pajak Keluaran, maka status tersebut menjadi lebih bayar. Kelebihan

pajak tersebut dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya

sesuai dengan yang dipilih pada saat pengisian SPT masa Pajak

Pertambahan Nilai. Akumulasi dari penghitungan kompensasi

kelebihan pajak dapat direstitusi pada akhir tahun buku. Terkecuali

untuk perusahaan yang bergerak di bidang eksportir, penyalur atau

pemasok pemerintah, restitusi tersebut dapat dilakukan di setiap

masa pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

23
Perusahaan yang memilih untuk melakukan restitusi atau

kompensasi harus lebih memperhatikan kondisi arus kas perusahaan.

Jika perusahaan yang memiliki arus kas stabil hendaknya tidak perlu

melakukan restitusi segera, karena yang menjadi pertimbangan

utama dalam melakukan restitusi adalah adanya biaya pemeriksaan

yang timbul dari kelebihan pajak tersebut.

2.2.4 Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur)

Faktur Pajak merupakan dokumen sebagai bukti atas pemungutan

Pajak Pertambahan Nilai yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena

Pajak (JKP) Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Sedangkan Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur) merupakan Faktur Pajak

yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan

dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Pasal 1 ayat (1) PER-

16/PJ/2014.

Transaksi-transaksi yang perlu dibuatkan Faktur Pajak dibuat oleh

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan

JKP, kecuali transaksi yang dilakukan oleh pedagan eceran yang

melakukan penyerahan BKP atau JKP sesuai dengan Pasal 20 di Peraturan

Pemerintah No. 1 Tahun 2012. Bukti pemungutan Pajak Pertambahan

Nilai yang dilakukan oleh PKP Toko Retail menggunakan dokumen

tertentu yang fungsinya dipersamakan dengan Faktur Pajak.

24
Penggunaan Elektronik Faktur Pajak menjadi sangat penting untuk

menjaga supaya Dirjen Pajak dapat mengawasi peredaran Faktur Pajak

yang dibuat oleh Wajib Pajak. Serta untuk mengawasai adanya

penggunaan Faktur Pajak fiktif atas transaksi yang seharusnya dilakukan

dengan benar. Efek dari Faktur Pajak fiktif yang terbit dapat merugikan

negara, karena jumlah penerimaan pajak yang seharusnya diterima oleh

negara tidak dilaporkan, tidak diakui oleh wajib pajak.

Dengan adanya Elektronik Faktur Pajak, wajib pajak tidak dapat

mengelabui jumlah atau nominal Faktur Pajak yang seharusnya dipungut

dan dilaporkan, mengingat sistem di Efaktur sudah menggunakan jaringan

online untuk setiap transaksi yang diupload. Faktur Pajak yang diterbitkan

melalui Efaktur menggunakan QR Code yang dapat diverifikasi dengan

aplikasi QR Code untuk mengecek keabsahan dari Faktur Pajak tersebut.

Faktur Pajak yang benar harus memuat Nama, NPWP, dan alamat

wajib pajak yang melakukan penyerahan BKP atau JKP, nama pembeli

atau penerima BKP atau JKP, jumlah satuan barang atau jasa, Dasar

Pengenaan Pajak beserta jumlah Pajak Pertambahan Nilai.

2.2.5 Kerangka Pemikiran

Proses terjadinya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan

transaksi yang terjadi di CV MS, ditentukan oleh jumlah Pajak

Pertambahan Nilai terutang yang kemudian didukung oleh arus kas yang

sesuai dengan transaksi yang dilakukan, arus dokumen yang benar, dan

25
tidak adanya penyimpangan di dalamnya. Proses tersebut yang akan

dianalisa oleh penulis, apakah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang

muncul tersebut sesuai dengan transaksi yang ada atau terdapat adanya

indikasi lain di dalamnya. Serta untuk mengidentifikasi besarnya Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya terutang.

Berikut ini merupakan kerangka konseptual proses dari penelitian

yang akan dilakukan.

Perhitungan PPN
CV MS

PPN
ANALISIS
TERUTANG
Perhitungan PPN
sesuai UU
Perpajakan

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

26
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh penulis dalam

membuat urutan-urutan bagaimana penelitian tersebut dilakukan dalam mencapai

tujuan dari penelitian. Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu.

Secara umum tujuan penelitian terbagi menjadi tiga macam, antara lain: bersifat

penemuan yang berarti bahwa data yang dipereoleh dari penelitian itu adalah data

yang betul-betul baru sebelumnya dan belum pernah diketahui pembuktiannya,

dan berarti bahwa data yang diperoleh tersebut digunakan untuk membuktikan

adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan

pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada

(Sugiyono 2015).

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah dengan

melakukan penelitian studi kasus dengan pendekatan yaitu eksploratif dengan

pendekatan secara induktif. Metode penelitian eksploratif adalah penelitian

yang bertujuan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal

yang mempengaruhi terjadinya sesuatu Arikunto (2010).

Pendekatan penelitian menggunakan metode eksploratif di CV MS,

memiliki tujuan untuk memetakan suatu objek penelitian secara relatif yang

mendalam, atau penelitian ini dilakukan untuk mencari penyebab yang

27
mempengaruhi terjadinya masalah di Pajak Pertambahan Nilai di CV MS,

manakala penulis belum mengetahui secara pasti dan spesifik dari objek

penelitian ini yaitu CV MS. Penulis mengungkapkan dalam penelitian

menggunakan metode eksploratif ini adalah dengan kualitatif.

3.2 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah PPN CV MS, dan yang

menjadi subjek penelitian dalam hal ini juga CV MS yang merupakan

perusahaan dagang dan Pengusaha Kena Pajak. CV MS melakukan

perdagangan jual beli smartphone grosir atau pun eceran di daerah Karawang.

3.2.1 Pemilihan Informan Kunci

Dalam penelitian kualitatif, data yang digunakan masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah memasuki objek penelitian.

Sehingga peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

(Sugiyono 2015).

3.3 Jenis Data

Jenis data yang menjadi sumber data yang digunakan adalah data primer

yang dapat mendukung penelitian yaitu dengan menggunakan data rekapitulasi

perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh dari CV MS untuk periode

2016. Data tersebut diperoleh secara langsung dari tangan pertama. Pengumpulan

data primer ini membutuhkan instrumen, sehingga metode pengumpulan data

28
yang digunakan adalah dengan membuat wawancara dan observasi terhadap CV

MS.

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan aktivitas teknik pengumpulan data yang dilakukan

oleh penulis, maka penulis memerlukan data-data yang relevan supaya dapat

menganalisa data tersebut dan memperoleh gambaran umum dari hasil

penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis antara lain:

1. Studi Pustaka

Penulis mencari referensi dan bahan pertimbangan dari buku-buku,

internet, peraturan pajak terbaru dari Dirjen Pajak, dan sumber-

sumber lain yang berhubungan dengan topik pembahasan penelitian

ini.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakuan adalah dengan mengumpulan bukti

dokumen yang menjadi referensi dalam penelitian ini, antara lain

seperti:

a. Rekapitulasi penjualan dan pembelian CV MS selama periode

2016 untuk masing-masing usaha baik itu yang berbentuk

softcopy atau hardcopy.

b. SPT Tahunan masa pajak 2016 CV MS lengkap dengan lampiran

pendukungnya.

c. Laporan keuangan CV MS tahun 2016.

29
d. Bukti pembayaran pajak yang sudah dilakukan yang sudah

diterima oleh kas negara, yaitu BPN (Bukti Penerimaan Negara)

yang tercantum NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara).

e. Faktur Pajak Masukan dan Keluaran atas transaksi jual beli

smartphone untuk masa pajak Januari sampai dengan Desember

2016 sebagai dasar dalam mekanisme perhitungan Pajak

Pertambahan Nilai masing-masing periode.

3. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan informan atau narasumber

dilakukan melalui telepon. Dikarenakan jarak yang terlalu jauh

antara lokasi informan dan peneliti, dan sudah memperoleh ijin

untuk melakukan tanya jawab atas informasi dan keterangan yang

berkaitan dengan penelitian ini.

3.3.2 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan

analisa deskriptif kualitatif, yang menggambarkan suatu masalah di

perusahaan dengan menggunakan data primer. Selanjutnya

membandingkan antara teori, Ketentuan Umum Perpajakan (KUP),

Undang-undang Perpajakan dengan penerapan dan perlakuan Pajak

Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh CV MS. Dan terakhir

memberikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan serta memberikan saran dari hasil penelitian.

30
3.4 Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Sesuai dengan mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang

menganut asas Indirect Substraction Method/Invoice Method (PK-PM)

sebagaimana tercermin dalam Pasal 9 UU Nomor 42 tahun 2009 antara lain:

a. Pajak Masukan dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk masa pajak

yang sama

b. Apabila terdapat Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum

dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada masa pajak yang sama,

maka Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan pada masa pajak

berikutnya yaitu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya

masa pajak yang bersangkutan, sepanjang belum dibebankan sebagai

biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

c. Jika dalam suatu masa pajak belum ada Pajak Keluaran, maka Pajak

Masukan tetap dapat dikreditkan.

Secara umum, mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang

menggunakan mekanisme Indirect Substraction Methode/Invoice Methode

yaitu (PK-PM), sebagaimana tercermin di dalam Pasal 9 ayat 2, ayat 8 huruf

b, ayat 4, ayat 10, ayat 11, dan ayat 12 Undang-Undang Pajak Pertambahan

Nilai, metode ini adalah metode terbaik dari metode-metode lainnya dengan

alasan sebagai berikut:

1. Adanya kewajiban untuk membuat faktur pajak di setiap transaksi,

mengingat faktur pajak merupakan bukti terpenting.

31
2. Memudahkan melakukan pemeriksaan, baik oleh pemeriksaan

internal maupun fiskus (fiskal khusus).

3. Tidak perlu menentukan besarnya keuntungan untuk setiap barang

yang dijual.

4. Kewajiban perpajakannya dapat dihitung setiap saat.

3.5 Mekanisme Pengkreditan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Memaksimalkan mekanisme pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai,

CV MS sebaiknya memperoleh Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dari

Pengusaha Kena Pajak, supaya pajak masukannya dapat dikreditkan. Dari

sekian banyak transaksi pembelian ke supplier smartphone, CV MS perlu

mengamati dengan cermat agar jangan sampai ada Faktur Pajak Masukan

yang belum dikreditkan.

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan yang

berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan

manajemen atas Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan faktur pajaknya

merupakan faktur pajak standar (e-Faktur) valid atau dokumen yang

disamakan dengan faktur pajak tersebut. Adapun Faktur Pajak masukan yang

tidak dapat dikreditkan antara lain yaitu:

1. Faktur Pajak Masukan yang diperoleh dari pengusaha yang belum

dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Faktur Pajak Sederhana

3. Faktur Pajak cacat (tidak diisi lengkap, ada coretan/hapusan)

32
4. Pajak masukan atas pembelian mobil sedan, jeep, station wagon,

van, dan combi.

5. Pajak Masukan yang berkaitan dengan Barang Kena Pajak/Jasa

Kena Pajak.

6. Pajak Masukan yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan

kegiatan usaha atas barang Kena Pajak (BKP).

7. Pajak masukan yang dilaporkan pada SP masa PPN, yang

ditemukan pada saat pemeriksaan atau yang ditagih melalui SKP.

Ketentuan pajak masukan yang belum dikreditkan dengan pajak

keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dilakukan pengkreditan pada

masa pajak berikutnya, selambat-lambatnya pada bulan ketiga setelah

berakhirnya tahun buku yang bersangkutan, sepanjang belum dibebankan

sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaaan.

Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Sistem Faktur,

sehingga setiap penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak yang

dilakukan Pengusaha Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak yang

dilakukan secara online yaitu menggunakan aplikasi eFaktur.

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum dari CV MS

CV MS merupakan perusahaan dagang yang bergerak di penjualan

smartphone di daerah Karawang. Berawal dari sang pemilik yang dulunya

memulai usahanya dari berjualan di kampus tempat dimana dia kuliah. Karena

kegigihan dari sang pemilik yang bernama HS, maka beliau memulai usahanya

dengan berjualan smartphone kecil-kecilan dengan memiliki toko pertama di

daerah Cikampek. Kini CV MS memiliki tiga toko smartphone terbesar di

Kabupaten Karawang dengan omset kotor rata-rata per tahun adalah Rp 50 miliar.

4.2 Proses Penerapan dan Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

di CV MS

Berdasarkan ketentuan dari Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai,

berikut ini adalah tarif yang ditentukan terhadap konsumsi Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak atas transaksi, yaitu:

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 0% (nol persen) untuk kegiatan

ekspor.

34
3. Tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat diubah menjadi paling rendah 5%,

paling tinggi 15% yang perubahannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

4. Tarif PPnBM paling rendah = 10%, paling tinggi 200%

5. Tarif Ekspor Barang Kena Pajak Mewah = 0%

Dalam penelitian ini yang ditekankan adalah analisis perhitungan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di CV MS. Objek penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Laporan

Keuangan CV MS, SPT Tahunan CV MS, Laporan perhitungan Pajak CV

MS untuk masa tahun 2016 dan tahun 2017.

4.3 Mekanisme Pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

yang seharusnya dilakukan di CV MS

PT A, B, C,
CV MS PEMBELI
D

PAJAK PPN KELUARAN


MASUKAN (DIGUNGGUNG)

PK - PM

PPN
TERUTANG

Gambar 4.1 Mekanisme Pengkreditan PPN

35
Pada bagan di atas menunjukkan skema transaksi yang seharusnya

dilakukan oleh CV MS, karena terdapat transaksi pemungutan Pajak

Pertambahan Nilai di dalamnya. Dalam transaksi tersebut dijelaskan bahwa

CV MS melakukan transaksi dengan PT A, PT B, dan PT C pada saat

pembelian Barang Kena Pajak yaitu smartphone yang mana Barang Kena

Pajak tersebut akan dijual kembali kepada konsumen di wilayah Karawang.

Dalam bagan tersebut juga dijelaskan bahwa pada saat melakukan

transaksi, PT A, PT B, dan PT C membuat faktur pajak kepada CV MS

sebagai bukti transaksi, yaitu Faktur Pajak Keluaran yang diterbitkan oleh

PT A, PT B, dan PT C untuk CV MS, yang kemudian menjadi Faktur Pajak

Masukan bagi CV MS. Faktur Pajak tersebut merupakan salah satu arus

dokumen dalam transaksi yang dilakukan antara CV MS dan PT A, PT B,

dan PT C. Selain itu, terdapat arus kas dalam transaksi yang dilakukan oleh

keduanya yang mana PT A, PT B, dan PT C melakukan penjualan atas

smartphone ke CV MS.

4.4 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

Sesuai dengan mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang

menganut asas Indirect Substraction Method/Invoice Method (PK-PM)

sebagaimana tercermin dalam Pasal 9 ayat 2, ayat 8 huruf b, ayat 4, ayat 10,

ayat 11 dan ayat 12 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, maka

peneliti akan membuat analisis perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

berdasarkan data yang diperoleh dari CV MS.

36
4.4.1 Pajak Keluaran

Sampai saat ini CV MS belum menerbitkan Faktur Pajak atas

penjualan smartphone ke pembeli, dikarenakan CV MS belum

mengajukan permohonan aktivasi untuk penerbitan Faktur Pajak

Elektronik atau e-Faktur ke KPP terdaftar di Karawang. Sehingga untuk

pengakuan Faktur Pajak Keluaran atas penjualan smartphone adalah

dengan menggunakan Faktur Pajak yang digunggung.

Proses perhitungan Faktur Pajak yang digunggung untuk tahun

2016, peneliti telah melakukan perhitungan penjualan sehingga

menghasilkan jumlah Pajak Keluaran dari jumlah Faktur Pajak yang

digunggung.

Tabel 4.1

Tabel Penjualan smartphone setelah analisis

Tahun 2016

PPN
MASA PENJUALAN DPP
DIGUNGGUNG
Januari 2.789.055.000 2.535.504.545 253.550.455
Februari 3.011.667.000 2.737.879.091 273.787.909
Maret 3.228.181.000 2.934.710.000 293.471.000
April 3.274.310.000 2.976.645.455 297.664.545
Mei 3.264.960.000 2.968.145.455 296.814.545
Juni 3.667.743.000 3.334.311.818 333.431.182
Juli 3.161.492.000 2.874.083.636 287.408.364
Agustus 2.873.962.000 2.612.692.727 261.269.273
September 2.780.542.000 2.527.765.455 252.776.545
Oktober 3.313.645.000 3.012.404.545 301.240.455
November 3.961.684.000 3.601.530.909 360.153.091

37
Desember 5.484.291.000 4.985.719.091 498.571.909
GRAND TOTAL 40.811.532.000 37.101.392.727 3.710.139.273
Sumber: Data Penjualan CV MS (2016)

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai CV MS dihitung dari jumlah

penjualan di tahun 2016. Menurut informasi dari bagian Accounting CV

MS, harga penjualan barang per unit sudah termasuk Pajak sebesar 10%.

Sehingga perhitungan yang peneliti gunakan sesuai dengan UU No. 42

tahun 2009 adalah dengan menggunakan rumus berikut ini:

DPP x 10% = Pajak Pertambahan Nilai

Jadi, jika Total Penjualan tersebut adalah Rp 40.811.532.000,-

maka perhitungan DPP nya adalah:

Rp 40.811.532.000,- x 10 = Rp 37.101.392.727,-
11

Rp 37.101.392.727,- x 10% = Rp 3.710.139.273,-

4.4.2 Pajak Masukan

Pajak Masukan merupakan perhitungan Faktur Pajak yang diterima

oleh pihak pembeli, dalam hal ini adalah CV MS. Faktur Pajak Masukan

ini berhubungan langsung dengan distribusi atas Barang Kena Pajak yaitu

smartphone.

38
Tabel 4.2

Tabel Pembelian CV MS setelah analisis

Tahun 2016

MASA PEMBELIAN DPP PPN

Januari 3.550.670.000 1.062.895.440 106.289.540


Februari 4.321.506.000 760.949.973 76.094.992

Maret 4.101.244.000 1.071.409.061 107.140.903


April 4.434.629.667 805.722.730 80.572.271
Mei 4.162.597.500 1.248.681.829 124.868.180
Juni 5.030.201.700 3.226.333.786 322.633.395
Juli 3.197.705.300 1.677.222.800 167.722.282
Agustus 3.611.439.900 1.790.831.814 179.083.193
September 3.804.893.200 2.287.395.603 228.739.559

Oktober 3.784.634.500 2.810.341.064 281.034.107


November 5.659.096.280 3.348.607.658 334.860.768
Desember 4.541.506.200 2.484.059.056 248.405.903

GRAND TOTAL 50.200.124.247 22.574.450.814 2.257.445.093


Sumber: Data Pembelian CV MS tahun 2016

39
Tabel 4.3

Tabel Pembelian smartphone yang terdapat Faktur Pajak Masukan

(setelah analisis)

Tahun 2016

MASA PT A PT B PT C TOTAL

Januari - 43.348.633 62.940.907 106.289.540

Februari - 49.135.903 26.959.089 76.094.992

Maret - 44.882.723 62.258.180 107.140.903

April - 51.379.090 29.193.181 80.572.271

Mei 20.704.552 46.652.269 57.511.359 124.868.180

Juni 183.909.127 76.878.811 61.845.457 322.633.395

Juli 99.250.012 47.313.178 21.159.092 167.722.282

Agustus 124.886.376 34.928.634 19.268.183 179.083.193

September 102.636.375 90.612.731 35.490.453 228.739.559

Oktober 94.069.105 92.896.823 94.068.179 281.034.107

November 117.986.372 85.692.123 131.182.273 334.860.768

Desember 86.963.635 88.286.815 73.155.453 248.405.903

Grand Total 830.405.554 752.007.733 675.031.806 2.257.445.093


Sumber: Data Pembelian CV MS (2016)

Jumlah Faktur Pajak Masukan yang diterima oleh CV MS masih

belum sebanding dengan akumulasi perhitungan Pajak Masukan dari

pembelian smartphone yang di tahun 2016. Jumlah pembelian CV MS di

tahun 2016 berdasarkan data yang diperoleh dari sistem CV MS adalah

sebesar Rp 50.200.124.247,00 (Lima puluh miliar dua ratus juta seratus

40
dua puluh empat ribu dua ratus empat puluh tujuh). Sedangkan

perhitungan Pajak Masukan yang seharusnya dapat diperoleh jika

pembelian tersebut diterbitkan faktur pajak yaitu:

Pembelian Rp 50.200.124.247,-

PPN 10% x Rp 50.200.124.247,- Rp 5.020.012.428,-

Selisih penerimaan Faktur Pajak Masukan dengan total pembelian di tahun

2016:

Pajak Masukan Rp 5.020.012.428,-

Pajak Masukan (Faktur yang diterima) Rp 2.257.445.093,-

Selisih Rp 2.762.567.335,-

4.5 Evaluasi atas perhitungan PPN di CV MS

4.5.1 Analisis perhitungan kurang/lebih bayar pada penerapan Pajak

Pertambahan Nilai

Tabel 4.4

Tabel Perhitungan PPN dengan metode PK-PM (setelah analisis)

Tahun 2016

PPN KURANG
MASA PPN KELUARAN PPN MASUKAN
BAYAR
Januari 253.550.455 106.289.540 147.260.915
Februari 273.787.909 76.094.992 197.692.917
Maret 293.471.000 107.140.903 186.330.097
April 297.664.545 80.572.271 217.092.274
Mei 296.814.545 124.868.180 171.946.365
Juni 333.431.182 322.633.395 10.797.787
Juli 287.408.364 167.722.282 119.686.082

41
Agustus 261.269.273 179.083.193 82.186.080
September 252.776.545 228.739.559 24.036.986
Oktober 301.240.455 281.034.107 20.206.348
November 360.153.091 334.860.768 25.292.323
Desember 498.571.909 248.405.903 250.166.006
GRAND TOTAL 3.710.139.273 2.257.445.093 1.452.694.180
Sumber: Perhitungan Rekapitulasi PK dan PM CV MS oleh peneliti (2016)

Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa besarnya

jumlah pajak Keluaran CV MS pada tahun 2016 sebesar Rp

3.710.139.273,- dan pajak masukan sebesar Rp 2.257.445.093,- yang

menyebabkan CV MS menjadi kurang bayar.

4.5.2 Analisis penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Dari hasil analisa ini, dapat disimpulkan bahwa pada tahun

2016 CV MS terdapat kesalahan rekap penjualan yang menyebabkan

CV MS harus menyetorkan kondisi kurang bayar atas Pajak

Pertambahan Nilai sebesar Rp 1.452.694.180,- di tahun 2017, yang

mana penyetoran tersebut seharusnya dilakukan di tahun 2016 sesuai

dengan batas waktu penyetoran PPN yaitu maksimal di tanggal 20

bulan berikutnya.

4.6 Efek adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan

yang sama oleh wajib pajak terhadap Pemungutan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) bagi CV MS dan Negara.

42
4.6.1 Permasalahan yang dialami oleh CV MS dalam perhitungan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan penyajiannnya

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai telah selesai dilakukan

sebelumnya, akan tetapi CV MS dihadapkan pada situasi yang tidak

mendukung antara lain yaitu pajak masukan atas pembelian

smartphone tidak semuanya dapat dikreditkan karena banyak Faktur

Pajak tersebut tidak menggunakan nama perusahaan dalam hal ini CV

MS, melainkan menggunakan nama pribadi pemilik baik itu yang

menggunakan NPWP atau tanpa NPWP. Dan nilai transaksinya tidak

tanggung-tanggung, untuk tahun 2016 saja pajak masukan yang

seharusnya dapat dikreditkan adalah Rp 50.200.124.247,- jika semua

pembelian diterbitkan Faktur Pajak. Ini menyebabkan kerugian bagi

pemilik perusahaan bahwa angka tersebut semestinya dapat

mengurangi jumlah perhitungan Pajak Pertambahan Nilai terutang.

Selain itu adalah banyaknya dokumen faktur pajak yang tidak

lengkap yang diterima oleh CV MS dan menyebabkan pajak masukan

dari pembelian tidak sebanding dengan jumlah faktur pajak yang

diterbitkan atau dikeluarkan oleh pihak supplier.

Permasalahan yang timbul atas pencatatan Pajak Pertambahan

Nilai ini kemungkinan masih belum semua terselesaikan, mengingat

data-data seperti faktur pajak yang telah kadaluarsa tidak bisa

dianggap atau diakui sebagai pajak masukan, karena batas waktu

43
untuk pengkreditan faktur pajak adalah 3 (tiga) bulan terhitung dari

tanggal diterbitkannya faktur pajak.

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perhitungan ulang yang

dilakukan oleh CV MS terhadap pajak terutang sesuai dengan UU

PPN No. 42 tahun 2009. Meskipun tidak sempurna, setidaknya bisa

membantu perusahaan dalam melakukan perhitungan, penyetoran, dan

pelaporan pajak dengan benar.

Dalam pelaksanaan penerapan Pajak Pertambahan Nilai, CV

MS belum melaksanakan sepenuhnya hak dan kewajiban sesuai

dengan UU PPN No. 42 tahun 2009 antara lain:

1. Tidak membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP atau

JKP dalam hal ini atas penjualan smartphone atau jasa service

perbaikan smartphone apabila ada.

2. Tidak menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas

penjualan smartphone ke kas negara sesuai dengan batasan waktu

pembayaran yang telah ditentukan.

3. Tidak menyampaikan laporan perhitungan Pajak Pertambahan

Nilai dengan Surat Pemberitahuan Masa dalam jangka waktu

yang telah ditentukan.

4. Tidak mengkreditkan Faktur Pajak Masukan yang diterbitkan atas

pembelian smartphone dalam jumlah besar.

5. Nama Pengusaha Kena Pajak yang tertera di Faktur Pajak

Masukan masih menggunakan nama pribadi pemilik CV MS.

44
6. Ditemukan adanya kejanggalan di dalam penerimaan faktur pajak.

Setelah ditelusuri secara seksama, ternyata ditemukan adanya

faktur pajak ganda yang diterbitkan oleh penjual yaitu PT A, yang

menerbitkan faktur pajak atas nama CV MS dan atas nama

pribadi yaitu HS untuk transaksi pembelian yang sama.

Kasus-kasus yang terjadi di atas masih berpotensi dapat

menimbulkan ketidakadilan pajak terhadap CV MS. Sebagai contoh

pada saat terjadi pemeriksaan pajak di pihak penjual, dalam hal ini CV

MS bertindak sebagai pihak pembeli. Apabila penjual telah

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak diketahui tidak

menerbitkan faktur pajak kepada CV MS, maka CV MS akan ikut

menanggung sanksi perpajakan yang ditujukan kepada pihak penjual.

Sanksi perpajakan untuk satu objek Pajak Pertambahan Nilai bisa

dikenakan lebih dari satu kali, maksudnya bahwa pembeli dan penjual

akan sama-sama mendapatkan sanksi yang ditentukan oleh KPP.

Pajak Pertambahan Nilai bersifat pajak tidak langsung, tidak

memihak salah satu pihak mana pun. Akan tetapi jika tanggung jawab

pemungutan pajak sampai dengan penyetoran dan pelaporannya

dilakukan oleh pihak penjual yang melakukan penyerahan Barang

Kena Pajak, maka beban pajak tersebut juga menjadi tanggungan

pembeli. Meskipun itu bukan menjadi kesalahan dari pembeli.

Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa

45
ketika melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, CV MS harus

memastikan kepada pihak penjual yang sudah menjadi Pengusaha

Kena Pajak untuk menerbitkan faktur pajak secara benar sesuai

dengan ketentuan perpajakan. Selain itu, untuk menjaga keamanan

dari pihak CV MS, setiap transaksi pembelian harus menyertakan

perjanjian dengan pihak penjual, membuat Purchase Order, dan lain-

lain supaya kesalahan tentang harga, pengenaan PPN, jangka waktu

pembayaran, dan lain sebagainya bisa dihindari.

4.6.2 Efek adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan yang

sama oleh wajib pajak bagi CV MS.

Adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan dalam

pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang spesifik atas penjualan

smartphone, menyebabkan CV MS mengalami kesulitan dan kerugian

dalam pemungutan PPN. Jika dilihat dari perhitungan di atas, apabila

jumlah Pajak Masukan yang diterima sesuai dengan Pajak

Pertambahan Nilai dari hasil pembelian smartphone, maka

perhitungan tersebut bisa membuat CV MS menjadi lebih bayar, hal

ini akan menguntungkan pihak CV MS. Akan tetapi jika Pajak

Masukan yang diterima lebih sedikit, maka jumlah pengkreditan Pajak

Pertambahan Nilai juga lebih sedikit dan menyebabkan CV MS

menjadi kurang bayar sekitar Rp 1.452.694.180,-

46
4.6.3 Efek adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan yang

sama oleh wajib pajak bagi negara.

Negara mengalami kerugian yang disebabkan karena tidak semua

pedagang smartphone menghitung PPN terutangnya dengan benar dan

melaporkan transaksi atas penerbitan Faktur Pajak yang telah dibuat.

Contoh dari kasus CV MS ini, jumlah perhitungan PPN atas penjualan

smartphone yang seharusnya dilaporkan ke Negara adalah sebesar Rp

3.710.139.273,-.

47
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

CV MS merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dituntut untuk

melakukan kegiatan perpajakan sesuai dengan Undang-undang Perpajakan.

Pembukuan atas transaksi yang dilakukan oleh CV MS juga harus sesuai dan

tidak ditutup-tutupi hanya karena alasan untuk menghindari/mengurangi

pembayaran pajak yang tinggi.

Dengan adanya kasus ini justru membuat CV MS malah mengalami

kesulitan di kemudian hari karena jumlah pajak yang dihitung ternyata jauh

melebihi perkiraan dan menjadi lebih besar karena perhitungan atau

pembukuan yang salah di masa lalu. Belum lagi ditambah dengan denda dan

sanksi dari KPP atas transaksi perpajakan yang telah dilakukan karena tidak

sesuai dengan Peraturan Perpajakan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap CV MS

yang merupakan objek dari penelitian ini, maka penulis dalam hal ini

mendapatkan beberapa simpulan antara lain:

1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai atas penjualan smartphone di CV MS

belum sesuai dengan Undang-undang yang berlaku baik dalam hal

perhitungan, penyetoran, maupun pelaporan.

2. Dalam hal melakukan penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN, CV MS

belum dapat memenuhi peraturan Undang-undang yang berlaku. Karena

48
adanya keterlambatan pada proses penyetoran ke kas negara,

menyebabkan sanksi dan denda yang akan diterima di kemudian hari dari

KPP.

3. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada pembelian dan penjualan BKP

dalam hal ini adalah penjualan smartphone yang dipungut dan

menyebabkan terjadinya selisih antara Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

sehingga menyebabkan kurang/lebih bayar.

4. Karena adanya perbedaan implementasi atas satu peraturan yang sama

oleh masing-masing wajib pajak dalam hal pemungutan Pajak

Pertambahan Nilai atas penjualan smartphone di Indonesia, dapat

menyebabkan penerimaan pajak negara menjadi berkurang. Pengusaha

atau wajib pajak berupaya dalam meminimalisir beban pajak dalam batas

yang tidak melanggar aturan, karena pajak merupakan pungutan yang

diwajibkan oleh undang-undang, bukan menjadi kontribusi sukarela, dan

tidak adanya imbalan secara langsung yang diperoleh dari pemerintah.

5. Penerapan pajak yang menganut sistem self assesment, membuat wajib

pajak selalu berusaha untuk menghitung pembayaran pajak seminimal

mungkin, sepanjang hal tersebut dimungkinkan dalam undang-undang

perpajakan. Serta cenderung untuk melakukan usaha penghindaran pajak

terutang secara ilegal, sepanjang wajib pajak tersebut merasa yakin bahwa

wajib pajak itu tidak akan ditangkap karena wajib pajak yang lain pun

melakukan hal yang sama.

49
5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti belum menemukan contoh peneliti sebelumnya yang

melakukan penelitian tentang analisis perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

atas penjualan smartphone di Indonesia.

5.3 Saran

Penulis ingin memberikan saran yang dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi CV MS supaya dapat menjadi acuan dalam proses

pelaksanaan transaksi jual beli smartphone, antara lain:

1. CV MS dapat membuat rekap penjualan setiap akhir bulan sesuai dengan

transaksi penjualan yang sudah dilakukan dengan membuat perhitungan

Pajak Pertambahan Nilai yang digunggung atau penjualan tersebut sudah

termasuk PPN sebesar 10%. Nilai Dasar Pengenaan Pajak didapat sudah

termasuk Pajak Pertambahan Nilai dari masing-masing transaksi

penjualan.

2. Membuat perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan Invoice method

yaitu Pajak Keluaran dikurangi dengan Pajak Masukan, sehingga akan

muncul perhitungan Pajak Pertambahan Nilai tersebut sehingga

mendapati status kurang bayar atau lebih bayar. Apabila statusnya adalah

kurang bayar, maka perusahaan wajib membayar Pajak Pertambahan

Nilai tersebut sebelum tanggal jatuh tempo, maksimal tanggal 20 bulan

berikutnya. Kemudian setelah dibayarkan ke Kas Negara, akan

50
mendapatkan Bukti Penerimaan Negara dan dilaporkan ke DJP setelah

memasukkan NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara).

3. Perusahaan membuat Tax Planning (Perencanaan Pajak) dalam

melaksanakan fungsi manajemen perpajakan sebagai upaya dalam

melaksanakan kewajiban perpajakan. Tax Planning merupakan tahap

awal dalam melakukan analisis secara sistematis dalam berbagai

alternatif perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai

pemenuhan kewajiban perpajakan secara minimum.

4. Mengoptimalkan pengkreditan Faktur Pajak Masukan atas pembelian

barang yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai dengan memperhatikan

informasi-informasi penting seperti identitas perusahaan sebagai pembeli

seperti NPWP, Nama Perusahaan, Alamat sesuai dengan yang sudah

terdaftar. Tidak menggunakan identitas nama pribadi, meskipun

pembelian tersebut adalah untuk kegiatan penjualan di perusahaan.

Apabila menggunakan nama tidak sesuai, maka wajib pajak tidak berhak

untuk mengkreditkan Faktur Pajak masukan tersebut.

51
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Arini, C. P. (2016). Analisis Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Dalam Pencapaian
Target Penerimaan Pajak. Jurnal Perpajakan, 2.
ATSI. (2017). ATSI. Dipetik Februari 2018, dari www.atsi.or.id:
http://www.atsi.or.id/data-statistik/
Chandler, R. C. (1988). The PUblic Administration Dictionary. John Wiley &
Sons.
Darmayanti, N. (2012). Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada
CV. Sarana Teknik Kontrol Surabaya. Jurnal Manajemen dan Akuntansi,
9-10.
Direktorat Penyusunan APBN, D. (2017). Advertorial Nota Keuangan dan
RAPBN 2018. hal. 10-12.
Dwidjowijoto, R. N. (2006). Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara
Berkembang. Jakarta: PT Elex Media Computindo.
Emarketer. (2017). Emarketer. Dipetik Desember 2017, dari www.emarketer.com:
https://www.emarketer.com/
Haula, R. d. (2005). Perpajakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa.
Hidayat, D. N. (2013). Pemeriksaan Pajak: Menghindari & Menghadapi. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Indrapura, S. S. (2017, Juli 20). Pajak Pertambahan Nilai - PPN & PPNBM.
7/20/17, hal. 6-148.
Katadata. (2017, Januari 11). Realisasi Pajak 2016 Sumbang 83 Persen
Pendapatan Negara. Dipetik 2018, dari www.databoks.katadata.co.id:
http://www.databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/11/realisasi-
pajak-2016-sumbang-83-persen-pendapatan-negara
Mansury, R. (1999). Kebijakan Fiskal. Jakarta: YP4.
Mardiasmo. (Edisi Revisi Tahun 2002). Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Negara, L. A. (2016). Lembaga Administrasi Negara. Dipetik Februari 2018, dari
www.lan.go.id: http://lan.go.id/id/
Nurmantu, D. S. (2005). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.
Pajak, D. J. (2013, September 25). Direktorat Jenderal Pajak. Dipetik Januari
2018, dari www.pajak.go.id: http://www.pajak.go.id/content/mari-pahami-
fungsi-pajak
Pajak, D. J. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012. Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran,
Tata Cara Pengirisan Keerangan, Prosedur Pemberitahuan dalam
Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata
Cara Pembatalan Faktur Pajak. Direktorat Jenderal pajak, Jakarta.
Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

52
Presiden Republik, I. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomo 42
Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No. 8 Tahun
1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Putri, T. M. (2012). Formulasi Kebijakan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
atas Pulsa Elektronik. Jakarta: UI.
Rochmat Soemitro SH, P. D. (2012). Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan. Bandung: Graha Ilmu.
Rosdiana, H. d. (2012). Pengantar Ilmu Pajak Kebijakan dan Implementasi di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Suandy, E. (2003). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, E. (2006). Perpajakan (Vol. Edisi kedua). Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, E. (2016). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Waluyo, W. B. (2002). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Winarno, B. (2007). Kebijakan Publik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Media
Pressindo.
Zain, M. (2014). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

53
LAMPIRAN 1.1 LAPORAN KEUANGAN

CV MS
LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2016

Peredaran Usaha 12.270.719.500

Harga Pokok Penjualan:


Persediaan Awal 1.716.750.000
Pembelian 10.670.191.232
Jumlah Barang Tersedia 12.386.941.232
Persediaan Akhir 2.504.249.000

Harga Pokok Penjualan 9.882.692.232

Laba Bruto 2.388.027.268


Penghasilan Bruto Lainnya 11.950.000
Jumlah Penghasilan Bruto 2.399.977.268

Beban Umum dan Administrasi:

Gaji 1.427.511.000
Transportasi 83.891.800
Penyusutan 85.437.500
Telepon / Faksimile / Internet 20.005.800
Listrik 125.788.500
Alat Tulis dan Perlengkapan Kantor 94.817.100
Keamanan dan Kebersihan 35.998.500
Retribusi dan Promosi 65.721.800
Pemeliharaan dan Lain-lain 103.033.200

Jumlah Beban 2.042.205.200

Penghasilan Neto 357.772.068

Sumber: Data SPT Tahunan 2016 CV MS

54

Anda mungkin juga menyukai