FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
SKRIPSI
Oleh:
NAMA
NIM
: 000522008
DEPARTEMEN
: AKUNTANSI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang
berjudul Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 44 Pada PT. Ira Widya Utama
Medan adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.
KATA PENGANTAR
Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2.
ii
3.
4.
Bapak
Drs.
Hasan
Sakti
Siregar,
MSi,
Ak
selaku
Dosen
6.
7.
8.
Bapak Pimpinan PT. Ira Widya Utama Medan yang telah memberikan
keluangan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.
9.
10. Suami tersayang Syarifudin Ibrahim dan buah hati M. Rizki Akbar
Ibrahim yang selalu merindukan penulis dan telah memberikan kasih
sayangnya.
iii
iv
ABSTRAK
DAFTAR ISI
PERNYATAAN .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 3
BAB II
Penyajian ............................................................................... 34
2.
Pengungkapan ....................................................................... 36
vi
J.
2.
3.
vii
BAB V
2.
3.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Neraca PT. Ira Widya Utama Medan Per 31 Desember 2003
Lampiran 2 Laporan Laba/Rugi PT. Ira Widya Utama Medan Per 31 Desember
2003
Lampiran 3 Laporan Arus Kas PT. Ira Widya Utama Medan Per 31 Desember
2003
Lampiran 4 Laporan Laba Ditahan PT. Ira Widya Utama Medan Per 31
Desember 2003
ix
BAB I
PENDAHULUAN
profesi akuntan, sehingga setiap individu akuntan yang berprofesi penuh sebagai
akuntan atau akuntan yang berprofesi penuh sebagai unsur manajemen dari suatu
badan usaha. Untuk mengatasi perbedaan ini dibutuhkan suatu pedoman, maka
disusunlah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Standar ini berlaku di Indonesia dan merupakan pedoman resmi
yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Berbagai hal dan beberapa bidang usaha diatur dalam PSAK. Salah satu
yang diatur dalam PSAK adalah tentang Real Estat, yang bertujuan mengatur
perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang secara khusus, berkaitan
dengan aktivitas pengembangan real estat (real estate development activities).
Siklus operasi normal perusahaan yang bergerak di bidang real estat pada
umumnya lebih dari satu tahun dan dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian yang
sangat tinggi (high risk). Dan di samping itu, penentuan siklus operasi normal
perusahaan
pengembang
seringkali
merupakan
proses
yang
sangat
rumit/kompleks.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
sampai sejauh mana penerapan PSAK terhadap aktivitas pengembangan real estat.
Dalam hal ini, penulis mengambil lokasi penelitian pada Kawasan Perumahan
Taman Setia Budi Indah Medan yang berhasil dikembangkan oleh PT. IRA
WIDYA UTAMA MEDAN, dengan judul AKUNTANSI AKTIVITAS
PENGEMBANGAN REAL ESTAT MENURUT PERNYATAAN STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN NO. 44 PADA PT. IRA WIDYA UTAMA
MEDAN .
B. Perumusan Masalah
Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam melakukan penelitian
yang lebih terfokus dan sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : Bagaimana
kebijaksanaan manajemen perusahaan sehubungan dengan akuntansi
aktivitas pengembangan real estat dikaitkan dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 44 ?
dapat
menganalisa
bagaimana
proses
akuntansi
aktivitas
Sedangkan hasil penelitian yang dituangkan dalam karya tulis ini nantinya
diharapkan dapat bermanfaat seperti dijelaskan di bawah ini :
1. Penulis, yakni sebagai bahan masukan yang dapat memberikan kontribusi
pemikiran atas aktivitas pengembangan real estat.
pada
perusahaan-perusahaan
sejenis
dalam
menghadapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hasil
yang
memuaskan.
Dengan
adanya
standar,
maka
dan
penilaian,
suatu
titik
tolak,
jika
variasi
dapat
4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak
yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi. Penyebarluasan
standar menghasilkan banyak kontroversi dan perdebatan baik dalam
lingkungan praktek maupun akademik, sebuah keadaan yang lebih baik
daripada apatis.
Berikut ini adalah pengertian istilah yang dipergunakan menurut IAI (2002
: 44.1) :
1. Aktivitas pengembangan real estat adalah kegiatan perolehan tanah
untuk kemudian dibangun perumahan dan atau bangunan komersial dan
atau bangunan industri. Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual
atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail).
Aktivitas pengembangan real estat juga mencakup perolehan kapling
tanah untuk dijual tanpa bangunan.
2. Perusahaan pengembang adalah perusahaan yang melakukan aktivitas
pengembangan real estat.
3. Unit bangunan adalah unit properti perumahan dan atau komersial dan
atau industri beserta kapling tanahnya.
4. Proyek adalah semua unit bangunan yang dibangun pada suatu area
geografis, termasuk kapling tanah kosong untuk dijual.
5. Unit real estat mencakup (1) unit properti perumahan dan atau
komersial dan atau industri beserta kapling tanahnya, dan (2) kapling
tanah tanpa bangunan.
6. Harga jual relatif adalah perbandingan antara harga jual dari setiap jenis
unit real estat dengan jumlah harga jual semua jenis real estat yang
dibangun pada suatu proyek pengembangan real estat. Harga jual yang
dimaksud adalah harga jual estimasian kini.
7. Pengikatan jual beli adalah kesempatan antara pihak pembeli dan pihak
penjual untuk mengadakan perjanjian jual beli satu atau lebih unit real
estat pada periode mendatang. Sejak tanggal ditandatangani, kedua
belah pihak telah terikat oleh kesepakatan tersebut sesuai dengan hak
dan kewajiban masing-masing pihak.
8. Perjanjian jual beli adalah perjanjian antara pihak pembeli dan pihak
penjual yang mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak yang
berkaitan dengan satu atau lebih unit real estat. Sejak tanggal
ditandatangani, perjanjian tersebut berkekuatan hukum dan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut dapat dipaksakan secara hukum.
9. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomik yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode apabila
arus masuk tersebut meningkatkan jumlah ekuitas selain peningkatan
yang berasal dari kontribusi penanaman modal.
10. Laba adalah pendapatan dari penjualan unit bangunan dan atau
penjualan kapling tanah tanpa bangunan dikurangi dengan beban pokok
penjualan real estat (cost of sales) tersebut.
10
Beban Langsung
Beban yang secara langsung berkaitan dengan penjualan produk, selama
periode berjalan biasanya termasuk :
1.
Biaya bahan dan tenaga kerja untuk pabrikan, atau biaya untuk membeli
persediaan yang dijual selama periode tersebut, misalnya harga pokok
penjualan.
2.
3.
11
yang sama juga benar untuk beban alokasi, yang dibebankan ke periode berjalan
atas dasar sistematis dan rasional.
Secara umum, menurut Allan Ashworth (1994 : 5) tujuan dari
pengendalian biaya dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Untuk membatasi pengeluaran klien dalam jumlah yang disetujui. Secara
sederhana, ini berarti bahwa harga tender dan rekening akhir harus
hampir sama dengan estimasi budget.
2. Untuk memperoleh pengeluaran rencana yang imbang antara berbagai
elemen bangunan.
3. Untuk melengkapi klien dengan nilai biaya proyek. Ini mungkin akan
bermanfaat bagi perkiraan biaya total.
12
biaya proyek tidak langsung yang berhubungan dengan beberapa proyek real estat
dialokasi dan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat. Biaya yang tidak
jelas hubungannya dengan suatu proyek real estat, seperti biaya umum dan
administrasi, diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Kerangka alokasi mencakup pembebanan aktiva ke beban dan
pembebanan kewajiban atau aktiva kontra ke pendapatan untuk beberapa periode.
Sebagai contoh konkritnya untuk yang dimaksud pertama adalah penyusutan dan
metode presentase penyelesaian untuk kontrak jangka panjang sebagai contoh
konkrit yang ke dua. Sesuai dengan pendekatan struktural tradisional terhadap
akuntansi, timbulnya konsep alokasi karena penerapan ketentuan-ketentuan
tertentu untuk membebankan biaya (cost) ke produk atau beban periodik dan
pembebanan nilai produk perusahaan ke beberapa periode tertentu sebagai
pendapatan.
Menurut Arthur L. Thomas (1969 : 6), agar proses alokasi dapat
dibenarkan secara teoritis, maka harus dipenuhi 3 (tiga) kriteria sifat, yaitu :
1. Additivity, yaitu alokasi harus membagi total jumlah sehingga jumlah
dari bagian-bagian sama dengan jumlah keseluruhan.
2. Unambiguity, yaitu prosedur alokasi harus menghasilkan hanya satu
himpunan bagian-bagian.
3. Defensibility, yaitu metode alokasi yang dipilih harus terbukti lebih
unggul dari semua metode alokasi lainnya.
13
dalam periode mendatang. Jenis pengukuran atas beban yang paling umum
digunakan menurut Eldon S. Hendrikson (1995 : 180) adalah :
1. Biaya historis,
2. Nilai berjalan, seperti biaya pengganti (replacement cost), dan
3. Biaya oportunitas atau ekivalen kas pada saat berjalan.
Jika nilai relatif masing-masing proyek tidak diketahui, maka biaya harus
dialokasikan berdasarkan daerah fisik yang menerima manfaat. Estimasi biaya dan
alokasi biaya harus direvisi secara berkala. Revisi demikian harus dicatat sebagai
perubahan estimasi. Jika total biaya yang dapat dikapitalisasi dikeluarkan dalam
proyek real estate melebihi nilai bersih proyek yang dapat direalisasi, maka biaya
dasar proyek harus dikurangi menjadi nilai bersih yang dapat direalisasi dengan
menggunakan perkiraan penyisihan. Disamping itu biaya-biaya seperti biaya pra
perolehan tanah, biaya penyiapan infrastruktur, biaya penyediaan fasilitas
tambahan, dan beberapa biaya pemasaran harus dikapitalisasi dan kemudian
secara bertahap dialokasi di proyek. Selanjutnya penulis akan menjelaskan unsurunsur biaya tersebut, dari 3 (tiga) sudut pandang yang berbeda.
Berikut ini adalah biaya aktivitas pengembangan real estat yang
dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat menurut IAI (2002 : 44.9),
yaitu :
(a) biaya praperolehan tanah (preacquisition costs);
(b) biaya perolehan tanah;
(c) biaya yang secara langsung berhubungan dengan proyek;
14
(d) biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat; dan
(e) biaya pinjaman.
a.
dan biaya survey serta biaya pemetaan, sebelum aktiva tak bergerak tersebut
benar-benar dibeli. Biaya opsi membeli harus dikapitalisasi dan dialokasikan ke
proyek jika memiliki persyaratan sebagai berikut :
1.
Biaya secara langsung bisa diidentifikasi dengan hak milik yang spesifik.
2.
3.
Pengadaan hak milik atau pilihan untuk memperoleh hak milik adalah
mungkin. Kondisi ini memerlukan calon pembeli yang aktif mencari untuk
memperoleh properti dan mempunyai kemampuan untuk membiayai atau
memperoleh pembiayaan dan properti tersebut tidaklah tersedia untuk dijual.
Hal tersebut di atas juga termuat oleh IAI (2002 : 44.9) yang
mencantumkan kriteria-kriteria biaya praperolehan tanah.
Biaya praperolehan tanah dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat
apabila kriteria berikut ini terpenuhi :
(a) biaya tersebut teridentifikasi secara langsung dengan proyek tertentu;
(b) biaya tersebut akan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat
apabila tanah telah diperoleh; dan
(c) perusahaan pengembang harus secara aktif mengusahakan perolehan
tanah dan mampu membiayai atau memperoleh pendanaan yang
memadai.
Biaya praperolehan tanah mencakup biaya sebelum perolehan tanah atau
sampai perusahaan memperoleh izin perolehan tanah dari Pemerintah.
Biaya praperolehan tanah yang dapat dikapitalisasi adalah biaya yang
15
b.
c.
16
(d) biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan dari dan ke lokasi
pelaksanaan proyek;
(e) biaya penyewaan sarana dan peralatan;
(f) biaya perancangan dan bantuan teknis (technical assistance) yang
secara langsung berhubungan dengan proyek;
(g) imbalan jasa profesional, seperti ahli pertamanan, ahli lingkungan
hidup, arsitek, ahli konstruksi;
(h) biaya pengurusan pengikatan jual beli; dan
(i) biaya pengurusan perjanjian jual beli.
d.
17
e.
Biaya Pinjaman
Menurut IAI (2002 : 44.11) Biaya pinjaman yang secara langsung dapat
18
Biaya Penjualan
Menurut Financial Accounting Standards Board (1982 : 17)
Biaya yang terjadi untuk menjual proyek-proyek real estat haruslah
dikapitalisasi jika :
1. diharapkan layak untuk memulihkan dari penjualan proyek atau operasi
yang secara kebetulan, dan
2. terjadi untuk :
(a) harta berwujud yang digunakan secara langsung sepanjang periode
penjualan untuk menopang dalam penjualan proyek, atau
19
20
Tanda jadi untuk pembelian yang batal, biaya administrasi dan pendapatan
bunga dari para pembeli, biaya perbaikan (yang tidak ditanggung oleh
kontraktor), dan biaya pemeliharaan sebelum penyerahan, harus langsung
diakui pada laporan laba rugi pada saat terjadinya.
Apabila tanah dibeli untuk membangun sebuah gedung, semua biaya yang
dikeluarkan sampai penggalian untuk gedung baru dianggap sebagai Harga Pokok
Tanah. Pembongkaran gedung lama, pembersihan, perataan, dan pengerukan,
dipandang sebagai Harga Pokok Tanah karena biaya-biaya ini diperlukan untuk
menyiapkan tanah dalam kondisi yang dimaksudkan untuk penggunaannya. Dan
setiap hasil yang diperoleh dalam proses menyiapkan tanah untuk maksud
penggunaannya, seperti penerimaan dari penjualan puing gedung lama atau
penjualan kayu bekas diperlakukan sebagai pengurangan atas harga tanah.
21
Preacquisition costs.
Land acquisition costs.
Land improvement, development, and construction costs.
Interest costs.
Taxes and insurance.
Indirect project costs.
General and administrative expenses.
Amenities.
Abandonments.
Changes in use.
Incidental operations.
Selling costs.
22
Di samping hal-hal yang tersebut di atas, ada pula biaya/beban yang tidak
dapat diabaikan, yaitu beban pajak. Untuk mengetahui hal-hal apa yang dapat
dikenakan pajak, berikut kita telusuri sejenak soal pengelompokan pajak menurut
Yusdianto Prabowo (2002 : 7) :
1. Menurut golongannya
a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai (PPn).
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasar pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai (PPn).
3. Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak
Pertambahan Nilai Bea Masuk (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU).
23
Jika J.J. Klink telah menyinggung soal biaya pajak pada proyek real estat,
maka PSAK mengatur tersendiri soal beban pajak ini terutama tentang pajak
penghasilan menurut IAI (2002 : 46.19) Beban (penghasilan) Pajak yang
berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri
pada laporan laba rugi.
Kemudian biaya yang boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan
kena pajak menurut Erly Suandy (2001 : 88) terdiri dari :
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya
perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak
penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh
Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia.
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat tertentu.
24
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
25
Penyerahan barang kena pajak (BKP)/Jasa kena pajak (JKP) yang dilakukan
oleh pengusaha kena pajak (PKP).
2.
3.
4.
Ekspor barang kena pajak (BKP) oleh pengusaha kena pajak (PKP).
Harga Jual.
2.
Nilai Penggantian.
3.
Nilai Impor.
4.
Nilai Ekspor.
5.
26
2.
3.
4.
5.
6.
C. Pengakuan Pendapatan
Prinsip pengakuan pendapatan menurut Donald E. Kieso dan Jerry J.
Weygandt (1995 : 597) menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat :
1. Direalisasi atau dapat direalisasi.
2. Dihasilkan.
27
diberikan dari pendapatan, yaitu bila proses mencari laba telah selesai atau
sebenarnya telah selesai.
Sesuai dengan prinsip tersebut, menurut Donald E. Kieso dan Jerry J.
Weygandt (1995 : 597), maka :
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang
biasanya diinterpretasikan berarti tanggal pengiriman kepada pelanggan.
2. Pendapatan dari jasa yang diberikan diakui ketika jasa-jasa telah
dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Pendapatan dari memberi kemungkinan bagi pihak lain untuk
menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa dan royalti, diakui
pada saat berlalunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan.
4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal
penjualan.
28
dan penjualan kapling tanah tanpa bangunan ini adalah metode akrual penuh (full
accrual method) dan metode deposit (deposit method).
1.
pendapatan untuk penjualan bangunan rumah, ruko, dan bangunan sejenis lainnya
beserta kapling tanahnya menurut IAI (2002 : 44.2) :
Pendapatan penjualan bangunan rumah, ruko, bangunan sejenis lainnya
beserta kapling tanahnya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual
method) apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi :
(a) proses penjualan telah selesai;
(b) harga jual akan tertagih;
(c) tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan
datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan
(d) penjual telah mengendalikan resiko dan manfaat kepemilikan unit
bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi
adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat
secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.
Proses penjualan dianggap telah selesai apabila pengikatan jual beli atau
perjanjian jual beli telah berlaku, yaitu apabila pengikatan atau perjanjian
tersebut telah ditandatangani oleh kedua belah pihak telah memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam pengikatan atau perjanjian jual beli agar
pengikatan atau perjanjian tersebut berlaku.
Harga jual dianggap akan tertagih apabila jumlah pembayaran oleh pembeli
telah memadai, yaitu apabila jumlah pembayaran oleh pembeli setidaknya
telah mencapai 20 % dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut
tidak dapat diminta kembali oleh pembeli.
Tagihan penjual bersifat subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan
diperoleh pembeli di masa yang akan datang bila penjual mengizinkan
pembeli untuk menggunakan aktiva real estat yang dijualnya tersebut
sebagai hipotik pertama dan tagihannya subordinasi terhadap hak penagih
hipotik tersebut.
Penjual dianggap telah mengalihkan kepada pembeli seluruh resiko dan
manfaat kepemilikan unit bangunan, apabila penjual tidak lagi terlibat
29
dengan unit bangunan yang dijual, dan unit bangunan tersebut telah siap
ditempati atau digunakan.
30
31
Kriteria untuk metode akrual (accrual method) menurut J.J. Klink (1985 :
125) adalah sebagai berikut :
1. The period of cancellation with refund has expired, and the customer has
made all required payments.
2. Cumulative payments (including interest) equal or exceed 10 percent of
contract sales price.
3. The receivable is not subject to subordination to new loans on the
property, except subordination for home construction purposes under
certain conditions.
4. The seller has fullfilled his or her obligation to complete improvements
and to construct amenities or other facilities applicable to the lost sold.
5. Collection experience for the project in which the sale is made or for the
sellers prior projects indicates that at least 90 percent of the contracts
that are in force six months after the sales are recorded will be collected
in full.
32
Jika semua kondisi untuk penggunaan metode akrual telah terpenuhi untuk
seluruh proyek, metode akuntansi persentase penyelesaian atau cicilan harus
diterapkan ke seluruh proyek penjualan, tergantung pada keadaan.
Prosedur akuntansi untuk metode akrual (accrual method) menurut J.J.
Klink (1985 : 126) adalah sebagai berikut :
1. Record sales contracts at the gross amount.
2. Discount receivable to reflect an appropriate interest rate using the
criteria established by APB 21.
3. Establish an allowance for contract cancellation.
4. Calculate the cost of sales only on the net sales recorded after
eliminating the sales expected to be cancelled before maturity.
2.
metode akrual penuh (full accrual method) tidak terpenuhi menurut IAI (2002 :
44.4) :
Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan laba
dengan metode akrual penuh sebagaimana diatur dalam paragraf 06,
pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan
metode deposit (deposit method) sampai seluruh kriteria penggunaan
metode akrual penuh terpenuhi.
Penerapan metode deposit adalah sebagai berikut :
(a) penjual tidak mengakui pendapatan atas transaksi penjualan unit real
estat, penerimaan pembayaran oleh pembeli dibukukan sebagai uang
muka;
(b) piutang dari transaksi penjualan unit real estat tidak diakui;
(c) unit real estat tersebut tetap dicatat sebagai aktiva penjual, demikian
juga dengan kewajiban yang terkait dengan unit real estat tersebut,
walaupun kewajiban tersebut telah dialihkan ke pembeli;
(d) khusus untuk unit real estat sebagaimana disebutkan dalam paragraf 28,
penyusutan atas unit real estat tersebut tetap diakui oleh penjual.
Dalam hal penjualan telah mengalihkan hutang yang terikat pada unit real
estat yang dijual, sedangkan transaksi tersebut belum memenuhi
persyaratan pengakuan pendapatan, hutang tersebut tidak boleh
33
dikurangkan dari nilai tercatat unit real estat yang bersangkutan. Pencicilan
atau pelunasan oleh pembeli atas hutang unit real estat yang telah dialihkan
kepada pembeli dibukukan sebagai uang muka dengan mengurangi saldo
hutang yang bersangkutan. Penjual harus melakukan pengungkapan bahwa
unit tersebut telah terikat pada pengikatan atau perjanjian jual beli.
Apabila perjanjian jual beli dibatalkan tanpa adanya keharusan pembayaran
kembali uang muka yang telah diterima oleh penjual, maka uang muka
tersebut diakui sebagai pendapatan pada saat pembatalan. Pada saat uang
muka atas penjualan unit real estat diakui sebagai penjualan, komponen
bunga dari uang muka tersebut harus diakui sebagai pendapatan bunga.
Metode deposit dianggap metode akuntansi yang tepat bila analisa dari
transaksi real estat menyatakan bahwa suatu penjualan tidak terjadi untuk tujuan
akuntansi atau dengan kata lain suatu penjualan tidak dilaksanakan atau investasi
awal tidak memadai.
Bila metode deposit digunakan, pengakuan pendapatan dan penjualan
ditangguhkan sampai transaksi tersebut memenuhi syarat sebagai suatu penjualan
untuk tujuan akuntansi. Hingga pada waktu semua kas tertagih (termasuk hutang
pokok dan bunganya) dilaporkan sebagai deposit (hutang) atas kontrak, kecuali
34
bila bagian dari pembayaran menunjukkan sebagai bunga dan tidak dibayar
kembali bila digunakan untuk menutupi beban tambahan atas kapling tanah tanpa
bangunan seperti pajak penghasilan dan bunga atas hutang yang ada.
Secara terus menerus penjual melaporkan kapling tanah tanpa bangunan
sebagai aktiva, pengungkapan status dari kapling tanah tanpa bangunan tersebut
dan dianggap bahwa pembeli melaporkan hutang atas kapling tanah tanpa
bangunan sebagai hutang dalam laporan keuangannya.
35
Namun jika real estat bukan aktivitas utama perusahaan atau dengan kata
lain perusahaan tersebut bukan bergerak di bidang real estat, maka aktiva real
estat disajikan sebagai bagian dari aktiva tidak lancar.
Menurut IAI (2002 : 44.13) Dalam penyajian neraca perusahaan yang
melakukan aktivitas pengembangan real estat tetapi aktivitas pengembangan real
estat tersebut bukan aktivitas utama perusahaan, aktiva real estat disajikan sebagai
bagian dari aktiva tidak lancar.
Selanjutnya, aktiva real estat yang harus diungkapkan secara terpisah
menurut IAI (2002 : 44.13)
Berikut ini adalah jenis aktiva real estat yang diungkapkan secara terpisah
dalam catatan atas laporan keuangan :
(a) Tanah dan Bangunan;
(b) Bangunan yang Sedang Dikonstruksi;
(c) Tanah yang Sedang Dikembangkan; dan
(d) Tanah yang Belum Dikembangkan.
Aktiva real estat yang dikembangkan disajikan terpisah dari aktiva real estat
yang digunakan oleh perusahaan itu sendiri, yang dilaporkan sebagai aktiva
tetap.
Siklus operasi normal perusahaan pengembang pada umumnya lebih dari
satu tahun dan dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian yang cukup tinggi.
Penentuan siklus operasi normal perusahaan pengembang sering kali
merupakan proses yang sangat rumit. Oleh karena itu, keharusan penyajian
neraca dengan metode classified bagi perusahaan yang aktivitas utamanya
adalah aktivitas pengembangan real estat menjadi tidak layak.
Untuk perusahaan yang aktivitas utamanya bukan aktivitas pengembangan
real estat, penyajian neraca dengan metode classified mungkin tidak
terhindarkan. Dalam keadaan ini pun, faktor ketidakpastian yang
mempengaruhi penentuan siklus operasi normal aktivitas pengembangan
real estat tetap ada, oleh karena itu, untuk perusahaan yang aktivitas
utamanya bukan aktivitas pengembangan real estat, Pernyataan ini
mengharuskan aktiva real estat disajikan sebagai bagian aktiva tidak lancar.
36
2. Pengungkapan
Menurut IAI (2002 : 44.14)
Di samping pengungkapan yang diatur dalam standar akuntansi yang
berlaku umum, hal-hal berikut wajib diungkapkan :
(a) kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan, yaitu
mencakup :
(i) metode pengakuan pendapatan yang digunakan termasuk alasan
dan kriteria penggunaan metode tersebut, dengan menyertakan
kriteria apa saja yang tidak memungkinkan pendapatan penjualan
unit real estat diakui dengan metode akrual penuh (untuk
penjualan bangunan rumah, ruko, dan bangunan sejenis lainnya
beserta kapling tanahnya dan untuk penjualan kapling tanah tanpa
bangunan); atau metode persentase penyelesaian (untuk penjualan
bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat
perbelanjaan, dan bangunan sejenis lainnya);
(ii) apabila pendapatan diakui dengan metode persentase penyelesaian
maka metode penentuan tingkat penyelesaian aktivitas
pengembangan real estat diungkapkan; dan
(iii) saat pengakuan penjualan dan pendapatan yang berasal dari
penjualan real estat.
(b) kebijakan akuntansi mengenai kapitalisasi dan metode alokasi biaya
proyek pengembangan real estate;
(c) apabila transaksi penjualan real estat tidak memenuhi kriteria
pengakuan penjualan maka pengungkapan mencakup :
(i) sifat transaksi;
(ii) jumlah kontrak yang tidak diakui sebagai penjualan dan piutang
pembeli yang tidak diakui;
(d) jumlah biaya perolehan aktiva real estat yang pengikatan jual belinya
telah berlaku namun penjualannya belum diakui, termasuk jumlah
hutang terkait yang akan dialihkan, bila ada.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat
Objek penelitian yang di survei secara langsung untuk memperoleh data
dan informasi perusahaan adalah PT. IRA WIDYA UTAMA MEDAN yang
terletak di Jalan Setia Budi Kawasan Perumahan Taman Setia Budi Indah Medan.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode evaluasi (evaluation
method) yaitu untuk melihat sampai sejauh mana penerapan/implementasi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 44 tentang akuntansi aktivitas
pengembangan real estat oleh PT. IRA WIDYA UTAMA MEDAN.
yaitu
untuk
membandingkan
penerapan/implementasi
dengan
37
38
E. Permasalahan Penelitian
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah membandingkan
kebijaksanaan manajemen PT. IRA WIDYA UTAMA MEDAN sehubungan
dengan akuntansi aktivitas pengembangan real estat dikaitkan dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 44. Dengan demikian bentuk permasalahan
dalam penelitian ini adalah permasalahan deskriptif.
F. Populasi Penelitian
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kebijaksanaan
manajemen PT. IRA WIDYA UTAMA MEDAN sehubungan dengan akuntansi
aktivitas pengembangan real estat yang direprensentasikan dengan laporan
keuangan tahunan PT. Ira Widya Utama Medan.
G. Sampel Penelitian
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
PT. Ira Widya Utama Medan periode 31 Desember 2003 yang telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik Ade Fatma Lubis dan Rekan.
39
serta
penelusuran
kepustakaan
(library
research)
yaitu
J. Analisis Data
Metode penganalisaan data yang digunakan adalah metode komparatif
yaitu dengan cara membandingkan teori dengan praktek pada perusahaan,
kemudian mengambil kesimpulan-kesimpulan, dan selanjutnya memberikan
saran-saran dari hasil perbandingan tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Berdirinya PT. Ira Widya Utama Medan merupakan perkembangan dari
CV. Ira Coorporation yang berdiri pada tanggal 17 April 1972. Berkedudukan di
Jalan Pahlawan No. 52 Medan, perusahaan ini mengawali usahanya sebagai
pemborong/kontraktor umum (general contractor) yang mengutamakan pada
pekerjaan pembangunan serta pemeliharaan jalan dan irigasi. Untuk memperluas
dan mengembangkan usahanya, maka CV. Ira Coorporation diubah menjadi
PT. Ira Coorporation pada tanggal 22 Februari 1983 di hadapan Notaris Sundari
Siregar, SH, dan berkedudukan di Jalan Bukit Barisan Dalam No. 15 Medan,
dengan jumlah karyawan meningkat menjadi 15 orang.
Setelah berjalan beberapa bulan, nama PT. Ira Coorporation dirasakan
ganjil mengingat kata Coorporation mengandung arti yang sama dengan
perseroan terbatas, maka pada tanggal 17 Juni 1983, PT. Ira Coorporation diubah
lagi menjadi PT. Ira Widya Utama Medan, dan berkedudukan di Jalan Multatuli
No. 9 dan 12 Medan.
Perubahan ini dibuat di hadapan Notaris Sundari Siregar, SH, dengan Akte
Notaris No. 29 tertanggal 17 Juni 1983, bertempat di Medan, dan disetujui oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 26 Juli 1983, dengan daftar
40
41
keputusan No. C 2-5149, HT, 01.01. TH. 83, dan dapat di lihat pada Berita
Negara Republik Indonesia No. 955-1983.
Berdasarkan pasal 2 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan
perusahaan adalah :
1. Menjalankan usaha-usaha pemborongan umum (general contractor) untuk
segala macam dan jenis pekerjaan, termasuk usaha-usaha pemborongan
bangunan-bangunan,
jembatan-jembatan,
jalan-jalan,
saluran-saluran
Kegiatan usaha perusahaan ini pada dasarnya di bagi dalam 3 (tiga) bidang
usaha, yaitu :
1. Bidang Usaha Real Estat, yang melaksanakan kegiatan di bidang
pembangunan,
penjualan
dan
pengelolaan
perumahan,
sarana
dan
42
43
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Ira Widya Utama Medan
adalah struktur organisasi garis dan staf yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, dalam hal ini struktur organisasi perusahaan menggambarkan
penyusunan tugas, wewenang dan tanggung jawab berbentuk garis lurus mulai
dari tingkat yang paling rendah. Adapun komunikasi yang dilakukan oleh PT. Ira
Widya Utama Medan selalu mengikuti struktur organisasi secara vertikal, tetapi di
dalam menjalankan tugasnya masing-masing, komunikasi secara horizontal juga
berjalan antara bidang yang satu dengan bidang yang lain.
Struktur organisasi mempunyai arti yang penting bagi perusahaan agar
dapat menjalankan aktivitas operasional secara harmonis dan teratur, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Struktur organisasi dimana di
dalamnya terdapat pemisahan fungsi-fungsi dengan tepat sangat penting, sebab
merupakan salah satu unsur terciptanya pengawasan intern (internal control) yang
efektif.
Struktur organisasi yang baik haruslah sederhana dan mudah diadakan
penyesuaian bila sewaktu-waktu diperlukan serta dapat menunjukkan dengan
tegas garis wewenang dan tanggung jawab. Dengan struktur organisasi demikian,
pimpinan perusahaan akan mudah mengetahui siapa yang bertanggungjawab
untuk setiap kegiatan usaha perusahaan.
Struktur organisasi PT. Ira Widya Utama Medan disusun berdasarkan hasil
pemikiran dan pertimbangan atas sifat usaha perusahaan, bentuk organisasi yang
sedang berjalan, serta mengolah informasi dari staf inti perusahaan. Fungsi
kegiatan utama di bagi atas 6 (enam) kelompok besar, yakni : bagian
44
pengembangan, bagian jasa konstruksi, bagian jasa real estat, bagian pemasaran,
bagian akuntansi/keuangan, dan bagian personalia/umum.
Dari segi tingkatan manajemen, telah di bagi dalam 3 (tiga) tingkatan,
yakni : tingkat pimpinan puncak perusahaan/dewan direksi (top management),
tingkat manajemen menengah (middle management), dan tingkatan kepala seksi
(lower management).
: koordinator pimpinan
Direktur Operasional
: koordinator produksi
Direktur Keuangan/Umum
45
46
(ii)
(iii)
Poliklinik 24 Jam.
(iv)
47
(v)
Jalan.
(vi)
(vii) Taman.
(viii) Pusat Jajanan Serba Ada.
(ix)
Parit.
(x)
Trotoar.
b. Pengakuan Pendapatan
Konsep penghimpunan dan realisasi pendapatan sangat penting dalam
hubungannya dengan pengakuan pendapatan. Saat pengakuan pendapatan
merupakan saat yang sangat kritis, mengingat kesalahan dalam penentuan ini akan
berakibat pada kelayakan laba periodik. Ketika suatu transaksi atau kejadian
dinyatakan atau diakui, maka transaksi tersebut dicatat ke dalam sistem pencatatan
sehingga akan mempengaruhi laporan keuangan. Jadi, pengakuan pendapatan
berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi dicatat atau tidak. Prinsip
akuntansi mengatur tentang pengakuan pendapatan ini dengan memberikan
beberapa kriteria atau ketentuan yang harus dipenuhi agar suatu transaksi dapat
diakui.
Pengakuan pendapatan dari penjualan real estat oleh perusahaan diakui
pada saat dilakukannya penyerahan barang dan jasa setelah memenuhi ketentuan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Metode pengakuan pendapatan yang
diterapkan oleh perusahaan adalah metode akrual penuh (full accrual method).
48
2.
Seluruh harga jual telah dilunasi atau minimal sebesar 20 % dari harga
jual telah diserahkan oleh pembeli kepada penjual dan tidak dapat
diminta kembali oleh pembeli.
3.
4.
Rp. xxx
KPR
Rp. xxx
Penjualan
Kas
Rp. xxx
Rp. xxx
Uang Muka
Rp. xxx
49
2.
Penjualan Realisasi
Penjualan
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
2.
Seluruh harga jual telah dilunasi atau minimal sebesar 20 % dari harga
jual telah diserahkan oleh pembeli kepada penjual dan tidak dapat
diminta kembali oleh pembeli.
3.
4.
50
Kas
Rp. xxx
Rp. xxx
Uang Muka Penempatan Kavling
2.
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
2.
Seluruh harga jual telah dilunasi atau minimal sebesar 20 % dari harga
jual telah diserahkan oleh pembeli kepada penjual dan tidak dapat
diminta kembali oleh pembeli.
51
3.
Rp. xxx
KPR Penempatan
Rp. xxx
Penjualan Penempatan
Kas
Rp. xxx
Uang Muka Penempatan
2.
Rp. xxx
Rp. xxx
Penjualan Penempatan
Penjualan
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
52
dalam
mekanisme
pengalokasian
biaya,
perusahaan
tidak
53
2.
b.
c.
Jalan.
2.
Parit.
3.
Trotoar.
4.
5.
Taman.
6.
7.
8.
Jaringan listrik.
9.
2.
Konsumsi.
3.
4.
5.
54
6.
7.
8.
Perawatan lampu.
9.
Kebersihan.
2.
Konsumsi.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
55
9.
Pemeliharaan gedung.
56
Pola penyajian dan pengungkapan transaksi usaha pada PT. Ira Widya
Utama Medan dirumuskan dalam kebijakan akuntansinya yang terdapat pada buku
pedoman perusahaan. Bentuk dan isi laporan keuangan digambarkan dalam
lampiran kode T pada buku pedoman tersebut. Laporan keuangan secara
lengkap dipersiapkan setiap akhir bulan oleh bagian akuntansi dan diperiksa
kembali oleh Direktur Keuangan dan Umum sebelum ditandatangani oleh
Direktur Utama. Khusus untuk Laporan Kas dan Bank, dibuat secara harian
dengan tujuan dapat diawasi oleh pimpinan perusahaan.
Setiap bagian dari laporan keuangan ini harus diisi secara lengkap dan
akurat agar dapat digunakan secara sempurna sebagai dasar bagi pengambilan
keputusan oleh pimpinan perusahaan. Laporan keuangan harus disampaikan
57
kegiatan
utamanya
yaitu
perolehan
tanah
yang
kemudian
58
bidang real estat harus benar-benar memahami pentingnya arti pendapatan dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya.
PT. Ira Widya Utama Medan menggunakan metode akrual penuh (full
accrual method) sebagai metode pengakuan pendapatan pada perusahaan dengan
ketentuan yang harus dipenuhi sebagai berikut :
2.
Seluruh harga jual telah dilunasi atau minimal sebesar 20 % dari harga
jual telah diserahkan oleh pembeli kepada penjual dan tidak dapat
diminta kembali oleh pembeli.
3.
4.
59
2.
Seluruh harga jual telah dilunasi atau minimal sebesar 20 % dari harga
jual telah diserahkan oleh pembeli kepada penjual dan tidak dapat
diminta kembali oleh pembeli.
3.
4.
60
2.
Seluruh harga jual telah dilunasi atau minimal sebesar 20 % dari harga
jual telah diserahkan oleh pembeli kepada penjual dan tidak dapat
diminta kembali oleh pembeli.
3.
61
62
(i) Neraca
Neraca merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan pada
suatu tanggal tertentu dan dapat diperbandingkan dengan perkiraan yang
sama pada akhir periode sebelumnya. Komponen perkiraan neraca pada
PT. Ira Widya Utama Medan adalah sebagai berikut :
1.
Aktiva Lancar
a.
b.
Piutang Usaha.
c.
Piutang Lain-lain.
d.
Surat-surat Berharga.
e.
Persediaan.
f.
Piutang Direksi.
g.
63
2.
3.
4.
5.
Investasi
a.
b.
Setoran Saham.
Aktiva Tetap
a.
Tanah.
b.
Bangunan.
c.
d.
Kendaraan Bermotor.
e.
Inventaris Kantor.
f.
Peralatan Proyek.
g.
Mesin/Perlengkapan.
h.
Akumulasi Penyusutan.
Aktiva Lain-lain
a.
Piutang Afiliasi.
b.
c.
Akumulasi Amortisasi.
Hutang Lancar
a.
Hutang Usaha.
b.
Hutang Lain-lain.
c.
64
6.
d.
e.
Hutang Pajak.
f.
Modal
a.
Modal Disetor.
b.
c.
65
2.
3.
Pendapatan Usaha
a.
b.
c.
Pendapatan Lain-lain.
b.
Biaya Lain-lain.
Pajak
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. PT. Ira Widya Utama Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang real estat yang mempunyai kegiatan utamanya yaitu perolehan tanah
yang kemudian ditindaklanjuti dengan pembangunan perumahan untuk
kemudian dijual kepada masyarakat. Perjalanan serta pengembangan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh dalam operasi
normal usaha serta daya dan upaya oleh perusahaan untuk menekan biaya
sekecil mungkin tanpa mengganggu kegiatan usaha perusahaan. Oleh karena
itu, pendapatan dapat dikatakan sebagai alat ukur prestasi manajemen atas
keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan. PT. Ira Widya Utama Medan
menggunakan metode akrual penuh (full accrual method) sebagai metode
pengakuan pendapatan pada perusahaan dengan ketentuan yang harus dipenuhi
sebagaimana yang terdapat pada PSAK No. 44 yang dikeluarkan oleh IAI.
2. PT. Ira Widya Utama Medan mengklasifikasikan biaya atas biaya pokok
penjualan serta biaya operasional dan administrasi, dan menggunakan
perkiraan biaya bukan beban dalam struktur pengeluarannya. Hal tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan mengenai unsur-unsur biaya pengembangan proyek
real estat seperti yang terdapat pada PSAK No. 44 paragraf 37 dan 38 yang
dikeluarkan oleh IAI mensyaratkan bahwa seluruh komponen biaya yang
berhubungan langsung dengan aktivitas pengembangan real estat harus
67
68
B. Saran
1. PT. Ira Widya Utama Medan menggunakan metode akrual penuh (full accrual
method) sebagai metode pengakuan pendapatan untuk penjualan tanah dan
bangunan rumah serta penjualan tanah matang. Sedangkan, pada penjualan unit
69
Ira
Widya
Utama
Medan
harus
merestrukturisasi
mekanisme
70
perkiraan lancar dan tidak lancar. Sebaiknya PT. Ira Widya Utama Medan
menyesuaikan Neraca perusahaan dengan tidak mengelompokkan komponen
perkiraan pada perkiraan lancar dan tidak lancar karena siklus operasi normal
perusahaan pengembang pada umumnya lebih dari satu tahun dan dipengaruhi
oleh faktor ketidakpastian yang cukup tinggi. Ketentuan tersebut seperti yang
terdapat pada PSAK No. 44 paragraf 60 yang dikeluarkan oleh IAI.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed, 1997. Teori Akuntansi Jilid Satu, Terjemahan Herman Wibowo
dan Marianus Sinaga, Jakarta.
Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen, 2000. Manajemen Biaya Akuntansi dan
Pengendalian Buku Satu, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Hendrikson, Eldon S., 1995. Teori Akuntansi, Edisi Keempat, Editor Marianus
Sinaga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, 1995. Akuntansi Intermediate Jilid Satu,
Edisi Ketujuh, Terjemahan Herman Wibowo, Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, 1995. Akuntansi Intermediate Jilid Dua,
Edisi Ketujuh, Terjemahan Herman Wibowo, Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta.
71
Klink, J.J., 1985. Real Estate Accounting and Reporting, 2nd Edition, Jhon Wiley
and Sons, New York.
Suandy, Erly, 2001. Perencanaan Pajak, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
72