Anda di halaman 1dari 49

i

LAPORAN PKL

TATA CARA PERHITUNGAN PBBKB (PAJAK BAHAN BAKAR


KENDARAAN BERMOTOR) DILIHAT DARI JENIS BAHAN BAKAR
PADA BAPPENDA PROVINSI NTB

THE PROCEDURE OF CALCULATING MOTOR VEHICLE FUEL TAXES BASED


ON THE FUEL TYPE AT BAPPENDA (REGIONAL REVENUE MANAGEMENT
AGENCY) OF WEST NUSA TENGGARA PROVINCE

Diajukan sebagai suatu kebulatan studi


Untuk meraih gelar Ahli Madya

Oleh

ADRIAN OCZA CAHYADI


A0D018003

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii

Judul : TATA CARA PERHITUNGAN PBBKB (PAJAK


BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR)
DILIHAT DARI JENIS BAHAN BAKAR PADA
BAPPENDA PROVINSI NTB
Nama Mahasiswa : ADRIAN OCZA CAHYADI
Nomor Mahasiswa : A0D018003

Laporan PKL ini telah diterima sebagai suatu kebulatan studi


Pada Program Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Mataram, 6 Mei 2021


Menyetujui :
Dosen Pembimbing,

Dr. H. Busaini, M.si


NIP 196105021987031001

Mengetahui,
Dekan, Ketua Program,

Dr. MuaidyYasin, MS Drs. Abdul Manan, M.Si


NIP 196008101987031002 NIP 196112311989031011

Tim Penguji :
1.
2.
3.
iii

PROPOSAL PKL

TATA CARA PERHITUNGAN PBBKB (PAJAK BAHAN BAKAR


KENDARAAN BERMOTOR) DILIHAT DARI JENIS BAHAN BAKAR
PADA BAPPENDA PROVINSI NTB

THE PROCEDURE OF CALCULATING MOTOR VEHICLE FUEL TAXES BASED ON


THE FUEL TYPE AT BAPPENDA (REGIONAL REVENUE MANAGEMENT AGENCY) OF
WEST NUSA TENGGARA PROVINCE

Oleh

ADRIAN OCZA CAHYADI


A0D018003

Setelah membaca Laporan PKL ini dengan seksama,


maka menurut pertimbangan kami Laporan PKL ini telah
memenuhi syarat atau layak untuk diuji

Disetujui tanggal : 6 Mei 2021


Dosen Pembimbing,

Dr. H. Busaini, M.Si


NIP 196105021987031001

PROGRAM D-III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan, keselamatan,

pengetahuan, dan memberikan petunjuk kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas Akhir ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk memenuhi salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III

Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram. Dalam rangka

memenuhi tujuan tersebut, maka penulis menyusun tugas akhir ini dengan judul:

“Tata Cara Perhitungan PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor)

Dilihat Dari Jenis Bahan Bakar Pada BAPPENDA Provinsi NTB”.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan

serta dukungan dari berbagai pihak yang selalu mau meluangkan waktu dan

tenaga untuk penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Bapak Dr. Muaidy

Yasin, MS.

2. Bapak Drs. Abdul Manan, M.Si. selaku ketua Program Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

3. Ibu Hj. Siti Fatimah, SE, ME. Selaku sekertaris Program Diploma III

Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.


v

4. Bapak Dr. H. Busaini, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dengan mengorbankan waktu dan pikiran dalam

membantu penulis menyusun laporan PKL ini sehingga dapat diselesaikan

dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Mataram yang telah memberikan kuliah, mendidik dan mengasuh

penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh staf karyawan akademik Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Mataram yang telah membantu semua keperluan penulis

7. Bapak Ir. H. Iswandi M.Si selaku kepala kantor BAPPENDA PROVINSI NTB

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan

kegiatan PKL.

8. Bapak H. Khadar selaku Koordinator yang telah dengan sabar dan penuh

perhatian dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama

PKL.

9. Mba Hj. Eva Dewiyani selaku memberi tugas untuk turun lansung ke

masyarakat dalam rangka kegiatan PKL untuk menambah pengetahuan tentang

menagih pajak kendaraan bermotor.

10. Semua Pihak BAPPENDA PROVINSI NTB, dan kerabat relawan pajak yang

telah memberikan pengalaman kerja, menjadi tim kerja yang kompak,

membantu dan membimbing selama penulis melaksanakan praktik kerja

lapangan.
vi

11. Kedua orang tua tersayang (Mama Sri nurnaningsih dan Papa Khairul Hady

SP.MSi) yang selalu memberikan do’a, dukungan, kasih sayang, pengorbanan

dan semangat di setiap langkah perjalanan penulis dalam mencari ilmu.

12. Adek, kakak misan, dan keponakan serta Mas Heru terima kasih semangat dan

dukungan kalian selama ini telah memberi kemudahan untuk menyelesaikan

tugas akhir ini.

13. Semua Sahabat saya Bella, Arin, Puput, Rifqi, Afan, Sulhan, Pija, Danes, Icak,

Ghina, Tya, Faras, Andrean, Ayu, Gema, dan lainnya yang selalu memberikan

semangat, bantuan, dukungan, arahan, dan motivasi baru.

14. Seluruh teman seperjuangan kelas A Diploma III Perpajakan Angkatan 2018

terima kasih atas pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan dan semua yang

kita lalui bersama.

15. Semua tante (bibi) dan teman mama saya yang cantik-cantik yang telah

memberi dukungan, bantuan dan simpati selama penulis menyelesaikan

pendidikan.

Penulis menyadari penyusunan Laporan PKL ini belum sempurna, untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun yang sangat penulis harapan dari semua

pihak guna kesempurnaan laporan PKL ini.

Akhir kata dari penulis, semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi kita

semua, Amin.

Mataram, 6 Mei 2021

Penulis
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix

DAFTAR TABEL....................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan dan Manfaat...............................................................................4

1.2.1 Tujuan...........................................................................................4

1.2.2 Manfaat.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Pajak.........................................................................5

2.2 Fungsi Pajak...........................................................................................7

2.3 Jenis Pajak..............................................................................................8

2.4 Asas Pemungutan...................................................................................9

2.5 Sistem Pemungutan Pajak....................................................................10

2.6 Pajak Daerah........................................................................................10

2.6.1 Pengertian Pajak Daerah.............................................................10

2.6.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah.............................................................11


viii

2.6.3 Subjek dan Objek Pajak Daerah..................................................12

2.7 Pengertian Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor..........................12

2.8 Landasan Hukum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor...............13

2.9 Subjek, Objek, dan Wajib Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. .13

2.9.1 Subjek Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.................................13

2.9.2 Objek Bahan Bakar Kendaraan Bermotor...................................13

2.10 Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 14

2.11 Perhitungan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor........................15

BAB III KEGIATAN SELAMA PKL

3.1 Pelaksanaan PKL....................................................................................17

3.2 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan...............................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil........................................................................................................19

4.1.1 Sejarah Singkat BAPPENDA Provinsi NTB.................................19

4.1.2 Visi Misi BAPPENDA Provinsi NTB...........................................20

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BAPPENDA Provinsi NTB...................21

4.1.4 Susunan Organisasi BAPPENDA Provinsi NTB...........................22

4.1.5 Peraturan gubernur yang mengatur PBBKB di BAPPENDA........26

4.1.6 4.1.6 Badan Hukum Provinsi BAPPENDA……………………...27

4.2 Pembahasan.............................................................................................31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.............................................................................................35

5.2 Saran........................................................................................................35
ix

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Susunan Organisasi BAPPENDA Provinsi NTB.............................................22
2. Laporan PBBKB Periode Desember 2020 Provinsi NTB................................31
3. Lampiran Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor (SPTPD PBBKB).............................................................................32
4. Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) Tahun 2020............................................33
5. Bukti Setoran Pajak Pertamina.........................................................................34
x

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan........................................................19
xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kegiatan Selama Praktik Kerja Lapangan.......................................................36
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak sangat berperan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

Peran penting dari penerimaan pajak adalah penyediaan dana bagi pembiayaan

pembangunan nasional dan juga mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman

dari luar negeri. Ada tiga pendapatan negara yang di peroleh melalui penerimaan

bukan pajak, penerimaan pajak, dan hibah yang kemudian dana tersebut di

alokasikan sesuai kebutuhannya, dari ketiga penerimaan tersebut yang paling

mempengaruhi pendapatan negara adalah pajak. Penerimaan pajak juga berguna

dalam mendukung dan mempercepat proses pembangunan di daerah yang juga

merupakan bagian dari pelaksanaan pembangunan nasional, besarnya penerimaan

negara yang bersumber dari pajak dapat mencapai 70% dari total pendapatan

negara, dan kontribusi pajak dalam penerimaan negara setiap tahun selalu

meningkat.

Banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya pajak bagi

pembangunan nasional. Hal ini akan menjadi hambatan bagi pemungutan pajak

yang akan berdampak negatif bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu,

pemerintah perlu memberi himbauan dan sosialisasi bagi masyarakat, agar

masyarakat ikut berperan aktif dalam pembayaran pajak mereka.

Jenis-jenis pajak di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa

kategori. Apabila ditinjau dari pemungutannya, pajak dibagi dalam dua golongan

yaitu Pajak Pusat (Negara) dan Pajak Daerah. Pajak Pusat (Negara) adalah pajak
2

yang dipungut oleh pemerintah pusat, contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Bumi Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atan

Barang Mewah (PPnBm). Sedangkan, Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut

oleh pemerintah daerah, contohnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak

bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB), Pajak air permukaan (PAP), Pajak

Restoran, Pajak Hotel, Pajak Reklame dan sebagainya.

Salah satu potensi yang cukup berpengaruh pada sektor pajak adalah Pajak

bahan bakar (PBBKB). Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak

daerah yang dibebankan kepada konsumen bahan bakar kendaraan bermotor,

pajak ini menyasar bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau

dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang

digunakan untuk kendaraan di air (Berdasarkan Pasal 16 UU PDRD).

Seperti yang telah diatur pada Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor merupakan Jenis Pajak yang termasuk

didalam Pajak Provinsi. Pengertian dari Bahan Bakar Kendaraan Bermotor itu

sendiri adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk

kendaraan bermotor, sedangkan Pajaknya dipungut pajak atas penggunaan bahan

bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan.

Pemungutan PBBKB dilakukan oleh Pertamina, dan sistem pemungutannya

yaitu self assessment system dimana wajib pajak atau badan untuk menentukan,

menghitung, melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.Biaya Pemungutan

ditetapkan oleh Menteri dalam negeri/Menteri keuaangan disetor oleh Pertamina


3

kepada Dinas Pendapatan Daerah, untuk kelancaran dalam pelaksanaan kewajiban

atas PBBKB, keseragaman administrasi agar diperoleh kesatuan pengertian dan

tindakan dalam pemungutan, penyetoran dan pelaporan PBBKB. Penyedia Bahan

Bakar Kendaran Bermotor adalah Pertamina dan Produsen lainnya, Objek Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan adalah Bensin (Premium,

Pertamax Plus), dan Bio Solar. Sementara itu subjek PBBKB adalah konsumen

bahan bakar kendaraan bermotor, dan yang menjadi wajib pajaknya adalah orang

pribadi yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor tersebut.

BAPPENDA Provinsi NTB sebagai SKPD dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, serat Peraturan Gubernur Nusa Tenggara

Barat Nomor 51 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan

Fungsi Serta Tata Kerja Badan-Badan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA) merupakan instansi

yang berwenang untuk memungut pajak di antara lainnya pajak bahan bakar

kendaraan bermotor, semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk

kendaraan bermotor, sedangkan pajaknya dipungut atas penggunaan bahan bakar

kendaraan bermotor yang di sediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan

bermotor,antara lain pertamax, pertalite premium, solar, dan sejenisnya.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan proposal PKL ini adalah sebagai berikut :
4

1. Mengetahui tata cara perhitungan PBBKB (pajak bahan bakar kendaraan


bermotor) dilihat dari jenis bahan bakar pada kantor BAPPENDA NTB.
2. Membandingkan antara peraturan perpajakan dengan prakter lapangan

khususnya pada kantor BAPPENDA NTB.

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat yang didapatkan dari pembuatan proposal PKL ini adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai referensi bagi pembaca yang memiliki minat yang sama terutama

tentang pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB)

2. Secara praktis bermanfaat untuk mempraktekan pengetahuan yang di dapat di

bangku kuliah, dan sekaligus meningkatkan pengalaman di dunia kerja.

3. Secara akademik, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli

Madya Perpajakan (A.Md. Pjk) pada program Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Pajak

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

perubahan ke-empat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat (1) berbunyi Pajak

adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keprluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang dikemukakan oleh para

ahli, diantaranya (Mardiasmo 2019) :

1. Menurut Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang

langsung di tunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2. Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R

Pengertian Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke

sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan

yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-

tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

3. Pajak Menurut P. J. A. Adriani


6

Pengertian Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang

langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

4. Soeparman Soemahamidja (1964) dalam disertainya yang berjudul: “Pajak

Berdasarkan Asas Gotong Royong” sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran wajib berupa uang yang dipungut oleh pengusaha

berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang

dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur

yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut :

1. Iuran rakyat kepada Negara.

2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang.

3. Hasilnya untuk membiayai pembangunan.

4. Tidak ada timbal jasa.

5. Pembayaran pajak bersifat wajib dalam arti bila kewajiban itu tidak dipenuhi

maka dapat ditagih secara paksa sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Dapat dipaksakan.
7

2.2 Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat berperan penting

untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dibutuhkan untuk memelihara,

menjaga, dan membayar hutang yang dilakukan negara, termasuk pengeluaran

untuk pembangunan. Dari pengertian pajak tersebut pajak mempunyai beberapa

fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)

Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara

mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai

pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya. Fungsi pajak merupakan

sumber pendapatan negara yang memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran

negara dengan pendapatan negara.

2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)

Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara

dalam lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

a. Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.

b. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor, seperti

pajak ekspor barang.

c. Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang produksi

dari dalam negeri, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

d. Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu

perekonomian agar semakin produktif. (Anonim 2020)


8

2.3 Jenis Pajak

Pembagian pajak menurut golongan, sifat, dan pemungutannya yaitu

(Mardiasmo 2019) :

a. Menurut Golongan

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri

oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada

orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Contoh : Pajak Penghasilan Nilai (PPN).

b. Menurut Sifatnya

1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaanya memperhatikan keadaan

pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan

subjeknya.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya

baik berupa baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang

mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat

tinggal.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM) serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


9

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

1. Pajak Negara (Pajak Pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada

umumnya.

Contoh : PPh, PPN, dan PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB).

2. Pajak Daerah, yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah

tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota)

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Contoh : PKB, BBNKB, PBBKB, dana PAP (pajak provinsi). Pajak Hotel,

Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dll.

2.4 Asas Pemungutan

Asas pemungutan pajak dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan

yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

b. Asas Sumber

Menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan

yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas Kebangsaan
10

Menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan

suatu Negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap

orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia tetapi bertempat tinggal di

Indonesia. (Mardiasmo 2019).

2.5 Sistem Pemungutan Pajak

Terdapat 3 jenis sistem perpajakan :

a. Official Assessment System

System pemungutan  pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

(fiskus) untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

b. Self Assessment System

System pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam

menentukan (menghitung,membayar, dan melaporkan) sendiri jumlah pajak yang

terhutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku.

c. With Holding System

System pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) yang ditunjuk untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. (Mardiasmo 2019).

2.6 Pajak Daerah


11

2.6.1 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Pajak Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa telah di atur berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya bertujuan untuk kemakmuran masyarakat.

2.6.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah

Pajak daerah di kelompokan menjadi dua jenis yaitu Pajak Provinsi dan

Pajak Kabupaten/kota (Anonim 2018). :

a. Pajak Provinsi

1. Pajak Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

4. Pajak Air Permukaan.

5. Pajak Rokok.

b. Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Hiburan.

2. Pajak Penerangan Jalan.

3. Pajak Reklame.

4. Pajak Restoran.

5. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan.

6. Pajak Air Tanah.


12

7. Pajak Parkir.

8. Pajak Sarang Burung Walet.

9. Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan.

10. Pajak Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

2.6.3 Subjek dan Objek Pajak Daerah

Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat

dikenakan pajak daerah, sedangkan objek pajak daerah adalah tergantung

kepada jenis pajaknya. Contoh pajak hotel. Subjek pajak hotel adalah orang

pribadi atau badan yang mengusahakan jasa hotel, sedangkan objek pajak

hotel adalah pembayaran atas jasa nginap.

2.7 Pengertian Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan

bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor , sesuai dengan Pasal

1 angka 16, adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk

kendaraan bermotor. Berdasarkan Pasal 16 UU PDRD, pajak ini menyasar bahan

bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk

kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di

air.

Selain itu, pajak bahan bakar kendaraan bermotor mengenakan biaya

terhadap eksternalitas negatif lain yang ditimbulkan oleh bahan bakar kendaraan

bermotor, misalnya polusi udara dan kemacetan, sekaligus menghasilkan


13

penerimaan negara. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor ini biasanya

digunakan untuk mendanai pemeliharaan infrastruktur dan proyek-proyek baru.

Pajak ini juga menjadi instrumen yang paling sesuai untuk menghasilkan dana

guna memelihara dan memperbaiki jalan umum dari waktu ke waktu. (Anonim

2020).

2.8 Landasan Hukum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Yang menjadi landasan Hukum Pajak kendaraan bermotor antara lain:

a. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

b. Pasal 2 ayat 2 huruf c Undang-Undang pajak daerah dan retribusi daerah

(UUPRD) Tentang ketentuan pemungutan Pbbkb.

c. Pasal 17 ayat 2 Undang-Undang Pajak daerah dan Retribusi daerah Tentang

Orang Pribadi atau Badan menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor

ditetapkan wajib pajak pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

d. Pasal 19 ayat 4 Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tentang

kewenangan Pemerintah Daerah mengubah tarif Pajak (Anonim 2020).

2.9 Subjek, Objek, dan Wajib Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

2.9.1 Subjek Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah konsumen bahan

bakar kendaraan bermotor berdasarkan Pasal 17 ayat (2) UU PDRD.

2.9.2 Objek Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


14

Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah bahan bakar

kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan

bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di air.

2.9.3 Wajib Pajak bahan bakar kendraan bermotor

Wajib Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah:

a. Orang pribadi;

b. Badan;

yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor

Pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan oleh penyedia

bahan bakar kendaraan bermotor, Penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

sebagaimana dimaksud adalah produsen dan/atau importer bahan bakar kendaraan

bermotor, baik untuk dijual maupun untuk digunakan sendiri.

(Perda No.10 2010).

2.10 Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pada besaran pokok PBBKB yang terutang dihitung dengan cara

mengalirkan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Pada tarif yang

ditetapkan lebih terperinci oleh masing-masing daerah berdasarkan potensi yang

dimilikinya.Untuk perhitungannya, dasar pengenaan tarif PBBKB ini sendiri

adalah nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor. Nilai jual ini dihitung sebelum

dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Jika pada satu kondisi harga jual bahan bakar

kendaraan bermotor tidak termasuk PPN namun sudah termasuk PBBKB dengan

tarif 5%, maka nilai jual dihitung dengan perkalian 100/105 dari harga jual total.
15

Namun demikian pada kondisi lain dimana harga jual bahan bakar yang dimaksud

sudah dihitung dengan memasukkan tarif PPN sebesar 10% maka besaran nilai

jual bahan bakar tersebut dihitung dengan perkalian 100/115 dengan harga jual.

Artinya ditambahkan dengan pajak bahan bakar yang ada sebesar 5%.

Menurut Pasal 18 UU PDRD, tarif PBBKB ditetapkan paling tinggi senilai

10%. Adapun tarif khusus untuk bahan bakar kendaraan umum yang ditetapkan

paling sedikit lebih rendah dibanding tarif pajak untuk kendaraan pribadi. Adapun

pemberlakuan ketentuan ini dijalankan untuk membedakan pengguna bahan bakar

kendaraan umum dengan kendaraan pribadi.

2.11 Perhitungan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

PBBKB adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor,

yaitu semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan

bermotor. Pemungutan PBBKB diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 2000 yang

telah direvisi menjadi UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (PDRD). Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000,besarnya

PBBKB yang dikenakan pada setiap liter bahan bakar yang dikonsumsi oleh

masyarakat adalah sebesar 5% dari nilai jual sebelum pajaknya. Ini berarti dari

setiap liter BBM yang dibeli oleh masyarakat, pemerintah daerah mendapatkan

5% penerimaan PBBKB.

Sementara itu, besaran tarif PBBKB berdasarkan UU Nomor 28 Tahun

2009 paling tinggi sebesar 10%. Pengaturan lebih lanjut dilakukan terhadap

kendaraan umum dengan tarif paling sedikit lebih rendah dari tarif PBBKB untuk
16

kendaraan pribadi. Dengan demikian, dalam UU PDRD yang baru, pengenaan

PBBKB dapat dilakukan secara diskriminatif baik antar daerah maupun antar jenis

(peruntukan) kendaraan. Peluang pemberlakuan diskriminasi tarif tersebut

sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan daya saing daerah, karena harga jual

per liter BBM dapat berbeda antar daerah.

Untuk pemungutan PBBKB juga ada yang di pungut di berbagai sektor

sebagai berikut :

1. Pemungutan PBBKB kepada sektor Transportasi (5%)

berupa : jenis bbm tertentu (subsidi), jenis bbm umum, jenis bbm

(transportasi)

2. Pemungutan PBBKB kepada sektor Industri (0,858%)

3. Pemungutan PBBKB kepada sektor Pertambangan dan Kehutanan (4,5%).

Rumus Pbbkb

Pbbkb = Tarif x Dpp x Harga jual perliter

Dilihat dari situs resmi Pertamina, berikut adalah Harga Bahan Bakar

Minyak dari Pertamina Untuk wilayah Jawa- Bali :

 Pertalite Rp 7.650 per liter

 Pertamax Rp 9.000 per liter

 Pertamax Turbo Rp 9.850 per liter

 Dexliter Rp 9.500 per liter

 Pertamina Dex Rp 10.200 per liter

 Solar Rp 9.400 per liter

Contoh :
17

Harga jual premium Rp.4.500,- per liter termasuk PPN dan PBBKB, apabila

asumsi tarif 5%, Maka PBBKB dapat dihitung sebagai berikut :

Tarif x DPP x harga perliter

= 5% x 100/115 x Rp. 7.650,-

= 5/115 x Rp. 7.650,-

= Rp. 332,60 (pembulatan 2 angka di belakang koma)


18

BAB III

KEGIATAN SELAMA PKL

3.1 Pelaksanaan PKL

Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan pada kantor Badan

Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA) dimulai sejak tanggal 18 Februari

2021 hingga 16 April 2021. Kegiatan ini dilaksanakan menyesuaikan dengan

waktu kerja pada hari Senin hingga Jumat dimulai dari pukul 08.00 WITA hingga

17.00 WITA, sedangkan untuk hari Sabtu, Minggu, dan tanggal merah libur.

Adapun tempat dari Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA) berada

di Jl. Majapahit No. 17, Kekalik Jaya, Sekarabela, Kota Mataram, Nusa Tenggara

Barat.

Secara garis besar, pelaksanaan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) sesuai

dengan program kerja dari Kantor Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah

(BAPPENDA) Mataram. Melalui kegiatan ini, diharapkan penulis mampu

membangun kondisi kerja yang akrab, meningkatkan jalinan kerjasama, serta

mendapatkan suasana kerja harmonis diantara pegawai guna menghasilkan kinerja

seoptimal mungkin pada Kantor Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah

(BAPPENDA) Mataram.
19

3.2 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

FEBRUARI MARET APRIL

JENIS KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Observasi lapangan X

Melengkapi administrasi PKL X

Menunggu surat balasan X

Pengenalan objek PKL X

Pelaksanaan PKL X

Pengajuan judul PKL X

Penetapan judul PKL X

Penyusunan proposal X

Konsultasi proposal X

Pengesahan proposal X

Penyusunan laporan X

Konsultasi laporan X

Pengesahan laporan X

Usulan ujian PKL X


20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sejarah Singkat BAPPENDA Provinsi NTB

Kantor Badan Pengelolaan Pendapatan Darah (BAPPENDA) yang dibentuk

dengan Perda 11 tahun 2007 merupakan tindak lanjut perubahan UU Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dalam kaitan ini maka organisasi

Bappenda merupakan kelanjutan dari organisasi perangkat daerah sebelum yakni

Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) yang dibentuk dengan Perda 7 Tahun

2008.

4.1.2 Visi Misi BAPPENDA Provinsi NTB

Adapun Visi BAPPENDA Provinsi NTB adalah :

Dengan mengacu pada tugas Pokok dan Fungsi Bappenda yang bertugas

sebagai organisasi yang menangani Pengelolaan Pendapatan Daerah dan setelah

diproses melalui penetapan atau pemilihan nilai-nilai pribadi sebagaimana

terlampir, pada akhirnya dipilih salah satunya sebagai nilai-nilai organisasi, maka

dispakati VISI BAPPENDA dengan rumusan.

Adapun Misi BAPPENDA Provinsi NTB adalah :

1. Merumuskan Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Pemdapatan Daerah;

2. Melaksanakan Pelayanan Samsat Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);

3. Melaksanakan Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah;


21

4. Melaksanakan Pengendalian, Pembinaan Dan Evaluasi Pendaoatan Daerah;

serta

5. Melaksanakan Peningkatan Kinerja Dan Profesionalisasi SDM Pendapatan

Daerah.

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BAPPENDA Provinsi NTB

Tugas pokok

Bappenda Provinsi NTB dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan

dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekertaris Daerah,

mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan fungsi Penunjang Urusan

Pemerintah Bidang Keuangan (kewenangan pengelolaan pendapatan daerah).

Fungsi

Dalam pelaksanaan, Tugas pokoknya Bappenda Provinsi NTB

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyususnan kebijakan teknis pengelolaan pendapatan daerah;

b. Pelaksanaan tugas dukungan teknis pengelolaan pendapatan daerah;

c. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis

pengelolaan pendapatan;

d. Pembinaan Teknis Penyelenggaraan Fungsi Penunjang Urusan Pemerintah

Daerah lingkup tugas pengelolaan pendapatan daerah; dan

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur yang berkaitan dengan

tugas dan fungsinya.


22

4.1.4 Susunan Organisasi BAPPENDA Provinsi NTB

Adapun struktur organisasi pada BAPPENDA NTB , sesuai Perda no 11

tahun 2015, tanggal 15 Desember 2016 sebagai berikut :

Uraian Tugas Dari Masing-Masing Bidang :

1. Sekretariat

Sekertariat dipimpin oleh seorang Sekertaris yang mempunyai fungsi

penyusunan rencana kegiatan, pengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan,

rumah tangga, perpustakaan, administrasi umum, dan hubungan masyarakat serta

memberikan pelayanan administratif dan fungsional.


23

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, sekretariat

mempunyai tugas :

a. Penyelenggaraan pengelolaan kepegawaian;

b. Penyelenggaraan pengelolaan keungan;

c. Penyelenggaran pengelolaan umum; dan

d. Penyelenggaraan pengelolaan perlengkapan.

2. Bidang Perencanaan dan Pengembangan

Bidang Perencanaan dan Pengembangan (REMBANG) mempunyai tugas

menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis yang meliputi perencanaan

dan penyusunan program, pengembangan teknologi informasi pendapatan,

analisis dan pelaporan.

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Rembang

mempunya fungsi :

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan tentang perencanaan dan

pengembangan program Badan;

b. Penyelenggaraan pengembangan teknologi informasi pendapatan; dan

c. Penyelenggaraan pengelolaan data pendapatan analisis dan pelaporan.

3. Bidang Pajak Daerah

Bidang Pajak Daerah mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan

menyusun kebijakan teknis pemungutan dan pelayanan daerah. Dalam

menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Pajak Daerah

mempunyai fungsi :
24

a. Perumusan kebijakan teknis pemungutan Pajak Daerah dan pendapatan,

pengenaan, penetapan, pembatalan, keringanan, pengurangan, pembayaran,

penagihan intensif pajak, pembebasan dan piutang pajak daerah;

b. Pelaksanan dan penyusunan program anggaran;

c. Perumusan kebijakan teknis sebagai dasar penetapan pajak daerah;

d. Perumusan kebijakan teknis sebagai dasar penetapan pajak daerah;

e. Pelaksanaan kegiatan penghimpunan, penyusunan, pengelolaan, dan

penyampaian laporan data subjek dan objek pajak daerah;

f. Pelaksanaan penyelesaian keberatan pajak daerah dan pengaduan pelayanan.

4. Bidang Retribusi

Bidang Retribusi, dana perimbangan dan pendapatan lainya

(RENARIMALA) mempunyai tugas melakukan koordinasi dan menyusun

kebijakan teknis pemungutan retribusi, sumbangan pihak ketiga, penerimaan bagi

hasil pajak dan bukan pajak serta pendapatan daerah lainnya.

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaiamana dimaksud, bidang ini

mempunyai fungsi :

a. Penyusun kebijakan bidang retribusi daerah dan pendapatan lain-lain;

b. Pelaksanaan penyusunan program dan anggaran;

c. Pelaksanaan kegiatan fasilitas, sosialisasi, monitoring, klasifikasi dan

penerimaan bagihasil bukan pajak;

d. Pelaksanaan kegiatan fasilitas, sosialisasi, monitoring, klasifikasi dan

penerimaan retribusi daerah dan lain-lain pendapatan;


25

e. Pelaksanaan koordinasi, evaluasi, dan rekonsiliasi penerimaan PAD sektor

retribusi daerah lain-lain pendapatan, bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan

pajak;

f. Pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis pemungutan dari pendataan,

pendaftaran, penetapan, penagihan, piutang retribusi daerah dan lain-lain

pendapatan;

g. Perumusan kebijakan teknis terkait pemungutan retribusi daerah dan lain-lain

pendapatan;

h. Perumusan kebijakan teknis terkait kebijakan target dan tarif retribusi daerah

dan lain-lain pendapatan, perumusan kebijakan teknis, pengembangan objek

retribusi daerah dan lain-lain pendapatan;

i. Pengoordinisasian kebijakan pendapatan lain-lain pendapatan dengan instansi

terkait;

j. Pelaksanaan monitoring evaluasi dan pelaporan bidang retribusi dan

pendapatan lain-lain; dan

k. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan.

5. Bidan Pengendalian dan Pembinaan (DALBIN)

Bidan Pengendalian dan Pembinaan (DALBIN) mempunyai tugas

menyelenggarakan pengkajian bahan kebiakan teknis pengendalian dan

pembinaan meliputi pengendalain, pembinaan, dan evaluasi.

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaiaman dimaksud, Bidang

Pengendalian dan Pengembangan mempunyai tugas, yaitu :


26

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis pengendalian, pembinaan

dan evaluasi kinerja badan;

b. Penyelenggaraan pengendalian, pembinaan dan evaluasi kinerja badan;

c. Penyelenggaraan fasilitas penawasan dan eksternal.

4.1.5 Peraturan gubernur yang mengatur PBBKB di BAPPENDA

Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor :

Pasal 3 :

Peraturan Gubernur ini bertujuan untuk :

1. Memberikan pelayanan pemungutan PBBKB dengan mudah, cepat, dan tepat.

2. Memberikan informasi yang terbuka kepada wajib pajak mengenai ketentuan

pengaturan, prosedur dan tata cara perhitungan PPBKB.

Pasal 4 :

Dengan nama PBBKB di pungut pajak atas pembelian bahan bakar kendaraan

bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor.

Pasal 6 :

Subjek PBBKB adalah konsumen PBBKB.

Pasal 10 :

Saat terutang PPBKB adalah pada saat pembayaran atas pembelian bahan bakar

kendaraan bermotor kepada penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.


27

Pasal 11 :

Dasar pengenaan PBBKB adalah harga jual bahan bakar kendaraan bermotor

sebelum dikenakan pajak pertambahan nilai, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 12 :

1. Besarnya PBBKB diterapkan sebesar 5%

2. Dalam hal terjadi perubahan tarif yang dilakukan pemerintah, maka tarif

sebagaimana dimaksud menyesuaikan dengan tarif yang ditetapkan oleh

pemerintah.

Pasal 28 :

Hasil penerimaan PBBKB diserahkan kepada pemerintah Kabupaten/ Kota

sebesar 70%

Pasal 29 :

Badan berkoordinasi dengan instansi terkait melakukan pembinaan, pengawasan

dan pengendalian dalam pelaksanaan pengelolaan PBBKB.

4.1.6 Badan hukum provinsi bappenda

Dalam operasional pelaksanaan kegiatannya, Bappenda Provinsi NTB

berpedoman kepada semua peraturan Perundang-undangan yang berlaku, baik

yang merupakan produk hukum Pemerintah maupun Pemerintahan Daerah. Hal

ini dimaksudkan agar segala tindak dan pelaksanaannya secara yuridis tidak
28

menimbulkan berbagai gejolak yang dapat menghambat pelaksanaannya di

lapangan. Peraturan Perundang-undangan dimaksud, antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat

I Bali, Nusa Tenggara Barat Dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun

1958 No. 115, Tambahan Lembaran Negara No. 1649)

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4421)

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700)

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725)

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor

5587)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4817)
29

7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5887)

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah.

9. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 3)

10. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran

Daerah Tahun 2010 Nomor 26)

11. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 8 Tahun 2013

Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor

1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 8)

12. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2016

Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara

Barat (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 Nomor 11,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 114)

13. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2017

Tentang Perubahan Peraturan Daerah Provimsi NTB Nomor 2 Tahun 2014


30

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat Tahun 2013-2018

14. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 5 Tahun 2011 Tentang

Insentif Atas Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

15. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 4 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun

2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara

Barat Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

16. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2014 Tentang

Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor

17. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 51 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan-

Badan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, (Berita Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat Tahun 2016 Nomor 51)

18. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 53 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Derta Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Dada Dinas-Dinas Daerah Dan Unit Pelaksana

Teknis Badan Dada Badan-Badan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.


31

4.2 Pembahasan

Adapun lampiran dokumen pelaporan PBBKB :

Laporan PBBKB Periode Desember 2020 Provinsi NTB

Sesuai dengan :

1. UU No.28 Tahun 2009

2. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2011

3. Sk Direktur Utama PERTAMINA Tanggal 29 Juni 2009

Terlampir Kelengkapan dokumen terdiri dari :

1. Surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD)

2. Lampiran SPTPD

3. Surat setoran pajak daerah (SSPD)


32

4. Rekap PBBKB

5. Bukti setoran

Lampiran Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor (SPTPD PBBKB)


33

Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) Tahun 2020


34

Bukti Setoran Pajak Pertamina


35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan wawancara dan penelitian yang penulis lakukan tentang penerimaan

PBBKB di badan pengelola pendapatan daerah Provinsi NTB, bahwa penerimaan

konsumsi PBBKB berkurang selama pandemi. Hal itu tercermin dari realisasi

pendapatan PBBKB baru Rp 143,7 miliar atau 56,86% dari target Rp 252,9 miliar.

Sedangkan PKB baru terealisasi Rp 236,5 miliar atau 53,10% dari target Rp 445,4

miliar.

5.2 Saran

Berdasarkan pada apa yang sudah saya dapat kan dari bappenda provinsi ntb

bahwa penulis ingin menyampaikan :

1. BAPPENDA Provinsi NTB harus meningkat kan kesadaran wajib pajak.

2. Meningkatkan dan mengembangkan sistem pembayaran PBBKB.

3. BAPPENDA Provinsi NTB diharapkan mampu mengoptimalkan pemungutan

atas pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor agar

dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pendapatan asli daerah.

4. Diperlukan sosialisasi yang terus menerus terhadap wajib pajak, baik

perseorangan maupun perusahaan, dengan memperjelas mekanisme

pembayaran pajak dan dengan memberikan pelayanan prima kepada mereka,

sehingga kesadaran membayar pajak dapat ditingkatkan.

5.
36

Lampiran Kegiatan Selama Praktik Kerja Lapangan


37
38

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2021, ”Buku Pedoman Praktek Kerja Lapangan” edisi 2021, Program
Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Mataram,
Mataram.

Mardiasmo 2019, “Perpajakan”, andi ovces Jakarta.

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor

Anonim,”6 september 2018.oleh Rani Maulida. Download 09:40, Senin 8 Maret


2021. https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-daerah.

Anonim, “26 februari 2020.by cermati,com”Download.08:50, Senin 8 Maret


2021,https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-
jenisnya#:~:text=2.%20Fungsi%20Mengatur%20(Fungsi
%20Regulasi,dalam%20lapangan%20sosial%20dan
%20ekonomi.&text=Pajak%20dapat%20digunakan%20untuk
%20menghambat,ekspor%2C%20seperti%20pajak%20ekspor
%20barang.

Anonim, 11 November 2020.oleh Nora Galuh Candra. Download.10:26, Senin 8


Maret 2021.https://news.ddtc.co.id/apa-itu-pajak-bahan-bakar-kendaraan-
bermotor-25455?page_y=1787.

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2018 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor

Anda mungkin juga menyukai