TORSIO UTERI
Disusun oleh:
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a) Memberikan pengetahuan tentang pengertian dan seluk beluk tentang
distokia (kesulitan dalam tindakan kelahiran)
b) Mengetahui secara mendetail mengenai mekanisme torsio uteri pada hewan.
c) Memberikan informasi kepada pelaku usaha peternakan tentang usaha
1.3 Manfaat
a) Menambahnya pengetahuan tentang Distokia sehingga peternak mengetahui
cara mengatasinya
1
BAB II
ISI
2
veterinarian dan dianggap sebagai teknik rutin pada kebuntingan. Dengan teknik
ini, tingkat masih hidupnya induk dan fetus cukup tinggi. Keuntungan yang
diperoleh dari operasi cesar pada torsio uteri yakni dapat menyelamatkan
kehidupan dan fertilitas induk serta fetus. Operasi caesar sendiri harus segera
dilakukan pada kegagalan penanganan distokia setelah fase pertama partus
dimulai (Alfaris,dkk 2014).
Torsio uteri terjadi pada saat tahap kebuntingan berlangsung dan biasanya
baru dapat didiagnosa pada bulan-bulan menjelang partus. Distokia maternal
disebabkan oleh torsio uteri dapat berujung kematian baik pada induk maupun
fetus apabila tidak sesegera mungkin untuk ditangani. Torsio uteri juga
didefinisikan sebagai rotasi sumbu longitudinal uterus saat bunting. Rotasi dapat
terjadi ke dexter atau ke sinister sesuai dengan arah, ringan, sedang atau berat
menurut tingkatan dan pra serviks, serviks atau pasca serviks sesuai posisi fetus.
Torsio uteri biasanya terletak antara 45-180o tetapi dalam beberapa kasus
ditemukan torsio hingga 720o. Mekanisme yang tepat dan etiologi torsio belum
diketahui. Bebarapa catatan menyatakan torsio disebabkan oleh adanya adhesi
intraabdomen, tumor ovarium, maupun presentasi fetus yang abnormal(Alfaris
dkk, 2014).
2.2 Pembahasan
2.2.1 Torsio Uteri
Torsio Uteri adalah salah satu penyebab paling penting dari distokia yang
terjadi kebanyakan pada kasus dalam 60 hari terakhir kehamilan. Torsio Uteri
didefinisikan sebagai rotasi dari pregnant uterus sekitar sumbu longitudinal. Hal
ini dibagi menjadi bagian kanan atau kiri sesuai dengan arah, ringan atau berat
menurut tingkat dan pra-serviks, serviks atau pasca-serviks sesuai dengan
posisi(Hasan, dkk, 2014).
Evaluasi kritis dari torsio uteri di kerbau atau sapi mengungkapkan bahwa itu
adalah penyebab terbesar dari distosia induk dalam kasus rujukan, insiden
berkisar 52-70%, dan itu akan mempengaruhi kerbau sebagian besar menuju pada
kehamilan terminal. Etiologi kondisi terus sebagian dipahami dengan ligamen
yang luas lemah, jumlah yang lebih kecil dari cairan janin dan penurunan tonus
3
uteri dan ukuran pada tahap terminal kehamilan ditambah dengan gerakan janin
yang banyak sekali muncul menjadi faktor pencetus. Dalam kebanyakan studi
torsi rahim sisi kanan adalah lazim dan mendalilkan menjadi karena kehadiran
dari rumen di sisi kiri dan tidak adanya lipatan otot di ligamentum yang luas
kanan kerbau. Selama beberapa tahun terakhir telah disebutkan bahwa karena
gangguan peredaran darah rahim dan parameter darah kelelahan otot
mengevaluasi fungsi hati dan ginjal dapat digunakan sebagai indikator prognostik
untuk hasil masa depan torsi rahim kerbau terpengaruh. evaluasi diagnostik
kondisi terus menjadi palpasi transrectal ligamen luas yang berputar bersama
dengan uterus berputar(Gaur, 2014).
Gejala yang paling umum adalah abdomen mengalami nyeri. Namun, ini
mungkin berbeda dari spesifik ringan nyeri pada abdomen untuk gejala akut
terjadi shock pada bagian abdomen. Beberapa pasien torsi rahim juga didapat
kondisi dengan denyut jantung janin yang abnormal, kegagalan untuk kemajuan
dalam tenaga kerja (Wilson dalam Quershi at al, 2013). Di sekitar 11% dari kasus,
torsi adalah asimtomatik (Jenson dalam Quershi at al, 2013). Memastikan
diagnosis klinis torsi uteri sulit dilakukan sebelum adanya laparotomi. Sebagian
besar kasus yang dilaporkan dalam literatur torsi rahim tidak terdeteksi sebelum
dilakukannya persalinan atau operasi caesar. Pasien biasanya didapati dengan
kondisi abruptio plasenta yaitu lepasnya plasenta sebelum waktunya dan kematian
janin di dalam Rahim (Quershi at al, 2013)
Pada pemeriksaan abdomen, ada edema pada dinding abdomen, tinggi
fundus dari 30-32 minggu (yang lebih dari masa kehamilan). Nada uterus
meningkat, janin palsu dan presentasi tidak bisa dinilai. detak jantung janin tidak
ada. Pemeriksaan mengungkapkan leher rahim tertutup. Diagnose 25 minggu 1
hari kebuntingan dengan kematian janin intrauterine, abruptio plasenta, anemia
berat dan edema paru (Quershi at al, 2013)
4
2.2.2 Patologi Klinik Torsio Uteri
Perubahan patofisiologis yang terjadi pada torsio uteri baru-baru ini telah
diulas. Perubahan ini telah diusulkan untuk dapat digunakan sebagai indikator
prognostik untuk torsio uteri. Perubahan uterus: Rotasi rahim menekan vena
uterus ditengah yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi vena dan
meningkatkan tekanan karbondioksida dalam darah janin. Akibatnya, janin tidak
nyaman dan membuat suatu gerakan yang kuat yang dapat menyebabkan torsio
uteri. Dengan meningkatnya tingkat torsio, ada kompresi arteri uterina di tengah
dan oksigen pada janin akan menurun. Keterbatasan arteri perfusi dan aliran vena
dalam rahim menyebabkan bengkok dan mengarah ke iskemia, hipoksia dan
kematian sel yang menyebabkan kerusakan permanen pada endometrium,
miometrium dan akhirnya kematian janin. Terus kegagalan hasil suplai darah,
hilangnya elastisitas dinding dan karenanya dinding rahim menjadi nekrosis,
5
rapuh, dan rawan pecah. perubahan inflamasi dapat menyebabkan perlekatan
rahim dengan jaringan disekitar perut(Gaur, 2014).
6
(atas arcus cruralis) adalah dua situs operasi yang umum digunakan untuk operasi
caesar kerbau. (purohit et all. 2013)
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tersio Uteri adalah kasus dimana uterus berputar dari porosnya atau
sumbu memanjangnya yang biasanya dialami pada ternak yang sedang bunting.
Hal ini biasanya diakibatkan oleh ternak yang mengalami kebuntingan pertama
kali atau dara, kebuntingan tua yang diakibatkan karena kekurangan cairan foetal
dan musibah karena jatuh terguling-guling, trauma, pemeliharaan didalam
kandang yang terlalu lama serta kekurangan tonus uterus dan rongga perut yang
luas sedangkan foetus kembar yang mengisi rongga tersebut akan mengalami
torsio. Oleh karena itu menjaga kesehatan, atau penangan saat bunting, partus dan
pasca partus penting untuk menghindari dari segala kasus seperti torsio uteri.
8
DAFTAR PUSTAKA
Baqer J. Hassan, dkk. 2014. Comparison Between Rolling and Surgical Treatment
of Uterine Torsion in Buffaloes (Bubalis bubalis) in Basrah province.
College of Veterinary Medicine University of Basra Basra Iraq. Vol.
6(2), pp. 67-68
G.N. Purohit and Mitesh Gaur. 2014. Uterine Torsion In Buffaloes : A Critical
Analysis. Buffalo Bulletin. Vol.33 No.4
Jeengar, Kamlesh, dkk. 2014. A Retrospective Study on Type and Extent of
Uterine Torsion in Buffaloes. Research Journal for Veterinary
Practitioners. Rajasthan: Department of Veterinary Gynaecology and
Obstetrics.