PENDAHULUAN
1. PAKAN
Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak,
berupa bahan organik maupun anorganik, yang sebagian maupun seluruhnya dapat
dicerna serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri dari 2 jenis
yaitu pakan kasar dan konsentrat. Pakan kasar adalah bahan pakan yang beserat
tinggi, yang termasuk pakan kasar adalah jerami, limbah perkebunan. . Pakan
kasar ini berfungsi menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang,
dan mendorong keluarnya kelenjar pencernaan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Konsentrat adalah pakan yang berkonsentrasi nutrien tinggi dengan kadar serat
kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna. Biasanya mengandung serat kasar di
bawah 18%. Ransum merupakan campuran beberapa jenis bahan pakan yang
disusun dengan persentase sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan ternak
selama 24 jam.
2. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN TERNAK
Pakan yang diberikan ternak sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan ternak
untuk hidup pokok dan produksi. Kebutuhan zat gizi ternak tergantung pada besar
dan kecepatan pertumbuhannya. Ternak ruminansia yang produksinya tinggi,
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak pula. Kemampuan mengkonsumsi bahan
kering merupakan faktor pembatas untuk terpenuhinya zat nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh ternak. Konsumsi bahan kering domba atau kambing 5% dari bobot
badannya.
batasan yang nyata. Koleksi data meliputi konsumsi selama 24 jam dari pukul
8.00 sampai pukul 8.00 pada hari berikutnya (Ristianto, 2012). Pada feses terdapat
bahan-bahan yang berasal dari tubuh ternak, yang berupa enzim atau kikisan
dinding saluran pencernaan, selain nitrogen didalam feses terdapat lemak dan
mineral metabolik yang terdapat bahan metabolik di dalam feses tersebut sehingga
menyebabkan kecernaan yang ditetapkan lebih rendah (Ristianto, 2012).
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya cerna:
1. Faktor Ternak
a. Spesies ternak.
Ternak ruminansia mempunyaikemampuan yang lebih besar dalam mencerna
pakan yang berserat kasar tinggi dibanding ternak non ruminansia.
b. Umur ternak. Ternak yang terlalu tua atau terlalu muda alat pencernaannya
kurang sempurna sehingga kemampuannya dalam mencerna rendah.
c. Keragaman antar individu ternak. Ternak dengan spesies, umur dan jenis
kelamin yang sama kemungkinan menunjukan daya cerna yang berbeda
terhadap suatu bahan pakan yang sama.
2. Faktor Pakan
a. Komposisi kimia. Serat kasar dan protein mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap daya cerna. Meningkatnya kadar protein kasar dalam pakan
akan meningkatnya kadar protein kasar dalam pakan akan meningkatkan daya
cerna serat kasar, dan daya cerna serat kasar sangat berpengaruh terhadap
daya cerna zat makanan lain. Serat kasar yang tidak dapat dicerna akan
menghalangi aksi enzim yang mencerna nutrien.
b. Bentuk fisik pakan. Butir-butiran yang digiling memberikan permukaan yang
luas terhadap enzim pencernaan sehingga dapat meningkatkan daya cerna.
c. Level pemberian pakan. Meningkatnya konsumsi pakan akan menyebabkan
pakan lebih cepat meninggalkan saluran pencernaan sehingga memperkecil
kemungkinan bagi mikroba dan enzim untuk mencerna pakan, akibatnya akan
menurunkan daya cerna. Koefisien cerna tertinggi akan tercapai pada tingkat
konsumsi 80-90% kemampuan konsumsi.
BAB II
MATERI PRAKTIKUM
Alat:
kandang metabolis
Penampung urin / feses
Tempat pakan dan tempat minum
Timbangan pakan
Timbangan ternak.
Oven
Gelas ukur
Tanur
T1
T2
T3
Pelaksanaan
Periode 2
Periode 3
Periode 4
adaptasi
Perlakuan
T0/T1/T2/T3
Kelompok
1,5,
2,6,
3,7,
4,8,
Yang diamati
Pemberian
Sisa
Feses
Urin
Hari
Senin - minggu
Selasa - Senin
Kamis - selasa
Kamis - selasa
Feses diambil setiap kali ternak membuang feses dan dikumpulkan pada bak
penampung. Feses segar tersebut disemprot dengan HCl .
Pada akhir koleksi selama 24 jam, feses ditimbang untuk mengetahui berat
totalnya.
Feses diaduk sampai merata, kemudian diambil sampel sebesar 300 gram
untuk kemudian dikering udarakan kemudian dikomposit sampai periode
koleksi selesai. Selanjutnya diambil sampel untuk dianalisis kandungan BK
dan BO.
Pada setiap akhir koleksi harian urin sebelumnya disi dengan HCl sedikit
demi sedikit sampai pH urin di bawah 3.
Urin yang sudah diencerkan tersebut diaduk dan diukur total volume urin
harian, kemudian disaring dengan Glass wool untuk diambil sampel kirakira 10 ml.
Sub sampel yang diperoleh diberi label kode sapi, periode, hari, tanggal, dan
bulan koleksi kemudian disimpan dalam lemari pendingin untuk dianalisis
kandungan N-nya.
Kebutuhan BK pakan =
kg
kg BK
= kg BK
Kebutuhan konsentrat = .. kg BK
BS Hijauan
= kg
BS Konsentrat
= . kg
Rumus:
KA pakan kasar
=
(Berat botol timbang + berat sampel sesungguhnya)- berat setelah oven
x 100%
berat sampel sesungguhnya
b. Konsentrat
Tabel 2. Analisis BK Konsentrat
Berat botol timbang (g)
1
2
Rata-rata
Rumus:
KA Konsentrat
BK Konsentrat =
BK sisa pakan =
B. feses : ..
Tabel 4. Analisis BK feses
Berat botol timbang (g)
1
2
Rata-rata
Rumus:
KA feses
BK feses =
4. PERHITUNGAN ANALISIS BAHAN ORANIK PAKAN
A. Pakan kasar (Hijauan) : ..
Tabel 5. Analisis BO pakan kasar
Berat Crucible porcelain
(g)
1
2
Rata-rata
Rumus:
abu pakan kasar
(berat setelah tanur -berat cru c ible porcelain )
x 100%
berat sampel sesungguhnya
Abu rata-rata
100%
%BK
x Abu rata-rata
=
BO pakan kasar
= 100% - BK
=
b. Konsentrat
Tabel 1. Analisis BO Konsentrat
Berat Crucible porcelain
(g)
1
2
Rata-rata
Rumus:
abu konsentrat
Abu rata-rata
abu konsentrat % BK =
BO konsentrat
c. Sisa pakan : ..
Tabel 1. Analisis BO sisa pakan
Berat Crucible porcelain
(g)
1
2
Rata-rata
Rumus:
abu sisa pakan
Abu rata-rata
d. Feses
Tabel 1. Analisis BO Feses
Berat Crucible porcelain
(g)
1
2
Rata-rata
Rumus:
abu feses
Abu feses
=
abu feses % BK =
BO feses