Anda di halaman 1dari 11

RESPON TUMBUHAN UJI TERHADAP KETERSEDIAAN AIR

PLANT RESPONS TOWARD WATER AVAILABILITY


Shofiyawati Elok FH dan Putri Mustika Wulandari

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember

ABSTRAK

Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kekurangan air akan
menurunkan hasil tanaman dan ketersediaan air berlebih juga akan menurunkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
respon tumbuhan uji terhadap ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman cabai dan
jagung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober- November 2016, di Green
House Jurusan Biologi, FMIPA UNEJ. Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini
adalah tanaman cabai dan jagung yang berumur 0 hari, 5 hari, 17 hari dan 29 hari.
Penelitian disusun dengan menyediakan 24 polybag . setiap polybag ditanam 2
tumbuhan. Disediakan dua jenis tanaman dan ditanam sesuai umur tanaman. Setiap
umur tanaman akan dilakukan penyiraman dengan perlakuan volume air yang
berbeda. Volume air yang digunakan adalah 50 ml, 100 ml dan 200 ml. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian volume air yang berbeda pada setiap umur
tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman , jumlah daun ,berat kering
dan cadangan karbon tanaman serta kondisi daun. Kondisi daun pada tanaman cabai
hijau segar. Sedangkan pada jagung kondisi daun beragam dari mulai layu
menguning , nekrosis hingga mati.

Kata kunci : Volume pemberian air, Tanaman cabai, Tanaman Jagung

ABSTRACT

Water is one of the physical components that are vital and needed in large
quantities for plant growth and development. Lack of water will reduce crop yields
and water availability to much will also reduce plant growth and development. This
study aims to find out the response of plants to water availability for plant growth of
chili and corn. This research was conducted in October-November 2016, at the Green
House Department of Biology, FMIPA UNEJ. Plants used in this study is the chili
and corn plants that were 0 days, 5 days, 17 days and 29 days. Research compiled by
providing 24 polybag. each polybag planted two plants. Provided two types of plants
and crops grown with age. Every age will be watering plants with different water
treatment volume. The volume of water used is 50 ml, 100 ml and 200 ml. The results
showed that the volume of water that is different on each plant age not significantly
affected toward height ,the number of leaves ,weight and reserve carbon and leaf
condition. The condition leaves chili plant is fresh green. While the corn leaf shape
varies from wilted yellowing, necrosis and death.

Keywords: Volume provision of water, chilli plants, corn plant

I. PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman dan sebagai bahan
utama penyusun protoplasma sel. Tanaman selalu membutuhkan air selama siklus
hidupnya dan semua proses metabolismenya membutuhkan air. Air pada tanaman
berpengaruh terhadap produksi biomassa tanaman dan hanya sebagian kecil air yang
diserap akan ditanspirasikan melalui stomata ( Harwati, 2007).
Kekurangan air pada jaringan tanaman dapat menurunkan turgor sel,
meningkatkan konsentrasi makro molekul ,mempengaruhi membran sel dan potensial
aktivitas kimia air dalam tanaman (Mubiyanto, 1997). Kekurangan air juga akan
menyebabkan terganggunya aktifitas fisiologis maupun marfologis sehingga
mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Tanaman dikatakan mengalami kekurangan
air pada saat keteserdiaan air dari lingkungannya terbatas. Kurangnya suplai air
didaerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun merupakan salah
satu penyebab kekurangan air (Levit 1980; Bray 1997). Adanya kekurangan air di
daerah perakaran menyebabkan aktivitas pembelahan sel didaerah meristem akar
menurun sehingga menurunkan berat kering akar dan potensial air ( Lestari, 2006).
Stres lingkungan abiotik tidak hanya kekurangan air, akan tetapi kelebihan air
pada jaringan tanaman juga menjadi cekaman bagi tumbuhan. Pada tanaman yang
tidak toleran terhadap kelebihan air akan terjadi kerusakan pada akar , mengakibatkan
kematian sel akibat kondisi hipoksia yang terjadi dibagian korteks. Metabolisme akar
yang tidak berlangsung dengan baik juga mengakibatkan daun klorosis , gugur
,pertumbuhan terhenti dan akhirnya mati (Jane et al, 2010).
Air bagi tanaman diperlukan dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan
perkembangan, akan tetapi air berlebihan akan menganggu pengisapan air oleh akar
tanaman karena kekurangan oksigen. Air merupakan sistem pelarut dalam sel dan
medium pengangkutan partikel dalam tanah. Air dapat mempertahankan turgor
sehingga tanaman dapat melakukan proses transpirasi. Ketersediaan air yang cukup
sesuai dengan keperluan tanaman dapat berpengaruh terhadap percepatan
pertumbuhan daun dan perbanyakan daun. Penelitian ini bertujuan mengetahui respon
tumbuhan terhadap ketersediaan air pada pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays)
dan Cabai (Capsicum sp.) dengan perlakuan kekeringan dan kelebihan air.

II. METODOLOGI PENELITIAN


2.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Jember dan dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober-
November 2016.
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu polybag, tanah subur, beaker glass,
timbangan analitik, gelas ukur, gunting, matelin, penggaris, alat tulis, air, kamera,
Cabai (Capsicum sp.) , Jagung (Zea mays) dan pupuk NPK.
2.3 Metode Penelitian
1. Prosedur Kerja
Media tanam yang digunakan adalah tanah yang berada di sekitar green
house. Pembenihan tanaman lombok dan jagung umur 0 hari (biji), 5 hari, 17 hari dan
29 hari. Setiap kelompok bertanggung jawab terhadap 24 polybag yang akan ditanami
bibit. Bibit atau tanaman yang akan digunakan dipilh merupakan tanaman yang sehat
, tinggi dan jumlah daun yang sama. Setiap polybag akan ditanam dua tanaman cabe
dan jagung. Penyiraman dengan air kran dilakukan sebanyak 50 ml, 100 ml dan 200
ml setiap 3 hari sekali. Pemupukan dilakukan sesekali agar tanaman tumbuh subur.
2. Pengukuran dan Pengamatan
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, kondisi daun,
berat basah dan berat kering akar , batang dan daun dari masing masing tanaman.
Pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun dan kondisi daun dilakukan tiap minggu
selama 5 minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris atau
metlain. Setelah 5 minggu tanaman dipanen . tanaman di cabut , dibersihkan dan
dipisahkan antara bagian akar , batang dan daun tanaman. Akar , batang dan daun nya
ditimbang sebagai berat basah. Sampel yang sudah dipotong-potong kemudian
dibungkus Koran dan dimasukkan ke oven pada suhu 60C. sampel yang sudah kering
kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sebagai berat kering.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tinggi Tanaman

Jagung
30
Tinggi Tanaman (cm)

Rata-rata Tinggi
25
Minggu 1
20 Rata-rata Tinggi
Minggu 2
15
Rata-rata Tinggi
10 Minggu 3
5 Rata-rata Tinggi
Minggu 4
0
Rata-rata Tinggi
50

50

50

50
100
200

100
200

100
200

100
200
Minggu 5
0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari

Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Jagung (cm)


Hasil pengukuran tinggi tanaman jagung menunjukkan bahwa tanaman
tertinggi dimiliki oleh tanaman umur 17 hari, dengan perlakuan volume air 200 ml
pada pengamatan minggu ke-5. Sedangkan tinggi tanaman terendah dimiliki oleh
tanaman umur 0 hari, dengan perlakuan volume air 50 ml pada pengamatan minggu
ke-2. Tanaman hari ke-0 dengan perlakuan 100 ml mengalami kematian pada minggu
ke-4. Kematian beberapa tanaman pada saat perlakuan diakibatkan oleh beberapa
faktor, faktor suhu green house yang tinggi dan pemberian pupuk tambahan yang
berlebihan. Tanaman yang masih dapat tumbuh merupakan tanaman yang mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan tersebut.
Cabe
30
Tinggi Tanaman (cm)

25 Rata-rata Tinggi
20 Minggu 1
15 Rata-rata Tinggi
Minggu 2
10
Rata-rata Tinggi
5
Minggu 3
0
Rata-rata Tinggi
50

50

50

50
100
200

100
200

100
200

100
200

Minggu 4
0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman Cabe (cm)

Hasil pengukuran tinggi tanaman Cabai menunjukkan bahwa tanaman


tertinggi dimiliki oleh tanaman umur 5 hari, dengan perlakuan volume air 100 ml
pada pengamatan minggu ke-3. Sedangkan tinggi tanaman terendah dimiliki oleh
tanaman umur 0 hari, dengan perlakuan volume air 50 ml dan 100 ml pada
pengamatan minggu ke-2. Beberapa tanaman cabai juga mengalami kematian yang
diakibatkan oleh faktor yang sama, yaitu suhu, kemampuan adaptasi terhadap
perlakuan dan pemberian pupuk tambahan yang berlebihan.
Secara umum tinggi tanaman jagung dan cabai meningkat setiap minggunya.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh nutrisi yang ada didalam tanah. Penambahan
nutrisi tambahan seperti pupuk juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman perlakuan juga dipengaruhi oleh umur tanaman, karena umur
tanaman akan berhubungan dengan ketahanan tumbuhan terhadap ketersediaan air.
Ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu
tanaman. Pada dasarnya pertumbuhan merupakan keseimbangan antara perolehan
karbon pada fotosintesis dan pengeluarannya dalam respirasi. Dalam kondisi
tercekam (misalnya kekeringan), keseimbangan tersebut akan mengalami perubahan
yang dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan (Amthor, 1994).
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil,perkembangannya
menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode
pertumbuhan akan menyebabkan tanaman mati. (Dwidjoseputro,1984).

3.2 Jumlah Daun Tanaman


Hasil pengamatan jumlah daun tanaman cabai menunjukkan bahwa ada
peningkatan jumlah daun pada setiap perlakuan volume tanaman tiap minggu. Jumlah
daun terbanyak dicapai pada minggu ke 5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
perlakuan maka semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan. Rata-rata jumlah daun
terbanyak dicapai pada tanaman umur 29 hari dengan perlakuan volume air 100 ml.
Sedangkan jumlah daun terendah dimiliki oleh semua umur tanaman dengan
perlakuan volume air 50 ml pada minggu ke 1. Hal ini kemungkinan semakin tua
umur tanaman jumlah daun semakin banyak dan perlakuan volume air 100 ml sudah
cukup memenuhi kebutuhan air optimal tanaman cabai dibandingkan dengan
perlakuan yang lainnya. Nur khasanah et al, (2013) menyatakan bahwa ketersediaan
air diperlukan untuk pertumbuhan tanaman diantaranya pembentukan daun dan
peningkatan luas daun. Ketersediaan air yang cukup akan mendukung tingkat
produksi tanaman (Gardner et al, 1991).
Cabai
12
Rata-rata Daun
10 Minggu 1
Jumlah Daun
8 Rata-rata Daun
Minggu 2
6
Rata-rata Daun
4
Minggu 3
2
Rata-rata Daun
0 Minggu 4
100
200

100
200

100
200

100
200
50

50

50

50
Rata-rata Daun
Minggu 5
0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari

Gambar 3. Grafik Jumlah Daun Tanaman Cabai


Pada minggu ke 4 dan ke 5 tanaman cabai banyak yang mati. Hal ini bisa
disebabkan karena beberapa faktor , diantaranya faktor lingkungan yakni suhu.
Perubahan suhu beberapa derajat dapat menyebabkan perubahan yang nyata dalam
laju pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan aktivitas enzim menurun dan
menyebabkan kematian pada tanaman. Selain suhu faktor lain yang berpengaruh
yakni pemberian pupuk yang berlebihan. Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan
jenis tanaman dan waktu pemberian. Pemberian pupuk yang berlebihan tidak lagi
merangsang pertumbuhan tanaman tetapi justru menyebabkan kematian tanaman
(Setyowati, 2000).

Jagung
12
Rata-rata Daun
10 Minggu 1
Jumlah Daun

8 Rata-rata Daun
Minggu 2
6
Rata-rata Daun
4 Minggu 3
2 Rata-rata Daun
Minggu 4
0
100
200

100
200

100
200

100
200
50

50

50

50

Rata-rata Daun
Minggu 5
0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari
Gambar 4. Grafik Jumlah Daun Tanaman Jagung
Hasil pengamatan jumlah daun tanaman jagung menunjukkan bahwa semakin
lama perlakuan maka jumlah daun yang dihasilkan akan semakin banyak. Rata-rata
jumlah daun terbanyak dicapai pada minggu ke 5 . Rata-rata jumlah daun terbanyak
dicapai pada tanaman umur 29 hari dengan perlakuan volume 100 ml. Hal ini
menunjukkan kemungkinan bahwa semakin tua umur tanaman maka jumlah daun
akan semakin banyak dan perlakuan volume air 100 ml sudah cukup memenuhi
kebutuhan air optimal tanaman cabai dibandingkan dengan volume yang lainnya.
Sedangkan jumlah rata-rata daun terendah yakni pada tanaman umur 5 hari perlakuan
volume air 50 ml pada minggu ke 1.
Tanaman cabai dan tanaman jagung pada pertumbuhannya memiliki jumlah
daun yang berbeda . Hal ini dikarenakan tanaman jagung lebih resisten terhadap
lingkungan ketersediaan air. Selain itu tanaman jagung dan cabai memiliki karakter
fisiologi, anatomi dan morfologi yang berbeda. Salah satu organ tanaman yang
berperan penting adalah akar. Akar berperan penting pada saat tanaman merespon
kekurangan dan kelebihan air (Cambpell et al, 2003). Akar memiliki kemampuan
mengabsorbsi air . Tanaman jagung dengan volume akar yang besar akan mampu
mengabsorbsi air lebih banyak sehingga lebih mampu bertahan pada kondisi
kekurangan atau kelebihan air.

3.3 Berat Kering dan Cadangan Karbon Tanaman


Pertumbuhan suatu tumbuhan dapat diukur melalui berat bering dan laju
pertumbuhan relatifnya. Biomassa tumbuhan meliputi hasil fotosintesis, serapan
unsur hara dan air. Berat kering dapat menunjukkan produktivitas tanaman karena
90% hasil fotosintesis terdapat dalam bentuk berat kering (Gardner dkk, 1991).
Ketersediaan air yang cukup tinggi akan mempengaruhi turgor sel, turgor sel akan
mempengaruhi pembentangan sel sehingga akan menentukan tingkat pertumbuhan
(akumulasi biomassa/berat kering) (Solichatun et al, 2005).
Berdasarkan pengukuran berat kering dan cadangan karbon diperoleh data
pengukuran untuk akar, batang dan daun. Secara keseluruhan pada Jagung berat
kering tertinggi dari tanaman terdapat pada daun dan yang terkecil pada akar. Berat
daun tertinggi dari semua umur tanaman paling tinggi dimiliki oleh tanaman berumur
29 hari dengan perlakuan volume air 200 ml. Sedangkan berat daun terendah dimiliki
oleh tanaman berumur 5 hari dengan perlakuan volume air 100 ml.
Berat Kering Jagung
1

Berat Kering (gram) 0.8 Berat Kering (g)


Akar
0.6
Berat Kering (g)
0.4 Batang
0.2 Berat Kering (g)
Daun
0
Linear (Berat Kering
50

50

50

50
200
100
200

100
200

100

100
200
(g) Akar)
0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari

Gambar 5. Grafik Berat kering Jagung (gram)

Berat Kering Cabe


1
Berat Kering (gram)

0.8 Berat Kering (g)


Akar
0.6
Berat Kering (g)
0.4 Batang
0.2 Berat Kering (g)
Daun
0
Linear (Berat Kering
50

50

50

50
100
200

100
200

100
200

100
200

(g) Akar)
0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari

Gambar 6. Grafik Berat Kering Cabai (gram)


Data berat kering tanaman jagung secara keseluruhan dipengaruhi oleh umur
tanaman, karena berhubungan dengan ketahanan tanaman terhadap perlakuan volume
air yang diberikan. Semakin tua umur tanaman, maka ketahanan terhadap perlakuan
volume air lebih tinggi dibandingkan dengan umur tanaman yang lebih muda.
Sedangkan pada tanaman Cabai, data sulit untuk dibandingkan. Beberapa tanaman
Cabai mati selama masa percobaan, sehingga tidak diperoleh data berat tanaman.
Cadangan Karbon Jagung
0.5

Berat Karbon (gram) 0.4


Cadangan Karbon Akar
0.3
0.2 Cadangan Karbon
0.1 Batang
Cadangan Karbon Daun
0
50

50

50

50
200
100
200

100
200

100

100
200
0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari

Gambar 7. Grafik Cadangan Karbon Tanaman Jagung

Cadangan Karbon Cabai


0.5
Berat Karbon (gram)

0.4
Cadangan Karbon Akar
0.3
0.2 Cadangan Karbon
0.1 Batang
Cadangan Karbon Daun
0
50

50

50

50
100
200

100
200

100
200

100
200

0 Hari 5 Hari 17 Hari 29 Hari

Gambar 8. Grafik Cadangan Karbon Tanaman Cabai

Berdasarkan data pengukuran biomassa dapat disimpulkan bahwa distribusi


biomassa tanaman dan cadangan karbon dialokasikan paling banyak ke bagian daun
dibandingkan ke bagian tanaman yang lain. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis. Perhitungan cadangan karbon
tanaman diperoleh dari nilai berat kering tanaman dibagi dua

3.4 Kondisi Daun Tanaman


Hasil pengamatan kondisi daun pada tanaman cabai menunjukkan bahwa rata-
rata kondisi daun tanaman cabai berwarna hijau dan segar. Perlakuan pemberian
volume air tidak berpengaruh terhadap kondisi daun pada tanaman cabai. Hal ini bisa
dilihat bahwa pada volume 50 ml, 100 ml, dan 200 ml pada semua umur tanaman
kondisi daun tanaman tetap hijau segar. Pada minggu ke 4 dan ke 5 tanaman cabai
banyak yang mati pada semua umur. Hal ini disebabkan karena tanaman cabai tidak
resisten terhadap pengaruh lingkungan yakni suhu, pemberian pupuk
Hasil pengamatan kondisi daun pada tanaman jagung menunjukkan bahwa
rata-rata kondisi daun berbeda pada setiap minggu, perlakuan pemberian volume air
dan umur tanaman. Pada minggu ke 1 rata-rata kondisi tanaman hijau segar. Pada
minggu ke 2 kondisi daun pada tanaman mulai menguning bahkan nekrosis. Pada
minggu ke 3 kondisi daun pada tanaman tua mulai mati. Ujung daun menguning dan
nekrosis, begitu juga pada minggu ke 4 dan ke 5. Tanaman jagung memiliki kondisi
daun yang berbeda beda, hal ini menunjukkan bahwa kondisi daun tidak bergantung
pada umur tanaman, volume pemberian air dan lama perlakuan. Hal ini bisa dilihat
bahwa kondisi daun yang mati, layu menguning dan nekrosis tidak berbeda nyata
antar tanaman dengan umur dan volume yang berbeda.
Air diperlukan oleh tanaman jagung untuk memenuhi kebutuhan
(evapotranspirasi ) selama pertumbuhannya dan diperlukan didalam proses asimilasi
untuk menghasilkan karbohidrat dan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh
jaringan tanaman (Hakiem et al, 1986). Gejala layu pada tanaman jagung bisa
disebabkan karena adanya kekurangan air. Kekurangan air didaun menyebabkan sel
sel penjaga kehilangan turgor sebagai mekanisme kontrol sederhana untuk
memerperlambat transpirasi dengan menutup stomata. Pengurangan kehilangan air
bisa dilakukan dengan penggulungan daun, penutupan stomata dan penurunan
potensial air yang selanjutnya akan mengurangi total fotositesis dan produksi
biomassa (Adisyahputra et al, 2011).
Kondisi daun layu dan cacat juga disebabkan oleh suhu yang tinggi didalam
green house serta adanya serangga yang memakan daun jagung sehingga kondisi
daun cacat. Kondisi daun dan jumlah daun juga berhubungan dengan berat kering
tanaman, tumbuhan yang memiliki jumlah daun sedikit dan kondisi daun yang buruk
memiliki berat kering yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang
memiliki jumlah daun yang banyak dan kondisi daun baik.

IV. KESIMPULAN
Ketersediaan air pada volume 50 ml, 100 ml dan 200 ml tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering dan cadangan karbon serta
kondisi daun tanaman. Tinggi tanaman, tidak dipengaruhi oleh umur tanaman
sedangkan jumlah daun dan berat kering dipengaruhi oleh umur tanaman serta lama
perlakuan. Semakin tua umur tanaman jumlah daun akan semakin banyak dan berat
kering tanaman akan semakin tinggi. Perlakuan volume juga tidak berpengaruh
terhadap kondisi tanaman. Kondisi tanaman cabai pada semua tanaman hijau segar
sedangkan pada tanaman jagung kondisi tanaman layu menguning , nekrosis bahkan
mati.

DAFTAR PUSTAKA

Adisyahputra, Sudarsono, Setiawan K.2011.Pewarisan sifat densitas stomata dan laju


kehilangan air daun (rate leaf water loss RWL) pada kacang tanah
(Arachis hypogaea L.). Jurnal Natur Indonesia 14 (1):73-89
Amthor, J.S. 1994. Plant respiratory responses to the environment ang their effects on
the carbon balance. In: Wilkinson,R.E. Plant Environment
Interactions. New York: Marcell Dekker, Inc.
Bray EA. 1997.Plant resources to water deficit. Trend in Plant Sci 2:48-54

Dwidjoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.


Gardner, F.P., Perace, R.B., dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah: Susilo, H. Jakarta: UI Press.

Hakiem, N., Yusuf, N., Lubis, A.M., Sutopo dan Rusdi, M. 1986. Dasar dasar Ilmu
Tanah. Universitas ampung. Lampung.
Harwati TC .2007.Pengaruh kekurangan air (water deficit) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian 6 (1):44-
51
Levitt J .1980. Responses of plants to environmental stresses. II Water, radiation, salt
and other stresses. 2nd Ed. New York : Academic Press
Mubiyanto, B.M. 1997. Tanggapan Tanaman Kopi Terhadap Cekaman Air. Warta
Puslit Kopi dan Kakao 13(2): 83-95.
Setyowati, Eka. 2001. Tugas Akhir Uji Pemanfaatan Unsur N dan P dalam Limbah
Tahu Sebagai Pupuk Pada Tanaman Padi. Surabaya: Tugas Akhir,
Teknik Lingkungan, FTSP, ITS
Solichatun, E. Anggarwulan dan W. Mudyantini. 2005. Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman
Gingseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi 3 (2): 47-
51, Agustus 2005

Anda mungkin juga menyukai