Anda di halaman 1dari 11

Nama : Yumna Sabila

NIM : A1D019157
PRAKTIKUM PRODUKSI BENIH (A)

Jelaskan persiapan yang dibutuhkan dalam penyiapan produksi benih padi dan
sertifikasi benih padi (syarat teknis dan administrasi)

A. Persiapan Produksi Benih Padi

Secara fisik, ciri-ciri benih bermutu adalah: (1) benih bersih dan terbebas
dari kotoran, seperti potongnan tangkai, biji-bijian lain, debu, dan krikil, (2) benih
murni, tidak tercampur dengan varietas lain, (3) warna benih terang dan tidak
kusam, (4) benih mulus, tidak bebercak, kulit itdak terkelupas, (e) sehat, bernas,
tidak keriput, ukurannya normal dan seragam, (f) daya tumbuh lebih dari 80%, (g)
kadar air kurang dari 13%. Untuk menghasilkan benih bermutu (bersertifikat)
minimum melibatkan dua aspek penting, yakni prinsip genetik dan prinsip
agronomik. Prinsip genetik adalah pengendalian mutu benih internal yang
dilaksanakan produsen benih agar kemunduran genetik tidak terjadi dan benih
yang dihasilkan memiliki mutu genetik (kemurnian) yang tinggi. Prinsip
agronomik adalah tindakan budidaya produksi agar benih yang dihasilkan dapat
maksimum, baik dalam kuantitas maupun kualitas (terutama mutu fisik dan mutu
fisiologis benih).
1. Pemilihan Lokasi Produksi:
a. Mudah dijangkau;
b. mudah diawasi dan dipelihara;
c. Lahan subur dengan irigasi dan drainase yang baik;
d. Lahan bera atau jelas riwayat pertanaman musim sebelumnya;
e. Bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas lain;
f. Cukup sinar matahari;
g. Isolasi jarak minimal (2 m)
2. Persyaratan Pelaksana Produksi Benih
a. Memiliki izin atau tanda daftar produksi benih bina tanaman pangan yang
diterbitkan oleh Bupati/Walikota. Untuk memperoleh izin atau tanda daftar
dimaksud harus memiliki rekomendasi sebagai produsen benih bina
tanaman pangan yang diterbitkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis
Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan.
b. Memiliki dan/atau menguasai lahan produksi yang dapat dibuktikan
dengan surat kepemilikan atau penguasaan lahan.
c. Memiliki atau menguasai sarana pengolahan benih dan sarana penunjang
yang memadai sesuai dengan jenis benihnya.
d. Memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan di bidang
perbenihan.
e. Memiliki atau menguasai benih sumber.
f. Mengajukan permohonan sertifikasi kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis
Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan setempat, paling lambat 30 hari
sebelum tabur/tanam dan mengisi formulir permohonan sertifikasi yang
telah ditentukan, kecuali bagi produsen benih bina tanaman pangan yang
telah memiliki sertifikat sistem manajemen mutu dari Lembaga Sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu (LSSM).
g. Bersedia membayar biaya pemeriksaan lapangan dan pengujian/analisis
mutu benih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Persemaian:
a. Pengolahan tanah sempurna seperti yang dilakukan pada lahan produksi
b. Luas lahan 4% dari luas areal (400 m2/ha)
c. Kebutuhan benih 20-25 kg/ha
d. Buat bendengan dengan tinggi 5 – 10 cm dan lebar antara 100 – 110 cm,
panjang disesuaikan dilapangan.
e. Sebar benih yang sudah kecambah secara merata dengan kerapatan
sedang (25-50 g/m2)
f. Pupuk persemaian urea, P-36 dan KCl msg2 sebanyak 15 gr/m
g. Jaga kondisi lingkungan, seperti air, hama dan penyakit, gulma dll di
persemaian.
4. Penyiapan Lahan:
Penyiapan lahan bertujuan untuk melumpurkan tanah, memperbaiki aerasi
dan drainase tanah serta menekan pertumbuhan gulma Cara penyiapan lahan
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Bajak I, lalu digenangi air 2 hari, kemudian dikeringkan 7 hari
b. Bajak ke II digenangi 2 hari dan dikeringkan 7 hari. Terakhir tanah
digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.

Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yg sdh rata disemprot Herbisida


pratumbuh dan dibiarkan seama 7-10 hari.
5. Tanam
a. Pemindahan bibit dari persemaian ke lahan sebagai tempat tumbuh
tanaman
b. Saat bibit mencapai stadia 4 – 5 daun (umur 15 – 21 HSS)
c. Satu bibit per lubang tanam
d. Jarak tanam 25 x 25 cm, atau dengan sisten jajar legowo (2:1; 3:1; atau
4:1).
e. Penyulaman satu kali pada umur 7 – 10 HST Jaga kondisi pertanaman
dari serangan hama pengganggu, kekurangan air dan hara. Legowo 2: 1
Legowo 4: 1
6. Pemupukan di pertanaman
Dosis pupuk alternatif dengan pemberian berdasarkan waktu. Waktu
pemberian (kg/ha) Pemberian pupuk dengan jenis dan dosis yang tepat pada
fase yang tepat Pupuk dasar Pupuk Susulan I saat anakan maksimum Pupuk
Susulan II saat primordial
7. Pengendalian OPT
a. Mengendalikan organisme yg bersifat mengganggu tanaman agar dapat
berproduksi secara maksimal.
b. Menggunakan pendekatan PHT (Pengelolaan Hama dan Penyakit secara
Terpadu)
8. Penyiangan
Pengendalian pertumbuhan gulma untuk mengoptimalkan pertumbuhan
tanaman. Perlu dilakukan dengan intensif agar petakan bersih dari gulma (2-3
kali). Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan I atau ke II agar
pupuk dapat diserap tanaman.. Dapat digunakan cara manual (disiang dengan
tangan) atau cara kimiawi (dengan herbisida)
9. Roguing
a. Prosedur Pelaksanaan, Roughing pada Fase Vegetatif Awal (35 – 45
HST)
b. Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
c. Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
d. Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain
e. Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain
f. Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).
10. Roughing pada Fase Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60 HST)
a. Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
b. Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain
c. Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain
d. Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
e. Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
11. Roughing pada Fase Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)
a. Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain
b. Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
c. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain
d. Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
e. Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda
12. Roughing pada Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST)
a. Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain
b. Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain
c. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain
d. Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang
e. Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
f. Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah.
dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.
13. Roguing pada berbagai fase tumbuh
14. Seleksi massa 28
15. Panen
a. Dilakukan setelah roguing terakhir
b. Saat panen yaitu jika 90-95% gabah di malai telah masak dengan warna
kuning keemasan, mudah terlepas dari malainya tanpa mengurangi daya
tumbuhnya
c. Perlu diperhatikan KA (18-25%) benih dan cuaca saat panen
d. Perlu kehati-hatian jika pada saat bersamaan dipanen lebih dari satu
varietas
16. Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan Panen
b. Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah
dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.
c. Semua malai dari kegiatan roughing harus dikeluarkan dari areal yang
akan dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih
dengan malai sisa roughing.
d. Persiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal,
alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat
yang akan digunakan untuk panen dibersihkan
17. Proses Panen
a. Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan
tidak digunakan sebagai calon benih.
b. Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian
dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot.
c. Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture meter.
d. Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label
(yang berisi: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat
calon benih.) lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.
e. Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen,
nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat
panen.
18. Pengeringan
a. Pengeringan adalah penurunan kadar air benih sampai dengan kadar air
yang aman untuk diproses lebih lanjut.
b. Penjemuran dapat dilakukan dengan menggunakan lantai jemur atau
menggunakan alat pengering (dryer).
19. Pengolahan benih
a. Pembersihan benih menggunakan tampi atau nyiru,sedangkan untuk
skala besar dapat menggunakan air screen cleaner.
b. Grading dapat dilakukan dengan alat-alat seperti Indent cylinder
machine, Indent desk separator, Gravity table seperator dan sebagainya
dapat digunakan di dalam pemilahan benih.
20. Prosedur pelaksanaan
a. Sebelum proses pengolahan dimulai, cek peralatan dan bersihkan alat-
alat pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi
dengan baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa
benih lain.
b. Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari
satu varietas diolah terlebih dahulu sampai selesai. Kemudian pengolahan
dilanjutkan untuk varietas lainnya.
c. Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label
yang jelas di dalam dan di luar karung.
d. Jika alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah benih dari
beberapa varietas yang berbeda, mesin/ alat pengolahan dibersihkan
ulang dari sisa-sisa benih sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain. •
e. Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih,
berat benih bersih dan susut selama pengolahan
21. Pengemasan
Sebagai proses dan tahapan mengemas benih kedalam kemasan khusus agar
mutu benih dapat dipertahankan lebih lama dan untuk mempermudah
transportasi benih.
22. Prosedur Pelaksanaan
a. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau
setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan
label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang
dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk
tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan
menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/
dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap
contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak.
b. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed.
c. Kemasan harus sesuai dengan format standar Badan Litbang Pertanian,
contoh kemasan terlampir. Pengemasan dan pemasangan label benih
harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya
tindak pemalsuan.
23. Penyimpanan
Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu
mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin
selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik
benih, mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu,
hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan. Sedangkan
kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih
adalah suhu dan kelembaban ruang simpan.
24. Persyaratan gudang penyimpanan
a. Tidak bocor
b. Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)
c. Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang lancar
sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.
d. Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang
ventilasi ditutup kawat kasa).
25. Penempatan Benih dalam Ruang Simpan
a. Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas
lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa,
agar tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar
masuk barang mudah
b. Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian
bawah tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan
langsung dengan lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap tumpukan
benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi : Nama
varietas; Tanggal panen; Asal petak percobaan; Jumlah/kuantitas benih
asal (pada saat awal penyimpanan); Jumlah kuantitas pada saat
pemeriksaan stok terakhir, dan Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal,
% daya kecambah).
B. Sertifikasi Benih Padi

1. Sebelum Panen
Ada beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam proses pengajuan
sertifikasi benih padi yaitu permohonan sertifikasi, benih yang akan ditanam,
areal lahan, dan pemeriksaan lapangan.
a) Permohonan sertifikasi
Paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum pelaksanaan penanaman,
permohonan sertifikasi benih harus sudah diajukan dengan cara mengisi
formulir permohonan sertifikasi. Satu formulir tersebut hanya berlaku
untuk satu areal sertifikasi dari satu varietas dan satu kelas benih yang
akan dihasilkan. Oleh karena itu, jumlah surat permohonan disesuaikan
dengan areal, varietas, dan kelas benih yang akan diproduksi.
b) Benih yang akan ditanam
Benih bersertifikat yang akan ditanam harus berasal dari benih
bersertifikat yang mempunyai kelas benih yang lebih tinggi. Misalnya,
untuk memproduksi benih bersertifikat kelas ES (benih sebar) maka
benih yang ditanam harus dari kelas SS (benih pokok).
c) Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan pendahuluan dilaksanakan pada areal lahan (blok) yang
akan ditanami padi terletak pada satu hamparan dengan batasan lokasi
yang jelas, baik berupa parit, galengan, jalan. Adanya isolasi terhadap
padi varietas lain disekelilingnya. Jarak isolasi minimal 2 meter,
sedangkan isolasi waktu adalah 30 hari antara dua varietas berbeda jika
ditanam berdekatan. Satu blok hanya boleh ditanam satu kelas benih dari
satu varietas.
d) Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilaksanakan dengan tujuan untuk memastikan
kesesuaian pola tanam dengan formulir permohonan dan tingkat
kemurnian pertanaman sehingga mutu benih padi yang dihasilkan akan
terjamin, baik dalam hal kemurnian fisik maupun genetik.
Sebelum pemeriksaan lapangan oleh pengawas benih, penangkar harus
merouging (membuang campuran varietas lain) pada pertanaman karena
campuran varietas lain (CVL) menentukan kelulusan hasil pemeriksaan
lapangan.
Pemeriksaan lapangan umumnya dilakukan pada fase pertumbuhan
tanaman padi tertentu sebanyak tiga kali, yaitu fase vegetatif, fase
berbunga, dan fase masak (sebelum panen).
o Fase Vegetatif, tujuan untuk mengetahui jumlah campuran lain pada
fase vegetatif tanaman. Pada fase ini dilakukan pemeriksaan tipe
pertumbuhan, kehalusan daun, warna daun, telinga daun, lidah daun,
pangkal batang.
o Fase berbunga melakukan pemeriksaan yang dilakukan pada tipe
pertumbuhan, kehalusan daun, warna daun, bentuk / tipe malai dan
sudut daun bendera.
o Fase Masak (Sebelum panen), pemeriksaan dititikberatkan pada
posisi sudut daun bendera, tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung
gabah, warna gabah dan warna pada ujung gabah.
Bila kesimpulan hasil pemeriksaan lapangan dinyatakan lulus maka
pertanaman benih padi tersebut dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Sebaliknya, bila tidak lulus maka proses sertifikasi benihnya tidak dapat
dilanjutkan, dalam artian hasil produksi padinya tidak dapat dijadikan benih.
2. Setelah panen
Tahapan proses sertifikasi benih setelah panen meliputi pemeriksaan gudang
dan peralatan, pengawasan penyimpanan, dan pengambilan contoh benih.
a) Pemeriksaan gudang dan peralatan, tujuan untuk memastikan bahwa
benih yang dihasilkan tidak tercampur dengan varietas lain sehingga
kemurnian benih dari varietas tersebut terjamin. Permintaan kegiatan
pemeriksaan gudang dan peralatan ini harus diajukan oleh produsen atau
penangkar benih paling lambat sebulan sebelum panen.
b) Pengawasan penyimpanan, tujuan pemeriksaan dalam masa penyimpanan
benih bertujuan untuk menjamin proses penyimpanan sudah sesuai
standar sehingga mutu benih dapat terjaga
c) Pengambilan contoh benih untuk sertifikasi dilakukan pada setiap
kelompok benih yang disimpan. Pengambilan dilakukan oleh pengawas
benih. Benih yang akan diambil contohnya harus sudah dimasukkan
kedalam wadah plastik atau tempat lain secara baik dan tersusun
sehingga memudahkan pengambilan contoh benih. Berat contoh benih
tiap kelompok paling sedikit 1 kg. Contoh benih dikirim ke
Laboaratorium untuk dilakukan pengujian laboratorium meliputi kadar
air, daya tumbuh, kemurnian dan campuran varietas lain.
3. Pemasangan Label
Label dicetak oleh Penangkar / Produsen benih sesuai dengan format yang
telah ditentukan kemudian diberi nomor seri dan disahkan (stempel) oleh
UPTD BPSPT. Label harus dipasang pada tiap-tiap wadah benih yang mudah
dilihat dan tidak mudah rusak. Pemasangan label dilakukan oleh produsen
benih, dibawah pengawasan Pengawas Benih. Masa berlaku label 6 bulan
sejak tanggal selesai pengujian.

Anda mungkin juga menyukai