Anda di halaman 1dari 36

I.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit
terbesar di dunia. Luas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia meningkat secara pesat sejak tahun 1990-an, dan
pada tahun 2009 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
telah mencapai 7,2 juta ha. Ke depan kelapa sawit akan
terus menjadi komoditi andalan subsektor perkebunan
karena berperan penting dalam perekonomian nasional,
terutama sebagai penghasil devisa, penyedia lapangan
kerja dan pengembangan wilayah.
Terkait dengan usaha agribisnis kelapa sawit terutama
perkebunan rakyat adalah masih rendahnya produktivitas
dan mutu hasil disebabkan oleh penggunaan benih yang
tidak sesuai standar dan tingkat pemeliharaan yang belum
optimal. Kurang optimalnya penggunaan benih unggul
bermutu di perkebunan rakyat disebabkan ketersediaan
benih unggul bermutu di lokasi pengembangan belum
memadai dan kurangnya pemahaman petani untuk
menggunakan benih unggul bermutu.
Untuk itu perlu diupayakan agar kedepan ketersediaan
benih kelapa sawit unggul bermutu (sesuai standar)
terutama untuk perkebunan rakyat dapat tersedia secara 6
tepat (mutu, jumlah, jenis,waktu, lokasi, harga).
Dalam rangka penyediaan benih kelapa sawit unggul
bermutu tersebut salah satunya yang perlu dilakukan adalah
terwujudnya pelaksanaan perbenihan kelapa sawit yang
benar, dan oleh karena itu diperlukan “ Pedoman
Perbenihan Kelapa Sawit.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 1


Lebih lanjut pedoman ini memerinci hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan perbenihan kelapa sawit sesuai
standar.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 2


II. PERSIAPAN PERBENIHAN

1. Benih
Benih yang digunakan adalah benih Dura x Pisifera =
Tenera baik berupa kecambah maupun bibit yang
berasal dari produsen benih resmi dan penangkar
(memiliki Tanda Registrasi Usaha Perbenihan/TRUP)
yang direkomendasi oleh Dinas yang membidangi
perkebunan di Propinsi/Kabupaten/Kota.

Pemesanan Benih/Kecambah
Pemesanan benih (kecambah) kelapa sawit berbeda
dengan benih tanaman perkebunan lainnya.
Pemesanan benih kelapa sawit dilakukan dengan
mengajukan permohonan permintaan persetujuan
penyaluran benih kelapa sawit (SP3B-KS) kepada
Dinas yang membidangi perkebunan di
Propinsi/Kabupaten/Kota setempat, kecuali untuk
pemesanan benih sampai dengan 5.000 kecambah
cukup dengan rekomendasi dari Kepala Desa
setempat.
Apabila disetujui Dinas yang membidangi
perkebunan di Propinsi/Kabupaten/Kota akan
mengeluarkan Surat Persetujuan Penyaluran Benih
Kelapa Sawit (SP2B-KS) yang menjadi syarat
pemohon untuk memperoleh benih dari sumber benih
resmi.
Delapan sumber benih resmi serta jenis varietas
yang dihasilkan dapat dilihat pada lampiran 1.
Pemesanan benih sebaiknya dilakukan satu tahun
sebelum penanaman, agar produsen benih dapat

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 3


menyiapkan benih tersebut, sambil mempersiapkan
areal perbenihan/pembibitan.
Pada saat penerimaan kecambah harus disertai
dengan kelengkapan dokumen antara lain: Delivery
Order (DO), daftar persilangan dari sumber benih,
dan Berita Acara penyerahan kecambah

2. Persyaratan Lokasi
Penentuan lokasi perbenihan/pembibitan perlu
memperhatikan beberapa persyaratan sebagai
berikut :
a. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata;
b. Tidak terlalu jauh dari areal penanaman dan dari
sumber tanah top soil untuk pengisian polibeg;
c. Dekat dengan sumber air, tetapi bebas dari
genangan air dan banjir;
d. Memiliki akses jalan yang baik sehingga
memudahkan tranportasi benih dan pengawasan.
e. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak
dan manusia.
f. Dekat dari rumah jaga untuk memudahkan
pengawasan dan penyimpanan bahan-bahan
kebutuhan benih.

3. Luas Perbenihan/Pembibitan
Kebutuhan areal perbenihan/pembibitan pada
umumnya 1,5 – 2,0 % dari luas areal penanaman
yang direncanakan, tergantung pada jumlah benih
dan jarak tanam yang digunakan.
Kebutuhan benih kecambah kelapa sawit

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 4


Jumlah kebutuhan kecambah didasarkan atas
kerusakan kecambah selama transportasi dan
kematian di perbenihan/pembibitan yaitu:
a. Kerusakan kecambah kelapa sawit selama
transportasi ke areal perbenihan/pembibitan awal
(pre nursery) diperkirakan 2,5 %;
b. Kematian selama di perbenihan/pembibitan awal
(pre nursery) diperkirakan 10 %;
c. Kematian selama di perbenihan/pembibitan utama
(main nursery) diperkirakan 15 %;
d. Cadangan benih/bibit untuk sulaman di lapang
diperkirakan 5 %.
Jadi jumlah kecambah kelapa sawit yang dibutuhkan
berkisar 132,5 % dari jumlah pohon yang
direncanakan ditanam.

4. Media Tanam
Media tanam digunakan adalah tanah bagian atas
(top soil) pada ketebalan 10-20 cm.
Tanah yang digunakan harus:
a. Memiliki struktur yang baik, gembur;
b. Bebas dari hama dan penyakit;
c. Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur
atau tanah berliat, dapat dicampur pasir maupun
bahan organik tinggi (pupuk kandang/kompos)
dengan perbandingan tanah : pasir = 3:1 atau
tanah : kompos: pasir = 3:1:1 sebaliknya bila
tanah dengan kandungan bahan organik sangat
tinggi perlu dicampur dengan tanah mineral.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 5


Sebelum dimasukkan dalam polibeg, campuran
tanah diayak dengan ayakan kasar berukuran 2 cm
dengan tujuan untuk membebaskan media tanam
dari sisa-sisa kayu, batu dan material lain.
Tanah diisikan kedalam polibeg hingga menyisakan 2
– 3 cm dari bagian atas polibeg sebagai tempat
pelaksanaan pemupukan, pemberian mulsa dan
aplikasi budidaya lainnya.

5. Sistem Perbenihan/Pembibitan
Perbenihan/pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan
dengan menggunakan dua cara yaitu:
a. Perbenihan/pembibitan satu tahap (single stage)
berarti penanaman kecambah kelapa sawit
langsung dilakukan di perbenihan /pembibitan
utama (main nursery);
b. Perbenihan/pembibitan dua tahap (double stage)
berarti penanaman kecambah dilakukan di
Perbenihan/pembibitan awal (pre nursery) dan
pada umur ± 3 bulan bibit dipindahkan ke
Perbenihan/pembibitan utama (main nursery).
Sistem yang banyak digunakan dan dinilai memiliki
keuntungan lebih besar adalah sistem
Perbenihan/pembibitan dua tahap (double stage).
Kultur tehnis pada kedua tahap
perbenihan/pembibitan ini akan dijelaskan pada Bab
III.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 6


III. PELAKSANAAN PERBENIHAN/PEMBIBITAN

1. Pelaksanaan Perbenihan / Pembibitan Satu Tahap


(Single Stage)
Cara Perbenihan ini ialah menanam kecambah
langsung kedalam polibeg besar yang berukuran 50 x
40 cm dengan ketebalan 0,2 mm.
Keuntungan Perbenihan/Pembibitan satu tahap:
a. Tidak memerlukan polibeg kecil;
b. Tidak memerlukan bedengan dan atap pelindung,
karena menggunakan pelindung sementara dari
daun palma dan setelah bibit muncul tidak
diperlukan lagi;
c. Biaya transplanting tidak diperlukan;
d. Umur tanaman siap dipindah ke pertanaman
relatif lebih singkat yaitu 9 – 10 bulan.
Kelemahan perbenihan/pembibitan satu tahap:
a. Biaya pemeliharaan lebih besar;
b. Akibat seleksi bibit akan terjadi kekosongan di
beberapa tempat;
c. Penyulaman tidak dapat dilakukan dengan baik,
karena benih/bibit yang seragam dan sejenis tidak
tersedia lagi.

2. Pelaksanaan Perbenihan/ Pembibitan Dua Tahap


(Double Stage)
a. Perbenihan/Pembibitan Awal (Pre nursery)

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 7


1). Bedengan
a). Bedengan dibuat pada areal yang telah
diratakan dengan lebar 1,2 m dan panjang ± 8
m untuk dapat memuat sekitar 1.000 bibit.
b). Tepi bedengan dibatasi dengan pembatas
setinggi ± 20 cm agar polibeg dapat disusun
tegak.
c). Antar bedengan berjarak ± 80 cm sebagai
jalan pemeliharaan, pengawasan dan drainase
air berlebih saat penyiraman atau hujan.
d). Areal perbenihan/pembibitan memiliki saluran
pembuangan air (drainase) yang baik.
e). Bagian dasar bedengan lebih tinggi dari
permukaan tanah untuk memperlancar
pembuangan air berlebih.

0,8 m 0,8 m 8m

Kayu pembatas tinggi 20 cm


1,2 m

Gambar 1 Denah bedengan pre nursery

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 8


2). Naungan
Naungan berfungsi untuk:
a). Melindungi kecambah dan benih muda dari
sinar matahari langsung,
b). Menghindari terbongkarnya tanah polibeg
akibat terpaan air hujan.
c). Naungan dimaksudkan untuk mengatur
intensitas cahaya matahari yang masuk.
Pengaturan naungan ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Persentase naungan benih pre nursery


berdasar tahapan umur

Umur bulan Naungan %


0 – 1.5 100
1,5 – 2,5 50
> 2,5 Naungan dihilangkan secara
bertahap

Pembuatan naungan:
1). Ukuran sesuai dengan kebutuhan;
2). Tinggi sekitar 2,5 m; dan
3). Konstruksi naungan dapat dibuat dari bambu
maupun kayu bulat dengan atap dari daun
kelapa atau kelapa sawit (Gambar 2).

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 9


Gambar 2. Naungan daun kelapa sawit pada
pre nursery (umur 1,5 bulan)

Cara pembuatan naungan:


1). Atap disusun dengan 4-5 helai daun kelapa
atau kelapa sawit per meter persegi naungan;
2). Jumlah helaian daun tidak dikurangi pada 1,5
bulan awal pelaksanaan perbenihan
/pembibitan;
3). Setelah 1,5 bulan, helaian daun dikurangi satu
helai tiap meter persegi tiap minggunya.
Dengan demikian, helaian daun akan berkurang
dan habis selama 1,5 bulan akhir pelaksanaan
perbenihan/pembibitan awal (pre nursery).

3). Penanaman Kecambah


Segera setelah kecambah kelapa sawit diterima
ditanam di polibeg yang berukuran 22 x 14 cm
dengan ketebalan 0,07 mm (Kecambah kelapa

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 10


sawit hendaknya ditanam tidak lebih dari 5 (lima)
hari sejak kecambah diterima). Keterlambatan
penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau
kelainan pada kecambah tersebut, antara lain:
a). Bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula)
akan menjadi panjang sehingga mempersulit
penanaman.
b). Plumula dan radikula akan mudah patah
c). Meningkatkan kemungkinan serangan jamur
c). Kecambah akan menjadi mati/kering karena
kekurangan air
Kecambah yang ditanam adalah kecambah yang
telah dapat dibedakan antara plumula dan
radikula (Gambar 3). Plumula ditandai dengan
bentuknya yang agak tajam dan berwarna kuning
muda, sedangkan radikula berbentuk tumpul dan
berwarna lebih gelap dibanding plumula.

Gambar 3. Kecambah normal siap tanam

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 11


Cara Penanaman kecambah:
1). Penanaman harus memperhatikan posisi dan
arah kecambah dimana plumula (bakal daun)
menghadap keatas dan radikula (bakal akar)
menghadap ke bawah;
2). Meletakkan biji dari kecambah yang ditanam
pada tepi lubang yang telah dibuat, lalu
menekan biji tersebut hingga plumula berada di
bawah permukaan tanah;
3). Kecambah lalu ditutup dengan tanah,
selanjutnya segera disiram dengan air.

Penanaman kecambah yang benar pada (Gambar


4). dengan ukuran kedalaman sampai kecambah
tertutup permukaan tanah.
Kesalahan dalam penanaman akan meningkatkan
benih abnormal.

Gambar 4. Penanaman kecambah yang benar adalah ditepi


lubang tanam, bukan memasukkan kecambah ke
dalam lubang tanam.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 12


Kecambah ditanam terpisah menurut nomor
kelompok pengiriman, dan dibuat papan nama
ukuran 12 x 20 cm dasar putih tulisan hitam untuk
kepentingan identitas bibit seperti nomor persilangan,
tanggal tanam, dan jumlah bibit. Batas antara satu
persilangan dengan persilangan yang lain ditandai
dengan tali plastik/tali rapia (Gambar 5).

Gambar 5. Papan nama (plank) kecambah sebagai


identitas kecambah yang ditanam.

4). Pemeliharaan Pre Nursery


Pemeliharaan pre nursery meliputi: penyiraman,
pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit, seleksi benih/bibit,
benih/bibit poliembrioni, serta pemindahan dan
pengangkutan benih/bibit.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 13


a). Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu
pada pagi dan sore hari. Penyiraman
dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari terbongkarnya kecambah atau
akar bibit muda muncul ke permukaan.
Penyiraman dapat dilakukan secara manual
dengan gembor. Setiap bibit pre nursery
membutuhkan 0,1 – 0,25 liter air tiap kali
penyiraman. Apabila curah hujan > 8 mm per
hari, maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

b). Pengendalian Gulma


Gulma yang tumbuh pada media tanam
(dalam polibeg) perlu disiangi secara manual
dengan rotasi 2 minggu sekali. Pada saat
penyiangan biasanya diiringi dengan
penambahan tanah ke dalam polibeg.
Pelaksanaan penyiangan gulma yang
tumbuh diluar media tanam (antar
bedengan) hendaknya dilakukan secara
manual dengan rotasi yang sama.

c). Pemupukan
Pemupukan dilakukan menggunakan urea
atau pupuk majemuk dengan konsentrasi
0,2% atau 2 gr/ltr dimana setiap liter larutan
cukup untuk 100 bibit. Pemupukan dilakukan
secara foliar application (melalui daun)
dengan frekuensi seminggu sekali.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 14


d). Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang baik
adalah pencegahan terhadap serangan
dengan menciptakan kondisi lingkungan
tidak lembab dan menghilangkan sumber
infeksi dengan cara misalnya mengurangi
naungan, memotong bagian yang sakit atau
membakar tanaman yang terserang,
pengutipan hama.
Hama yang umum menyerang bibit pre
nursery adalah semut, jangkrik, belalang,
tikus dan cacing, sedangkan penyakit yang
umum adalah Helminthosporium,
Anthracnosa dan Blast. Penggunaan bahan
kimia dalam pengendalian harus dilakukan
secara hati-hati karena bibit mudah masih
sangat peka.

e). Seleksi bibit


Seleksi bibit di tahap pre nursery yang
dilaksanakan saat pindah tanam ke
perbenihan/pembibitan utama (main nursery)
bertujuan untuk menghindari terangkutnya
benih/bibit abnormal.
Pelaksanaan seleksi dilakukan secara
berurutan pada tiap persilangan / bedengan,
benih/bibit abnormal segera di afkir untuk
menghindari terbawanya ke perbenihan
/pembibitan utama (main nursery).

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 15


Persentase bibit yang terseleksi saat
transplanting ke perbenihan / pembibitan
utama berkisar 5-20%.
Bibit abnormal dapat disebabkan oleh faktor
genetik, kesalahan kultur teknis atau serangan
hama dan penyakit dengan beberapa ciri
sebagai berikut :

a. Bibit dengan anak daun b. Bibit yang pertumbuh-


sempit dan memanjang annnya berputar (twisted)
seperti daun lalang (narrow
leaf)

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 16


c. Bibit yang tumbuh kerdil d. Bibit dengan anak daun
bergulung

e. Bibit yang anak daunnya f. Bibit dengan anak daun


kusut (crinkled) membuat seperti mangkuk
Gambar 6. Berbagai Kriteria Afkir Benih/Bibit Pre Nursery

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 17


f). Benih Poliembrioni
Pada umumnya satu butir kecambah kelapa
sawit hanya memiliki sepasang plumula-radikula,
apabila satu biji kelapa sawit memiliki 2 atau 3
pasang plumula-radikula disebut sebagai
kecambah poliembrioni (Gambar 7).

Gambar 7. Kecambah dengan lebih dari


satu embrio (poliembrioni).

Masing-masing bibit yang dihasilkan memiliki


potensi yang sama dan layak ditanam ke
perbenihan/pembibitan utama
Pemisahan benih poliembrioni dilakukan saat
benih akan pindah tanam ke
perbenihan/pembibitan utama (main nursery)
dengan cara memotong tanah dan polibegnya.
Pada saat tersebut perakaran benih telah cukup
banyak.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 18


Benih poliembrioni yang telah dipisahkan,
ditempatkan dibawah naungan selama satu
minggu untuk kemudian dipindahkan ke lapang
tempat perbenihan/pembibitan utama. Selama
dalam naungan, benih poliembrioni yang telah
dipisahkan perlu mendapat perhatian dalam
penyiraman agar benih lebih cepat menjadi jagur.

g). Pemindahan dan pengangkutan benih/bibit


Pemindahan benih dari perbenihan/pembibitan
awal dilakukan pada saat benih/bibit berumur 2,5
– 3 bulan dengan 3-4 daun. Bila areal
perbenihan/pembibitan awal berdekatan dengan
perbenihan/pembibitan utama maka benih yang
akan ditanam dapat diangkut menggunakan kotak
kayu berukuran 70 x 50 x 20 cm.
Kerusakan benih/bibit selama pemindahan dan
pengangkutan diupayakan seminimal mungkin
untuk menghindari kemungkinan stagnasi
pertumbuhan pada masa awal
perbenihan/pembibitan utama.

b. Perbenihan/Pembibitan Utama (Main Nursery)


Perbenihan/pembibitan utama merupakan tahap
kedua dari sistem perbenihan/pembibitan dua tahap
yang akan berlangsung 6-9 bulan. Keberhasilan
penanaman dilapangan dan produksi di kemudian
hari ditentukan oleh pelaksanaan perbenihan /
pembibitan utama dan kualitas benih yang
dihasilkannya.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 19


1). Persiapan transplanting dan pengelolaan
tanah
Persiapan transplanting dilakukan dengan
meratakan areal, dengan ketebalan kikisan
tanah sekitar ± 10 cm dan dapat digunakan
sebagai media tanam.
Jenis tanah sebagai media tanam harus subur
dan pada saat digunakan hendaknya dalam
kondisi kering dengan tujuan untuk
memudahkan proses pengayakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat
persiapan transplanting:
a). Pengisian tanah dalam polibeg dengan
menyisakan 2 – 3 cm dari bagian atas
polibeg sebagai tempat pelaksanaan
pemupukan, pemberian mulsa.
b). Media tanah pada polibeg perlu disiram
selama 7 – 10 hari hingga jenuh untuk
mempermudah pembuatan lubang setiap
tanam guna penanaman.
c). Pembuatan lubang tanam pada pertengahan
polibeg di perbenihan / pembibitan utama
seukuran dengan polibeg di perbenihan /
pembibitan awal (pre nursery) sebagai
tempat tanam benih. Pembuatan lubang
dapat dilakukan dengan menggunakan pipa,
tugal atau skop kecil (Gambar 8).
Pada tiap lubang diberi 5 gram pupuk NPKMg
15-15-6-4.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 20


Gambar 8 . Pembuatan lubang tanam dan
penanaman bibit di main nursery

2). Kebutuhan Air dan Instalasi Penyiraman


Kebutuhan air di perbenihan / pembibitan
bertambah sejalan dengan pertambahan umur
benih (tabel 2). Di perbenihan/pembibitan utama,
benih akan tumbuh secara normal bila kebutuhan
airnya, yaitu sejumlah 12,5 mm (ekivalen hujan)
setiap 2 hari.

Tabel 2. Perkiraan kebutuhan air berdasar umur


benih di pre nursery dan main nursery

No Umur benih Jumlah air


(bulan) (ltr/benih/hari)
1 0-2 0,6
2 2-4 0,7
3 4-6 1,0
4 >6 1,5
Sumber : PPKS Medan

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 21


Penyiraman dilakukan dengan dua sistem yaitu
1). Sprinkler dianjurkan pada areal dengan
ketersediaan sumber air yang cukup,
2). Jaringan pipa dan selang plastik dilengkapi
dengan kepala gembor dianjurkan pada
kondisi keterbatasan air.

Dari kedua sistem tersebut, penyiraman dengan


jaringan pipa dan selang plastik lebih mudah
dilakukan dan murah biayanya.

Pemasangan pipa untuk penyiraman dengan


sistem gembor

Instalasi pipa untuk penyiraman dengan sistem


gembor dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:

 Pipa primer berdiameter 6 inchi dipasang


ditengah-tengah areal perbenihan/pembibitan,
yaitu di pinggir jalan utama;
 Pipa sekunder dengan berdiameter 2 inchi
dijadikan cabang bagi pipa primer;
 Dari pipa sekunder dibuat cabang untuk pipa
tersier dengan diameter 1 inchi;
 Dari ujung pipa ini dibuat kran yang disambung
dengan selang plastik dengan panjang 25 m
dan pada ujung selang diberi kepala gembor
untuk penyiraman.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 22


3). Penanaman bibit asal pre nursery
Pengaturan tata letak di perbenihan/pembibitan
utama disesuaikan dengan tata letak di
perbenihan/pembibitan awal yaitu dengan
memperhatikan kode benih, origin dan grup
pertumbuhan untuk menghindari bercampurnya
benih dengan pertumbuhan yang berbeda serta
untuk memudahkan pengaturan penanaman di
lapang.
Penanaman setiap jenis persilangan ditanam
mengelompok. Jenis persilangan satu sama lain
diberi tanda yang jelas dan diberi papan nama
dilapangan. Sebaiknya satu hari penanaman
difokuskan pada satu persilangan saja. Jenis
persilangan, nomor petak, jumlah bibit per petak
harus dicatat dan dipetakan langsung setelah
tanam agar tidak terjadi kekeliruan.

4). Pemeliharaan Main Nursery


Pemeliharaan pada main nursery terdiri dari:
penyiraman, penyiangan, pemberian mulsa,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
dan seleksi benih/bibit.

a). Penyiraman
Kebutuhan air di perbenihan/pembibitan utama
adalah 2 lt/hari/polibeg. Volume air tersebut
dihitung dengan dasar curah hujan 12,5
mm/hari – 125 m3 air/ha areal. Benih disiram
dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
Penyiraman tidak dilakukan bila curah hujan >

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 23


8 mm. Penyiraman dapat dilakukan dengan
selang berkepala gembor atau sprinkler.

b). Penyiangan
Kegiatan penyiangan di perbenihan /
pembibitan utama terdiri dari dua macam,
yaitu penyiangan di sekitar polibeg dan
didalam polibeg dengan tujuan untuk
membersihkan perbenihan / pembibitan dari
vegetasi selain benih kelapa sawit serta
menghindari terbentuknya lapisan kedap air
pada permukaan tanah.

c). Pemberian mulsa


Pemberian mulsa dilakukan untuk mengurangi
penguapan air dan pupuk dengan meletakkan
sisa tanaman atau cangkang sawit di sekeliling
benih setelah benih berumur 2 bulan dengan
ketebalan 1-2 cm.

d). Pemupukan
Pada umumnya pemupukan benih kelapa
sawit dilakukan menggunakan pupuk majemuk
NPKMg 15-15-6-4 sampai berumur ± 5 bulan
dan selanjutnya dipakai pupuk majemuk
NPKMg 12-12-17-2. Penambahan unsur lain
dilakukan jika terdapat gejala defisiensi.
Jadwal dan dosis pemupukan dapat dilihat
pada tabel 3.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 24


Tabel 3. Rekomendasi pemupukan benih kelapa
sawit

Umur Jenis dan Dosis Pupuk


(minggu) Urea NPK Mg NPKMg Kieserite
15:15:6:4 12:12:17:2 (gr/bibit)
(gr/bibit) (gr/bibit)
Perbenihan / pembibitan awal
4 – 12 2 gr/ltr 2,5 gr - -
air/100 bbt
Perbenihan / pembibitan utama
13 - 2,5 - -
14 - 2,5 - -
15 - 5,0 - -
16 - 5,0 - -
17 - 7,5 - -
18 - 7,5 - -
20 - 10,0 - -
22 - 10,0 - -
24 - - 10,0 -
26 - - 10,0 5,0
30 - - 10,0 -
32 - - 10,0 5,0
34 - - 15,0 -
36 - - 15,0 7,5
38 - - 15,0 -
40 - - 15,0 7,5
42 - - 20,0 -
44 - - 20,0 10,0
46 - - 20,0 -
48 - - 20,0 10,0
50 - - 25,0 -
52 - - 25,0 10,0
Sumber : PPKS Medan

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 25


e). Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama yang umum dijumpai di
perbenihan / pembibitan utama adalah
kumbang Apogonia, belalang, ulat api, keong
dan tikus.
Pengendalian kumbang Apogonia, belalang
dan ulat api dilakukan dengan penyemprotan
insektisida berbahan aktif Karbaril 85 %.
Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan
memakai racun tikus, sedangkan keong dapat
dikendalikan secara manual melalui hand
picking atau dengan racun.
Penyakit yang dijumpai di perbenihan /
pembibitan utama adalah penyakit
Anthracnosa dan Curvularia. Bibit yang
terserang Anthracnosa bergejala daun
mengering dari ujung ke tepi. Pengendalian
Antharacnosa dilakukan dengan fungisida
berbahan aktif Mannozeb 0,1 % dengan rotasi
penyemprotan 2 x seminggu.
Gejala penyakit Curvularia adalah bintik-bintik
kuning ditengah daun yang kemudian meluas
dan berubah warna menjadi coklat.
Pengendalian penyakit ini dengan memotong
daun yang sakit dan membakarnya. Jika
gejala serangan nampak berat, benih perlu
disingkirkan dari main nursery dan dibakar.
Pengendalian Curvularia dilakukan melalui
penyemprotan fungisida berbahan aktif
Kaptafol 0,2 % dengan rotasi 2 minggu.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 26


Dalam kegiatan pengendalian, tidak
diperkenankan menggunakan fungisida yang
mengandung tembaga (copper), air raksa
(mercury) dan timah.

f). Seleksi Bibit


Perbedaan pertumbuhan benih main nursery
dapat disebabkan faktor genetik dan
perbedaan kultur tehnis yang dilaksanakan.
Kegiatan seleksi diharapkan hanya pada
tanaman abnormal yang disebabkan pengaruh
faktor genetik, sehingga diusahakan tidak
terdapat kesalahan kultur teknis yang dapat
menyebabkan timbulnya tanaman abnormal.
Dalam penentuan tingkat pertumbuhan benih
normal harus mengacu pada standar
pertumbuhan dari masing-masing persilangan
yang dijabarkan pada tabel 4 yang merupakan
rerata dari berbagai persilangan DxP.
Seleksi di main nursery dilaksanakan secara
bertahap karena munculnya gejala sejalan
dengan bertambahnya umur benih. Seleksi
dapat dilaksanakan pada saat benih berumur
4 bulan, 8 bulan, dan saat akan dipindahkan
ke lapang (12 bulan), namun tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan seleksi saat
ditemui benih abnormal diluar waktu yang
ditetapkan.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 27


Tabel 4. Standar pertumbuhan benih kelapa sawit.

Umur Jumlah Tinggi Diameter batang


bulan pelepah bibit (cm)
(cm)
3 3,4 20,0 1,3
4 4,5 25,0 1,5
5 5,5 32,0 1,7
6 8,5 35,9 1,8
7 10,5 52,2 2,7
8 11,5 64,3 3,6
9 13,5 88,3 4,5
10 15,5 101,9 5,5
11 16,5 114,1 5,8
12 18,5 126,0 6,0
Sumber : PPKS Medan

Bentuk tanaman abnormal yang harus segera


diafkir adalah :

a. Bibit yang tumbuh me - b. Bibit dengan permukaan


ninggi dan kaku tajuk rata disebabkan
(errected pelepah mudah tumbuh
lebih pendek dari yg tua

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 28


c. Bibit dengan anak daun d. Bibit yang terserang
tidak membelah (juvenil penyakit tajuk (crown
form) disease)

e. Bibit dengan anak daun f. Bibit kerdil (runt)


sempit (narrow pinnate)
Gambar 9. Berbagai kriteria afkir benih main
nursery

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 29


Beberapa faktor yang dapat memperbesar
persentase benih abnormal antara lain :

 Kesalahan penanaman saat pindah tanam dari


perbenihan / pembibitan awal ke perbenihan /
pembibitan utama. Bila benih ditanam terlalu
dangkal, maka pertumbuhan tanaman akan
menggantung dan mudah rebah.
 Penyiraman kurang merata, terlalu deras atau
tidak cukup air pada masing-masing benih. Hal
ini akan meningkatkan heterogenitas
pertumbuhan.
 Kesalahan pemberian pupuk, herbisida, atau
obat lainnya.
 Jarak tanam terlalu rapat yang menyebabkan
persaingan dalam memperoleh sinar matahari.
 Pindah tanam yang terlalu cepat akan
menimbulkan scorching sedangkan
keterlambatan pindah tanam akan
mengakibatkan etiolasi.

g). Pemupukan Tambahan/Perlakuan Tambahan


 Pada kondisi tertentu bibit dapat mengalami
kekurangan/defisiensi hara mikro tertentu,
perlu pemupukan tambahan.
 Untuk menstimulir pertumbuhan benih/bibit,
dapat diaplikasikan pupuk hayati tertentu
(berisi mikoriza, bakteri penambah N, dan lain-
lain)

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 30


 Detail aplikasi butir 1 dan 2 dapat
dikonsultasikan dengan institusi yang
berkepentingan.

h). Persiapan benih untuk penanaman


Benih/bibit yang berumur 10-12 bulan telah siap
salur dan dapat dipindahkan ke lapangan
dimana 15-20 hari sebelumnya dilakukan
pemutusan akar-akar benih yang telah
menembus polibeg dengan memutar polibeg.
Untuk menjaga kondisi bibit tetap baik, perlu
dilakukan penyiraman yang intensif setelah
proses pemutusan akar.
Benih/bibit siap salur tersebut dikumpulkan dan
dikelompokkan berdasar persilangan dimana
pengelompokan dilakukan pada 100-200 benih
sesuai kapasitas angkut kendaraan, sekaligus
melakukan seleksi terakhir benih/bibit siap salur.
Sebelum diangkut, sebaiknya disiram dengan
air untuk menghindari kekeringan jika beberapa
hari setelah tanam tidak turun hujan.
i). Penanganan bibit yang berumur lebih 1
(satu) tahun
Untuk bibit yang berumur lebih dari satu tahun
memerlukan perlakuan khusus sebelum dan
pada waktu pemindahan ke lapangan.
Perlakuan khusus tersebut seperti:
 Pemotongan akar yang masuk kedalam
tanah, dengan cara memutar polibeg atau
medongkel akar.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 31


 Sebelum bibit diangkut ke lapangan bibit
disiram air sampai jenuh.
 Pemangkasan akar yang menggumpal di
bagian bawah dalam polibeg hingga sekitar
50 % tergantung umur. Setelah dilakukan
pemangkasan bibit langsung ditanam.
 Pemotongan pelepah untuk bibit berumur >
16 bulan, dengan cara memangkas bagian
atas pelepah sehingga tinggi bibit ±150 cm
atau daun tinggal 1/3 bagian.
Fungsi pemangkasan adalah:
a). Mengurangi transpirasi dan resiko bibit
kering di lapangan.
b). Mengurangi resiko tanaman roboh
karena tiupan angin.
c). Mempermudah transportasi dari lokasi
perbenihan ke lapangan.
d). Mempermudah di lapangan.
 Lubang tanam di lapangan lebih besar dari
ukuran standar 60 x 60 x 60 cm3 menjadi 70
x 70 x 70 cm3.
 Penanaman harus dilakukan pada kondisi
curah hujan yang cukup > 100 mm/bulan.
 Untuk mengurangi robohnya tanaman,
pelepah diikat dengan rumput dan setelah
dua minggu diharapkan ikatan tersebut putus
dan pelepah dapat berkembang.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 32


IV. SERTIFIKASI BENIH

1. Prosedur Sertifikasi
a. Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992
Tentang Sistem Budidaya Tanaman Pasal 13
menyatakan bahwa benih bina yang akan diedarkan
harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Benih bina
yang lulus sertifikasi apabila diedarkan wajib diberi
label.
b. Sertifikasi dilakukan berdasarkan pengajuan
permohonan sertifikasi kepada pelaksana sertifikasi
yaitu Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBP2TP)/UPTD yang menangani
pengawasan mutu benih /Satuan Tugas Perbenihan
yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dengan
didampingi petugas BBP2TP sesuai dengan wilayah
kerjanya.
c. Apabila sertifikasi benih/bibit siap salur memenuhi
standar mutu benih/bibit siap salur lalu diberi label
yang dibuat oleh produsen/sumber benih dan
dilegalisasi oleh pelaksana sertifikasi.
d. Pada label dicantumkan: jenis persilangan, tanggal
label diterbitkan, masa berlaku label.
e. Jika masa berlakunya label telah lewat, maka
peredaran dihentikan dan dilakukan uji ulang, dan
apabila masih memenuhi standar mutu benih dapat
diedarkan kembali.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 33


2. Standar Mutu Benih
Sesuai dengan Rancangan Standar Nasional Indonesia
(RSNI) Kebun Pembibitan Kelapa Sawit maka standar
keragaan bibit kelapa sawit siap salur adalah sebagai
berikut :

No. Tolok Ukur Standar


1. Umur Bibit 10 – 12 bulan
2. Tinggi Bibit 101,9 – 126,9 cm
3. Jumlah daun 15,5 – 18,5 pelepah
4. Lilit batang 17,27 – 18,84 cm
5. Warna daun / Hijau Tua
pelepah
6. Kesehatan Bebas dari OPT
7. Warna / Ukuran Hitam / 50 x 40 cm x 0,2
Polibeg mm

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 34


V. P E N U T U P

Keberhasilan industri kelapa sawit di Indonesia salah


satunya didukung dengan ketersediaan benih unggul
bermutu, yang dihasilkan dari tahapan proses perbenihan
yang sesuai pedoman.
Penggunaan benih/bibit yang tidak jelas sumbernya akan
mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi usaha
perkebunan. Oleh karena itu, perlu disusun Pedoman
Perbenihan kelapa sawit sebagai acuan dalam proses
penyediaan benih unggul bermutu.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 35


DAFTAR PUSTAKA

1. Adlin U Lubis, 1992, Kelapa Sawit (Elaeis guineesis


Jacq) di Indonesia, Pusat Penelitian Perkebunan
Marihat-Bandar Kuala.

2. Anonimous, 1995/1996, Petunjuk Teknis Perbenihan


Kelapa Sawit, Direktorat Bina Perbenihan.
Direktorat Jenderal Perkebunan Jakarta.

3. Witjaksana Darmosarkoro, dkk. Cetakan II 2006.


Kamus Istilah Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit Medan.

4. Witjaksana Darmosarkoro, dkk. Mei 2008. Perbenihan


Kelapa Sawit Bagaimana Memperoleh Bibit yang Jagur.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penerbit CV.
Mitra Karya.

Pedoman Perbenihan Kelapa Sawit 36

Anda mungkin juga menyukai