PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit
terbesar di dunia. Luas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia meningkat secara pesat sejak tahun 1990-an, dan
pada tahun 2009 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
telah mencapai 7,2 juta ha. Ke depan kelapa sawit akan
terus menjadi komoditi andalan subsektor perkebunan
karena berperan penting dalam perekonomian nasional,
terutama sebagai penghasil devisa, penyedia lapangan
kerja dan pengembangan wilayah.
Terkait dengan usaha agribisnis kelapa sawit terutama
perkebunan rakyat adalah masih rendahnya produktivitas
dan mutu hasil disebabkan oleh penggunaan benih yang
tidak sesuai standar dan tingkat pemeliharaan yang belum
optimal. Kurang optimalnya penggunaan benih unggul
bermutu di perkebunan rakyat disebabkan ketersediaan
benih unggul bermutu di lokasi pengembangan belum
memadai dan kurangnya pemahaman petani untuk
menggunakan benih unggul bermutu.
Untuk itu perlu diupayakan agar kedepan ketersediaan
benih kelapa sawit unggul bermutu (sesuai standar)
terutama untuk perkebunan rakyat dapat tersedia secara 6
tepat (mutu, jumlah, jenis,waktu, lokasi, harga).
Dalam rangka penyediaan benih kelapa sawit unggul
bermutu tersebut salah satunya yang perlu dilakukan adalah
terwujudnya pelaksanaan perbenihan kelapa sawit yang
benar, dan oleh karena itu diperlukan “ Pedoman
Perbenihan Kelapa Sawit.
1. Benih
Benih yang digunakan adalah benih Dura x Pisifera =
Tenera baik berupa kecambah maupun bibit yang
berasal dari produsen benih resmi dan penangkar
(memiliki Tanda Registrasi Usaha Perbenihan/TRUP)
yang direkomendasi oleh Dinas yang membidangi
perkebunan di Propinsi/Kabupaten/Kota.
Pemesanan Benih/Kecambah
Pemesanan benih (kecambah) kelapa sawit berbeda
dengan benih tanaman perkebunan lainnya.
Pemesanan benih kelapa sawit dilakukan dengan
mengajukan permohonan permintaan persetujuan
penyaluran benih kelapa sawit (SP3B-KS) kepada
Dinas yang membidangi perkebunan di
Propinsi/Kabupaten/Kota setempat, kecuali untuk
pemesanan benih sampai dengan 5.000 kecambah
cukup dengan rekomendasi dari Kepala Desa
setempat.
Apabila disetujui Dinas yang membidangi
perkebunan di Propinsi/Kabupaten/Kota akan
mengeluarkan Surat Persetujuan Penyaluran Benih
Kelapa Sawit (SP2B-KS) yang menjadi syarat
pemohon untuk memperoleh benih dari sumber benih
resmi.
Delapan sumber benih resmi serta jenis varietas
yang dihasilkan dapat dilihat pada lampiran 1.
Pemesanan benih sebaiknya dilakukan satu tahun
sebelum penanaman, agar produsen benih dapat
2. Persyaratan Lokasi
Penentuan lokasi perbenihan/pembibitan perlu
memperhatikan beberapa persyaratan sebagai
berikut :
a. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata;
b. Tidak terlalu jauh dari areal penanaman dan dari
sumber tanah top soil untuk pengisian polibeg;
c. Dekat dengan sumber air, tetapi bebas dari
genangan air dan banjir;
d. Memiliki akses jalan yang baik sehingga
memudahkan tranportasi benih dan pengawasan.
e. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak
dan manusia.
f. Dekat dari rumah jaga untuk memudahkan
pengawasan dan penyimpanan bahan-bahan
kebutuhan benih.
3. Luas Perbenihan/Pembibitan
Kebutuhan areal perbenihan/pembibitan pada
umumnya 1,5 – 2,0 % dari luas areal penanaman
yang direncanakan, tergantung pada jumlah benih
dan jarak tanam yang digunakan.
Kebutuhan benih kecambah kelapa sawit
4. Media Tanam
Media tanam digunakan adalah tanah bagian atas
(top soil) pada ketebalan 10-20 cm.
Tanah yang digunakan harus:
a. Memiliki struktur yang baik, gembur;
b. Bebas dari hama dan penyakit;
c. Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur
atau tanah berliat, dapat dicampur pasir maupun
bahan organik tinggi (pupuk kandang/kompos)
dengan perbandingan tanah : pasir = 3:1 atau
tanah : kompos: pasir = 3:1:1 sebaliknya bila
tanah dengan kandungan bahan organik sangat
tinggi perlu dicampur dengan tanah mineral.
5. Sistem Perbenihan/Pembibitan
Perbenihan/pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan
dengan menggunakan dua cara yaitu:
a. Perbenihan/pembibitan satu tahap (single stage)
berarti penanaman kecambah kelapa sawit
langsung dilakukan di perbenihan /pembibitan
utama (main nursery);
b. Perbenihan/pembibitan dua tahap (double stage)
berarti penanaman kecambah dilakukan di
Perbenihan/pembibitan awal (pre nursery) dan
pada umur ± 3 bulan bibit dipindahkan ke
Perbenihan/pembibitan utama (main nursery).
Sistem yang banyak digunakan dan dinilai memiliki
keuntungan lebih besar adalah sistem
Perbenihan/pembibitan dua tahap (double stage).
Kultur tehnis pada kedua tahap
perbenihan/pembibitan ini akan dijelaskan pada Bab
III.
0,8 m 0,8 m 8m
Pembuatan naungan:
1). Ukuran sesuai dengan kebutuhan;
2). Tinggi sekitar 2,5 m; dan
3). Konstruksi naungan dapat dibuat dari bambu
maupun kayu bulat dengan atap dari daun
kelapa atau kelapa sawit (Gambar 2).
c). Pemupukan
Pemupukan dilakukan menggunakan urea
atau pupuk majemuk dengan konsentrasi
0,2% atau 2 gr/ltr dimana setiap liter larutan
cukup untuk 100 bibit. Pemupukan dilakukan
secara foliar application (melalui daun)
dengan frekuensi seminggu sekali.
a). Penyiraman
Kebutuhan air di perbenihan/pembibitan utama
adalah 2 lt/hari/polibeg. Volume air tersebut
dihitung dengan dasar curah hujan 12,5
mm/hari – 125 m3 air/ha areal. Benih disiram
dua kali sehari pada pagi dan sore hari.
Penyiraman tidak dilakukan bila curah hujan >
b). Penyiangan
Kegiatan penyiangan di perbenihan /
pembibitan utama terdiri dari dua macam,
yaitu penyiangan di sekitar polibeg dan
didalam polibeg dengan tujuan untuk
membersihkan perbenihan / pembibitan dari
vegetasi selain benih kelapa sawit serta
menghindari terbentuknya lapisan kedap air
pada permukaan tanah.
d). Pemupukan
Pada umumnya pemupukan benih kelapa
sawit dilakukan menggunakan pupuk majemuk
NPKMg 15-15-6-4 sampai berumur ± 5 bulan
dan selanjutnya dipakai pupuk majemuk
NPKMg 12-12-17-2. Penambahan unsur lain
dilakukan jika terdapat gejala defisiensi.
Jadwal dan dosis pemupukan dapat dilihat
pada tabel 3.
1. Prosedur Sertifikasi
a. Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992
Tentang Sistem Budidaya Tanaman Pasal 13
menyatakan bahwa benih bina yang akan diedarkan
harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Benih bina
yang lulus sertifikasi apabila diedarkan wajib diberi
label.
b. Sertifikasi dilakukan berdasarkan pengajuan
permohonan sertifikasi kepada pelaksana sertifikasi
yaitu Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBP2TP)/UPTD yang menangani
pengawasan mutu benih /Satuan Tugas Perbenihan
yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dengan
didampingi petugas BBP2TP sesuai dengan wilayah
kerjanya.
c. Apabila sertifikasi benih/bibit siap salur memenuhi
standar mutu benih/bibit siap salur lalu diberi label
yang dibuat oleh produsen/sumber benih dan
dilegalisasi oleh pelaksana sertifikasi.
d. Pada label dicantumkan: jenis persilangan, tanggal
label diterbitkan, masa berlaku label.
e. Jika masa berlakunya label telah lewat, maka
peredaran dihentikan dan dilakukan uji ulang, dan
apabila masih memenuhi standar mutu benih dapat
diedarkan kembali.