Anda di halaman 1dari 21

BAB III

PELAKSANAAN PRAKERIN

PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

PEMBIBITAN

Definisi Pembibitan Secara Umum

Pembibitan merupakan proses untuk menumbuhkan dan


mengembangkan benih atau kecambah menjadi bibit yang siap untuk
ditanam.

Pembibitan tanaman kelapa sawit merupakan kegiatan


menumbuhkan dan merawat kecambah hingga menjadi bibit siap
untuk ditransplanting ke lapangan.

1
Syarat Lokasi Pembibitan
Ada beberapa syarat lokasi pembibitan yang harus dipenuhi dalam pembibitan kelapa sawit
yaitu, sebagai berikut:

a) Topografi Lokasi Pembibitan Datar/Rata


 Permukaan lokasi bibitan yang datar/rata dengan sudut
kemiringan < 15%, memudahkan dalam perawatan bibit.
 Lokasi yang rata bisa memuat jumlah bibit yang banyak.

b) Lokasi Pembibitan Dekat dengan Sumber Air dan Kualitas Air yang Baik

 Selama masa pembibitan, Kelapa sawit membutuhkan air dalam


jumlah yang banyak. Keberadaan sumber air yang dekat
memudahkan dalam penyiraman bibit.
 PH air untuk penyiraman > 4,5.

c) Lokasi Pembibitan Memiliki Sistem Irigasi yang Lancar

 Semua bibit harus mendapatkan air yang diperlukan secara


merata. Sistem irigasi dikatakan bagus jika mampu memenuhi
air bagi bibit dan tidak ada air yang menggenang/banjir.
 Genangan air/banjir pada lokasi pembibitan dapat
mengakibatkan akar bibit akan busuk dan bibit akan mati.

2
d) Lokasi Pembibitan memiliki Alat Pengukur Curah Hujan

“ Tersedianya di lokasi pembibitan alat ukur curah hujan (Ombrometer), yang


ditempatkan di halaman terbuka tanpa penghalang atau tinggi penghalang < 54° dari
horizontal di sekelilingnya”.

e) Lokasi Pembibitan Berada pada Lokasi yang Mudah dijangkau

“ Lokasi pembibitan haruslah mudah dijangkau untuk mempermudah mobilisasi dan


pengangkutan bibit ”.

f) Lokasi Pembibitan Mudah Diawasi

 Lokasi pembibitan sebaiknya berada dekat dengan wilayah


pemukiman, agar mempermudah dalam pengawasan bibit secara
intensif.
 Transportasi tenaga kerja ke lokasi pembibitan bisa lebih dekat
dan tidak mengeluarkan biaya transportasi.

g) Lokasi Pembibitan Aman dari Pencurian dan Binatang Ternak

 Lokasi pembibitan bebas dari hama dan penyakit.


 Kadang kala binatang ternak seperti ayam, kambing, dan kerbau
juga dapat merusak bibit kelapa sawit.

3
Tahap Pembibitan

1. Tahap Pembibitan Prenursery

Tahap ini sering disebut sebagai tahap pembibitan awal atau pembibitan kecil
dengan waktu pemeliharaan bibit sekitar 3 bulan.

Ada beberapa tahap pembibitan prenursery, yaitu sebagai berikut:


1) Pemilihan Lokasi Pembibitan Prenursery
*Lokasi pembibitan prenursery memperhatikan syarat lokasi pembibitan yang baik.*
2) Pembuatan Naungan Pembibitan

a) Pembuatan Naungan bertujuan untuk menghindari bibit terkena cahaya matahari


langsung, menghindari dari serangan hama dan keamanan.
b) Ukuran bangunan naungan disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana KKS yang
masuk.
c) Penggunaan atap paranet 60% atau pelepah hanya selama 2 bulan dan mulai dikurangi
saat bibit berumur 1 bulan.

4
3. Pembuatan Bedengan Pembibitan
a) Pembuatan bedengan bertujuan untuk memudahkan penyusunan polybag.
b) Ukuran bedengan 10 m × 1,2 m (untuk 1.000 polybag) dan jarak antar bedengan
0,75-1 m.

4. Pengisian Baby Polybag


a) Ukuran polybag 23 cm × 15 cm × 0,1 mm dengan lubang perforasi.
b) Media tanam (tanah) berasal dari tanah top soil (lapisan tanah atas yang banyak
mengandung bahan organik dan memiliki kemampuan menyerap air yang baik) yang
di ayak dengan ukuran 1 cm² dan dicampur dengan pupuk Rock phosphate sebanyak 5
gr/polybag.
c) Polybag yang telah diisi tanah disusun ke bedengan.

5
5. Penanaman Kecambah Kelapa Sawit (KKS)
a) Sebelum KKS ditanam, terlebih dahulu dilakukan pengecekan dan perhitungan jumlah
KKS setiap bag dan untuk mencocokkan dengan surat jalan pengantar KKS.
b) Pengecekan KKS juga dilakukan untuk memisahkan KKS normal, Abnormal (patah,
dll), dan Double tone.
c) KKS Double tone ditanam pada bedengan terpisah dengan KKS yang normal, dan
pemisahan Double tone dilakukan pada umur bibit 6-8 minggu.
d) Penanaman KKS pada kedalaman ± 2 cm dari permukaan tanah dalam polybag dengan
posisi Plumula (bakal batang) ke atas dan Radikula (bakal akar) ke bawah.

6
6. Pemeliharaan Bibit
Setelah KKS ditanam, tahapan yang paling menentukan keberhasilan adalah tahapan
pemeliharaan bibit. Pemeliharaan pada tahapan Prenursery terdiri dari:
 Penyiraman Bibit dilakukan setiap hari, pagi dan sore kecuali pada saat hujan dengan
curah hujan > 5 mm atau sesuai kebutuhan

Umur bibit Kebutuhan


(bulan) air (L)
1 bulan 0,1
2 bulan 0,2
3 bulan 0,3

 Pemupukan dlakukan sesuai anjuran dan rekomendasi dari perusahaan pengadaan


KKS.

 Konsolidasi dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali atau sesuai kondisi di pembibitan,
seperti penambahan tanah untuk menutup kecambah yang terlihat, penegakkan posisi
polybag, dan genangan air dalam polybag.
 Pengendalian gulma dilakukan di dalam dan di luar polybag rutin setiap 2 minggu
sekali atau sesuai dengan kondisi di pembibitan secara manual.
 Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin 2 minggu sekali dan sesuai
dengan kondisi serangan di pembibitan, dengan aplikasi insektisida dan fungisida
dengan konsentrasi 0,2% sebagai upaya pencegahan.

7
Keterangan: penyemprotan pada tahap prenursery

7. Seleksi Bibit

a. Tujuan utama seleksi bibit adalah untuk mendapatkan kualitas bibit kelapa sawit yang
baik dan tidak sampai bibit jelek tertanam di lapangan.
b. Seleksi bibit pada tahap prenursery ini dilakukan setiap bulan, dengan mencatat serta
mendokumentasikannya.
c. Pada bulan pertama, seleksi dlitujukan pada bibit yang tidak tumbuh.
d. Pada bulan ke-2 dan ke-3 dilakukan sesuai kriteria standar seleksi bibit, seperti;
Tumbuh kerdil, daun memutar, daun tidak sempurna.
e. Terhadap bibit hasil seleksi ini dipisahkan dari bedengan dan dilakukan pemusnahan.

8
b. Tahap Pembibitan Mainnursery

Tahap ini sering disebut sebagai Pembibitan Utama atau Pembibitan Besar dengan
waktu pemeliharaan bibit yaitu 6-9 bulan. Beberapa tahap dalam pembibitan
Mainnursery adalah sebag berikut.

1. Pemilihan Lokasi Pembibitan Mainnursery


a) Lokasi pembibitan Mainnursery memperhatikan syarat lokasi pembibitan yang
baik.
b) Lokasi pembibitan bebas dari gulma dan penghalang lainnya.

2. Pengisian Polybag
a) Ukuran polybag 50 cm × 40 cm × 0,2 mm dengan lubang perforasi.
b) Media tanam (tanah) berasal dari tanah top soil yang diayak dengan ukuran 1
cm² dan dicampur dengan pupuk Rock Phosphate sebanyak 50 gr/polybag.
c) Pengisian polybag sebaiknya sudah selesai dilakukan minimal 2 minggu
sebelum transplanting dan disiram setiap hari.

3. Pengajiran / Pancang Persiapan Instalasi Penyiraman Bibit


a) Pengajiran/pemasangan pancang untuk menandai jarak penyusunan polybag
(segi tiga sama sisi dengan jarak 90 cm × 90 cm). Kegiatan ini bisa dilakukan
di awal sebelum pengisian polybag atau bersamaan dengan pengisian polybag.
b) Pengerjaan pengajiran diikuti dengan pemasangan instalasi penyiraman,
sehingga pada saat polybag sudah tersusun dapat segera disiram.

4. Transplanting PN/ Pemindahan Bibit


a) Pemindahan bibit dilakukan tepat pada umur 3 bulan (12 minggu).

9
b) Pembuatan lubang ditengah polybag dengan menggunakan pipa ukuran 4 inch
dengan kedalaman ±18 cm.
c) Pemberian pupuk lubang dengan 50 gr/ lubang Rock Phosphate.
d) Pengeceran bibit ke setiap polybag yang telah dilubangi dan diberi pupuk.
e) Melepaskan Baby Polybag sebelum ditanam dengan hati-hati supaya tanah
tidak pecah dari perakaran bibit.
f) Penanaman Bibit dilakukan dengan sangat hati-hati dengan posisi batang tegak
lurus (tidak boleh miring/doyong).

5. Pengelompokan Bibit/Ploting
a) Pengelompokan bibit bertujuan untuk membedakan jenis bibit/varietas,
memudahkan dalam menghitung kebutuhan material seperti pupuk dan
pestisida.
b) Setiap plot diberi papan identitas yang memuat informasi varietas bibit, tanggal
tanam, tanggal transplanting, dan jumlah bibit.

10
6. Pemberian Mulsa
a) Pemberian mulsa dari bahan organik seperti cangkang dan fiber kelapa sawit
sebanyak ± 500 gr/polybag.
b) Tujuan pemberian mulsa ini adalah untuk menjaga kelembaban tanah didalam
polybag, menekan pertumbuhan gulma dan cadangan bahan organik bagi bibit.

7. Pemeliharaan Bibit
Keberhasilan dalam pembibitan ada pada tahapan pemeliharaan bibit, pemeliharaan
pada tahapan Mainnursery ini terdiri dari:
a) Penyiraman Bibit dilakukan setiap hari, pagi dan sore kecuali pada saat hujan
dengan curah hujan > 5 mm atau sesuai kebutuhan.

11
Sistem penyiraman bibit ada 2, yaitu:
 Hand Watering/ penyiraman manual untuk kapasitas bibit < 10.000
bibit.

 Lay Flat Tube Irrigatiob/ Penyiraman sistem pipa irigasi untuk


kapasitas bibit > 10.000 bibit.

Kebutuhan air untuk bibit:

Umur bibit (bulan) Kebutuhan air (L)


1 bulan 1
2 bulan 2
3 bulan 3
>3 bulan >3

b) Pemupukan dilakukan sesuai anjuran dan rekomendasi dari perusahaan


pengadaan KKS.

12
c) Konsolidasi dilakukan rutin setiap bulan atau sesuai kondisi di pembibitan,
seperti memperbaiki posisi polybag, penambahan tanah, penegakkan alur
polybag, dan pembersihan selang penyiraman.
d) Pengendalian Gulma dilakukan secara manual didalam polybag rutin setiap 2
minggu sekali atau sesuai kondisi di pembibitan. Untuk gulma diluar polybag
dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida setiap bulan dengan alat
semprot dilengkapi dengan sungkup.
e) Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan secara rutin 2 minggu sekali dan
sesuai dengan kondisi serangan di pembibitan, dengan aplikasi insektisida dan
fungisida dengan konsentrasi 0,2% sebagai upaya pencegahan.

8. Seleksi Bibit
a) Pada tahapan Mainnursery, seleksi dilakukan pada bibit umur 6, 9, dan 12
bulan.
b) Kategori bibit yang harus diseleksi antara lain adalah daun bibit kerdil, pangkal
batang kecil, jarak pelepah daun yang sempit, jarak pelepah daun yang jarang,
daun tidak membuka/ tidak pecah, daun berwarna tidak segar, dll.
c) Bibit hasil seleksi dicabut/ dicincang dan didokumentasikan dalam berita acara.

9. Monitoring Keragaan Bibit (Performance)


a) Pengamatan dilakukan rutin setiap bulan dengan parameter tinggi bibit,
diameter batang,dan jumlah daun.
b) Penanaman ke lapangan dilakukan pada umur bibit 12 bulan.

13
PERMANENAN KELAPA SAWIT

TAHAPAN PANEN KELAPA SAWIT


Tanaman Kelapa Sawit adalah salah satu tanaman penghasil minyak nabati, oleh sebab itu
tujuan panen adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas
minyak yang baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu tahapan panen yang benar.

1. Memastikan Tandan Buah Segar (TBS) atau Buah Yang Akan Dipanen Adalah
TBS Yang Telah Matang Sempurna
a) Kandungan minyak pada daging buah telah maksimal pada saat buah telah
matang.
b) Ciri-ciri buah matang ditandai dengan berubahnya warna kulit buah menjadi
merah jingga dan membrondolnya buah.
c) Jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan menjadi dasar untuk
panen buah.

Standar matang buah terdapat 1 – 2 brondolan di piringan.

14
2. Memotong Pelepah Bawah Buah
a) Daun pada tanaman berfungsi sebagai dapur bagi tamaman dalam proses

pemasakan makanan.
b) Begitu pula untuk tanaman kelapa sawit, jumlah pelepah yang di pertahankan
pada pokok sangat menentukan jumlah dan bobot buah yang akan dihasilkan.
Apabila pelepah terlalu banyak maka buah yang dihasilkan tidak sempurna
(buah abnormal) dan apabila pelepah terlalu sedikit maka banyak muncul
bunga jantan.

Jumlah pelepah yang harus dipertahankan:

Umur Lingkar pelepah Jumlah pelepah per Pokok


tanaman (Tingkat)
(tahun)
≤3 Tidak di perbolehkan memotong pelepah kecuali pelepah
kering saat tunas buah pasir.
4-7 6-7 48-56 (songgo 3)
8-14 5-6 40-48 (songgo 2)
≥15 4 32-36 (songgo 1)

Tujuan mempertahankan pelepah:


 Agar pelepah-pelepah yang tidak berfungsi tidak mengambil makanan
dari batang.

15
 Mempermudah pekerjaan panen (melihat dan memotong buah matang).
 Menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang.
 Menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama
dan penyakit.
 Memperlancar proses penyerbukan secara alami.
3. Memotong Buah
Pemotongan Tandan Buah Segar (TBS) dilaksanakan dengan menggunakan alat:
•Dodos = > Untuk tanaman muda
•Egrek = > Untuk tanaman
Standar pemotongan TBS adalah dipotong semepet mungkin dengan batang tanaman.

4. Tandan Diletakkan Pada Piringan Arah Ke Pasar Pikul


Tujuan:
a) Mempercepat proses pengangkutan buah ke TPH.
b) Mencegah ketinggalan buah di piringan, gawangan mati, dan parit.

5. Merumpuk/ Menyusun Pelepah Pada Gawangan Mati


Tujuan:
a) Mempermudah aktivitas pekerjaan panen, kutip brondolan, perawatan piringan,
dan pemupukan.
b) Menekan pertumbuhan gulma pada gawangan mati.
c) Mencegah erosi dan pencucian pupuk pada areal bergelombang.
d) Sebagai bahan organik bagi tanaman.

16
e) Untuk menghindari kecelakaan kerja (tertimpa buah atau pelepah) saat panen,
jarak minimal pemanen dengan pokok adalah 2 meter. Maka standar lebar
piringan bebas dari pelepah adalah 2 meter dari pangkal batang.

6. Memotong Tangkai/Gagang Buah


Tangkai buah dipotong semepet mungkin dengan menggunakan kampak.

Tujuan:
Mengurangi hilangnya minyak pada saat proses di PKS, karena tangkai yang
panjang dapat menghisap minyak. Hal ini dilakukan dilapangan merupakan
tindakan prepentif untuk mencegah terjadinya kehilangan minyak.

17
7. Mengangkut Buah ke TPH
Buah yang telah dipanen segera di angkut ke TPH dengan menggunakan lorri atau
di panggul pada daerah lebung.
8. Menyusun Buah di TPH
Tujuan:
a) Mempermudah proses pemuatan buah ke kendaraan.
b) Mempermudah penghitungan buah oleh kerani untuk pelaporan administrasi
hasil panen.

9.Membuat Nomor Pemanen Pada Tangkai/Gagang Buah


Tujuan:
a) Sebagai identitas kebun buah inti.
b) Mencegah kesalahan hasil perhitungan oleh kerani untuk tiap pemanen.

10. Pengutipan Brondolan

18
Brondolan merupakan bagian dari buah yang mengandung banyak minyak,
Pengutipan brondolan dilakukan setelah buah dari pohon di panen agar semua produksi
dapat terkutip.

Selain tahapan panen tersebut diatas, hal yang sangat penting untuk meningkatkan
mutu panen adalah:
*Rotasi Panen
*Pengancakan Panen
*Penyelesaian Acak Panen dan Pengeluaran Buah Secepatnya

Faktor Pendukung dan Penghambat

19
• Faktor Pendukung
 Lengkapnya fasilitas praktek kerja yang diberikan oleh
perusahaan.
 Koordinasi yang baik dari karyawan di PT. PALM LAMPUNG
PERSADA saat melaksanakan praktek kerja industri.

• Faktor Penghambat

 Kurangnya ilmu serta bimbingan yang diberikan kepada penulis


untuk menghadapi praktek kerja industri.
 Kurangnya komunikasi antara siswa/i dengan pembimbing
sehingga terbatasnya ilmu yang diketahui dan disampaikan.

BAB IV

20
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari uraian laporan diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut.

a. Suatu perusahaan dalam dunia usaha merupakan hal yang terpenting yang harus
memiliki kejujuran, keuletan, dan keahlian dalam bidang usaha.
b. Sangat pentingnya Ilmu pengetahuan perkembangan-perkembangan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Saran
Setelah Penulis Melaksanakan Praktek Kerja Industri, Perusahaan Memberikan Saran-Saran
Sebagai Berikut.

a. Bagi Para Siswa/I Hendaknya Bersungguh-Sungguh Dalam Menerapkan Dan


Mengembangkan Teknologi Yang Ada Dalam Sekolah.
b. Kepada Siswai/I Yang Hendak Melaksanakan Praktek Kerja Industri Mendatang
Diharapkan Agar Lebih Kreatif Dan Inovatif.

21

Anda mungkin juga menyukai