Anda di halaman 1dari 27

USAHA PERTANIAN

Oleh :
Begem Viantimala
USAHA PERTANIAN :

A. Perkembangan Pertanian

B. Ekonomi Pertanian

C. Teknologi Pertanian

Begem Viantimala
A.1. PERKEMBANGAN PERTANIAN “SISTEM PRODUKSI
BERDASARKAN TRANSFER ENERGI LINGKUNGAN KEPADA
MANUSIA”
• Ekotipe (ecotype) adalah sistem pengalihan (transfer) energi dari
lingkungan kepada manusia.

• Ekologis kaum tani terdiri dari seperangkat pengalihan makanan


dan seperangkat alat-alat untuk menggunakan sumber-sumber
energi anorganik untuk proses produksi.

• Ekotipe terdiri dari ekotipe paleoteknik dan neoteknik

• Paleoteknik adalah ekotipe yang ditandai oleh penggunaan


tenaga kerja manusia dan hewan.

• Neoteknik adalah ekotipe yang memiliki ketergantungan yang


besar terhadap energi yang berasal dari bahan bakar dan kepada
keterampilan-keterampilan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan.

Begem Viantimala
A1.1. EKOTIPE PALEOTEKNIK
• Merupakan wujud nyata dari revolusi pertanian pertama pada tahun
7000-6000 SM.

• Karakteristik utamanya mengandalkan manusia dan hewan :


– manusia dan hewan digunakan untuk menghasilkan bahan
makanan guna lebih banyak mengembangbiakan manusia dan
hewan .

– Pencocok tanam (cultivator) dan bukan pencocok tanam hidup dari


hasil tanaman yang sama.

– Produksi diarahkan untuk menghasilkan makanan biasanya padi-


padian seperti gandum, rye dan jawawut.

– Terdapat mesin-mesin sederhana yang memanfaatkan tenaga


angin dan air seperti kapal, pompa, kincir angin.

– Keterampilan bercocok tanaman berasal dari keterampilan yang


tradisional bukan berasal dari pakar/spesialis.
Begem Viantimala
BENTUK-BENTUK EKOTIPE
PALEOTEKNIK
1. sistem dimana tanah yang sudah tandus dibiarkan menganggur untuk
jangka waktu lama (long-term fallowing systems) atau sistem huma
(swiden).

2. sistem tanam sebagian (sectorial fallowing systems). Tanah yang dapat


ditanami dibagi menjadi dua sektor atau lebih yang ditanami selama 2 atau
3 tahun lalu dibiarkan kosong selama 3 atau 4 tahun. Alat yang
digunakan adalah tajak atau tongkat pencocok.

3. system tanam-bergilir dengan siklus singkat (short-term fallowing) atau


sistem tanam gandum eurasia (eurasian grainfarming).

4. sistem tanam permanen (permanent cultivation). Sistem yang berkaitan


dengan teknik-teknik untuk menjamin adanya penyediaan air yang
permanen bagi tanaman yang sedang tumbuh atau dikenal dengan
sistem hidrolik (hidraulic system).

5. sistem penanaman permanen lahan-lahan pilihan (permanent cultivation of


favored plots) yang dikombinasikan dengan satu jalur tanah di daerah
belakang (hinterland) yang dimanfaatkan secara sporadis.
Begem Viantimala
1. SWIDEN (HUMA)

Tahap menanam :

• tanah dibuka dengan jalan membakar vegetasi yang menutupinya.

• benih ditaburkan diatas tanah itu, biasanya tanpa diberi pupuk tambahan
selain abu vegetasi yang sudah dibakar itu.

• lahan itu ditanami selama 1 tahun atau lebih, tergantung kepada keadaan
setempat.

• lahan itu kemudian ditinggalkan untuk waktu tertentu agar menjadi subur
kembali.

• lahan baru dibuka untuk ditanami.

• Urutan itu diulangi dengan sejumlah lahan, sampai si petani kembali ke


lahan yang pertama kali dibuka, dan mengulangi siklusnya.
Begem Viantimala
3. SISTEM TANAM PADI-PADIAN EURASIA

• Pengolahan tanah berkaitan erat dengan pemeliharaan hewan ternak.

• Hewan-hewan kerja yang besar menarik bajak dan garu.

• Hewan-hewan itu juga menghasilkan pupuk untuk ladang dan membantu


dalam penebasan.

• Mereka juga menghasilkan daging dan susu, kulit dan wol, dan dapat
ditunggangi atau digunakan untuk menarik gerobak dan kereta.

• “Hewan kerja”, menurut Pfeiffer, merupakan “leluhur yang sesungguhnya


dari mesin-mesin moderen”.

• Ekotipe ini bisa sangat menguntungkan di daerah-daerah yang


bercirikan kelangkaan tenaga kerja untuk pertanian.

Begem Viantimala
3.1. EKOTIPE MEDITERANIA

– Tanah dibagi dalam dua lahan, masing-masing digunakan


secara bergantian sebagai ladang dan sebagai tempat
menggembalakan ternak.

– Alat pertanian yang karakteristik adalah bajak-garu, atau


ard, semacam aratrum bagi orang-orang romawi.

– Hewan ternak yang dipelihara biasanya ternak kecil


seperti kambing.

Begem Viantimala
3.2. EKOTIPE TRANSALPINA
 Alat yang dominan adalah bajak moderen yang sudah diperbaiki. Atau seperti
bajak beroda.

 Pekerjaan membajak pada ekotipe ini dilakukan dengan jalan membajak dalam satu
arah saja, memecahkan tanah yang berumput sambil membuat alur.

 Pembajakan lalu dilakukan dari arah yang berlawanan, sehingga menghasilkan


petak-petak khas yang berupa jalur-jalur panjang.

 Pada ekotipe ini terjadinya persaingan antara penggunaan tanah untuk subsistensi
manusia dan penggunaannya untuk subsistensi hewan.

 Ekotipe transalpina itu mula-mula hanya mengenal siklus rotasi antara dua
lahan, di mana lahan-lahan itu secara bergiliran ditanami dan dipanen lalu dibiarkan
sebagai tempat gembala ternak, kira-kira seperti yang terjadi di Mediterania.

 Berkembang pola-pola rotasi lahan yang lebih kompleks. Lahan-lahan mungkin


ditanami berturut-turut dengan tanaman berlainan selama beberapa tahun
berturut-turut.

 Iklim yang lebih baik ditanami gandum, sedangkan daerah yang kondisi iklim
yang jelek ditanami rye dan jawawut.
Begem Viantimala
A1.2. EKOTIPE NEOTEKNIK

• Ekotipe neoteknik sebagian besar merupakan keturunan revolusi pertanian


kedua yang lahir di Eropa, dan berlangsung sejalan dengan perkembangan
industri, terutama dalam abad ke-18.

• Karakteristik ekotipe neoteknik:

 pengolahan tanah pertanian sepanjang tahun, dibantu oleh


pengembangan rotasi jenis tanaman dan penggunaan pupuk buatan.

 Rotasi jenis tanaman dipraktekkan di Flanders menjelang awal abad


ke-15,

 Dilakukan beriringan dengan sistem Norfolk, yakni rotasi yang


sistematik dalam musim-musim yang berurutan antara gandum, turnip
(sejenis lobak), dan clover di ladang yang sama.

 perbaikan mutu tanaman dan ternak.

 Studi kedokteran hewan diletakkan di atas landasan yang lebih ilmiah.

Begem Viantimala
LANJUTAN…

 didatangkannya tanaman-tanaman yang sama sekali


baru dari daerah-daerah lain.

 digunakannya mesin-mesin baru, seperti bajak yang


dapat diputar yang terbuat dari besi cor dan ditarik oleh
dua kuda, mesin tebah yang digerakkan oleh kuda,
penuai yang ditarik oleh kuda, mesin pembuat lubang
untuk menanam benih.

 ciri khas ekotipe seperti ini adalah kecenderungan untuk


memproduksi hasil bumi yang tidak selalu dikonsumsi
oleh petani itu sendiri.
Begem Viantimala
BENTUK-BENTUK EKOTIPE NEOTEKNIK

• Ekotipe hortikultura yang dispesialisasikan “specialized hor ti


cultur”,Ekotipe ini pertama kali muncul di Mediterania.

• Ekotipe perusahaan susu (dairy farming) merupakan sistem


pertanian dengan bajak dengan siklus rotasi lahan yang
pendek di Eropa Kontinental.

• Ekotipe “mixed farming”(pertanian campuran) dimana petani


memelihara ternak dan bercocok tanam untuk tujun-tujuan
komersial.

• Ekotipe hasil perkebunan daerah tropis (crops of the tropics),


seperti kopi atau tebu atau cokelat.

Begem Viantimala
A.2. PERKEMBANGAN PERTANIAN “ PERUBAHAN HAK
MENGIKUTI PANEN BUDIDAYA PADI DI JAWA”

• Dasar pemikiran institusi ini yaitu bahwa setiap orang


mempunyai hak untuk mengambil bagian dalam pekerjaan panen
dan mendapat imbalan in natura (pembayaran atau upah dengan
barang atau hasil bumi) atas peran sertanya.

• Cara panen padi tradisional ditandai sebagai berikut:

• tidak ada pembatasan resmi mengenai jumlah penuai dan pengumpul


(hak panen bebas),
• teknologi yang sederhana, penggunaan pisau pemotong padi,
• upah berdasarkan bagian tertentu dari tanaman padi yang di panen.

Begem Viantimala
BERMACAM-MACAM HAK PANEN

• Terdapat dua macam hak panen yakni hak panen ekskulsif


(milik pribadi) dan hak panen terbuka yang berorientasi
subsistensi.

• Karakteristik sistem panen terbuka yang ditandai dengan:

• kemampuan teknologi yang rendah dalam hubungannya


dengan pengendalian lingkungan dan akibatnya
produktivitas juga rendah.

• mengandung risiko yang kecil, namun benar-benar rasional


dengan tujuan utama untuk segera memenuhi kebutuhan
konsumsi.

• norma atau hak pemilikan terbuka dan non-ekslusif


Begem Viantimala
LANJUTAN

• Analisis mengenai maksimisasi keuntungan (dalam konteks


hak panen ekslusif) :

• penggunaan tenaga kerja untuk memaksimalkan


keuntungan mengakibatkan kerugian terhadap prinsip
subsiten masyarakat.

• perilaku memaksimalan keuntungan hanya mungkin karena


petani mempunyai hak eksklusif untuk memanfaatkan
seluruh hasil padi.

• organisasi hak panen yang diatur secara eksklusif tidak


berfungsi dalam kondisi subsisten.

Begem Viantimala
PERUBAHAN DALAM HAK MENGIKUTI
PANEN

1. Perubahan dalam perbandingan kelangkaan dan perubahan hak


mengikuti panen.

Pada waktu persediaan sumberdaya semakin langka yaitu


dengan mengatur hak pemanfaatan dengan cara yang lebih
eksklusif.

2. Revolusi hijau dan perubahan hak mengikuti panen.

Hak milik terbuka mengurangi pendapatan bersih inovasi.


Dalam hal hak panen eksklusif, hasil yang diperoleh
pemilik lahan atau petani sebagai hasil penerapan
teknologi pupuk dan benih akan lebih besar daripada
dalam sistem panen terbuka.

Begem Viantimala
SISTEM PANEN DI INDONESIA MENURUT TINGKAT
EKSKLUSIVITAS DAN HAK MILIK.
1.Hak mengikuti panen “terbuka” (setiap orang berhak
mengikuti kerja dalam panen)
a. sama sekali terbuka Bawon
b. sama sekali tebuka bagi penduduk desa
c. terbuka bagi orang yang diundang secara tertulis
d. terbuka dengan batasan yang sangat ketat Petok

2.Kaitan hak panen dengan tenaga kerja tidak diupah. Ceblokan


(untuk kegiatan di luar panen seperti menanam, Kedokan
membersihkan, mencangkul). Ngepak-ngedok
a. Kontrak panen terbuka
b. Kontrak untuk kerabat saja
c. Hanya pekerja (bukan petani) mempunyai kontrak

3. Penjualan hak panen untuk waktu terbatas (oleh Tebasan


petani kepada pembeli pertama/pedagang panen)
a. Pembayaran pada saat tebasan setelah panen
b. Pembayaran sebelum panen (kredit) Tebasan + Ijon
Panen dilakukan oleh petani dengan bantuan pekerja
yang mendapat upah

Begem Viantimala
B. EKONOMI PERTANIAN “SISTEM BAGI HASIL”

• Sistem bagi hasil merupakan elemen penting dalam


ekonomi pertanian.

• sistem bagi hasil dan hubungan kerja dengan dasar bagian


hasil yang sedikit bagi penggarap dalam mengolah lahannya
( J.van der kroef
(1954/56,vol.2 hlm.112 dst)

• Asal usul sistem bagi hasil menjangkau jauh ke sejarah dan


berakar pada hukum pemilikan tanah feodal kerajaan di
surakarta dan yogyakarta serta para pendahulunya.

Begem Viantimala
LANJUTAN…

• Untuk daerah yang padat penduduk seperti jawa, bali,


yogyakarta dan surakarta yang kepadatan penduduknya
bertambah dua kali lipat pada tahun 1920 dan 1969
menunjukkan tingkat teknik produksi masih rendah,
tidak ada mekanisasi, kerja manual masih banyak
dipakai.

• Sistem bagi garap yang menyebar luas merupakan


pencerminan kekurangan tanah yang bisa terlihat jelas
dan tidak adanya peluang pekerjaan alternatif.

• Si penggarap berasal terutama dari kelompok sosial


pedesaan bawah

Begem Viantimala
BENTUK-BENTUK DASAR BAGI
HASIL
• 1. Sistem maro (garap separuh, bagi separuh) :

a. sebelum menyerahkan tanahnya kepada penggarap yang dalam sistem


ini disebut sebagai pemaro, pemilik mendapatkan sejumlah uang tertent.
Selain uang ini sulit dibayar oleh penggarap karena penghasilnya sedikit,
kebanyakan pemilik tanah juga mendapatkan bagian 50% hasil panen
per musim tanam.Penggarap menyediakan sarana produksi lainnya,
mendapat sebagian dari hasilyang diperolehnya.

b. sebelum dilakukan penggarapan, pemilik tanah mendapatkan hasil bumi


yang senilai uang sebagai gantinya. Perbandingan bagi hasil dan bagian
masing-masing dalam menyediakan sarana produksi sama seperti tipe
1a.

c. pemilik sebagai satu-satunya penyedia lahan garapan menuntut dari


penggarap mula-mula bagian tertentu biasanya seperdelapan dari hasil
panen. Setelah pengurangan hasil ini, sisanya dibagi diantara mitra
kontrak tersebut secara sama. Penggarap untuk pembagian panen ini
sering harus menyediakan sendiri semua ongkos yang diperlukan,
termasuk tenaga kerja.
Begem Viantimala
LANJUTAN…

• 2. sistem mertelu (bagi tiga garapan, bagi tiga hasil).

Si pemilik tanah yang menyediakan lahan pertanian mendapat dua pertiga


hasil panen karena menyediakan lahan pertanian. Ada juga yang ikut
menyediakan bibit. Penggarap yang kebanyakan harus menyediakan
sarana produksi dan ongkos usaha lainnya, mendapatkan sepertiga panen.

• 3. sistem mrapat (bagi empat garapan, bagi empat hasil).

Bagi hasil ini membagi panen tiga perempat untuk pemilik tanah dan
seperempat untuk penggarap. Kontribusi pemilik tanah dalam penyediaan
sarana berbeda-beda. Sering mereka terbatas hanya menyediakan lahan
dan bibit. Kadang-kadang pemilik tanah juga menyediakan ternak
pembajak, atau menanggung ongkos penanaman dan panen. Fungsi
penggarap terbatas pada pengorganisasian dan pelaksanaan tanam dan
panen, begitu juga pengawasan pertumbuhan padi. Ini merupakan kontrak
kerja dengan dasar bagian panen yang sedikit untuk penggarap.

Begem Viantimala
LANJUTAN…

• Pada penanaman padi gogo, misalnya bagian pemilik tanah


yang menyediakan lahan adalah dua perlima panen.

• penggarap menanggung ongkos lainnya dan mendapat tiga


perlima panen.

• Sistem marolima ini dipakai berbeda-beda juga pada


tanaman kacang. Sedangkan pada penanaman jagung dan
gandum sering memakai sistem bagi hasil tipe 1a.

• Terdapat sromo yakni pembayaran tambahan uang oleh


penggarap kepada pemilik tanah sebelum memulai
penggarapan, seperti yang telah diceritakan pada
penggambaran sistem bagi hasil diatas.
Begem Viantimala
C. TEKNOLOGI PERTANIAN, STRUKTUR SOSIAL DAN
TEKNOLOGI PERTANIAN TEPAT GUNA

• Tata masyarakat dan kondisinya turut menentukan


pemilihan teknologi produksi.

Pemenuhan
• Semakin besar usaha pertanian, semaikn baik situasi
Kebutuhan ekonomi dan semakin tinggi status sosial para
produsen pertanian, maka makin mudah dan makin
meluas penggunaan teknologi budidaya dan
Teknologi
pengolahan modern.

• Model hubungan struktur sosial pertanian dan


Struktur Sosial teknologi pertanian dapat dijelaskan dengan
menunjukkan analisa kebutuhan.

• Bukan teknik yang menentukan struktur sosial atau


sebaliknya struktur sosial menentukan teknik,
melainkan kedua-duanya bersama-sama
ditentukan oleh jenis pemenuhan kebutuhan

Begem Viantimala
PERUBAHAN TEKNOLOGI DALAM PANEN

• Cara panen yang lama :

– pemakaian ani-ani untuk memotong batang padi,

– jumlah pemotong padi yang tak terbatas jumlahnya,

– sebagai upah si pemotong mendapatkan bagian dari jumlah


panen yang dihasilkannya (bawon, 1/7 sampai 1/10 panen)

– pelembagaan dari pemotong yang diinginkan (penderep) dan


pemotong susulan yang tak diinginkan (pengasah) tetapi
diperbolehkan karena alasan tradisi.

– Tak terawasi, kecerobohan dan penipuan

Begem Viantimala
LANJUTAN…

• Cara panen baru :

– pemilik sawah menjual padi yang sudah masak tetapi


belum dipanen kepada pengusaha panen (penebas).

– Jumlah pemotong dibatasi dan diawasi.

– Pemakaian sabit karena memberi hasil lebih besar dan


pemakaian timbangan.

– Pembayaran upah tarif tertentu dalam bentuk uang.

– Rasional, lebih efisien, meningkatkan hasil dan


keuntungan.

Begem Viantimala
LANJUTAN…

• Perubahan dalam pemaknaan subak

• Muncul kelompok-kelompok swadaya kecil yang terbentuk secara


spontan dari 4 sampai 20 petani hamparan sawah untuk
memperjuangkan kepentingan bersama mereka.

• Perubahan pandangan anggota subak.

• Setelah perubahan sistem pengairan sekunder (1977) dan sistem


pengairan tersier (1981-1983) petani hidup dalam keyakinan bahwa
sistem pengairan sekarang menjadi tanggung jawab pemerintah.

– Mereka lalu berkesimpulan bahwa mereka sekarang tidak bertanggung


jawab untuk pemeliharaan sistem pengairan tersier.

– Akibatnya, kegiatan gotong-royong menurun drastis.

Begem Viantimala
Contoh : DAMPAK SOSIOLOGI DARI INOVASI
TEKNIK PENGAIRAN

• Inovasi teknik pengairan di bali yakni sistem pembangunan konstruksi


pemerintah (ngerirun) dgn sistem lama yang biasa dipakai (numbak).

• Adanya perubahan-perubahan dari sistem numbak ke sistem ngerirun:

– Perubahan pembagian air.

– Prinsip mengalir mempunyai kerugian bahwa sawah yang terletak


disebelah hilir arus kadang-kadang kekurangan air, terutama yg
mendapatkan airnya dari kolam sistem ngerirun.

– Perubahan dalam kegiatan menajemen subak.

– Tugas pimpinan subak menjadi lebih ringan, karena hampir tidak perlu
lagi dilakukan perbaikan bersama.

Begem Viantimala

Anda mungkin juga menyukai