Anda di halaman 1dari 6

Dorong Investasi Asing, DPB2 OJK Gelar Seminar Prospek dan Peluang

Investasi
5 DESEMBER 2017

0 0

Departemen Pengawasan Bank 2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menyelenggarakan seminar bertajuk
Prospek dan Peluang Investasi di Indonesia bagi Kantor Perwakilan (KPw) Bank Asing di Menara Radius
Prawira Lantai 25, Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Rabu (6/12).
Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, Heru Kristiyana akan menjadi keynote speech dalam seminar
tersebut. Kegiatan itu turut dihadiri oleh pimpinan KPw Bank Asing dan pejabat dari BKPM, Bappenas,
ESDM, serta BI.
Penyelenggaraan seminar dilatarbelakangi oleh semakin tingginya minat investasi investor asing di Indonesia.
Hal tersebut tercermin dari realisasi penanaman modal asing per September 2017 mencapai Rp318,5 triliun
atau 62,1% dari total realisasi investasi yang sebesar Rp513,2 triliun.
Sementara itu, berdasarkan data Departemen Pengawasan Bank 2, terdapat 24 KPw dari bank yang
berkedudukan di luar negeri saat ini beroperasi di Indonesia. Hingga triwulan III tahun 2017, KPW telah
menyalurkan kredit sebesar Rp71 triliun, tumbuh 12% dari posisi Desember 2016 sebesar Rp63 triliun. Selain
itu, KPw juga berkontribusi untuk menjembatani rencana strategis dari Kantor Pusat di Tanah Air.
Oleh karena itu, penyelenggaraan seminar ini diharapkan KPw dapat memperoleh gambaran mengenai kondisi
perekonomian dalam negeri, potensi di daerah-daerah, dan informasi proses perizinan investasi yang
dibutuhkan investor di negara-negara asal KPw dalam memutuskan investasinya di Indonesia.

Regulator Pasar Modal Luncurkan Standar Green Bond ASEAN untuk Pacu
Investasi Berkesinambungan

Forum Pasar Modal ASEAN (ACMF) hari ini menyelenggarakan Konferensi Pasar Modal ASEAN
perdana di Kuala Lumpur, Malaysia.

Dengan tema "Menguatkan Konektivitas Pasar Modal ASEAN," konferensi itu dihadiri lebih dari 300
peserta yang berasal dari kawasan ASEAN, yang mewakili emiten, investor, perantara, regulator dan
pakar dari sejumlah lembaga seperti Asian Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank,
Asosiasi Pasar Modal Internasional dan Bank Dunia.

Sesi panel di konferensi itu membahas topik-topik yang penting bagi pertumbuhan dan peluang di
kawasan ASEAN, antara lain pembiayaan infrastruktur dan green financing (pembiayaan bagi proyek
ramah lingkungan), tata kelola perusahaan, dan dinamika pasar yang kerap berubah dalam era
digitisasi.

Peluncuran Standar Green Bond (Obligasi Ramah Lingkungan) ASEAN (AGBS) dilakukan bersamaan
dengan Konferensi Pasar Modal ASEAN. Standar ini disusun berdasarkan Prinsip Prinsip Obligasi
Ramah Lingkungan ICMA yang kemudian disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dan komitmen
ASEAN. Label AGBS hanya dapat dipakai emiten dan proyek di kawasan ASEAN dan secara khusus
tidak berlaku bagi proyek yang terkait dengan bahan bakar fosil.

Studi yang belum lama ini dilakukan oleh Bank Dunia dan ACMF menegaskan adanya potensi yang
sangat besar bagi green financing di ASEAN dengan penerbitan obligasi ramah lingkungan
diproyeksikan akan meningkat hingga mencapai 1 triliun dolar pada tahun 2020.

"ASEAN harus tumbuh dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Pertumbuhan tidak
boleh diraih dengan membebani generasi masa depan. Kita perlu mendukung upaya melindungi
lingkungan dan Standar Obligasi Ramah Lingkungan ASEAN akan membantu pengalokasian sumber
daya ke investasi yang ramah bagi iklim. Dengan gembira saya juga mengumumkan bahwa SEC
Filipina telah memberikan komitmen untuk menandatangani Nota Kesepakatan ASEAN tentang
Skema Investasi Kolektif (CIS), bergabung dengan Singapura, Malaysia dan Thailand," kata Ketua
ACMF Ranjit Ajit Singh.
"Pada saat yang sama, dalam Pertemuan ACMF ke-27 yang diadakan kemarin, ACMF juga sepakat
akan memfasilitasi peningkatan mobilitas tenaga profesional pasar modal. Inisiatif ini pada akhirnya
akan menciptakan jalur yang memungkinkan para profesional ini memperoleh lisensi dari salah satu
anggota ACMF untuk memberikan layanan yang disampaikan dalam yurisdiksi negara anggota
ACMF lain tanpa perlu memenuhi persyaratan tambahan," tambah Ranjit.

"Kami menyambut baik penyelarasan AGBS dengan Prinsip Prinsip Obligasi Ramah Lingkungan, yang
melambangkan pedoman internasional sukarela yang merekomendasikan transparansi dan
keterbukaan (disclosure), serta mengusung integritas dalam pasar obligasi ramah lingkungan. Kami
juga mengucapkan selamat atas prakarsa mengagumkan ACMF untuk memperkenalkan Standar
Obligasi Ramah Lingkungan ASEAN, dan mendukung pertumbuhan Obligasi Ramah Lingkungan
ASEAN serta kesesuaiannya dengan pasar internasional," ujar Chief Executive ICMA Martin Scheck

Permodalan Nasional Berhad (PNB), melalui PNB Merdeka Ventures Sdn Bhd (anak usaha yang
dimiliki sepenuhnya oleh PNB), adalah emiten pertama di ASEAN yang berjanji akan menerapkan
AGBS dalam penerbitan sukuk untuk membiayai konstruksi Menara Warisan Merdeka, yang akan
menjadi gedung tertinggi ketiga di dunia setelah selesai dibangun.

ACMF akan terus memegang komitmennya untuk meningkatkan konektivitas ASEAN dan
memfasilitasi pengembangan solusi pasar, dengan melibatkan dan bekerja sama dengan industri
terkait dan pemangku kepentingan melalui dialog. Forum itu juga akan meningkatkan interaksi
dengan Panel Konsultatif Industri yang didirikannya untuk mengumpulkan masukan dari industry
bagi proposal-proposal yang disampaikannya.

OJK akan Rilis Aturan Baru Pembiayaan


3.

Infrastruktur
Ketua Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali menandatangani dokumen saat pelantikan anggota
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang baru di Jakarta, Kamis (20/7). (Liputan6.com/Angga
Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengembangkan produk sebagai
bagian dari pengembangan pasar modal. Pengembangan produk ini juga diarahkan untuk
memfasilitasi program pemerintah terutama pembangunan infrastruktur.

Demikian disampaikan Anggota Dewan Komisioner OJK periode 2017-2022 Nurhaida usai sumpah
jabatan di Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

"Kalau pasar modal banyak hal yang perlu dilakukan dan sudah dipersiapkan sebetulnya oleh OJK.
Antara lain bagaimana meningkatkan jumlah produk, utamanya mendukung program-program
pemerintah terkait dengan rencana pemerintah untuk infrastruktur," kata dia.
Nurhaida mengatakan, pasar modal ialah salah satu sumber pembiayaan yang cocok untuk
infrastruktur. Pasalnya, infrastruktur membutuhkan pembiayaan jangka panjang. "Pasar modal salah
satu tempat sumber pembiayaan yang cocok untuk pengembangan infrastruktur," ujar dia.

Nurhaida mengatakan, dalam waktu dekat OJK akan merilis aturan terkait dengan pembiayaan
infrastruktur. Aturan ini telah dipersiapkan Anggota Dewan Komisioner periode sebelumnya.

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini ada peraturan infrastructure fund itu sudah akan keluar.
Beberapa hari lalu ditanya saya katakan tahun 2017, Insya Allah minggu depan sudah bisa kita
terapkan," kata dia.

Dia mengatakan, peraturan tersebut terkait penerbitan efek beragun aset (EBA) khususnya di
bidang infrastruktur. Di dalamnya, berisi kemudahan-kemudahan terkait pembiayaan di bidang
infrastruktur.

"Kemudahan, misalnya KIK-EBA harus ada, salah beberapa produk mensyarakatkan


adanya revenue dari proyek. Infrastruktur bisa green field, brown fiel dan lain-lain. Jadi ada
beberapa kondisi dibuat mudah. Tentu ada sisi mitigasi risikonya," ujar dia.

Dia mengatakan, nantinya penerbit produk ini ialah manajer investasi. Dia berharap, dengan aturan
ini nantinya akan menarik minat investor.

"Pada waktu dilakukan forum group discussion (FGD) beberapa pihak masyarakat atau pelaku
industri sudah dilibatkan, jadi kelihatannya peminatnya banyak apalagi kebutuhan besar untuk
membangun infrastruktur. Penting dipahami sosialisasi perlu kita lakukan itu. Sehingga kemudian
banyak pihak yang paham," tandas dia.

Dalam 5 Tahun, OJK Telah Lahirkan


202 Peraturan
Achmad Dwi AfriyadiAchmad Dwi Afriyadi

BEI Gelar Malam Apresiasi Buat Komisioner OJK 2012-2017


Ketua Dewan Komisioner OJK 2012-2017, Muliaman D Hadad menyampaikan pidato pada malam
apresiasi di Gedung BEI Jakarta, Selasa (18/7). Apresiasi diberikan untuk komisioner OJK 2012-
2017 yang mengakhiri masa tugasnya. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis ratusan regulasi sejak pertama
kali berdiri. Aturan tersebut guna menjalankan fungsi OJK, yakni menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan terintegrasi pada industri keuangan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, OJK telah merilis 202 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK). POJK tersebut termasuk peraturan terkait tax amnesty dan
Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK).

"Sejak tahun 2013 kami telah menerbitkan 202 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), 159
surat edaran, termasuk dua Peraturan OJK yang tentang tax amnesty. Serta kemudian tiga POJK
sebagai tindak lanjut dari UU PPKSK," kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta,
Selasa malam (18/7/2017).

Selain itu, dia mengatakan, OJK telah menerbitkan masterplan jasa keuangan Indonesia.
Masterplan tersebut sebagai acuan pengembangan jasa keuangan dalam lima tahun ke depan.

"Masterplan ini terdiri dari tiga pilar, yaitu mengoptimalkan peran jasa keuangan yang telah
mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi nasional, menjaga stabilitas sistem keuangan
sebagai landasan dari pembangunan yang berkelanjutan, dan yang terakhir mewujudkan
kemandirian finansial masyarakat serta mendukung upaya pemerataan pembangunan," jelas dia.

Dia mengatakan, tahun ini, OJK telah menerbitkan peta jalan (roadmap) sektor jasa keuangan
syariah. Roadmap ini mengintegrasikan sektor jasa keuangan dari tiga sektor yakni perbankan,
pasar modal, dan industri keuangan bukan bank (IKNB).

OJK juga telah memperkenalkan bidang pengawasan berbasis risiko di sektor jasa keuangan.

"Pengawasan secara terintegrasi terhadap konglomerasi juga telah dimulai dengan membentuk
satuan kerja pengawasan konglomerasi di Indonesia untuk memperkuat pelaksanaan pengawasan
terintegrasi," kata dia.
Muliaman menuturkan, OJK juga adaptif pada perkembangan financial technology (fintech). Oleh
sebab itu, OJK juga membentuk satuan tugas dan membentuk dewan pakar fintech untuk
melakukan pengawasan serta pengembangan industri fintech.

"Dengan berbekal kepada peraturan dan pengawasan yang lebih baik, ini patut kita syukuri di
tengah ekonomi global dan domestik yang masih penuh dinamika, karena kita masih bisa
melewatinya dengan baik," ucap dia.

Dikutip dari laman OJK, Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan terintegrasi terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di
sektor perbankan, pasar modal, industri keuangan non bank, dan lainnya.

Tugas pengawasan industri keuangan nonbank dan pasar modal resmi beralih dari Kementerian
Keuangan dan Bapepam-LK pada 31 Desember 2012. Sedangkan pengawasan perbankan beralih
ke OJK pada 31 Desember 2013, lalu lembaga keuangan mikro pada 2015.

Anda mungkin juga menyukai