0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas tentang hama ulat tritip (Plutella xylostella) pada tanaman kubis. Ulat tritip dapat merusak tanaman sejak stadium larva dengan memakan daging daun, menyebabkan daun berlubang-lubang. Pengendalian yang direkomendasikan meliputi kultur teknik, musim tanam, pengendalian hayati menggunakan musuh alami dan patogen, perangkap feromon, serta penggunaan insektisida selektif dan biologi
Dokumen ini membahas tentang hama ulat tritip (Plutella xylostella) pada tanaman kubis. Ulat tritip dapat merusak tanaman sejak stadium larva dengan memakan daging daun, menyebabkan daun berlubang-lubang. Pengendalian yang direkomendasikan meliputi kultur teknik, musim tanam, pengendalian hayati menggunakan musuh alami dan patogen, perangkap feromon, serta penggunaan insektisida selektif dan biologi
Dokumen ini membahas tentang hama ulat tritip (Plutella xylostella) pada tanaman kubis. Ulat tritip dapat merusak tanaman sejak stadium larva dengan memakan daging daun, menyebabkan daun berlubang-lubang. Pengendalian yang direkomendasikan meliputi kultur teknik, musim tanam, pengendalian hayati menggunakan musuh alami dan patogen, perangkap feromon, serta penggunaan insektisida selektif dan biologi
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 Plutella xylostella dikenal sebagai ulat tritip atau black diamond, merupakan hama yang penting pada tanaman sayuran yang dapat merusak tanaman sejak fase larva yaitu memakan daging daun tanaman yang muda tetapi kulit ari biasanya tidak dimakan sehingga daun kelihatan noda-noda putih dan sering disebut juga hama putih. Jika kulit ari yang diserang menjadi kering daunnya dan kelihatan akan berlubang-lubang. Plutella xylostella merupakan serangga yang bermetamorfosis sempurna (holometabola) dengan empat stadia hidup yaitu stadia telur, larva, pupa, dan imago. Tingkat populasi larva Plutella xylostella umumnya meningkat semenjak tanaman kubis berumur 5 minggu sampai 9 minggu setelah tanam. Serangan yang berat oleh hama ini dapat menurunkan hasil baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Klasifikasi Plutella xylostella adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Plutellidae Genus : Plutella Species : Plutella xylostella Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari. Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk ramping, berwarna coklat-kelabu, panjangnya ±1,25 cm, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi dewasa. Plutella xylostella merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat. Gejala serangan yang khas adalah daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 58%-100%, terutama di musim kemarau. Larva Plutella xylostella memakan bagain bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Gejala serangan hama ini yang terlihat pada daun sangat khas dan tergantung dari instar larva yang menyerang. Larva instar I memakan daun kubis dengan jalan membuat lubang ke dalam permukaan bawah daun. Setelah itu larva membuat liang-liang korok ke dalam jaringan parenkim sambil memakan daun. Larva instar II keluar dari liang-liang korok yang transparan dan memakan jaringan daun pada permuakaan bawah. Demikian juga dengan larva instar III dan IV memakan daun dalam jumlah yang lebih banyak sehingga meninggalkan cirri yang khas, yaitu lapisan epidermis tipis pada permukaan atas bekas gigitan ulat akan pecah dan menimbulkan lubang besar pada daun. Bila populasi tinggi, kerusakan berat pada daun sering terjadi, yaitu hamper seluruh daun dimakan larva dan hanya meninggalkan tulang-tulang daun. Biasanya hama ini menyerang tanaman yang masih muda, yaitu sebelum tanaman membentuk krop dan paling banyak muncul pada pertanaman berumur 2-6 minggu setelah tanam. Pengendalian dapat dilakukan dengan: Kultur Teknik Melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili brassicaceae, tumpang sari tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan jagung, serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun. Musim Tanam Lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan. Pengendalian Hayati Melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D. semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya. Mekanis Membuat perangkap ngengat berupa sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun kubis. Kimiawi Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi, dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC, atau penyemprotan insektisida biologi berbahan aktif Bacillus thuringiensis.