Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum

Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

SISTEM TANAM

NAMA : GAVRILLA CHAVVAH BIJANG SAHETAPY


NIM : G011171349
KELAS : BTPH E
KELOMPOK : 10
ASISTEN : 1. IVAN RAGANTI
2. RAFIKA RAMADHANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan sektor yang cukup luas di Indonesia. Hal ini terlihat
dari jumlah dan luas lahan pertaniannya yang banyak. Tujuan utama dari
pertanian adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk memenuhi
kebutuhan. Salah satu cara untuk memperoleh hasil yang maksimal adalah dengan
menggunakan sistem tanam. Pelaksanaan pola sistem tanam juga harus
mengkondisikan tempat atau lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya.
Pengaturan sistem tanam pada suatu lahan pertanian merupakan salah satu
cara yang memiliki pengaruh terhadap hasil dari tanaman, pengaturan sistem jarak
tanam berkaitan terhadap kepadatan suatu populasi di area lahan, proses
penerimaan cahaya matahari yang tentunya berkaitan dengan proses fotosintesis
tanaman dan persaingan hara antar tanaman. Penerapan jarak tanam yang efektif
pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kemungkinan tanaman agar tumbuh
dengan baik tanpa mengalami banyak persaingan dalam hal ketersediaan air,
unsur-unsur hara, dan cahaya matahari secara optimal untuk proses fotosintesis.
Proses budidaya jagung dan budidaya tanaman kedelai dengan sistem tanam
legowo dan system tanam tegel merupakan suatu teknologi inovasi yang dapat
mengatasi permasalahan peningkatan produksi jagung di Indonesia, pemenuhan
kebutuhan jagung dan kedelai yang semakin bertambah setiap tahun, serta
memiliki banyak keuntungan bagi tanaman jagung maupun tanaman kedelai.
Sistem tanam tegel merupakan sistem tanam yang lazim digunakan di
Indonesia, dimana dalam penanamannya menggunakan jarak tanam yang sama
antar sisinya. Namun karena kebutuhan yang meningkat, maka sistem tanam ini
dinilai kurang produktif. Oleh karena itu,mulai digunakan sistem tanam legowo
2:1, dimana terdapat 2 baris tanaman dalam satu unit legowo.
Produktivitas merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam usaha
pertanian, karena perlu untuk mengimbangi tuntutan sosial ekonomi masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan hasil-hasil pertanian baik
jenis, jumlah maupun kualitasnya pun ikut meningkat.

2
Namun, lahan pertanian semakin terbatas karena alih fungsi lahan menjadi
tempat pemukiman, industri, sarana jalan, sarana perdagangan serta sarana
infrastruktur lainnya. Untuk itu, perlunya perencanaan model penanaman agar
lahan terbatas dapat tetap menghasilkan hasil terbaik secara berkelanjutan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlunya dilaksanakan praktikum ini
untuk mengetahui sistem tanam yang sesuai dalam meningkatkan produksi
tanaman itu sendiri agar ketahanan pangan nasional dapat dicapai.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis sistem
tanam yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman pangan dan hortikultura
serta perannnya terhadap pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat meningkatkan
produktivitas pertanian sesuai dengan jenis sistem tanam yang tepat pula.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman


2.1.1 Jagung (Zea mays)
Jagung adalah tanaman monokotil perdu, yang sifatnya semusim dan
menghasilkan biji. Tanaman jagung bersifat monoecious (berumah satu) dengan
bunga jantan berupa malai dan bunga betina berupa tongkol. Letak bunga tersebut
pada bagian yang berbeda akan tetapi masih pada tanaman yang sama. Asal-usul
tanaman jagung diperkirakan dari kawasan America tropis. Dimana jagung juga
merupakan makanan pokok masyarakat Meksiko, Amerika tengah, dan negara-
negara Amerika Selatan sejak jaman Columbus (Mayadewi, 2008).
Menurut pendapat Mayadewi (2008), klasifikasi tanaman jagung adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Commelinids
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidup tanaman
jagung diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
pertumbuhannya merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun
tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6m (Mayadewi, 2008).

2.1.2 Kedelai (Glycine max)


Kedelai atau yang dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine
soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani
yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merrill.
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan
tanaman semusim atau tanaman annual (Marilah, 2012).

4
Menurut pendapat Marilah (2012), klasifikasi tanaman kedelai adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.
Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya akan
humus atau bahan organik. Nilai pH ideal bagi kedelai dan bakteri rhizobium
adalah 6,0 - 6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis
sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning (Marilah, 2012).

2.2 Syarat Tumbuh


2.2.1 Jagung (Zea mays)
Suhu yang sesuai untuk tanaman jagung antara 21°C-30°C dengan suhu
optimum antara 23°C-27°C. Pada waktu perkecambahan biji, suhu optimal
berkisar 30°C-32°C; suhu di bawah 12,8°C akan mengganggu perkecambahan
sehingga dapat menurunkan hasil. Pada suhu 40°C – 44°C lembaga (embrio)
jagung dapat rusak (Hou, 2014).
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian tempat 1000-1800m di atas
permukaan laut. Di Kenya, jagung dapat tumbuh baik pada ketinggian 1200-
1800m dpl. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 m dpl juga
masih memberikan hasil yang baik (Hou, 2014).
Kemiringan lahan mempunyai hubungan dengan gerakan air pada
permukaan tanah. Lahan dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami
jagung, karena pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan
terjadinya erosi tanah. Namun air hujan yang berlebihan akan terbagi; sebagian
meresap ke dalam tanah dan sebagian lain mengalir ke bagian yang lebih rendah.
Tanaman jagung membutuhkan curah hujan relatif sedikit. Tanaman
jagung akan tumbuh normal pada curah hujan sekitar 250-5000. Kandungan air

5
optimal untuk perkecambahan biji sekitar 25%-60% dari kapasitas lapangan. Jika
melebihi 60% maka akan mengganggu perkecambahan (Hou, 2014).

2.2.2 Kedelai (Glycine max)


Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu
tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30° C. Bila tumbuh pada
suhu tanah yang rendah (<15° C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat,
bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada
kondisi kelembaban tanah tinggi (Gamborg, 2008).
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama
penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”.
Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas
kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi
dari daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam ditanam di daerah tropik
dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami
penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50-
60 hari menjadi 35-40 hari setelah tanam (Gamborg, 2008).
Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya
merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air
yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem
pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada
umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350-450 mm selama masa
pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting
karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin
bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling
tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong (Gamborg, 2008).

2.3 Morfologi
2.3.1 Jagung (Zea mays)
Menurut pendapat Kothari (2010), morfologi jagung adalah sebagai
berikut:

6
a. Akar
Tanaman jagung memiliki tipe perakaran tiga macam, antara lain akar
seminal, akar adventif, dan akar penyangga. Akar seminal merupakan akar yang
berkembang dari rudikula dan embrio. Selanjutnya akar adventif adalah akar yang
berkembang dari buku diujung mesokotil, kemudian berkembang lagi ke setiap
buku secara berurutan dan terus ke atas hingga sampai 7-10 buku semuanya
dibawah permukaan tanah.
b. Batang
Batang jagung terdiri dari beberapa bagian utama, antara lain yaitu kulit,
jaringan pembuluh, dan pusat batang. Batang tanaman jagung tidak bercabang,
dengan ruas-ruas dan buku ruas. Pada ruas bagian atas batang berbentuk silindiris,
sedangkan pada bagian bawah batang berbentuk pipih.
c. Daun
Tanaman jagung memiliki kedudukan daun distik, yaitu terbagi menjadi
dua baris tunggal yang keluar dan berkedudukan berselang-seling. Daun tanaman
jagung terdiri dari helaian daun, pelepah daun, dan juga ligula. Adapun bentuk
dari ujung daun jagung juga berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat,
bulat agak tumpul, dan tumpul. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang
yang umumnya berkisar antara 10-18 helaian daun.
d. Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan (berupa malai atau tassel) dan
bunga betina (berupa tongkol atau pistillate) yang terletak pada bagian berbeda
tetapi masih pada tanaman yang sama. Bunga betina jagung yaitu muncul dari
tajuk axillari apices, yaitu diantara batang dan pelepah daun bagian tenggah.
Sedangkan bunga jantan berkembang dari titik tumbuh ujung tanaman berupa
karang bunga.
e. Tongkol
Tongkol merupakan pekembangan bunga jagung yang tumbuh dari buku,
diatara batang dan pelepah. Setiap tanaman jagung akan dapat menghasilkan satu
atau dua tongkol tergantung dari varietasnya. Akan tetapi pada umumnya satu
tanaman hanya bisa menghasilkan satu tongkol produktif, meskipun ada juga yang
dapat menghasilkan dua tongkol.

7
f. Biji
Biji jagung manis memiliki jumlah yang banyak dan menempel pada
bagian tongkol. Sedangkan pada buah jagung manis terdapat rambu-rambut yang
memanjang hingga keluar dari pembungkus jagung atau biasa disebut dengan
klobot.

2.3.2 Kedelai (Glycine max)


Menurut pendapat Hicks (2009), morfologi kedelai adalah sebagai berikut:
a. Akar
Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai adalah adanya
interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japanicum) dengan akar
tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar. Bintil akar sangat
berperan dalam proses fiksasi Nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman kedelai
untuk kelanjutan pertumbuhannya.
b. Batang
Batang tanaman kedelai tidak berkayu, berbatang jenis perdu (semak),
berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam, berbentuk bulat,
bewarna hijau, dan panjangnya bervariasi antara 30-100 cm. Batang tanaman
kedelai dapat membentuk cabang 3-6 cabang. Percabangan mulai terbentuk atau
tumbuh ketika tinggi tanaman sudah mencapai 20 cm.
c. Daun
Jarak daun kedelai selang-seling, memiliki 3 buah daun (triofoliate), jarang
memiliki 5 lembar daun, petiola berbentuk panjang menyempit dan slinder
stipulanya terbentuk panjang menyempit dan slinder, stipulanya terbentuk
lanseotlat kecil, dan stipel kecil lembaran daun berbentuk oval menyirip, biasanya
palea bewarna hijau dan pangkal berbentuk bulat. Ujung daun biasanya tajam atau
tumpul, lembaran daun samping sering agak miring, dan sebagian besar kultivar
menjatuhkan daunnya ketika buah polong mulai matang.
d. Bunga
Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan merupakan bunga sempurna.
Bunga kedelai memiliki 5 helai daun mahkota, 1 helai bendera, 2 helai sayap, dan
2 helai tunas. Benang sarinya ada 10 buah, 9 buah diantaranya bersatu pada
bagian pangkal membentuk seludang yang mengelilingi putik.

8
e. Polong
Buah kedelai disebut buah polong seperti buah kacang-kacangan lainnya.
Setelah tua, warna polong ada yang cokelat, cokelat tua, cokelat muda, kuning
jerami, cokelat kekuning-kuningan, cokelat keputihan-putihan, dan putih kehitam-
hitaman. Jumlah biji setiap polong antara 1 sampai 5 buah.
f. Biji
Biji kedelai memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,
bergantung pada varietasnya. Bentuknya ada yang bulat lonjong, bulat, dan bulat
agak pipih. Warnanya ada yang putih, krem, kuning, hijau, cokelat, hitam, dan
sebagainya.

2.4 Pola Tanam


Penanaman adalah proses menempatkan bahan tanam pada media tanam
baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Pola
tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan
tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu termasuk masa
pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Pola tanam
terdiri atas dua macam, yaitu monokultur dan polikultur (Anwar, 2012).
Lahan pertanaman bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah
terdapat tanaman yang mampu dilakukan tumpang sari. Pengetahuan tentang pola
tanam sangat perlu untuk diketahui petani. Sebab dari usaha tani yang dilakukan,
diharapkan hasil yang maksimal. Dari hasil ini, petani juga menerima keuntungan
maksimum. Dua hal tersebut harus bisa didapatkan tanpa mengabaikan kualitas
tanah dan kestabilan kesuburan tanah (Musyafa, 2011).
Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama
satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis maupun varietas
yang ditanam pun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia atau pun
curah hujan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola tanam adalah
ketersediaan air dalam satu tahun, prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut,
jenis tanah setempat, kondisi umum daerah tersebut, misalnya genangan, dan
kebiasaan serta kemampuan petani setempat (Anwar, 2012).

9
2.4.1 Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Penanaman monokultur umumnya menyebabkan terbentuknya lingkungan
pertanian yang kurang baik. Hal ini terlihat dari tanahnya yang harus selalu
diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida sehingga resisten terhadap
hama. Salah satu keuntungan pola tanam monokultur adalah pertumbuhan serta
hasil produksinya yang besar jika dibandingkan dengan pola tanam lain. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan
unsur hara maupun sinar dari cahaya matahari (Sartika, 2012).
Pola tanam ini memiliki teknis budidaya yang relatif mudah karena hanya
satu jenis tanaman yang ditanami tetapi, dalam pengendalian hama dan
penyakitnya bisa menjadi sulit sebab jika satu individu terserang, dapat
menginfeksi individu lain. Jika dilihat dari efisiensi penggunaan lahan, maka pola
tanam polikultur lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena terdapat lebih dari
satu tanaman dalam satu lahan sehingga hasil produksi lebih bervariasi dan petani
tidak hanya bergantung pada satu jenis tanaman saja (Sartika, 2012).

2.4.2 Polikultur
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya
budaya. Pertanian polikultur merupakan pertanian dengan proses penanaman
tanaman yang berbeda jenis dalam suatu lahan. Pola tanam polikultur umumnya
terbagi lagi kedalam beberapa jenis (Handoko, 2010).
Menurut Handoko (2010), Pola tanam ini dapat dibagi menjadi beberapa
pola tanam, yaitu:
1. Tumpang sari (Intercropping)
Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu atau periode
tanam yang bersamaan pada lahan yang sama.
2. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman
selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang
berbeda). Kegunaan dari sistem ini yaitu tanaman kedua dapat melindungi lahan
yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu.

10
3. Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam pada lahan dan
waktu yang sama atau jarak waktu tanam yang singkat, tanpa pengaturan jarak
tanam dan penentuan jumlah populasi. Kegunaan sistem ini dapat melawan atau
menekan kegagalan panen total.

2.5 Sistem Tanam


2.5.1 Jajar Legowo
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun
dari kata “lego” (lega) dan “dowo” (panjang) yang secara kebetulan sama dengan
nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo
diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo
yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian
dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan
oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. Legowo
diartikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan
diselingi satu barisan kosong. Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya
disebut satu unit legowo (Suharno, 2011).
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo
merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan
suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki
jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti
diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan
tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh
intensitas sinar matahari yang lebih banyak (Suharno, 2011).

11
2.5.2 Tegel
Sistem tanam tandur jajar atau yang biasa dikenal dengan pola tanam tegel
ini merupakan pola tanam yang sering dilakukan oleh petani di Indonesia dimana
pola tanam ini sangat sederhana yaitu cukup ditanam sejajar mengikuti alur
tanggulnya dengan membentuk tegel (20x20 atau 25x25) sehingga tidak
memerlukan waktu menanam yang lama. Hal inilah yang membuat petani lebih
sering menggunakan pola tanam ini. Adapun kekurangan pola tanam ini yaitu
dapat menciptakan keadaan kelembaban sehingga kemungkinan untuk terjadinya
penyakit lebih tinggi, selain itu hama-hama akan banyak berkumpul pada lahan
karena keadaan tanaman yang berdekatan yang memungkinkan hama untuk
berkembang biak lebih baik (Sudibya, 2017).
Sistem penanaman padi dengan pola tanam tandur jajar di sawah biasanya
didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan
persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan
mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah
dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan
sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk
kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu
bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas yang
sering disebut pengolahan tanah intensif atau konvensional (Sudibya, 2017).

12
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 19 Februari 2019 pukul 16.00
WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, patok, ember,
sekop, parang, dan cangkul.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung, benih
kedelai, pupuk kandang, Urea, SP36, KCl, furadan, dan tali rafiah.

3.3 Metode Pelaksanaan


3.3.1 Pengolahan Lahan
1 Membersihkan lahan dan mengukur lahan dengan ukuran 1,5 x 2,5 meter
dan jarak antar bedengan 50 cm
2 Menandai ukuran bedengan dengan menggunakan tali rapiah
3 Menggemburkan tanah dengan menggunakan cangkul lalu diratakan
sebelum ditanami
4 Membuat saluran irigasi pada bedengan
5 Mencampurkan tanah dengan menggunakan pupuk kandang

3.3.2 Penanaman
1. Membuat lubang yang ditandai dengan patok dengan jarak tanam kedelai
(Legowo 2:1) yaitu 12,5 cm x 12,5 cm serta jarak tanam jagung (tegel)
yaitu 100 cm x 100 cm
2. Memasukkan 1-2 butir benih padi pada setiap lubang yang telah dibuat
serta menanam batang bawah dan batang atas ubi kayu
3. Memberikan furadan secukupnya di setiap lubang
4. Menutup lubang kembali dengan tanah
5. Melakukan penyiraman

13
3.3.3 Pemeliharaan
1 Melakukan penyemaian pada semua bibit jagung yang akan ditanam di
bedengan
2 Melakukan penyiangan di bedengan agar bedengan bersih dari gulma
setiap hari
3 Melakukan pemupukan selama 8 minggu berturut-turut dengan dosis urea
60gr/minggu, SP36 40gr/minggu, dan KCl 20gr/minggu.
4 Melakukan penyulaman apabila terdapat tumbuhan yang mati atau rusak
akibat ulah OPT
5 Menyiram benih jagung yang telah ditanam setiap hari

3.3.4 Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan yang akan diamati adalah sebagai berikut:
1. Kedelai: umur berbunga, jumlah anakan, dan tinggi tanaman
2. Jagung: kecepatan bertunas, panjang tunas, diameter tunas, dan jumlah
daun

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini yaitu sebagai berikut:
4.4.1 Jagung (Zea mays L)
a. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman Jagung


180
160
140
Tinggi Tanaman

120
100
80
60 Tinggi tanaman (cm)
40
20
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Pengamatan

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019


b. Jumlah Daun (helai)

Jumlah Daun Tanaman Jagung


25

20

15
Helai

10
Jumlah daun
5

0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Pengamatan

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

15
c. Umur Berbunga Tanaman Jagung

Umur Berbunga Tanaman Jagung

47
46
45
Umur

44
43
42
41
Jantan
Betina

Jenis Bunga

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019


4.4.1 Kacang Hijau (Vigna radiata)
a. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman Kacang Hijau


40
35
Tinggi Tanaman (cm)

30
25
20
Tinggi Tanaman Tegel
15
Tinggi Tanaman Legowo
10
5
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Pengamatan

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

16
b. Jumlah Daun (helai)

Jumlah Daun Tanaman Kacang


Hijau
20
18
Jumlah Daun (helai)

16
14
12
10
8 Jumlah Daun Tegel
6 Jumlah Daun Legowo
4
2
0
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Pengamatan

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh tersebut, maka dapat dilihat dengan
jelas bahwa pertumbuhan kedua tanaman tersebut, baik tanaman kacang hijau
maupun tanaman jagung keduanya berlangsung cukup baik dan optimal.
Pertumbuhan pada kedua komoditi tersebut mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya umur tanaman. Selain itu, penambahan unsur hara juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Hal ini disebabkan karena
unsur hara makro seperti N, P, dan K sangat dibutuhkan tanaman pada masa
vegetatif untuk peningkatan tinggi tanaman, pembentukan daun, dan
memperbanyak jumlah tunas. Hal ini sesuai dengan pendapat Supartha dkk
(2012), yang menyatakan bahwa penambahan unsur hara melalui pupuk organik
ataupun anorganik secara berkala tentunya dapat meningkatkan kemampuan
tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Jika dilihat dari efektivitas sistem tanam yang digunakan pada pertanaman
kacang hijau, maka dapat disimpulkan bahwa sistem tanam tegel memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem legowo. Hal ini bertolak
belakang dengan teori, dimana seharusnya pada sistem tanam jajar legowo
terdapat baris kosong yang dapat berfungsi untuk mempermudah pemeliharaan

17
tanaman, pengendalian gulma, dan pemupukan sehingga dapat memberikan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggraini
(2013), yang menyatakan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo dapat
memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih optimum dibandingkan dengan
sistem tegel karena adanya baris kosong yang dapat mempermudah dalam proses
pemeliharaan tanaman sehingga kebutuhan unsur hara tanaman lebih tercukupi.
Selain itu, dengan penerapan sistem tanam jajar legowo tersebut tentunya
memberikan efek khusus pada tanaman pinggir, yang dalam hal ini merupakan
tanaman jagung. Tanaman yang berada di pinggir tersebut dapat memanfaatkan
sinar matahari secara lebih optimal sehingga dapat tumbuh lebih baik pula. Hal ini
disebabkan karena adanya baris kosong yang memiliki jarak lebih lebar antar
tanaman sehingga kompetisi akan kebutuhan cahaya matahari, unsur hara, dan air
pada tanaman akan berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggraini (2013),
yang menyatakan bahwa penanaman tanaman dengan jarak yang optimum akan
memberikan pertumbuhan tanaman yang baik karena mampu mengoptimalkan
cahaya matahari dan penyerapan unsur hara.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1 Sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan segala aspek pertumbuhan
tanaman padi dan ubi kayu sebagai tanaman pinggir karena adanya baris
kosong.
2 Sistem tanam tegel dianggap kurang efektif dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi jika dibandingkan dengan sistem tanam jajar
legowo.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum ini dilaksanakan secara lebih teliti dan cermat
sehingga memudahkan dalam pengolahan data.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.) pada Varietas Padi Inpari 3. Jurnal Produksi Tanaman,
Vol.1(2): 52 - 60.
Anwar, S. 2012. Pola Tanam Agroekoteknologi. Litbang: Departemen Pertanian.
Gamborg. 2008. Nutrient Requirements of Suspension Cultures of Soybean Root
Cells. Experimental Cell Research Journal, Vol 50 (1): 151-158.
Handoko, T.H. 2010. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. BPFE:
Yogyakarta.
Hicks. 2009. Response of Soybean Plant Types to Planting Patterns. Agronomy
Journal, Vol. 61 (2): 290-305
Hou, Peng. 2014. Temporal and Spatial Variation in Accumulated Temperature
Requirements of Maize. Field Crops Research Journal, Vol 158 (1):55-64.
Kothari. 2010. Effect of VA Mycorrhizal Fungi and Rhizosphere Microorganisms
on Root and Shoot Morphology, Growth and Water relations in Maize.
Agriculture Journal, Vol 16 (1): 303-311
Marilah, Ainun. 2012. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Agrista, Vol. 16
(1):22-28.
Mayadewi. 2008. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Pertanian, Vol. 1
(3):26-34.
Musyafa. 2011. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sartika, T.V. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Pola Tanam Monokultur dan
Tumpang Sari. Universitas Brawijaya: Malang.
Sudibya, W. 2017. Dasar-Dasar dan Budidaya Tanaman Padi Sawah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Suharno. 2011. Sistem Tanam Jajar Legowo (Tajarwo) Salah Satu Upaya
peningkatan Produktivitas Padi. Yogyakarta: STTP Yogyakarta.
Supartha, dkk. 2012. Distinguishing Rice Genotypes Using Morphological,
Agronomical, and Molecular Markers. JPPTP, Vol.34(2):79–88.

20
LAMPIRAN

Gambar 1. Tanaman Jagung dan Kacang Hijau

Gambar 2. Proses Penanaman dan Hasil

21
Gambar 3. Tanaman Jagung dan Kacang Hijau
Lampiran Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Jagung
Pengamatan Tanaman Jagung
Jumlah Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7
Tanaman TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD
1 4.3 2 8 5 23 7 33 9 50 12 120.5 15 159.5 20
2 1.8 2 6 5 20 6 45.2 8 67 13 143.2 16 190 20
3 1.8 2 7 5 19 8 34 11 45.3 15 90.6 17 145 20
4 2 2 5 5 22 8 56.7 11 80 13 120 18 168 20
5 1.8 2 5.6 5 22 6 50 7 80 9 134 12 154 19
6 4.2 3 5.2 4 19.5 9 56 12 94 12 110.2 15 175 18
7 1.5 2 5.1 5 17 7 43.5 15 76.2 19 130.2 21 154 22
8 1.8 2 6.5 6 24 8 33 12 93.4 14 123 19 180 20
9 1.5 3 7 6 21 8 56 13 87.4 19 160.2 20 182 23
10 1.8 2 5.5 5 22 9 45.6 11 90 13 150.9 13 174 17
11 1 2 3.5 5 18 8 43.2 12 89 15 132 16 147 18
12 2 3 6.5 4 20.5 8 34.5 13 97 14 120.6 19 165 20
13 2 3 4 4 14.5 8 54.3 12 86 15 105 20 128 22
14 2 2 6 5 20 8 43 13 80 14 98 18 120 20
15 2.7 3 5.5 5 23 8 45.7 10 76 16 130 19 200 23
16 2 3 7 5 23 7 56.8 10 67.2 13 120.3 18 147 23
17 2 3 1.5 4 16.7 8 54 13 60.7 17 125 20 189 23
18 1.5 3 4.5 5 21.6 9 44 12 68.9 14 124 19 159 24
19 2.7 3 5.5 5 18.5 8 36 11 78.8 15 149 18 180 24
20 1.3 2 3.5 4 11 6 41.7 11 60 16 103 18 147 20
21 1.5 2 4 5 17.5 9 32 11 68.7 15 110 17 130.5 22
22 2 3 5.5 4 24 10 30.5 13 67 15 127 20 149 25
23 1.5 3 4.5 6 18 8 32 13 77 15 147 20 190 24
24 2.5 3 6 5 21 8 56.7 11 89.3 15 101 19 180 23
Rerata 2.1 2 5.4 5 19.9 8 44.1 11 76.2 15 123.9 18 163.0 21

Lampiran Tinggi dan Jumlah Daun Kacang Hijau Sistem Tegel

22
Sistem Tegel Pada Tanaman Kacang Hijau
Minggu
Tanaman m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7
T JD T JD T JD T JD T JD T JD T JD
t1 11 2 15 4 19 6 24 8 30 11 36.7 16 38.2 18
t2 10 2 14 4 19.5 6 23 8 33 11 37.4 15 38.2 18
t3 11.5 2 14 4 18.7 5 23.3 9 31 10 35.4 16 39 17
t4 13 2 15.8 4 19.5 6 25 8 31.5 9 35.8 16 37 17
t5 6.5 2 12 4 17.5 5 25.3 8 32 12 36 16 38 18
t6 12 2 14.2 4 18.8 5 24 9 34 12 37.2 14 38.5 16
t7 10 2 14.5 4 18.7 6 24.7 8 33.5 10 36.6 16 39 18
t8 11 2 15 4 19 6 25 8 30 11 33.7 15 36.6 17
t9 10 2 14.8 4 19.3 6 23.2 8 31 10 34.2 16 36.7 18
Rerata 10.6 2.0 14.4 4.0 18.9 5.7 24.2 8.2 31.8 10.7 35.9 15.6 37.9 17.4
Lampiran Tinggi dan Jumlah Daun Kacang Hijau Sistem Legowo
Sistem Jajar Legowo 2:1 Tanaman Kacang Hijau
Minggu
Tanaman m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7
T JD T JD T JD T JD T JD TT JD T JD
t1 8.5 2 12 4 18.5 6 23.3 8 29 10 32 14 33 15
t2 8 2 11 4 19.2 6 22 8 29 9 32.2 16 34.5 17
t3 8 2 10.8 4 17.8 5 22.8 9 28 9 31.8 15 35.6 18
t4 5 2 9.8 4 16.6 6 22.7 8 28 10 30.9 15 34.4 18
t5 11 2 13.6 4 16.9 5 24 8 29 10 32.6 16 35.4 17
t6 8 2 11.2 4 16.8 5 23.5 9 31 11 34.3 16 36 17
t7 9 2 12.3 4 17.2 6 24.7 8 30 12 34.4 14 35.4 18
t8 7 2 9 4 18 6 25 8 29.5 12 33.7 16 35 18
t9 10 2 13 4 17.6 6 23.2 8 28.8 13 35.4 16 37.8 19
t10 6 2 9.8 4 16.5 6 20.9 8 29 10 35 16 34 17
t11 10 2 13 4 16 6 21.4 8 31 12 34.7 14 36.6 16
t12 7 2 12 4 18.7 5 23 8 30 12 33.7 14 36.7 17
t13 8 2 11.7 4 19.5 6 23.3 8 30 11 34.2 14 36 15
t14 7 2 9.8 4 17.5 6 25 9 29 9 32.1 16 34 17
t15 6 2 9.5 4 18.8 6 25.3 8 29 9 33.8 15 35 18
t16 9.5 2 12.7 4 18.7 6 24 8 27 10 33.5 14 35 19
t17 6.5 2 11.8 4 19 6 23.5 8 25 9 31.3 16 34 18
t18 8.5 2 11.6 4 19.3 6 23.3 8 26.7 13 30.7 15 34 19
t19 10 2 13.4 4 18 6 22.4 9 27 12 32.5 16 35 18
t20 8 2 12.5 4 17 6 23 9 29.3 11 33.9 16 34 18
Rerata 8.05 2 11.53 4 17.88 5.8 23.32 8.25 28.77 10.7 33.14 15.2 35.07 17.45

23

Anda mungkin juga menyukai