Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

ETNOBOTANI

NAMA : SITTI NURKHALISA

NIM : G011171065

KELAS :H

KELOMPOK : 13

ASISTEN : 1. REFAL PUTRA ARIANDI

2. ANDI ALFIAN DARMAWAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

20117
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Botani adalah ilmu tunbuh-tumbuhan, termasuk juga jamur dan alga dengan
mikologi dan fikologi berada di dalam cabang ilmu botani. Dengan demikian,
dalam botani dipelajari semua disiplin ilmu biologi, seperti genetika,
pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perkembangan, interaksi dengan
komponen biotik dan konponen abiotik, serta evolusi yang berhubungan dengan
tumbuhan. Istilah botani berasal dari Bahasa Yunani Kuno, βοτάνη (botane), yang
berarti rerumputan atau padang penggembalaan. Botani berakar dari ilmu
herbalisme, ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan untuk khasiatnya
secara medis. Terdapat berbagai catatan kuno yang mengklasifikasikan tumbuhan
berdasarkan jenis dan manfaatnya di India (1100 SM), Avestan kuno, dan China
(221 SM). Botani modern merujuk kepada kebudayaan di Yunani Kuno, terutama
Theoprastus (sekirat 371–287 SM), seorang murid Aristoteles yang menemukan
prinsip ilmu botani.
Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam
keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya
mengenai data botani taksonomis, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani
yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interprestasi dan asosiasi yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta
menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut telah diutamakan untuk kepentingan
budaya dan kelestarian sumber daya alam.
Berdasarkan uraian di atas maka dirasa perlu untuk diadakannya praktikum
etnobotani.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar kita bisa mengetahui apa itu klasifikasi,
morfologi dan manfaat dari beberapa tanaman serta mengetahui syarat titik
tumbuh tanaman tersebut.
Keguanaan dari laporan ini adalah sebagai bahan bacaan agar kita mampu
membedakaan antara klasifikasi antara tanaman satu dengan tanamn yang lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pepaya


2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pepaya
Menurut yunarti (2008), tanaman papaya di sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica Papaya L.
2.1.2 Morfologi Tananam Pepaya
Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tanaman pepaya termasuk tumbuhan
yang umur sampai berbunganya dikelompokkan sebagai tanaman buah-buahan
semusim, namun dapat tumbuh setahun lebih. Sistem perakarannya memiliki akar
tunggang dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua arah pada
kedalaman 1 meter atau lebih menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat
batang tanaman tersebu. Pohon ini biasanya tidak bercabang, batang bulat
berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok.
Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Buah berbentuk bulat hingga
memanjang tergantung jenisnya, buah muda berwarna hijau dan buah tua
kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya; tangkai buah pendek. Biji
berwarna hitam dan diselimuti lapisan yang tipis (Muhlisah, 2017).
2.1.3 Manfaat Tanaman Pepaya
Dari beberapa kandungan yang ada pada daun pepaya tersebut ada beberapa
kandungan yang diduga memiliki potensi sebagai larvasida adalah enzim papain,
saponin, flavonoid, dan tanin (Priyono, 2007).
Senyawa lain pada daun pepaya yang memiliki peran sebagai insektisida dan
larvasida adalah saponin. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki
aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan
menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian kulit pada
serangga yang dapat memengaruhi keadaan serangga tersebut (Dinata, 2009).
flavonoid yaitu memiliki bau yang sangat tajam, rasanya yang pahit, dapat
larut dalam air dan pelarut organik, dan juga mudah terurai pada temperatur
tinggi. Dinata (2008), mengatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang
dapat bersifat menghambat makan serangga. Flavonoid berfungsi sebagai
inhibitor pernapasan sehingga menghambat sistem pernapasan nyamuk yang dapat
mengakibatkan nyamuk Aedes aegypti mati (Dinata, 2008). Bagi tumbuhan
pepaya itu sendiri flavonoid memiliki peran sebagai pengatur kerja antimikroba
dan antivirus.
2.2 Tanaman Jagung
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung
Menurut USDA (2014) tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika
(Taksonomi) tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Kelas : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Zea L.
Spesies : Zea mays L.
2.2.2 Morfologi Tanaman Jagung
Menurut Bellfield dan Brown (2008), Morfologi tanama jagung adalah
sebagai berikut:
a. Biji
Biji jagung dikenal sebagai kernel dimana terdiri dari tiga bagian utama.
b. Daun
Daun terbentuk dari pelepah daun dan menutupi hampir semua batang
Jagung.
c. Batang
Batang beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas.
d. Akar
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal,
koronal dan akar udara
e. Bunga
Terdiri dari bunga jantan dan betina, dengan letak terpisah. Bunga
jantan terletak pada malai bunga (di ujung tanaman) sedangkan bunga
betina terdapat pada tongkol jagung.
2.2.3 Manfaat Tanaman Jagung
Menurut Allem (2007), tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan
kedua terpenting setelah padi. Di daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan
sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat
penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain,
batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen)
unuk pupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering untuk kayu bakar, batang
jagung untuk lanjaran (turus), batang jagung untuk pulp (bahan kertas), buah
jagung muda untuk sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng, biji jagung tua
untuk pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan
campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir,
industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
2.3 Pakoasi/takelan
2.3.1 Kasifikasi Pakoasi/takelan
Menurut wikipedia (2011) klasifikasi ilmiah (Chromolaena odorata) adalah:
Kingdom : plantae
Diviso : Magnoliohyta
Kelas : Magnoliopsida
Familia : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata L
2.3.2 Morfologi Tanamam Pakoasi/takelan
Morfologi Chromolaena odorata L menurut (Puspita.dkk, 2012) antara
lain:
1. Daun
Pada tumbuhan Chromolaena odorata L memiliki struktu daun tidak
lengkap, karena hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja. Adapun struktur-
struktur daun yaitu tangkai daun Chromolaena odorata L seperti setengah
lingkaran dan helaian daun Chromolaena odorata L yaitu memiliki bagian
bawah yang terlebar sehingga bentuk daun ini bangun segitiga dan pada
susunan tulang daun terdapat ibu tulang (Costa), tulang-tulang cabang (nervus
letaralis) dan urat-urat daun (vena).
Bentuk ujung daun pada tumbuhan Chromolaena odorata L bentuk runcing
dimana kedua tepi daun dikanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju
keatas dan membentuk sudut lancip (< 900). Bentuk pangkal daun yaitu
romping atau rata, bentuk tepi daun yaitu toreh (divisus) dan bentuk torehnya
adalah bergerigi, dimana bentuk sinus dan angulusnya sama-sama lancip.
1. Bentuk batang
Pada tumbuhan Chromolaena odorata L memiliki struktur batang yaitu, ba
tang berbentuk bulat (teres), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), dan
pada permukaan batang terdapat rambut (pilosus).
2. Bentuk akar
Pada tumbuhan Chromolaena odorata L memiliki susunan akar berupa
akar tunggang besar dan dalam. Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang
bercabang, akar ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, dan
bercabang dengan warna akar kekuning-kuningan. Adapun bagian-bagian akar
yaitu, leher akar / pangkal akar (collum), ujung akar (apex radicis), batang
akar (corpus radicis), cabang-cabang akar (radix lateralis), serabut akar
(fibrilla radicalis), rambut / bulu akar (pilus radicalis) dan tudung akar
(calyptra).
2.3.3 Manfaat Tanaman Pakoasi/takelan
Menurut Anonim (2008), salah satu kegunaan paling penting dari daun
kopasanda adalah mengobati luka. Tanaman ini bisa menghentikan pendarahan
dengan cepat baik pada luka iris maupun luka karena benturan. Cara
menggunakan daun kopasanda untuk mengobati luka adalah mengambil beberapa
lembar daun kopasanda, biasanya daun untuk mengobati luka adalah pada bagian
pucuknya, kemudian mencucinya dengan air bersih. Usahakan Proses mencuci
daun kopasanda tersebut harus bersih untuk mendapatkan daun yang hiegenis.
Setelah itu daun kopasanda di tumbuk kasar/halus dan ditempelkan pada bagian
tubuh yang terkena luka, sebelum ditempelkan ke luka usahakan luka dicuci
terlebih dahulu.
Daun kopasanda ini dipercaya memiliki khasiat yang hampir mirip dengan
Daun Yakon atau daun paitan/insulin kalau diderah jawa. Hanya saja bedanya
tidak memiliki khasiat dalam rehabilitasi dalam pankreas walaupun berguna untuk
menurunkan kadar gula darah. Cara menggunakan daun kopasanda untuk penyakit
diabetes adalah mengambil 10-15 daun kopasanda, kemudian daun tersebut dicuci
hingga bersih. Setelah itu daun kopasanda direbus dengan takaran gelas, masukan
air 2 gelas ke dalam panci bersamaan dengan daun kopasanda sampai mendidih
hingga airnya berkurang menjadi 1 gelas. Lalu air rebusan yang telah disaring di
minum setiap pagi dan sore hari.
2.4 Tanaman Singkong
2.4.1 Klasifikasi Tanaman Singkong
Menurut Uhan (2013) klasifikasi tanaman singkong adalah:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotilae
Ordo : Euphorbiales
Familli : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utillisima
2.4.2 Morfologi Tanaman Singkong
Berdasarkan kadar amilosanya, ubi kayu dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
ubi kayu gembur (kadar amilosa lebih dari 20 %) yang ditandai secara fisik bila
kulit ari yang berwarna coklat terkelupas dan kulit tebalnya mudah dikupas, dan
ubi kayu kenyal (kadar amilosa kurang dari 20%) yang ditandai bila kulit ari
warna coklat tidak terkelupas dan kulit tebalnya sulit dikupas (Prabawati, 2011)
2.4.3 Manfaat Tanaman Singkong
Pemanfaatan kulit singkong sebagai pakan unggas dengan fermentasi
menggunakan starter limbah kubis dan sawi sebesar 40% menunjukkan hasil
terbaik dilihat dari peningkatan biomassa dan protein yang sama serta penurunan
serat kasar pada fermentasi tersebut. (Wikanastri, 2012).
Peneliti lainnya, kulit singkong dan labu kuning dimanfaatkan dalam
pembuatan cake menunjukkan bahwa kadar protein terbaik pada formulasi tepung
kulit singkong 25 g dan tepung labu 75 g (Solekha, 2013).
2.5. Tanaman Terong
2.5.1 Klasifikasi Tanaman Terong
Menurut Anonim (2010), kedudukan taksonomi dari Solanum betaceum Cav.
yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum betaceum Cav.
2.5.2 Morfologi Tanaman Terong
Menurut Hendro dan Sunarjono (2007) morfologi terong adaalah:
1. Akar
Tanaman terung mempunyai akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan
akar serabut bisa mencapai diameter 30 cm kearah samping dan akar tunggang
berdiameter 35 cm ke arah bawah.
2. Batang
Batang tanaman terung dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama
(primer) dan percabangan (sekunder).
3. Daun
Bentuk daun terung terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina). Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai. Tangkai
daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal,
panjangnya berkisar antara 5 – 8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun,
tulang cabang, dan urat-urat daun.
4. Bunga
Bunga terung merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga
berkelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina (benang
sari dan Putik).
5. Buah
Bentuk buahnya beraneka ragam, diantaranya bulat, lonjong atau bulat panjang.
Warna buahnya ungu, tetapi ada pula yang bewarna putih dan hijau bergaris putih.
Setelah tua, buah berwarna kekuningan dan bijinya banyak.
2.5.3 Manfaat Tananam Terong
Menurut Anonim (2009), vitamin C (L-Asam askorbat) merupakan suatu
aktioksidan yang penting yang larut dalam air. Vitamin C menangkap efektif
radikalradikal O2-, OH-, dan peroksil. Kandungan antosianin, vitamin-vitamin
serta zat gizi lainnya di dalam buah terong belanda bekerja sinergis untuk,
mencegah kerusakan sel-sel jaringan tubuh penyebab berbagai penyakit (kanker
dan tumor), melancarkan penyumbatan pembuluh darah (arteriklorosis), sehingga
dapat mencegah penyakit jantung dan stroke serta menormalkan tekanan darah,
menurunkan kadar kolestrol dan mengikat zat racun dalam tubuh, meningkatkan
stamina, daya tahan tubuh dan vitalitas dan membantu mempercepat proses
penyembuhan.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tanggal


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 19 september 2017 pukul 16.30-
18:00 WITA, bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
alat yang digunakan dalam praktikum etnobotani yaitu kertas, pulpen kamera
handphone dan bahan yang digunakan adalah tanaman.
3.3 Pengamatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika praktikum etnobotani yaitu:
1. Memperhatikan arahan dengan baik.
2. Mempersiapkan alat akan digunakan.
3. Mengamati setiap bagian-bagian tanaman yang akan diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a) tanaman pepaya b) batang pepaya c) tanaman jagung

d) daun terong e) batang terong f) bunga terong

g) tanaman terong h) tanaman singkong i) daun singkong

j) tanaman pakoasi k) daun pakoasi l) batang pakoas


4.2 Pembahasan
1. Pepaya
Buah pepaya merupakan tanaman herba dari family Carecacae yang berasal
dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar daerah tropis
maupun sub tropis. Yang telah lama dipuja oleh orang Amerika Latin. Sepanyol
dan Portugis membawa penjelajah pepaya kebanyak Negeri subtropis termaksud
India, Philipin, dan Afrika. Buah tropis ini dihormati karena disebut buah para
malaikat oleh Christhoper Colombus, pada abad ke-20 produsen utama adalah
Amerika Serikat pada tahun 1920an (Aqila, Larasati, 2013).
2. Jagung
Tanaman jagung manis berasal daerah Tropis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan diluar daerah tersebut. Jagung manis tidak menuntut
persyaratan lingkungan yang terlalu ketat karena dapat tumbuh pada berbagai
macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering, tetapi jagung manis
menghendaki beberapa persyaratan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Indonesia termasuk negara Tropik basah, tetapi keadaan iklim diwilayah
nusantara amat bervariasi. Jumlah curah hujan di Indonesia berkisar antara 500
mm – 5.000 mm per tahun. Distribusi curah hujan di Indonesia sebagian besar
wilayah Indonesia mempunyai bulan kering kurang dari 3 bulan, seperti dari
daerah jawa tengah ke timur sampai nusa tenggara timur (Rukmana, 2006).
Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Sedangkan suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis antara 21º-34ºC, akan
tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara
23º-27ºC. Pada proses perkecambahan benih jagung manis memerlukan suhu yang
cocok sekitar 30ºC untuk tumbuh dengan baik (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
3. singkong
Untuk dapat berproduksi optimal, ubi kayu memerlukan curah hujan 150—200
mm/tahun pada umur 1—3 bulan, 250—300 mm/tahun pada umur 4—7 bulan,
dan 100—150 mm/tahun pada fase menjelang dan saat panen. Berdasarkan
karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubi kayu dapat
dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun
beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase
pertumbuhan. Pada umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki tipe iklim
C, D, dan E serta jenis lahan yang didominasi oleh tanah masam, kurang subur,
dan peka terhadap erosi (Wargiono et al., 2009).
4.Terong
Terung (Solanum Melongena L) adalah tanaman asli daerah tropis. Tanaman
ini awalnya berasal dari benua Asia yaitu India dan Birma. Daerah penyebaran
tanaman terung awalnya di beberapa negara (wilayah) antara lain di Karibia,
Malaysia, Afrika Barat, Afrika Tengah, Afrika Timur, dan Amerika Selatan.
Tanaman ini menyebar ke seluruh dunia, baik negara-negara yang beriklim panas
(tropis) maupun iklim sedang (sub tropis). Pengembangan budidaya terung paling
pesat di Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia (Firmanto, 2011).
5 .Pakoasi /takelan
Pakoasi berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, kemudian menyebar ke
daerah tropis Asia, Afrika, dan Pasifik, dan digolongkan sebagai gulma
invasif. Gulma ini berupa semak berkayu yang dapat berkembang dengan
cepat dan membentuk kelompok yang dapat mencegah perkembangan
tumbuhan lainnya sehingga sangat merugikan karena dapat mengurangi daya
tamping padang penggembalaan. Gulma ini merupakan pesaing agresif dan
diduga memiliki efek alelopati, menyebabkan keracunan bahkan kematian
pada ternak, serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran (Prawiradiputra 2007)
BAB V
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
 Klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelas. Menurut Ilmu
Pengetahuan, Klasifikasi adalah Proses pengelompokkan benda
berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan.
 Morfologi yaitu cabang ilmu biologi yang membahas mempelajari
tentang tata bentuk luar atau sruktur dari suatu organisme. Sebagai contoh
morfologi tumbuhan, artinya ilmu yang mempelajari mengenai struktur
dan bentuk dari suatu tumbuhan.
 Setiap tanaman memiliki syarat titik tumbuh masing-masing agar tanaman
tersebut dapat tumbuh dengan baik.
5.2 Saran
1. Dengan mengetahui beberapa manfaat tanaman, kita bisa
mengaplikasikannnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Setiap tanaman memiliki syarat tumbuh masing-masing. Oleh karena itu,
kita dapat melihat syarat tumbuh tersebut keika menanam tananaman.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Dinata. 2008. bio.unsoed.ac.id/Pepaya dan Manfaatnya-.pdf.


Firmanto. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Terong (Solanum
melongena L) pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Limbah Biogas
Kotoran Sapi.
Muhlisah. 2017. Jurnal Taksonomi Tanaman Pepaya.
journal.uajy.ac.id/4839/3/2BL01098.pdf.
Prawiradiputra. 2007. Tumbuhan Kirinyu Chromolena odorata. Balai Penelitian
Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru.
Priyono. 2007. Deskripsi Tanaman Pepaya. bio.unsoed.ac.id
/PepayadanManfaatnya-.pdf.
Puspita.dkk. 2012. Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan
Memanfaatkan Ekstrak Daun Kurinyuh (Choromolena odorata)
Prabawati. 2011. Variasi Morfologi dan Pola Pita Ubi Kayu. Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rukmana. 2006. Budidaya Jagung dan Sejarah Tanaman Jagung.
ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Budidaya Jagung dan Sejarah Tanaman Jagung.
ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Budidaya Jagung dan Sejarah Tanaman Jagung.
ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id.
USDA. 2014. Jurnal Jagung (Zea mays L.). www.scribd.com/.../Jurnal-Jagung.
Wargiono. 2009. Karakteristik Terung Ungu dan Klasifikasi Tanaman Terung
Ungu. repository.politanipyk.ac.id/304/7/7.%20ISI.pdf.
Yunarti. 2008. Klasifikasi Tanaman Pepaya.
digilib.unila.ac.id/3867/14/BAB%20II.pdf.

Anda mungkin juga menyukai