Kaitan antara perjanjian asuransi dan penyaluran kredit perbankan yaitu Salah satu realisasi
dari perjanjian jaminan adalah adanya pencantuman syarat asuransi untuk benda agunan di
dalam perjanjian kredit. Asuransi agunan kredit dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara
dari rusak atau musnahnya benda agunan. Bank dalam syaratnya tersebut biasanya
memerintahkan agar benda agunan diasuransikan oleh debitur dengan biaya debitur untuk
kepentingan kreditur (bank) kepada suatu perusahaan asuransi yang telah ditunjuk oleh pihak
kreditur atau atas kesepakatan antara kedua belah pihak. Perjanjian asuransi ini kemudian
dituangkan dalam polis sebagai bukti adanya perjanjian asuransi. Oleh karena agunan adalah
salah satu unsur dalam perjanjian kredit sehingga dengan adanya asuransi terhadap agunan
kredit ini maka akan memberikan perlindungan terhadap jaminan yang memang harus ada
dalam suatu pemberian kredit yang dikeluarkan oleh bank, baik bank pemerintah maupun
swasta.
Pasal 1744 BW menyatakan “Barang siapa menerima suatu barang yang dipinjam wajib memelihara
barang itu sebagai seorang kepala keluarga yang baik, ia tidak boleh menggunakan barang itu selain
untuk maksud pemakaian yang sesuai dengan sifatnya, atau untuk kepentingan yang telah
ditentukan dalam perjanjian. Bila menyimpang dan larangan ini, peminjam dapat dihukum
mengganti biaya, kerugian dan bunga, kalau ada alasan untuk itu.
Jika peminjam memakai barang itu untuk suatu tujuan lain atau lebih lama dan yang semestinya,
maka wajiblah ia bertanggung jawab atas musnahnya barang itu sekalipun musnahnya barang itu
disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak disengaja”