Anda di halaman 1dari 1

Menurut UU No.

40 tahun 2014, Asuransi atau pertanggungan adalah “perjanjian antara dua


pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Berdasarkan definisi
tersebut, Karakteristik dari perjanjian Asuransi bersifat Untung-untungan, sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 1774 BW yang menyatakan “Suatu persetujuan untung–untungan
adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu.
Demikian adalah perjanjian pertanggungan, bunga cagak hidup, perjudian dan pertaruhan.
Perjanjian yang pertama diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang”. Dikatakan
suatu persetujuan untung-untungan karena asuransi dianggap suatu perbuatan yang
hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara
pihak, bergantung kepada yang belum tentu.

Kaitan antara perjanjian asuransi dan penyaluran kredit perbankan yaitu Salah satu realisasi
dari perjanjian jaminan adalah adanya pencantuman syarat asuransi untuk benda agunan di
dalam perjanjian kredit. Asuransi agunan kredit dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara
dari rusak atau musnahnya benda agunan. Bank dalam syaratnya tersebut biasanya
memerintahkan agar benda agunan diasuransikan oleh debitur dengan biaya debitur untuk
kepentingan kreditur (bank) kepada suatu perusahaan asuransi yang telah ditunjuk oleh pihak
kreditur atau atas kesepakatan antara kedua belah pihak. Perjanjian asuransi ini kemudian
dituangkan dalam polis sebagai bukti adanya perjanjian asuransi. Oleh karena agunan adalah
salah satu unsur dalam perjanjian kredit sehingga dengan adanya asuransi terhadap agunan
kredit ini maka akan memberikan perlindungan terhadap jaminan yang memang harus ada
dalam suatu pemberian kredit yang dikeluarkan oleh bank, baik bank pemerintah maupun
swasta.

Pasal 1744 BW menyatakan “Barang siapa menerima suatu barang yang dipinjam wajib memelihara
barang itu sebagai seorang kepala keluarga yang baik, ia tidak boleh menggunakan barang itu selain
untuk maksud pemakaian yang sesuai dengan sifatnya, atau untuk kepentingan yang telah
ditentukan dalam perjanjian. Bila menyimpang dan larangan ini, peminjam dapat dihukum
mengganti biaya, kerugian dan bunga, kalau ada alasan untuk itu.

Jika peminjam memakai barang itu untuk suatu tujuan lain atau lebih lama dan yang semestinya,
maka wajiblah ia bertanggung jawab atas musnahnya barang itu sekalipun musnahnya barang itu
disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak disengaja”

Anda mungkin juga menyukai