Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal
Berdasarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004, kapal perikanan
adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan
ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/ eksplorasi perikanan. Kapal yang
digunakan dalam pengoperasian alat tangkap cantrang pada umumnya memiliki kapasitas antara
10-30 GT. Panjang kapal berkisar antara 12- 15 meter dan lebar antara 6-8 meter. Bentuk badan
kapal cantrang adalah U bottom. Hal ini karena pada saat pengoperasian alat tangkap cantrang
dibutuhkan kestabilan kapal yang cukup baik (Leo, 2010).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-undang Perikanan Nomor 31 tahun 2004, yang dimaksud dengan kapal perikanan
adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan,
mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan
ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian (eksplorasi) perikanan.
Menurut Rowandi (2011), perahu atau kapal penangkapan ikan di laut dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
1) Perahu tanpa motor (PTM), yaitu perahu yang tidak menggunakan tenaga mesin sebagai
tenaga penggerak, tetapi menggunakan layar atau dayung untuk menggerakkan kapal.
2) Perahu motor tempel adalah perahu yang menggunakan mesin atau motor tempel sebagai
tenaga penggerak yang diletakkan di bagian luar perahu, baik diletakkan di buritan maupun di
sisi perahu.
3) Kapal motor, yaitu kapal yang menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak yang diletakkan
di dalam kapal. Kapal yang digunakan dalam penangkapan ikan menggunakan alat tangkap
bottom trawl adalah kapal motor atau lebih dikenal dengan trawler, pada umumnya berukuran
100 GT

2.2 Definisi Alat Tangkap Cantrang


George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam
pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan
beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi
ukurannya lebih kecil.
Cantrang adalah alat penangkap ikan berbentuk kantong terbuat dari jaring dengan 2
(dua) panel dan tidak dilengkapi alat pembuka mulut jaring. Bentuk konstruksi cantrang tidak
memiliki medan jaring atas, sayap pendek dan tali selambar panjang. Panjang jaring dari ujung
kantong sampai ujung kaki/sayap sekitar 8-12 m, tali ris panjangnya antara 100-200 m. Rata-rata
ukuran mata jaring cantrang yang digunakan adalah 1,5 inchi, dimana hal ini tidak sesuai
dengan Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 02 Tahun 2011 [7] bahwa ukuran mata jaring
cantrang yang diperbolehkan berukuran lebih dari 2 inchi. Kecilnya mesh size dikhawatirkan
akan mempengaruhi rekruitmen sumberdaya ikan dimana dapat tertangkap ikan yang masih
muda yang masih berpotensi untuk tumbuh dan bertelur. (Cahyani, 2013)
Cantrang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu sayap, badan, dan kantong. Sayap berfungsi
sebagai penggiring agar ikan dapat masuk menuju kantong melalui badan. Badan berfungsi
untuk mengkonsentrasikan ikan menuju kantong dalam satu arah dan kantong akan menampung
ikan-ikan yang masuk sebagai hasil tangkapan (Bambang, 2006).
2.3 Sejarah Alat Tangkap Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya
tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan
satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau tanpa ditambat (Fly
Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih nyaman pada waktu bekerja
di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging adalah alat ini akan memerlukan
sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menterupai payang tetapi ukurannya lebih
kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang menyerupai trawl, yaitu untuk
menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang. Dibanding trawl, cantrang
mempunyai bentuk yang lebih sederhana dan pada waktu penankapannya hanya menggunakan
perahu motor ukuran kecil. Ditinjau dari keaktifan alat yang hampir sama dengan trawl maka

cantrang adalah alat tangkap yang lebih memungkinkan untuk menggantikan trawl sebagai
sarana untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal. Di Indonesia cantrang banyak
digunakan oleh nelayan pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama bagian utara (Subani
dan Barus, 1989).
2.4 Konstruksi alat tangkap
Konstruksi alat tangkap cantrang secara umum terdiri atas kantong, sayap,badan, dan
mulut (Bambang, 2006). Berikut gambaran umum bagian-bagian cantrang :
1) Kantong (Cod end), merupakan bagaian jaring tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Pada
ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak mudah lolos
(terlepas).
2) Badan (Body), merupakan bagian jaring terbesar, terletak antara sayap dan kantong. Bagian
ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan
dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil jaring
dengan ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
3) Sayap (Wing), adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan
sampai tali salambar. Bagian ini juga sering disebut jaring pengarah. Sayap terdiri dari sayap
kanan dan sayap kiri, masing-masing memiliki sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower
wing). Kedua sayap membentuk mulut jaring yang terdiri dari mulut atas (head line) yang
diikatkan tali ris atas (head rope) sebagai tempat pelampung dan mulut bawah (ground line) yang
diikatkan tali ris bawah (ground rope) yang diberi pemberat. Fungsi sayap adalah untuk
menghadang dan mengarahkan ikan agar masuk ke dalam kantong.
4) Mulut (Mouth), alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama.
Pada mulut jaring terdapat:

(1) Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya
apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring)
sehingga mulut jaring dapat terbuka.
(2) Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian
jaring yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar
perairan) meskipun mendapat pengaruh dari arus.
(3) Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring,
badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
(4) Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring,
bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
(5) Tali Penarik (Warp) : berfungsi untuk menarik jaring selama di operasikan.
Karakteristik, Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari
bentuknya alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari
fungsi dan hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya
perikanan demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu
penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang.
Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau kurang
lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung kaki
sekitar 8-12 m.

2.5

Pelampung
Menurut Leo (2010), tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan

daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring)
sehingga mulut jaring dapat terbuka.
Pelampung ini berfungsi untuk membuka lembaran jaring vertikal sempurna. Pada
hakekatnya bentuk pelampung tidak begitu berpengaruh, yang sangat berpengaruh pada
pelampung adalah kemampuannya untuk mengapungkan jaring dan tali-temali sehingga dapat
membuka lembaran jaring dan alat bisa beroperasi di permukaan perairan (Khairi et al., 2013).
2.6

Pemberat
Pemberat (Sinker) dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian

jaring yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar
perairan) meskipun mendapat pengaruh dari arus (Leo, 2010)
Pemberat akan mempengaruhi daya berat yang diberikan dan berfungsi untuk membuka
lembaran jaring vertikal sempurna pada saat dioperasikan diperairan yang dibentuk bersamasama pelampung, selain itu pemberat juga berfungsi sebagai penyeimbang bukaan jaring supaya
tidak terlipat oleh arus dan pada saat ikan terjerat (Khairi et al., 2013)
2.7

Tali Ris Atas dan Bawah


Tali ris atas (Head Rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring,

badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung (Leo, 2010).


Tali ris atas (Head Rope) merupakan tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua
sayap jaring bagian atas, melalui bagian square jaring. Tali ini berada di sepanjang sayap kiri
sampai sayap kanan. Tali ris atas dengan tali ris bawah berfungsi untuk membuka mulut jaring
secara vertikal (Rowandi, 2011)
Tali Ris Bawah (Ground Rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap
jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat (Leo, 2010)

Tali ris bawah (ground rope) merupakan tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua
sayap jaring bagian bawah, melalui mulut jaring bagian bawah. Tali ini berada di sepanjang
sayap kiri sampai sayap kanan. Tali ris atas dengan tali ris bawah berfungsi untuk membuka
mulut jaring secara vertikal (Rowandi, 2011)
2.8

Ukuran Mata Jaring


Rata-rata ukuran mata jaring cantrang yang digunakan adalah 1,5 inchi, dimana hal ini

tidak sesuai dengan Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 02 Tahun 2011 bahwa ukuran mata
jaring cantrang yang diperbolehkan berukuran lebih dari 2 inchi. Kecilnya mesh size
dikhawatirkan akan mempengaruhi rekruitmen sumberdaya ikan dimana dapat tertangkap ikan
yang masih muda yang masih berpotensi untuk tumbuh dan bertelur (Cahyani, 2013).
Ukuran mata jaring (mesh size) alat tangkap cantrang berbeda-beda, hal ini disebabkan
karena fungsi dari tiap-tiap bagian berbeda-beda. Bagian sayap terdiri dari sayap kiri dan
sayap kanan. Kedua sayap memiliki ukuran mata jaring yang lebih besar dari bagian-bagian
yang lain, karena bagian ini berfungsi sebagai penghalau ikan (Rahayu, 2012)
2.9 Daerah Penangkapan
langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan
(Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah
penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:

Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.


Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang
membahayakan.

Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan
Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara
lain adalah sebagai berikut:

Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir
ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan
menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan
sebagainya.
Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.
2.10 Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan alat
bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan
garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping
lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan
ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk di
operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
Alat bantu yang dipergunakan dalam penangkapan adalah fish fendre Fish finder
digunakan untuk menentukan keadaan topografi dasar perairan, kedalaman perairan, serta
mengetahui ukuran dan posisi gerombolan ikan yang berada di kolom dan dasar perairan di
bawah kapal. Apabila kedalaman perairan telah diketahui, maka dapat ditentukan panjang warp
yang akan dipasang. Winch merupakan alat bantu penangkapan ikan pada unit penangkapan ikan
bottom trawl pada saat menarik warp ketika pengangkatan jaring ke atas kapal dilakukan.
(Rowandi, 2011)
2.11 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pada alat tangkap cantrang terbagi menjadi dua, yaitu hasil tangkapan
utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah semua spesies yang
menjadi sasaran utama dalam penangkapan. Disebut hasil tangkapan utama karena memilik nilai
ekonomis yang tinggi. Sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah semua spesies yang di luar
hasil tangkapan utama. Nilai ekonomis hasil tangkapan sampingan lebih rendah daripada nilai
ekonomis hasil tangkapan utama. (Leo, Achmad Alexander, 2010).
Menurut Hall (1999) yang diacu dalam Khaerudin (2006), hasil tangkapan sampingan
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:

1) Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), hasil tangkapan yang tertangkap dan
bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan. Incidental catch ini ada yang
dimanfaatkan oleh nelayan dan ada yang dibuang, tergantung dari nilai ikan tersebut.
2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), yaitu bagian dari hasil tangkapan
sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomi atau pun karena spesies
yang tertangkap tersebut adalah spesies yang dilindungi oleh hukum.

Anda mungkin juga menyukai