Disusun oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Kartini M.Sos yang telah memberikan tugas ini serta rekan yang
turut memberikan sedikit kontribusinya dalam penyelesaian tugas.
Penulis sangat senang apabila makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran bagi siapapun yang membutuhkan. Penulis juga memberikan kesempatan bagi
siapapun yang ingin memberikan kritik dan saran terhadap penulisan makalah dan informasi
yang dimuat di dalamnya agar penulis dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi. Akhir kata
penulis ucapkan semoga apa yang telah ditulis dan disampaikan dalam tugas ini bermanfaat
bagi para pembacanya. Sekian, teriam kasih.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................8
3.2 Saran........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Muqaranah berasal dari bahasa arab yang artinya perbandingan atau perbandingan.
Sementara itu, mazhab dalam konteks ini merujuk pada empat mazhab utama Islam, yaitu
mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Keempat mazhab ini berbeda dalam penafsiran
dan penerapan hukum Islam. Metodologi muqaranah dimulai pada abad ke-8 Masehi ketika
mazhab-mazhab tersebut mulai berkembang. Metode ini terus berkembang dari waktu ke
waktu dan digunakan oleh para ulama dan ahli hukum Islam dalam penyusunan karya ilmiah.
Tujuan utama dari metodologi ini adalah untuk mencapai pemahaman hukum Islam yang
lebih komprehensif.
Dengan memahami sudut pandang setiap mazhab yang berbeda, peneliti dapat
menarik kesimpulan yang lebih tepat dan membuat keputusan yang lebih baik dalam konteks
praktis. Namun, metodologi muqaranah Mazhab tidak selalu menyepakati mata pelajaran
tertentu, dan sering terjadi perbedaan pendapat di kalangan ahli hukum Islam. Oleh karena
itu, metode ini tidak selalu dianggap sebagai cara paling akurat untuk memahami hukum
Islam, tetapi tetap merupakan salah satu pendekatan terpenting dalam studi fiqih.
1
1. Apa itu muqaranah mazhab?
2. Apa saja ruang lingkup yang ada dalam muqaranah mazhab?
3. Bagaimana kondisi bermazhab saat ini?
4. Bagaimana pendapat para ulama mengenai muqaranatul mazhab?
5. Apa saja faedah dari muqaranah mazhab yang bisa diperoleh?
1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang telah didapatkan, maka tujuan dari pembahasan topik
permasalahan ini ialah:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Arab, kata mazhab berasal dari kata مقا رنة المذ اھب, berasal dari kata = قارن
ارن = مقارنةKK)يق (yang artinya menurut bahasa adalah menghimpun dan mempertentangkan
(membandingkan) (ة لKKع والمقابKK)الجم. Disamping itu, muqaranah mazhab memiliki istilah yang
berarti:
Kجمع اراء اال ئمة المجته دين مع ا دلتها فی المسءلة ا لواح دة المختلف فيها ومقا بلة ھ ذه اال دلة بعضها
ای االقوال آقوی دليالKببعض ليظهر بعد مناقشتها
Artinya: mengumpulkan pendapat para Imam mujtahid dengan dalil-dalilnya tentang suatu
masalah yang di perselisihkan padanya, kemudian mempertentangkan (memandingkan) dalil-
dalil antara satu sama lainnya, agar terdapat kejelasan setelah adanya munaqosyah
(perbandingan dalil) dimana pendapat yang paling kuat dalilnya.
Perbandingan hukum tentunya berkaitan erat dengan permasalahan pendapat yang ada di
dalam kitab-kitab hukum. Awalnya, perbandingan hukum hanyalah cara untuk
memperbanyak iformasi fiqih dan untuk mengatasi permasalahan terhadap fanatisme hukum.
Setidaknya, dengan adanya perbandingan ini kita dapat mengetahui bagaimana pendapat lain
yang juga mempunyai dalil-dalil yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun ruang lingkup
pembmahasan muqaranah mazhab yakni:
3
2. Dalil-dalil yang dijadikan landasan oleh para mujtahid, baik yang berasal dari Al-
Qur’an maupun as-Sunnah, atau dalil-dalil yang diakui oleh syara’.
3. Hukumphukum yang berlaku di tempat tinggal para Muqarin, baik hukum nasional
maupun hukum internasional (Sahlan & Sopian, 2022).
Adanya ruang lingkup ini memberikan gambaran bahwa muqaranah mazhab bukanlah
hal yang mudah, karena selain harus mengetahui dalil-dalil yang menjadi pedoman para
mujtahid, kita juga dituntut untuk dapat menjelaskan cara mereka mengistibathkan
hukum.
Saat ini, tak sedikit dari mereka yang menyandingkan bahkan menyamakan antara Islam
dan cara bermazhab dalam Islam. Karena hal itu tidak dibernarkan untuk mempersamakan
kedua hal yang ada, meski seseorang sangat mengenal mazhab yang mereka gunakan dan
menganggap itu benar. Menyambungkan kepada Islam yang hukumnya wajib, maka apabila
ada seseorang yang tidak menisbahkan diri mereka kepada Islam sebagai agama makai a
murtad, kafir, atau keluar dari agama menurut ijmak ulama islam. Perlu diketahui bahwa
menganut suatu mazhab tidaklah wajaib, bahkan tidak pula dianjurkan, namun memang
diperbolehkan bagi siapapun yang ingin menjalankan nya.
Lahirnya mazhab-mazhab fiqih yang berkembang disebabkan oleh desakan kultural. Hal
ini dapat diketahui melalui karakteristik, metode berpikir, teori, dan formula yang digunakan
oleh para Imam mazhab tersebut sebagai refleksi logis dari keadaan masyarakat setempat
dimana hukum tersebut tumbuh. Imam Hanafi lahir dan besar di Kuffah yang masyarakatnya
sudah banyak mengenak peradaban dan kebudayaan segingga dalam memecahkan suatu
hukum ia menggunakan akal pikiran. Berbeda dengan Imam Maliki yang hidup di Madinah,
dimana masyarakatnya masih sederhana dan memang merupakan daerah hadist segingga
penyelesaian masalah yang ada tidak perlu lagi menggunakan rasio. Imam Syafi’I berpikiran
lebihg moderat karena beliau memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda, mulai dari
Madinah, Irak, dan Mesir. Terakhir ada Imam Hambali yang berpikiran fundamental terhadap
segala penyelewangan agama yang dilakukan oleh kaum tasionalis seperti mu’tazilah,
qadariyah, jahmiyah, dan murji’ah dalam periode pertengahan dinasti Abbasiyah. Adanya
perbedaan ini tentunya tidak boleh menjadi bid’ah atau kafir bagi para golongan yang
berbeda dalam menganut mazhab.
4
Di Indonesia sendiri mazhab Syafi’I menjadi mayoritas yang digunakan. Hal ini
dikarenakan pada masa dahulu orang-orang Arab yang datang ke Indonesia menganut
mazhab Syafi’i. hal ini memberikan bukti bahwa banyak pengikut mazhab Syafi’I di
Indonesia karena merasa bahwa ini adalah jalan tengah antara kuaatnya mazhab Hanafi yang
rasional dan mazhab Maliki yang tekstual memberikan semacam acuan bagi masyarakat
Indonesia. Meskipun begitu, bukan berarti di Indonesia tidak ada orang yang menganut
mazhab lainnya. Hal ini dapat dilihat dari KHI (Komilasi Hukum Indonesia) yang
menggunakan keempat mazhab dalam penentuan hukum (Sahlan & Sopian, 2022).
Terkait banyaknya mazhab yang ada (terutama empat imam besar) para ulama
memberikan pendapat tentang mazhab. Menurut Said Ramadhany al-Buthy, mazhab
merupakan suatu pemahaman yanag ditempuh seorang mujtahud dalam menetapkan sautu
hukum Islam berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadits. Sementara menurut A. Hasan mazhab
merupakan sejumlah fatwa atau pendapat seorang alim ulama besar dalam segala
permasalahan agama baik dalam masalah ibadah maupun masalah lainnya.
Metode muqaranah mazhab sendiri masih menjadi masalah yang diperselisihkan oleh
para fukaha, karena dalam mengemukakan berbagai pendapat dari mazhab yang diikuti
dengan sandaran dari pendapat yang ada. Setelah itu, pendapat tersebut dikritik oleh
pendapat-pendapat lainnya dari mazhab yang berbeda hingga menemukan pendapat yang
terkuat dalilnya. Metode ini dapat ditemukan di dalam kitab “Muqaranatul Mazahib fil Fiqh”
oleh Mahmud Muhammad Syaltut dan Muhammad Ali Sais, serta juga dapat ditemukan
dalam kitab “Mujaz fil Fiqhil Islam Al Muqarin” oleh ABDUS Sami Ahmad Imam dan
Muhammad Latif Syafe’i.
5
3. Setelah itu mencari factor yang menimbulkan perbedaan diantaranya dari pendapat
dan dalil yang telah di pindahkan.
4. Setelah itu kritikan dari berbagai pihak perlu diberikan untuk mengetahui kuat
lemahnya suatu dalil yang dikemukakan.
5. Terakhir, kesimpulan (tarjih) diambil untuk memilih pendaat mana yang terkuat dan
lebih tepat untuk diterapkan (NN, 1997).
Setidaknya, terdapat dua manfaat dari penggunaan metodologi muqaranah mazhab, yakni
dalam akademis dan praktis. Adapun manfaat dalam akademis berupa:
1. Mengetahui pendapat, konsep, teori, dasar, kaidah, metode, Teknik, serta pendekatan
yang digunakan oleh masing-masing mujtahid mazhab dalam menggali hukum Islam
dan apenetapan hukumnya.
2. Dapat mengetahui luasnya pemahaman ilmu fiqih dan khazanah hukum Islam yang
diwariskan olej para imam mazhab.
3. Dapat mengembangkan penelitian atau metodologi penelitian dalam mengatasi
persoalan hukum yang sama, baik dalam memilih hukum yang terkuat ataupun sahih,
atau bahkan menyandingkan kaidah dan metodologi dalam menjawab persoalan
hukum dan relavansinya dengan kondisi yang actual.
4. Dapat mengembangkan wacana keilmuan terhadap persoalan hukum selanjutnya serta
menmberikan pengembangan yang baru dalam penelitian persoalan hukum Islam.
6
4. Memberikan kesadaran terhadap para peneliti muqaranah mazhab dan masyarakat
terhadap perbedan adalah sunnatullah ynag tidak dapat dihindari dimana pun dan
kapan pun.
5. Memberikan kemampuan dalam mengkaji dan penerapan metodologi penelitian
khusunya dalam muqaranah mazhab dan hukum Islam (Sukiati, 2015).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muqaranah mazhab merupakan sebuah metodologi perbandingan antara mazhab
dalam agama Islam. Metodologi ini digunakan untuk mempelajari perbedaan dan
persamaan antara mazhab, serta bagaimana mazhab tersebut mengambil keputusan
hukum dalam situasi yang sama dengan kajian yang dilakukan secara sistematis, dan
tersusun yang dapat dijadikan sebagai disiplin ilmu. Muqaranah mazhab dapat
membantu umat Islam dalam memahami keragaman hukum Islam dan memilih
pandangan atau doktrin yang paling sesuai dengan kebutuhan dan keadaan mereka.
Namun, penggunaan muqaranah mazhab juga membutuhkan pemahaman yang
mendalam tentang mazhab-mazhab yang dibandingkan, serta keahlian dalam ilmu
ushul fiqh atau prinsip-prinsip hukum Islam. Dengan demikian, penting untuk
memperhatikan aspek-aspek ini saat menggunakan muqaranah mazhab sebagai alat
untuk mempelajari hukum Islam.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa pembelajaran terkait muqaranah mazhab bukanlah hal
yang mudah. Untuk itu penulis menyarankan agar para pembaca yang ingin
mendalami muqaranah mazhab agar membaca langsung dari kitab-kitab mazhab
yang ingin dicari atau diikuti. Adanya perbedaaan kitab-kitab mazhab tersebut
juga dapat memberikan perbandingan yang signifikan bagi para pembacanya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sahlan, & Sopian, A. (2022). Muqoronah Al-Mazahib Dan Kondisi Bermazhab Saat Ini. Al-
Afkar, Journal For Islamic Studies, 5(2), 144–159.
Sukiati. (2015). AL-MUQARANAH (Jurnal Perbandingan Hukum dan Mazhab) (pp. 39–57).
https://doi.org/ISSN: 2338-1272