Anda di halaman 1dari 3

PERBANDINGAN MAZHAB

Perbandingan mazhab dalam bahasa Arab disebut muqaranah al-madzahib,


kata muqaranah menurut bahasa, berasala dari kata kerja qarana yuarinu muqaranatan
yang berarti mengmpulkan, membandingkan dan menghimpun. Pengertian ini
diambil dari perkataan orang Arab yang berarti menggabungkan sesuatu. Mazhab asal
artinya tempat berjalan, aliran. Dalam istilah islam berarti pendapat paham atau aliran
seseorang alim besar dalam islam yang disebut imam seperti mazhab imam Abu
Hanifah dan sebagainya.

Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua


pengertian
a. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada
al-Quran dan hadis.
b. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang
hukum suatu peristiwa yang diambil dari al-Quran dan hadis.

1.PERBEDAAN ADALAH RAHMAT

Ajaran islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW adalah agama
rahmat, artinya seluruh ajaran islam selalu menganjurkan umatnya untuk
berperilaku positif dengan menebarkan rahmat dan kasih sayang kepada
semua makhluk Allah di bumi ini. Tetapi di bebagai wilayah di dunia ini
banyak terjadi tindak kekerasan yang dilakukan oleh umat islam. Bahkan
yang lebih memprihatinkan, sebagian kecil diantara mereka meloakukan
tindak kekerasan tersebut atas nama agama islam.

Salah satu faktor yang diduga memicu terjadinya tindak kekerasan


di kalangan umat islam adalah pemaknaan yang tidak proporsional
terhadap adanya perbedaan dalam memahami ajaran agama.

Tujuan mengetahui sebab terjadinya ikhtilaf (perbedaan pendapat) adalah :

Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab dan para
ulama fiqih, sangat penting untuk membantu kita, agar keluar dari taqlid buta, karena
kita akan mengetahui dalil-dalil yang mereka pergunakan serta jalan pemikiran
mereka dalam penetapan hukum suatu masalah. Sehingga dengan demikian akan
terbuka kemungkinan untuk memperdalam studi tentang hal yang diperselisihkan,
meneliti sistem dan cara yang lebih baik, serta tepat dalam mengistinbatkan hukum
juga dapat mengembangkan kemampuan dalam hukum fiqih bahkan akan terbuka
kemungkinan untuk menjadi mujtahid.

Dalam kontek pemahaman ajaran islam, setidaknya ada empat


aliran (madzhab) besar yang menjadi rujukan umat islam di dunia. Mereka
adalah madzhab Hanafi, Maliki, SyafiI, dan Hambali. Empat imam
tersebut tidak pernah menunjukkan sikap permusuhan dan merendahkan
pendapat imam yang lain.

Di dalam ajaran agama islam, setiap orang bebas berpendapat, dan


mereka berhak memilih pendapat yang diyakininya sebagai suatu
kebenaran. Namun demikian, kebebasan berpendapat khususnya dalam
beragama tetap harus merujuk kepada al-Quran dan Sunnah Rasul SAW.

2.MEMAHAMI PERBEDAAN PENDAPAT

Di dalam khazanah ilmu tafsir, ayat ayat Al -Quran dibagi menjadi


ayat qathI dan zhanni. Yang dimaksut dengan ayat qathI adalah ayat al-
Quran yang bersifat pasti dan tidak bisa diperdebatkan. Sedangkan ayat
zhanni adalh ayat Al-Quran yang memungkinkan dimaknai lebih dari satu
penafsiran.

Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perbeaan antara


lain:

1. Perbedaan pendapat tentang valid tidaknya suatu teks dalil syari


tertentu sebagai hujjah (dasar hukum).
2. Perbedaan pendapat dalam menginterpretasikan teks dalil syari
tertentu.
3. Perbedaan pendapat tentang beberapa kaidah ushulfqh dan
beberapa dalil (sumber) hukum syari dalam masalah-masalah yang
tidak ada nash-nya.
4. Perbedaan pendapat yang dilatar belakangi oleh perubahan realita
kehidupan,situasi,kondisi,tempat,masyarakat, dan semacamnya.

Memahami bahwa perbedaan adalah suatu keniscayaan yang tidak


dapat dihindari, maka dalam menyikapi kondisi ini setiap umat
islam perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:
1. Lebih memprioritaskan perhatian dan kepedulian terhadap
masalah-masalah besar umat dari pada perhatian terhadap
maslah-maslah kecil seperti masalah khilafiyah.
2. Memahami ikhtilarf (perbedaan) dengan benar, mengakui dan
menerimanya sebagai bagian dari rahmat Allah bagi umat.
3. Mengiuti pendapat (ittiba) ulama dengan mengetahui dalilnya,
atau memilih pendapat yang rajih (kuat) setelah mengkaji dan
membandingkan berdasarkan metodologi (manhaj) ilmiah yang
diakui.
4. Untuk praktek pribadi, dan dalam masalah-masalah yang bisa
bersifat individual, maka setiap orang berhak mengikuti dan
mengamalkan pendapat atau madzhab yang rajih (yang kuat)
menurut pilihanya.
5. Menghindari sikap ghuluw (berlebih-lebihan) atu tatharruf
(ekstrem) dalam masalah-masalah furu khilafiyah ijtihadiyah.
6. Menjaga agar ikhtilaf (perbedaan) dalam masalah-masalah furu
ijtihadiyah tetap berada di wilayah wacana pemikiran dan
wawasankeilmuan, dan tidak masuk ke wilayah hati, sehingga
berubah menjadi perselisihan perpecahan yang akan merusak
ukhuwah dan melemahkan tsiqoh (rasa kepercayan) di antara
sesama kaum mukmin.
7. Menyikapi orang lain, kelompok lain atau penganut madzhab
lain sesuai kaidah yang ada.

Anda mungkin juga menyukai