Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN

NILAI - NILAI PANCASILA


 Pengertian Pancasila
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu panca yang
berarti lima dan sila yang berarti dasar atau asas. Pancasila berarti lima sila
dasar atau lima asas berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para
pendiri Indonesia menentukan Pancasila sebagai dasar Negara dengan alasan
bahwa Pancasila sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia dan merupakan
kepribadian bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila juga merupakan
ideology Negara Indonesia.
 Susunan dan Tata Urutan Pancasila
Aturan dan tata urutan pancasila harus sesuai dengan apa yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945. susunan itu meliputi.
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalangkan syariat islam bagi
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaratan perwakilan, serta
5. Keadialn sosial bagi seluruih rakyat indonesia
Pancasila dalam perkembangannya di tengah - tengah masyarakat indonesia,
ternyata masih si temukan adanya sebagian kecil yang menghendaki
berlakunya piagam jakarta . Melihat perkembangan ini, presiden Soekarno
mengeluarkan sebuah surat dalam bentuk instruksi. Berdasarkan instruksi
presiden No. 12 Tahun 1968 tanggal 13 april 1968 kepada semua Menteri
Negara dan pimpinan Lembaga / Badan pemerintah lain. aturan dan tata
urutan pancasila harus sesuai dengan apa yang termaktub dalam pembukaan
UUD 1945. susunan itu meliputi.

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalangkan syariat islam bagi


pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaratan perwakilan, serta
5. Keadialn sosial bagi seluruih rakyat indonesia

tahapan di atas melalui beberapa tahapan proses

1. Tahapan pengusulan, dilakukan oleh Ir. soekarnno dalam sidang


paripurna BPUPKI tanggal 1 juni 1945 tertuang dalam pdato lahirnya
pancasila;
2. Tahapan perumusan, dilakukan oleh panitia sembilan dari BPUPKI pada
tanggal 22 juni 1945 tertuang dalam piagam jakarta;
3. Tahapan penetapan, di lakukan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
tertuang dalam pembukaan;
4. tahapan peresmian, di llakukan oleh MPRS pada tanggal 5 Juli 1966
tertuang dalam ketetapan MPRS No / MPRS / 1966.

1. Fungsi Pancasila
Nama pancasila sebagai dasar negara meskipun tidak tertulis di
dalam pembukaan dan Batang Tubuh maupun penjelasan UUD 1945, namun
sudah cukup jelas yang dimaksudkan ialah lima dasar negara sebagaimana
perumusan terdapat dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945.

1. Pancasila sebagai dasar negara


pancasila sebagai dasar negara indonesia, sering di sebut dasar
indonesia, sering di sebut filsafah negara, ideologi negara, sebagai ideologi
negara pancasila sebagai dasar negara / filsafah negara / ideologi negara
mengandung pengertian bahwa pancasila di pergunakan sebagai dasar dalam
mengatur pemerintahan negara sekaligus sebagai dasar dalam mengatur
penyelenggaraan negara.

2. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia


pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia, sering disebut
petunjuk hidup, way of life. Hal ini mengandung pengertian sebagai berikut;
 Dilihat dari proses terjadinya, pancasila adalah jawaban - jawaban
bangsa indonesia terhadap tantangan dan hambatan yang dihadapinya,
sebagai upaya mewujudkan kehidupan upaya mewujudkan kehidupan
yang legih baik.
 Dilihat dari bentuk susunanya, pancasila adalah konsep dasar tentang
kehidupan yang di cita - citakan oleh bangsa indonesia.
 Dilihat dari segi isinya, pancasila adalah kristalisasi nilai - nilai yang
dimiliki kebenaranya oleh bangsa indonesia.

Berdasarkan pengertian di atas ( jika pancasila di jadikan petunjuk


hidup ) dalam kehidupan sehari - hari, maka di dapatkan manfaat luar
biasa seperti ;

 menjadikan bangsa indonesia mampu berdiri kokoh dan mengetahui


secara jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya.
 sebagai pengangan dan pedoman yang jelas bagi pemecahan masalah
yang di hadapinya; dan
 sebagai pedoman dasar untuk membangun dirinya, guna mencapai
kesejahteraan lahir dan batin
3. pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia
pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia seperti yang di
kemukakan Karl Von Savignydalam teorinya bahwa setiap bangsa
mempunyai jiwa masing - masing yang disebutut Volgaiset, artinya
jiwa rakyat atau bangsa.

4. pancasila sebagai perjanjian luhur


pancasila sebagai perjanjian luhur merupakan permufakatan
bersama oleh wakil - wakil raktyat indonesia menjelang proklamasi
kemerdekaan.

5. pancasila sebagai kepribadian


pancasila sebagai kepribadian bangsa indonesia merupan
sikap mental, tingkah laku, amal perbuatan bangsa indonesia sebagai
identitas ciri khas indonesia.
6. pancasila sebagai sumber dari segala tertib hukum
pancasila sebagai sumber dari segala tertib hukum di sebutkan
dalam ketetapan MPRS No. XX / MPRS / 1966 ( jo. ketetapan MPR
No. V / MPR / 1973 dan ketetapan MPR No 1X / 1978. Dalam hal ini
sebagai pandangan hidup, kesadaran, dan cita - cita moral, maka
peraturan perundang - undangan yang berlaku di indonesia harus
bersumberkan pada pancasila, yakni tidak boleh bertentangan sama
pancasila.

 Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa


Nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila antara lain sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik


Indonesia
Memperdalam pemahaman kita mengenai sejarah perumusan pancasila
sebagai dasar negara, maka melalaui tulisan diuraikan sidang pertama dan
kedua BPUPKI.

1. Sidang 1 ( 29 Mei - Juni1945 )


Masa sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) di manfaatkan para anggota untuk
membahas tentang dasar negara hal - hal yang berkenan dengan pokok
masalan dalam rangka mendirikan negara indonesia merdeka. Hal ini sesuai
dengan permintaan ketua BPUPKI pada awal membuka sidang yang
berlangsung 29 mei hingga 1juni 1945.
Dalam sidang tersebut muncul beberapa konsep dan pandangan -
pandangan mengenai dasar negara. sidang ini menampung 40 usul (Yamin
dalam Daman, 1992 ) yang menurut soekarno dapat di goloongkan kedalam
beberapa hal :

 usul indonesia merdeka selekas - selekasnya;


 usul mengenai dasar negara;
 usul mengenai unifikasi atau federasi;
 usul mengenai bentuk negara dan kepala pemerintahan;
 usul mengenai warga negara;
 usul mengenai daerah negara;
 usul agama mengenai soal agama dan negara;
 usul mengenai pembelaa;
 usul mengenai soal keungaan

Muhammad Yamin pada saat diberi kesempatan menyampaian


usulnya ( 29 Mei 1945 ), beliau menyampaikan secara lisan mengenai
usulan tentang dasar negara pancasila, yaitu ( Daman, 1992 ; 45 ) :

1. peri kebangsaan ;
2. peri kemanusiaan ;
3. peri ketuhanaan ;
4. peri kerakyatan permusyaratan - perwakilan - kebijaksanaan ; dan
5. kesejahteraan rakyat (keadilan sosial )

pada tanggal 31 Mei 1945, giliran prof. Mr. Soepomo (daman 1992
) menyampaikan usulnya, maka dasar negara yang cocok untuk indonesia
menurutnya adalah ;

1. dasar persatuan dan kekeluargaan;


2. dasar ketuhanan;
3. dasar kerakyatan / permusaratan;
4. dasar koperasi dalam sistem ekonomi ; dan
5. demi hubungan antara negara indonesia bersifat sebagai negara asia
Timur Raya;

Ir. Soekarno pada hari terahir sidang pertama ( 1 juni 1945 )


mengemukakan pandangan tentang dasar negara .
1. kebangsaan indonesia;
2. internasionalisme - peri kemanusiaan;
3. mufakat atau demokrasi;
4. kesejahteraan sosial ;dan
5. ketuhanan dan berkebudayaan.

Setelah mendengarkan usulan pada sidang pertama ini, maka


terbentuk panitia kecil yang dikenal dengan panitia 8 terdiri dari ;

1. Ir. Soekarno sebagai ketua ;


2. Ki Bagoes Hadi Koesoemo;
3. K. H. Wachid Hasjim;
4. Prof. Mr. Muh. Yamin;
5. Soetarjo;
6. Mr. A. A. Maramis
7. Otto Iskandardinata; dan
8. Drs. Moh. Hatta

panitia delapan ini bertugas untuk memeriksa catatan dan


menggolongkan atas usul para anggota BPUPKI.

2. Sidang 11 (10 - 17 Juli 1945 )


Dalam sidang ini, BUPKI pada acara hari pertama mendengarkan
laporan panutia kecil panitia 8 yang diketuai oleh Soekarno sebelum di
mulai BPUPKI memperkenalkan anggota baru yaitu : Abdul Fatah, Asikin
Natanegara, Surio Hadidjojo, Muhammad Noor, Tuan Besar, dan Abdul
Gaffar. Pembicaraan anggota sidang BPUPKI pada hari pertama
menggambarkan bahwa hampir semua anggota menggiginkan bahwa
indonesia harus merdeka dalam waktu yang sesingkat - singkatnya. Oleh
karena itu sidang menggusul.

1. BPUPKI menentukan bentuk negara dan hukum dasar negara;


2. meminta pemerintahan Agung di Tokyo untuk menentukan panitia
persiapan kemerdekan indonesia ( PPKI ) untuk menyelenggarakan
Indonesia merdeka di atas hukum dasar yang di tentukan BPUPKI,
serta melantik pemerintah nasional; dan
3. saol tentara kebanggsaan dan keunggan;

Selanjutnya sidang BPUPKI di hadiri 38 anggotanya yang telah


membentuk ( panitia 9 ) anggtanya terdiri dari, Ir. Soekarno, Mr. A. A.
Maramis, K. H. Wachid Hasjim, Profesor. Mr. Muhammad Yamin, Drs.
Moh. Hatta, Mr. Ahmad Soebarjo, Abdul Kahar Muzakkar, Abikusno
Tjokrosujoso dan K. H.Agus Salim
panitia sembilan merupakan tokoh nasional dan sekaligus ketua - ketua
Dokuritsu Jumbi Cosakai mengadakan pertemuan untuk membahas pidato
serta sul mengenai dasar negara yang telah dikemukakan oleh sidang
BPUPKI . Dalam rapat tanggal 22 juni 1945 meghasilkan naskah tentang
pembukaan UUD, yang kemudian dikenal dengan istilah piagam jakarta (
Jakarta Charter ) didalam memuat rumusan dan sistematika pancasila
sebagai berikut :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syriat islam bagi


pemeluknya;
2. Kemanusian yang adil dan beradap;
3. Persatuan indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijksanaan dalam
permusayawaraktan perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia;

Usaha untuk mewujudkan cita - cita dari piagam jakarta telah di tempuh
berbagai cara pihak yang menghendaki indonesia menjadi negara islam,
sekelompok nasionalis sekuler berkehendak lain dengan alasan sila pertama
tersebut sangat tajam dan akan menimbulkan Diskriminasi dan fanatisme
keagamaan. gan Dengan perbandingan total anggta BPUPKI sebanyak 62
orang, hanya 11 nasionalis islam. Akhirnya pada sidang persiapan panitia
persiapan kemerdekaan indonesia ( PPKI ) pada tanggal 18 agustus 1945
oleh Drs. Moh. Hatta menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan
syariat islam bagi pemeluknya - pemeluknya harus di coret. Demikian pula
klausal islami yang terdapat dalam batang tubuh pasal 29 ayat UUD 1945.
Usulan Moh. Hatta. hatta di dampingi oleh Ir. Soekarno bagi suatu modus
atau persetujuan antara pihak islam yang terdapat dan pihak nasionalis
kebangsaan (nasionalis sekuler ). Beberapa jam kemudian, PPKI menerima
dengan bulat teks perubahan tersebut dan sampai sekarang perubahan
tersebut dan sampai sekarang perubahan itu dikenal dengan Undang -
undang dasar 1945.

 BERSIKAP POSITIF TERHADAP PANCASILA

Sikap positif warga negara terhadap Pancasila didasari oleh fungsi Pancasila.
Dalam bentuknya yang sekarang, Pancasila berfungsi sebagai dasar negara yang
statis karema merupakan landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia; tuntutan yang dinamis karena Pancasila bersidat fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan perubahan zaman (Pancasila sebagai ideologi terbuka),
serta alat pemersatu bangsa.
Sikap positif terhadap Pancasila pada dasarnya adalah sejauh mana kita
memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, untuk selanjuutnya
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering mendengan bahwa
Pancasila perlu diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dna
bernegara. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan
melalui cara sebagai berikut:
1. Pengamalan secara objektif
Pengamalan secara objektif adalah melaksanakan dan menaati
peraturan perundang-undangan sesuai norma hokum negara yang
berlandaskan Pancasila. Pengamalan secara objektif memerlukan dukungan
kekuasaan negara. Pengamalan secara objektif bersifat memaksa dan disertai
sanksi hokum. Artinya, siapa saja yang melanggar norma hokum mendapat
sanksi. Pengamalan objektif ini merupakan konsekuensi dari perwujudan
nilai dasar Pancasila sebagai norma hokum negara.
2. Pengamalan secara subjektif
Pengamalan secara subjektif adalah menjalankan nilai-nilai Pancasila yang
berwujud norma etik secara pribadi atau kelompok sebagai pedoman
bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam pengamalan secara subjektif ini, Pancasila menjadi sumber etika
dalam bersikap dan bertingkah laku setiap warga negara dan
penyelenggaraan negara. Etika kehidupan berbangsa dan bernegara yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam Ketetapan
MPR No. VI/MPR/2001 adalah norma-norma etik yang dapat diamalkan.
Pelanggaran terhadap norma etik tidak mendapatkan sanksi hokum,
melainkan sanksi dari diri sendiri. Pengamalan secara subjektif merupakan
konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik
berbangsa dan bernegara.

 PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI


Pancasila sebagai sumber nilai
Secara etimologi, nilai (value) berasal dari kata Latin valere yang
berarti berharga, baik, dan berguna. Secara sederhana, nilai (value) adalah
sesuatu yang berharga, baik dan berguna bagi manusia. Nilai merupakan
suatu penghargaan atau kualitas suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu
tangkah laku manusia.
a. Nilai-nilai Kehidupan Bernegara
Di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sbegai
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. Nilai dasar, adalah
asas-asas yang diterima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak. Nilai
dasar berasal dari nilai-nilai kultural atau budaya yang berasal dari
budaya bangsa Indonesia itu sendiri.
Nilai instrumental, adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar,
biasanya dalam wujud norma social atau norma hokum, yang
selanjutnya terkristalisasi dalam Lembaga-lembaga yang sesuai
dengan kebutuhan, tempat, dan waktu. Walaupun lebih rendah dari
nilai dasar, nilai ini tidak kalah penting karena dapat mewujudkan
nilai dsaar sebagai konkret dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Nilai instrumental merupaka tafsir positif terhadap nilai dasar yang
umum.
Nilai praktis, adalah nilai yang dilaksanakan dalam kenyataan.
Semangat nilai praktis seyogyanya sama dengan semangat nilai dasar
dan nilai instrumental. Nilai praktis merupakan bahan ujian, apakah
nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalam
masyarakat atau tidak.

b. Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa


Sumber nilai kehidupan bangsa Indonesia adalah sila Ketuhanan
Yang Maha Esa. Sila ini juga merupakan norma dasar yang mengatur
hubungan manusia sebagai individu dan anggota kelompok dengan
sesamanya, negara, pemerintah, serta bangsa lain di Dunia. Ketuhanan
Yang Maha Esa menjiwai, mendasari dan memimpin perwujudan
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia yang
berdaulat penuh dan bersifat kerakyatan/perwakilan guna
mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai kehidupan
berbangsa. Nilai-nilai tersebut adalah nilai ideal, nilai material, nilai
estetis, nilai social dan nilai religious atau keagamaan. Nilai lain yang
terdapat dalam Pancasila adalah nilai perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai kemerdekaan.
Nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila antara lain sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
 Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Membina kerja sama dan toleransi di antara pemeluk agama
dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
 Tidak membedakan warna kulit, suku dan agama.
 Menghormati bangsa lain.
 Bekerja sama dnegan bangsa lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia
 Menempatkan persatuan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
 Bangga berkebangsaan Indonesia.
 Memajukan pergaulan demi persatuan bangsa.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
 Mengakui bahwa setiap manusia memiliki kedudukan dan hak
yang sama.
 Melaksanakan keputusan Bersama dengan penuh tanggung
jawab dan itikad baik.
 Mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai kebenaran dan
keadilan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
 Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa atau
dalam kehidupan sehari-hari demi kehidupan bernegara.
 Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royong berdasarkan
kekeluargaan.

Anda mungkin juga menyukai